Makalah Penelitian Tingkat Kemiskinan
Makalah Penelitian Tingkat Kemiskinan
OLEH:
NAMA : DWI SAPUTRI
NIM : A1A016038
KELAS : IESP – A
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia, dan
bimbingan-Nyalah saya dapat melalui proses pembuatan proposal ini dari awal hingga selesai
dengan sangat baik.
Melalui proposal ini, saya akan membahas mengenai “penelitian tingkat kemiskinan”
dikaitkan dengan teori yang ada. Saya sangat mengharapkan proposal ini dapat berguna bagi
penulis dan pembaca. Semoga proposal ini dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan
kita semua mengenai Tingkat Kemiskinan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini
masih terdapat banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan saya masih dalam proses belajar dan
karena kemampuan saya yang terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun
akan saya terima dengan sangat senang hati untuk bahan pembelajaran di masa depan.
Sekian kata pengantar dari saya, saya mohon maaf jika ada kesalahan kata, penulisan,
maupun pemikiran saya yang kurang berkenan dihati para pembaca. Semoga Tuhan yang maha
Esa memberkati kita semua. Amin. Saya sampaikan terimakasih.
DAFTAR ISI
Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Kondisi keterpurukan / resesi ekonomi di negara-negara Asia pada akhir
tahun 90-an hingga kini semakin menambah jumlah keluarga miskin di negara berkembang
termasuk Indonesia. Dimana krisis ekonomi telah menyebabkan bertambahnya penduduk
miskin, yang selanjutnya berdampak pada penurunan kualitas hidup penduduk
Indonesia.Menurut Soegijokodalam lbnussalam (2003), kemiskinan merupakan kondisi
dimana individu atau masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya seperti sandang, perumahan, pangan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Artinya kemiskinan tersebut merupakan masalah mendasar atau mendesak yang harus
ditangani secara terpadu, terintegrasidan terencana dalam konteks pembangunan nasional
dandaerah.
Dalam konteks penanggulangan kemiskinan di Indonesia, berbagai program dan kebijakan
pemerintah telah dilaksanakan antara lain melalui pemberian kredit murah, program
pembangunan infrastruktur dasar dan berbagai program pengembangan kelembagaan
pembangunan seperti Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT), Program Peningkatan
Pendapatan Petani Kecil (P4K), Program Pengembangan Wilayah (PPW) dan lain-lain
(Nugroho dalam Dewanta, 1995).Mulai tahun 2006, Pemerintah telah memiliki konsep
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dengan basis pemberdayaan masyarakat yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan tujuan
meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Program pengentasan kemiskinan (Poverty alleviating program) yang telah dilaksanakan
pemerintah tersebut diatas belum memberikan hasil optimal, yang ditandai dengan masih
banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2011 menunjukkan bahwa penduduk miskin Indonesia mencapai
29.890.140 jiwa atau sekitar 12,36 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi Bengkulu berdasarkan Data Biro Pusat Statistik
tahun 2012 tersaji pada tabel 1.1
Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Bengkulu 91.032 107.501 112.890 138.164 148.927 152.335 178.157 210.781 238.642
Selatan
Rejang 90.321 106.722 114.776 141.176 165.007 172.551 238.072 239.407 271.051
Lebong
Bengkulu 96.107 113.049 124.072 151.742 166.935 171.744 177.042 207.952 235.439
Utara
Kaur 1 108.696 115.145 103.886 137.793 148.526 159.641 189.746 214.825
Seluma 1 109.673 115.171 154.215 177.209 184.488 210.229 216.250 244.833
Muko – 2 116.475 125.169 141.666 166.740 174.677 183.293 215.021 243.442
muko
Lebong 3 3 3 121.613 147.002 155.040 173.299 197.915 224.075
Kepahyang 3 3 3 121.455 153.050 163.052 176.807 203.162 230.015
Bengkulu 4 4 4 4 4 4 4 4 246.771
Tengah
Kota 108.481 123.870 133.048 160.711 185.651 193.546 257.536 325.600 368.637
Bengkulu
Bengkulu 101.437 110.975 115.569 128.541 160.641 170.802 202.428 231.990 225.857
Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk miskin di Propinsi Bengkulu
Pada tataran Kabupaten Rejang Lebong, berbagai kebijakan yang ditujukan untuk
pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat telah dilakukan kebijakan yang
diimplementasikan tidak dapat lepas dari kebijakan Pemerintah Pusat. Kebijakan tersebut
antara lain : pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan
Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan)
yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan
Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP
(Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan
dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial,
dan lain-lain.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah timbul akibat sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya pembangunan lainnya langka jumlah dan atau karena perkembangan
teknologi yang sangat rendah sehingga mereka tidak dapat berperan aktif dalam
pembangunan.
b. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural timbul akibat hasil pembangunan yang tidak merata.
