Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325313033

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM OPEN DEFECATION FREE (ODF) DAN


PERAN STAKEHOLDERS DI KABUPATEN BOJONEGORO
Article · May 2018

CITATIONS READS
0 1,095

1 author:

Rahma Zayyinil
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pelaksanaan Program Open Defecation Free (ODF) dan Peran Stakeholders View project

All content following this page was uploaded by Rahma Zayyinil on 23 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM OPEN DEFECATION FREE (ODF) DAN
PERAN STAKEHOLDERS DI KABUPATEN BOJONEGORO

Rahma Zayyinil Addina


20150520257
Kelas A

Abstrak

Open Defecation Free (ODF) atau Tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
merupakan salah satu pilar dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB) oleh
Kementrian Kesehatan, dan merupakan salah satu indikator dari Gerakan Desa Sehat dan Cerdas
(GDSC) di Kabupaten Bojonegoro. Tujuan dari program ODF adalah untuk menghilangkan
kebiasaan buang air besar sembarangan dan meningkatkan kualitas sanitasi, supaya angka
penyakit berbasis lingkungan seperti diare dapat berkurang.
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan
program ODF di Bojonegoro serta bagaimana peran para stakeholder. Metode penulisan yang
digunakan adalah deskritif kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka. Pembahasan
dan analisis pada paper ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program ODF di Bojonegoro sudah
cukup optimal dan stakeholders melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan
perannya.

1
I. PENDAHULUAN

Joint Monitoring Program (JMP) for Water and Sanitation merupakan afiliasi
resmi PBB yang terdiri dari WHO dan UNICEF. JMP memiliki tugas untuk memberikan
laporan mengenai kemajuan Sustainable Development Goals point ke enam, yaitu air
bersih dan sanitasi yang layak. Berdasarkan laporan JMP yang dikutip dalam (CNN
Indonesia, 2015), pada tahun 2015 Indonesia menempati urutan ke dua sebagi negara
dengan angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terbesar. Indonesia menempati
urutan ke dua setelah India, dengan jumlah masyarakat yang masih Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) sebanyak 51 juta penduduk.
Angka BABS Indonesia yang tinggi menunjukkan bahwa sanitasi di Indonesia
belum baik. Padahal sanitasi yang tidak layak akan mencemari lingkungan dan
memberikan dampak pada masalah kesehatan, diantaranya faktor penularan berbagai
penyakit seperti diare, kolera, disentri, tipus, hepatiitis A, polio, dan terhambatnya
pertumbuhan balita (Website Kementrian Kesehatan RI, 2016). Permasalahan sanitasi
dinilai sebagai sebuah urgensi, PBB pada 2010 menetapkan sanitasi sebagai Hak Asasi
Manusia dan pada 2015 mencantumkan sanitasi yang layak sebagai salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan juga melihat persoalan ini
sebagai sebuah problem yang harus diatasi. Sebelumya, pemerintah pada tahun 2008
telah mengeluarkan kebijakan berupa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/
SK/IX/2008. Kemudian pada tahun 2014 diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No.3 Tahun 2014 tentang STBM (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi hiegenis dan
saniter melalui pemicuan. STMB terdiri dari lima pilar yaitu : Stop Buang Air Besar
Sembarangan (Stop BABS) atau Open Defecation Free (ODF), Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), Pengamanan
Sampah Rumah Tangga (PSRT), dan Pengamanan Limbah Cair Rumah

