PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Satu dari 3000 orang akan menderita trombosit yang berjumlah rendah
yang menyebabkan memar dan pendarahan. Satu dari 6000 akan menderita
radang otak . Rubella sangat berbahaya apabila seorang wanita terkenanya
dalam 20 minggu pertama kehamilan. Ini dapat menyebabkan kelainan
serius pada bayi yang dilahirkan. Keadaan tuli, kebutaan, cacat jantung dan
cacat intelektual dapat terjadi.(Depkes,2013) Sehingga pemerintah
melaksanakan kampanye vaksinasi MR. Vaksin MR (Measles Rubella)
memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat komplikasi yang disebabkan infeksi rubella seperti
pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
bawaan (Ditjen P2P, 2016). Terdapat 83 kasus pasti CRS pada tahun 2015-
2016 diantaranya 77% menderita kelainan jantung, 67,5% menderita
katarak dan 47% menderita ketulian (Ditjen P2P, 2016).
WHO menganjurkan semua negara harus menerapkan program
pemberian vaksin rubella termasuk Negara yang sudah memasukkan
campak ke dalam imunisasi dasar. Dalam upaya mencapai target eliminasi
measless dan rubella pada tahun 2020, pemerintah Indonesia mengadakan
kampanye imunisasi measless rubella/MR sebagai imunisasi tambahan
sebelum di masukkan ke dalam imunisasi rutin. kampanye imunisasi
measless rubella di laksanakan serentak di sekolah dan pos pelayanan
kesehatan dan di tujukkan bagi anak usia 9 bulan sampai < 15 tahun dengan
cakupan imunisasi 95 % . (WHO,2018)
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi
beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat
2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan
menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. kementrian
kesehatan republik Indonesia Setiap tahun melalui kegiatan surveilans
dilaporkan hasil konfirmasi laboratorium 16–43% adalah rubella pasti.
4
Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak
dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah
dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya
kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan swasta
serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Di Indonesia,
Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan upaya pencegahan efektif berdasarkan studi tentang estimasi
beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat
2.767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan
menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. ( Kemenkes,
2018)
Untuk mencegah terjadinya penyakit Rubella khususnya di
indonesia. Perlu dilakukannya imunisasi, imunisasi dapat melindungi bayi
dan anak dari berbagai macam penyakit infeksi salah satunya yaitu
Rubella, yang apabila tidak dicegah penyakitnya maka akan menyebabkan
komplikasi dengan risiko kematian. Selain itu penyakit-penyakit tersebut
berpotensi menimbulkan kasus luar biasa (KLB) bahkan wabah yang
berdampak besar bagi masyarakat di sekitarnya dan pastinya
membutuhkan biaya sangat besar untuk pemberantasannya (Unicef,
2010). Cara kerja dari imunisasi yaitu dengan cara memberikan bahan
antigenik berupa agen imunobiologis (vaksin atau toksoid) ke dalam
tubuh untuk menginduksi imunitas. Dengan adanya imunisasi ini, maka
bayi dan anak akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan
mencegah penularan ke orang-orang disekitarnya, bahkan mengeradikasi
beberapa penyakit seperti cacar. Imunisasi juga akan meningkatkan
kekebalan tubuh pada bayi dan anak, sehingga mampu melawan penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut (Soedjatmiko, 2009).
Penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin diperkirakan
menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini
mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya. Sejak
diluncurkannya Program Pengembangan Imunisasi (EPI) pada 1974,
5
C. Tujuan penilitian
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
8
.
10