Kepemilikan sumberdaya yang tidak merata, kemampuan tidak seirnbang,
ketidaksamaan kesempatan menyebabkan keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan tidak merata.
c. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Kultural ini timbul akibat dari pencarian suatu sikap, kebiasaan hidup
dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa berkecukupan dan tidak rnerasa
kekurangan. Kelompok ini tidak mudah diajak untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha rnemperbaiki tingkat kehidupannya.
Dengan ukuran absolut mereka rniskin, tetapi mereka tidak merasa miskin.
2.3 Landasan Teori
Isu kemiskinan merupakan masalah penting dalam pembangunan di Indonesia.
Beberapa program pemerintah belum mampu mengatasi kemiskinan sehingga perlu
dirumuskan model pemberdayaan masyarakat miskin yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Pemahaman kemiskinan secara konvensional umumnya diartikan sebagai
kondisi masyarakat yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan dari beberapa penelitian sebelumnya
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dkk (2009) yang mengemukakan bahwa
penyebab rumah tangga miskin di wilayah Jawa Timur lebih banyak disebabkan karena
faktor absolut atau kemiskinan absolut yang disebabkan oleh faktor keturunan, jumlah
tanggungan keluarga dan pendapatan rendah. Menurut Satriawan dan Oktavianti (2012)
mengemukakan bahwa permasalahan mendasar yang menjadi penyebab kemiskinan petani
antara lain: akses input pertanian terbatas, imperfect information, ketersediaan teknologi
terbatas, pengetahuan dan skill rendah, keterbatasan modal, moral hazard, ketidakstabilan
harga, petani sebagai price taker, high transaction cost, managemen organisasi buruk dan
banyaknya tengkulak/pengepul sebagai price maker. Selanjutnya Ginting (2004)
mengemukakan kemiskinan dipengaruhi oleh faktor yang saling terkait satu dengan
lainnya, seperti; (l) luas penguasaan lahan, (2) tingkat pendidikan; (3) jumlah tanggungan
keluarga; (4) akses terhadap lembaga keuangan; dan (5) alternatif usaha. Faktor utama
yang menentukan tingkat pendapatan adalah luas tanah yang digarap oleh rumah tangga
petani.
.............................................................3.1.
Dimana :
N = Jumlah Petani Miskin yaitu 244 orang
δ2 = Varian Populasi
.............................................................................................3.2.
B = Tingkat kesalahan yang dapat diterima
Dalam penelitian ini digunakan 5 %, sehingga nilai :
Nilai varian diperoleh dari dua langkah berikut, pertama menentukan jumlah
sampel sementara sebanyak 20 petani miskin yang dipilih secara acak pada
Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang
Lebong dan dicatat umur responden. Selanjutnya dari 20 contoh petani miskin ini
diestimasi nilai varian dari umur responden. Varian umur diestimasi dengan
rumus (Nazir, 1988):
.................................................................................... 3.3
Dari hasil estimasi diperoleh nilai varian sebesar 0,2875 sehingga jumlah sampel
petani miskin yang dapat digunakan pada penelitian ini berjumlah 76 petani
miskin di Kelurahan Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang Dataran
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Keterangan :
GR = Gini Ratio
Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i
Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i
Qi+1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i+1
n = Jumlah kelas
1 dan 10.000 = konstanta
Jika distribusi merata sempurna (perfect equality), dimana proporsi jumlah
penduduk akan sama dengan proporsi pendapatan (kemiskinan). Menurut
Asnawi dalam Amar (1999), bahwa Gini Ratio akan berada antara 0 sampai 1
Jika Gini Ratio mendekati 0 artinya distribusi pendapatan relatif sangat erata,
sementara jika Gini Ratio mendekati 1 menunjukkan bahwa distribus
pendapatan relatif sangat timpang
Menurut Oshima dalam Amar (1999), Gini Ratio dikelompokkan ke dalam