2
Tangga (PLCRT). Pembahasan pada paper ini fokus pada pilar pertama dari kebijakan
STBM yaitu Open Defecation Free (ODF).
Pemilihan Bojonegoro sebagai lokasi dikarenakan pada tahun 2016 Bojonegoro
telah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten yang siap menjalankan program untuk
mencapai SDGs melalui Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC). Gerakan Desa Sehat
dan Cerdas mulai diimplementasikan di seluruh desa di Bojonegoro pada tahun 2014
berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2014 tentang Gerakan Desa/ Kelurahan
Sehat dan Cerdas. Parameter Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDDSC) diukur melalui
beberapa indikator bidang kesehatan dan pendidikan. Indikator untuk parameter sehat
terdiri dari : Open Defecation Free, sanitasi non ODF, angka kematian ibu dan bayi,
balita kurang gizi, lantai rumah sehat, lingkungan sehat, kepesertaan JKN, dan
kepesertaan KB. Di antara delapan indikator kesehatan GDSC, Open Defecation Free
merupakan salah satunya.
Kabupaten Bojonegoro melaksanakan program Open Defecation Free
berdasarkan program pemerintah pusat yaitu Kementrian Kesehatan yang tercantum
dalam STBM. Bentuk keseriusan Pemerintah Bojonegoro dalam melaksanakan program
ODF terlihat dari adanya Gerakan Desa Sehat dan Cerdas. Penerapan ODFC di
Bojonegoro diharapkan akan menghilangkan 100% angka Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) pada tahun 2018. Baseline data Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 sebelum
dimulainya program ODF menunjukan, angka kepemilikan jamban sebesar 78,46%, yang
artinya masih ada 21.54% penduduk Kabupaten Bojonegoro yang belum memliki jamban
(Arifianty, 2017). Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mentargetkan ODF selesai pada
tahun 2018 yang ditandai dengan tercapainya empat indikator ODF seperti tabel di bawah
ini :

3
Tabel 1
Rencana Open Defecation Free (ODF) di Kabupaten Bojonegoro
No Indikator Target
2014 2015 2016 2017 2018
1. Kecamatan - 7,5 % 33,4% 44,4% 100%
ODF

2. Desa ODF 23,3% 34,9% 46,5% 69,8% 100%


3. RT (KK) yang
memiliki 75% 80% 85% 90% 100%
jamban sehat

4. Penduduk yang
memiliki akses 75% 80% 85% 90% 100%
ke jamban
sehat

Sumber : (Arifianty, 2016)

Keberhasilan pelaksanaan ODF dinilai berdasarkan empat inikator dalam tabel di


atas, yaitu : Kecamatan ODF, Desa ODF, Rumah Tangga yang memiliki jamban sehat,
dan penduduk yang memiliki akses ke jamban sehat. Ke empat target tersebut diharapkan
mencapai presentase 100% pada tahun 2018. Maka berdasarkan pada uraian di atas
penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana proses pelaksanaan program ODF di
Kabupaten Bojonegoro? Serta bagaimana peran stakeholders dalam pelaksanaan program
ODF?

4
II. ANALISIS
A. Program Open Defecation Free (ODF) di Bojonegoro
Defecation free atau buang air besar sembarangan merupakan persoalan sanitasi yang
harus menjadi perhatian pemerintah. Kotoran atau tinja manusia yang dibuang tidak pada
tempatnya akan meyebabkan pencemaran lingkungan, mulai dari pencemaran pada
permukaan tanah, air, dan udara yang memberikan dampak pada masalah kesehatan,
diantaranya faktor penularan berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, tipus,
hepatiitis A, polio, dan terhambatnya pertumbuhan balita. Berdasarkan teori HL.Blum
dalam (Hapsari, Sari, & Pradono, 2009) status kesehatan manusia merupakan hasil
interaksi beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksteral. Salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah lingkungan. Maka dari itu
defecation free yang menyebabkan pencemaran lingkungan harus segera diatasi melalui
program ODF.
Proses pelaksanaan program Open Defecation Free (ODF) dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berikut merupakan proses atau tahapan dari
pelaksanaan program Open Defecation Free di Bojonegoro.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ditetapkan tujuan dari program ODF, sasaran program
ODF, baseline data, target, dan strategi yang akan dilakukan untuk memenuhi target
tersebut. Open Defecation Free adalah kondisi dimana masyarakat tidak lagi buang
air besar sembarangan. Program ODF yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan dan
dijalankan di Kabupaten Bojonegoro memiliki dua tujuan yaitu : 1) masyarakat di
Kabupaten Bojonegoro tidak lagi buang air besar sembarangan yang dilihat dari
indikator 100% desa dan kecamatan ODF; 2) meningkatnya kualitas sanitasi yang
dapat dilihat dari meningkatnya indikator kepemilikan kloset sehat oleh masyarakat
(RT).
Sasaran dari program ODF di Kabupaten Bojonegoro ini adalah seluruh
desa/kelurahan dan seluruh penduduk Bojonegoro. Penduduk Kabupaten Bojonegoro
berjumlah 13 juta jiwa yang terbagi dalam 419 desa dan 11 kelurahan. Baseline data
atau kondisi awal pada tahun 2014 menunujukkan bahwa angka kepemilikan kloset

