Anda di halaman 1dari 7

1.

1 Teori dan Konsep Model Keperawatan

1.1.1 Pengertian

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevenson, sebagai usaha untuk

menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori

Keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain

dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan

mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan (Budiono &

Pertami 2015).

Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek,

benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi

seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep

kedalam satu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau

kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk

membangun sebuah rumah ketika rumah yang dibangun diibaratkan sebagai

kerangka konsep.

1.1.2 Tujuan teori dan konsep model keperawatan

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu

keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin

dicapai, diantaranya:

1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan

tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan

baik bentuk tindakan maupun bentuk model praktik keperawatan sehingga

berbagai permasalahan dapat teratasi.


2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk

memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan,

kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah

keperawatan.

3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam

keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan

keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.

4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan

filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan

keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.

1.1.3 Karakteristik teori dan konsep model keperawatan

Torres dan Chinn dan Jacob seperti dikutip dalam Budiono & Pertami

(2015), menegaskan terdapat lima kaarakteristik dasar teori keperawatan.

1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai

hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan

antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan

keperawatan.

2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan

dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan

menggunakan cara berpikir yang logis.

3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan

dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang

kompleks sesuai dengan situasi praktik keperawatan.


4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge

keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.

5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki

kualitas praktik keperawatan.

1.1.4 Model dan konsep teori konsekuensi fungsional

Teori Konsekuensi Fungsional dikembangkan oleh Carol A. Miller,

dimana teori ini berhubungan dengan teori penuaan, lansia dan keperawatan

secara holistik. Domain konsep teori keperawatan ini yaitu person (lansia),

lingkungan, kesehatan dan keperawatan dalam suatu hubungan keterkaitan.

Konsekuensi fungsional adalah pengamatan efek perubahan terkait usia

dan faktor resiko yang mempengaruhi kulitas hidup lansia. Efek yang diamati

menyangkut keseluruhan fungsi, termasuk tubuh, pikiran dan jiwa.

1. Perubahan terkait usia dan faktor resiko

Terkait usia, muncul perubahan fisik dan fungsinya yang tak terelakkan,

progresif seiring waktu dan irreversibel. Namun secara psikologis dan

spiritual, perubahan tersebut berpotensi kearah perkembangan atau

peningkatan.

Faktor resiko adalah kondisi yang meningkatkan kerentanan lansia

mengalami konsekuensi fungsional yang negatif. Faktor resiko termasuk

penyakit, lingkungan, gaya hidup, sistem pendukung, keadaan psikososial,

efek obat yang merugikan, dan sikap berdasarkan kurangnya

pengetahuan.Peran perawat dalam hal ini bertujuan meningkatkan

kesejahteraan lansia dengan memperhatikan dua komponen, yaitu perubahan

terkait usia dan adanya faktor resiko. Kombinasi kedua komponen ini dapat
menyebabkan timbulnya konsekuensi fungsional yang negatif. Konsekuensi

fungsional yang negatif adalah semua bentuk gangguan yang mempengaruhi

kualitas hidup lansia (Bagan 2.1).

2. Domain dalam konsep teori konsekuensi fungsional

a. Person

Lansia adalah individu yang kompleks dan unik, dimana fungsi dan

kesejahteraannya diperngaruhi perubahan terkait usia dan faktor resiko.

b. Kesehatan

Dalam konsep teori ini kesehatan dimaksudkan adalah kemampuan lansia

untuk melaksanakan fungsinnya secara, meliputi fungsi fisik, psikoligis

dan sosial, mencapai kesejahteraan dan kualitas hidup sebagaimana lansia

yang lain.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah kondisi eksternal yang mempengaruhi kondisi tubuh,

pikiran, jiwa dan fungsional lansia. Ketika mengganggu fungsional lansia,

lingkungan merupakan faktor resiko, dan ketika meningkatkan fungsional

lansia itu merupakan intervensi.

d. Keperawatan

Fokus asuhan keperawatan adalah untuk meminimalkan pengaruh negatif

dari perubahan terkait usia dan faktor resiko untuk meningkatkan

kesehatan lansia. Tujuan yang dicapai lebih ditekankan pada peningkatan

kesehatan dan intervensi keperawatan lain untuk menangani konsekuensi

fungsional yang negatif.


Bagan 2.1 Kerangka konsep teori konsekuensi fungsional. Perubahan terkait dan
faktor resiko mempengaruhi konsekuensi fungsional pada lansia. Intervensi yang
dilakukan perawat berdasarkan hasil pengkajian terkadap komponen teori
konsekuensi sehingga menghasilkan outcome yaitu konsekuensi fungsional yang
positif sehingga memberikan kesejahteraan pada lansia.
.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kerangka Konseptual

Bagan 3.2 Kerangka konseptual efektifitas pemberian jus aloe vera dan senam lansia terhadap
penurunan kadar kolesterol total papa lansia dengan hiperkolesterolemia.
Konsep teori konsekuensi fungsional memperhatikan perubahan terkait usia, faktor

resiko pada lansia dan konsekuensi fungsional yang terjadi pada lansia. Perubahan terkait

usia yang terjadi yaitu penurunan motilitas usus, menyebabkan waktu transit makanan yang

mengandung kolesterol empedu dan lemak lebih lama di saluran cerna sehingga terjadi

absorbsi yang lebih banyak. Faktor resiko pada lansia yaitu pola aktivitas kurang

menyebabkan kadar HDL plasma yang rendah sehingga ambilan LDL oleh hati tidak optimal.

Kedua komponen ini merupakan kombinasi yang menyebabkan terjadinya konsekuensi

fungsional yang negatif pada lansia yaitu hiperkoesterolemia. (Murray et al. 2003; Miller

2012; Redondo et al. 2013).

Jus aloe vera yang mengandung glukomanan akan mengikat empedu dan lemak sehingga

tidak terjadi penyerapan kolesterol dan lemak. Senam lansia akan meningkatkan sintesis HDL

oleh hati sehingga meningkatkan ambilan LDL untuk dimetabolisme. Outcome kesejahteraan

yang diharapkan dari kedua intervensi adalah konsekuensi fungsional yang positif pada lansia

yaitu penurunan kadar kolesterol plasma. (Price & Wilson 2012; Wirya 2012; Erwinanto et

al. 2013; Arsana et al. 2015)

Anda mungkin juga menyukai