tiga kategori, yaitu:
Gini Ratio ≤ 0,30 sama dengan Merata
Gini Ratio >0,30 ≤ 0,40 sama dengan Sedang
Gini Ratio > 0,40 sama dengan Timpang
Data-data kualitatif akan dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif yang
memadai untuk menemukan titik permasalahan, yakni dengan menerapkan metode
fenomenologi. Pada prinsipnya analisis data kualitatif mengandalkan pada
kemampuan peneliti selama di lapangan dalam mengindera, merasakan, mengolah,
mencari keterkaitan dan keterhubungan antar berbagai fenomena yang ditemui di
lapangan. Proses analisis data dilakukan secara simultan dan siklikal dengan
memposisikan diri pada empat sumbu, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Jadi analisis data sudah mulai
dilakukan pada saat pengambilan data-data lapangan. Cara utama yang akan
digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif adalah menginterpretasikan data
dan informasi, menghubung-hubungkan antar informasi, serta mencari pola-pola
antar peristiwa dalam domain topik yang sedang dikaji. Dalam hal ini, semua data
dan informasi dikelompokkan ke dalam unit-unit konsep (domain) yang menjadi
isu utama masalah kemiskinan. Dari sini akan dicoba untuk mengungkap pokok
permasalahan menyangkut penguasaan luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, akses terhadap lembaga keuangan, alternatif usaha dan status
kepemilikan lahan. Semua deskripsi analitis dikemukakan dengan memperhatikan
istilah-istilah bahasa yang dipergunakan masyarakat setempat, pendapat, dan
contoh-contoh kejadian. Dengan demikian analisis kualitatif menjadi suatu uraian
eksplanatif yang memadai (thick description). Untuk membantu pembahasan juga
akan dipergunakan diagram dan gambar-gambar ilustratif.
3.6.4 Modeling Probabilitas Terjadinya Kemiskinan Rumah Tangga.
Untuk menggambarkan atau menjelaskan penampakan kemiskinan rumah
tangga digunakan model probit binary. Model Probit Binary (a binary probit model)
adalah suatu model yang sering digunakan dalam aplikasi ekonometrika di mana
motivasi penggunaannya dimotivasi oleh kerangka variabel laten atau tidak
terobservasi. Lebih lanjut, model ini digunakan pada variabel-variabel yang lebih
banyak mempunyai dua nilai (binary atau variabel dummy), yakni 1 dan 0. Salandro
dan Harrison (1997) serta O'Donnel, et al (1999) adalah dua peneliti yang
mengaplikasikan model probit ini.
1. Prayitno Hadi dan Arsyad L, 1987.Petani Desa dan Kemiskinan, BPFE, Yogyakarta.
Sugiarto, dkk, 2003.Teknik Sampling, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Umar, Husein, 2003. Metode Penelitian untuk skripsi dan Teknis Bisnis, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
2. Amar Syamsul, 1999.Analisis Ekonomi tentang kemiskinan dan implikasi
Kebijaksanaan Pengentasannya di Pedesaan Propinsi Sumatera Barat, Pasca Sarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
3. Ginting, Jamilah, 2004. Analisis Faktor Penyebab Pendapatan Petani miskin di Kecamatan
Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibnussalam, 2002.Analisis Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan masyarakat Desa (Suatu
study pada Desa Bulucina, Tarutungsihoda-hoda dan Desa Gonting Jae Kecamatan
Burumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan), Pasca Sarjana USU Medan.
5. Molo Maccelinus, 1995. Kemiskinan: Konsep, Pengukuran dan Kebijakan; dalam Populasi
No. 6 (2). Singarimbun, Masri, 1978. Pola Konsumsi Kearah Pemerataan: Prisma No. 10
Tahun VII Sayogyo, 1973.Golongan miskin dan Partisipasinya dalam Pembangunan Desa,
Prisma No. 3 Tahun 1977, PL3ES, Jakarta.
6. BPS, 2011, Rejang Lebong Dalam Angka, Rejang Lebong Bengkulu.
TNP2K, 2011. Profil Kemiskinan di Indonesia, dari data
tnp2k.go.id/index.php?q=content/kemiskinan-di-indonesia, diunduh 19 Pebruari 2013.
7. Bappenas, 2012.Kemiskinan di Indonesia dan Penanggulangannya, dari
www.bappenas.go.id/node/165/3630/kemiskinan-di-indonesia-dan-penanggulangannya,
diunduh 19 Pebruari 2013.