5
adalah 78,46%, Desa ODF 29,8% dan pada 2015 kecamatan ODF 7,4% (Arifianty,
2016). Pemeritah Kabupaten Bojonegoro menetapkan bahwa pada tahun 2018 target
Bojonegoro dalam proram ODF selesai. Indikator beserta target capaian pertahun
program ODF dapat dilihat pada tabel 1 bagian pendahuluan.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro membuat strategi untuk dapat mencapai target
tersebut. Strategi yang ditetapkan adalah “CLINICS” yang terdiri dari Commitment,
Legal, Information, Networking, Innovation, Competition dan Reward, serta Sinergy.
Komitmen berarti seluruh pemangku kepentingan dalam program ODF menjalankan
tugasnya. Legal artinya terdapat landasan hukum mengenai ODF. Informasi artinya
terdapat penyebaran informasi mengenai ODF yang bertujuan supaya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai ODF meningkat. Networking artinya terdapat
jaringan kader dari tingkat kabupaten hingga tingkat RT untuk mensukseskan
program tersebut. Inovasi artinya terdapat inovasi pengadaan kloset. Kompetisi dan
reward adalah bentuk persaingan antar desa untuk menjadi desa ODF dan akan
mendapat penghargaan dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Sinergi artinya
adanya upaya mensinergikan strategi untuk mensukseskan ODF.
Secara keseluruhan proses pelaksanaan program ODF pada tahap perencanaan
sudah baik. Penetapan tujuan, sasaran, baseline data, target, dan strategi sudah
dilaksanakan.

2. Pelaksanaan
Terdapat dua bentuk kegiatan yang dilakuakn oleh Dinas Kesehatan yang dibantu
oleh stakeholders untuk mensukseskan ODF yaitu :
a. Informasi
Informasi merupakan upaya penyebaran informasi yang bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya ODF dan dampak negatif dari
perilaku Open Defecation atau BABS. Tujuan dari edukasi tersebut adalah untuk
menambah pengetauan masyarakat yang diharapkan akan memicu peningkatan
kesadaran dan perubahan pada perilaku Open Defecation sehingga tidak ada lagi
masyarakat yang buag air besar sembarangan.

6
b. Inovasi
Inovasi adalah peningkatan fasilitas sanitasi yang dilakuan dengan membantu
membagun WC dengan pemberdayaan masyarakat lokal yang dibantu oleh Dinas
Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya.

3. Evaluasi
Menurut (Suprianto dan Mutiarin, 2017) secara umum evaluasi kebijakan
merupakan sebuah kegiatan penilaian yang mencakup penilaian terhadap susbstansi,
implementasi, dan dampak. Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana program
yang telah dilaksanakan dapat berhasil. Program ODF dapat dinilai apakah berhasil
atau belm dengan membandingkan realisasi capian dengan target yang sudah di
tentukan.
Tabel 2
Data Realisasi Indikator Program Open Defecation Free (ODF) di
Kabupaten Bojonegoro
No Indikator Target Realisasi Capaian
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
1. Kecamatan - 7,5 % 33,4 44,4 100 - 7,4% 14,8 - -
ODF % % % %

2. Desa ODF 23,3 34,9 46,5 69,8 100 29,8 38,8 50,5 - -
% % % % % % % %

3. RT (KK) yang - - -
memiliki 75% 80% 85% 90% 100 78,46 82,6
jamban sehat % % 1%

4. Penduduk - -
yang memiliki 75% 80% 85% 90% 100 91,6 92,1 90,6
akses ke % % % %
jamban sehat

Sumber : Diolah dari website Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dan (Arifianty, 2016)

7
Data realisasi capaian program pada tahun 2017 belum tersedia sedangkan tahun
2018 merupakan tahun berjalan saat ini.
a. Kecamatan ODF
Jumlah kecamatan ODF di Kabupaten Bojonegoro meningkat, pada tahun 2015
sebesar 7,4 % dan pada tahun 2016 menjadi 14,8%. Tetapi pencapaian pada tahun
2016 belum memenuhi target yang seharusnya sebesar 33,4%.
b. Desa ODF
Berdasarkan data dari tahun 2014 hingga 2016, jumla desa ODF selalu mengalami
peningkatan dan melebihi target yang sudah ditentukna. Pada tahun 2016 telah
mencapai 50,2% melebihi target yang hanya 46,5% yang artinya setengah dari desa di
Kabupaten Bojonegoro telah ODF. Tercapainya target juga dipengaruhi oleh
sosiaisasi berkala dan adanya reward dari Bupati apabila desa tersebut telah mencapai
ODF.
c. KK yang memiliki jamban sehat
Presentase KK yang memiliki jamban sehat meningkat dari tahun 2015 sebesar
78,46% menjadi 82,61% di 2016. Walaupun meningkat ternyata masih belum dapat
memenuhi target yang sudah di tentukan yaitu sebesar 80% pada 205 dan 85% pada
2016.
d. Penduduk memiliki akses ke jamban sehat
Presentase penduduk yang memiliki akses ke jamban sehat telah lebih dari target
yaitu pada tahun 2016 mencapai 90,6%. Angka akses ke jamban sehat yang lebih
tinggi dibanding KK yang memiliki jamban sehat menunjukkan bahwa beberapa KK
masih melakukan sharing dengan KK lain atau menggunakan fasilitas umum
bersama.
Dari emapat indikator diatas yaitu kecamatan ODF, desa ODF, dan KK yang
memiliki jamban sehat mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga 2016. Hal itu
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk buang air besar di tempatnya juga telah
meningkat. Satu indikator yang mengalami naik dan turun adalah indikator akses ke
jamban sehat tetapi presentasenya selalu di atas 90%.

8
B. Peran Stakeholders dalam Program Open Defecation Free di Bojonegoro
Menurut John W Mohr & Harrison C. White, 2008 dalam (Denok Kurniasih, Paulus
Israwan Setyoko, 2017) kelembagaan dapat berupa sebuah kegiatan, norma, nilai,
struktur sosial, dan sistem peran dalam masyarakat. Sedangkan menurut Omer Javed
(2013) dalam (Denok Kurniasih, Paulus Israwan Setyoko, 2017) terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas kelembagaan dan keberhasilan suatu program. Berdasarkan dua
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran stakeholders dalam program akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan program tersebut.
Stakeholders adalah para pemangku kepentingan baik berupa individu, kelompok,
maupun lembaga yang mereka memiliki tanggung jawab atau terkena dampak dari
program.
Strategi pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam pelaksanaan program Open
Derefication Free (ODF) adalah CLINICS yaitu Commitment, Legal, Information,
Networking, Innovation, Competition, dan Sinergy. Commitmet berarti seluruh
stakeholders melaksanakan peran mereka untuk mensukseskan program Open Defecation
Free (ODF). Stakeholders yang berperan dalam program ODF di Kabupaten Bojonegoro
antara lain :
1. Bupati Kabupaten Bojonegoro
Bupati memiliki peran penting dalam mensukseskan sebuah program, termasuk
program ODF. Bupati memiliki dua peran yaitu: Pertama, membuat dan
mengesahkan kebijakan yaitu Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2014 tentang Gerakan
Desa Sehat dan Cerdas di Bojonegoro. Peraturan merupakan dasar hukum sekaligus
panduan. Kedua, memberikan arahan dan motivasi. Motivasi dari Pemerintah
Kabupaten diberikan dalam bentuk penghargaan. Desa-desa yang sudah menjadi desa
ODF akan diberikan sertifikat dan menjadi desa percontohan. Hal tersebut
memotivasi masyarakat untuk mengubah perilaku mereka untuk tidak buang air besar
sembarangan.
2. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan merupakan SKPD yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program ODF. Dinas kesehatan melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga

9
evaluasi dengan bekerja sama dinas-dinas lain yang terkait dan stakeholders lainnya.
Perencanaan dimulai dari penentuan tujuan, sasaran, baseline data, target hingga
strategi. Pada tahap pelaksanaan dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan.
Hingga tahap evaluasi adalah menilai apakah program itu berhasil atau tidak melihat
dari capaian yang dibandingan dengan target pada perjanjian kinerja, renja, dan
renstra.
3. Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Cipta Karya
SKPD ini membantu Dinas Kesehatan dalam proses pelaksanaan program ODF. Salah
satu strategi dalam program ODF adalah Inovasi pengadaan dengan pemberdayaan
masyarakat lokal. Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Cipta Karya memiliki
peran dalam membantu membangun WC dan memberikan pinjaman cetakan kloset.
4. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonergoro memiliki peran untuk memberikan
pemicuan berupa edukasi dalam bentuk sosialisasi tentang pentingnya buang air besar
di wc dengan kloset standar serta bahaya atau dampak negatif buang air besar
sembarangan.
5. Dinas Kominfo
Dinas Kominfo Kabupaten Bojonegoro memiliki peran dalam melakukan promosi
dan publikasi mengenai kegiatan yang berkaitan dengan program ODF.
6. Camat
Camat memiliki peran dalam melakukan monitoring program ODF di tingkat
desa/kelurahan.
7. Pemerintah Desa dan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah Desa dan Badan Pemberdayaan Masyarakat memiliki peran penting untuk
mendampingi desa dalam penuntasan ODF dengan cara menggerakan warganya
supaya buang air besar pada tempatnya. Dalam pelaksanaan juga dibantu oleh
puskesmas yang terdapat di desa/kelurahan.

10
8. Masyarakat
Masyarakat merupakan sasaran program sekaligus aktor penting dalam program ODF.
Program ODF dapat dikatakan berhasil apabila sudah terdapat perubahan perilaku di
masyarakat dengan buang air besar di tempatnya.

III.PENUTUP
Program Open Defecation Free (ODF) memiliki tujuan untuk menghilangkan
kebiasaan buang air besar sembarangan dan meningkatkan kualitas sanitasi, supaya angka
penyakit berbasis lingkungan seperti diare dapat berkurang. Pelaksanaan program Open
Defecation Free (ODF) dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sosialisasi/informasi dan
investasi/pengadaan wc dengan jamban sehat. Program ODF berjalan cukup optimal yang
ditandai dengan peningkatan presentase pada empat indikator dalam kurun waktu 2014-
2016. Empat indikator ODF yaitu: Kecamatan ODF, Desa ODF, Rumah Tangga yang
memiliki jamban sehat, dan Rumah Tangga yang memiliki akses ke jamban sehat. Pada
tahun 2016 sudah terdapat 14.8 % kecamatan ODF, 50.5% desa ODF, 82.1% RT yang
memiliki jamban sehat, dan 90.6% RT yang memiliki akses ke jamban sehat. Target dari
pemerintah Kabupaten Bojonegoro adalah mencapai angka 100% pada tahun 2018.
Peran stakeholders dalam program ODF memberikan dampak yang signifikan
terhadap keberhasilan program. Berikut merupakan stakeholders yang berperan dalam
program ODF, yaitu : Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Bupati Bojonegoro, Dinas
Kesehatan, Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Cipta Karya, Dinas Kominfo,
Dinas Pendidikan, Camat, Pemerintah Desa, Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan
Masyarakat. Masukan bagi pemerintah Kabupaten Bojonegoro seharusnya bekerjasama
dengan pihak swasta dalam hal pengadaan jamban sehat bagi masyarakat yang kurang
mampu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Arifianty, D. P. (2017). Peran Pemerintah Lokal Dalam Peningkatan Sanitasi Lingkungan
Masyarakat : Studi Tentang Keberhasilan Program Open Defecation Free ( ODF ) Di
Kabupaten Bojonegoro, 5, 1–9.

Davik, F. I. (Volume 4 Nomor 2 Juli- Desember 2016). Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Pilar Stop Babs Di Puksesmas. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia ,
107-116.

Denok Kurniasih, P. I. (Vol. 29, No. 1, Tahun 2016). Kinerja Kelembagaan Program Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (Slbm). Jurnal Ilmu Administrasi Negara Unsoed, 14-
21.

Denok Kurniasih, Paulus Israwan Setyoko, dan M. I. (2017). Collaborative Governance Dalam
Penguatan Kelembagaan Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Di
Kabupaten Banyumas. Sosiohumaniora, 19(1), 1–7.
https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780199772438.003.0009

Hapsari, D., Sari, P., & Pradono, J. (2009). Pengaruh lingkungan sehat, dan perilaku hidup sehat
terhadap status kesehatan. Buletin Penelitian Kesehatan Suplement, 37, 40–49. Retrieved from
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/BPK/article/view/2192/1090

Suprianto, A. dan D. Mutiarin. (2017). Evaluasi pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.


Journal of Governance And Public Policy, Vol. 4(No 1), 71–107.
https://doi.org/10.18196/jgpp.4172

Nugraha, M. F. (Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015). Dampak Program Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat (Stbm) Pilar Pertama Di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit
Kabupaten Lumajang. Kebijakan Dan Manajemen Publik, 44-53.

12
Rosdiana, I. P. (2016). Implementasi Program Gerakan Desa Sehat Dan Cerdas (Gdsc) Di Desa
Bulu Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro (Studi Pada Parameter Sehat Indikator
Angka Kematian Ibu Dan Angka Kematian Bayi). Jurnal Unesa, 1-8.

Sari, A. D. (Vol 7, No 2, 2018). Kebijakan Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam Menekan


Angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Journal of Politic and Government
Studies, 1-16.

Sholikhah, S. (Vol.02, No.Xviii, Juni 2014). Hubungan Pelaksanaan Program Odf (Open
Defecation Free) Dengan Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Buang Air Besar Di
Luar Jamban Di Desa Kemiri Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012.
Jurnal Surya, 84-90.

Undang-Undang

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Gerakan Desa/Kelurahan Sehat dan
Cerdas di Kabupaten Bojonegoro
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat

Website
Kementrian Kesehatan RI. ( 2016, 30 Mei Senin). Menuju 100% Akses Sanitasi Indonesia 2019.
Retrieved Mei 2018, 18, From Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
Http://Www.Depkes.go.id

Lain-lain
CNN Indonesia. (2015, November 25). 51 Juta Orang Indonesia Buang Air Besar Sembarangan.
CNN Indonesia. Diakses pada 18 Mei 2018 Pukul 22.04 WIB
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151125110417-255-93907/51-juta-orang-
indonesia-buang-air-besar-sembarangan

13
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai