Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN KEMISKINAN

("FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN


MASYARAKAT DI DESA SINDANG DATARAN KABUPATEN REJANG
LEBONG PROVINSI BENGKULU".)

OLEH:
NAMA : DWI SAPUTRI
NIM : A1A016038
KELAS : IESP – A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia, dan
bimbingan-Nyalah saya dapat melalui proses pembuatan proposal ini dari awal hingga selesai
dengan sangat baik.

Melalui proposal ini, saya akan membahas mengenai “penelitian tingkat kemiskinan”
dikaitkan dengan teori yang ada. Saya sangat mengharapkan proposal ini dapat berguna bagi
penulis dan pembaca. Semoga proposal ini dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan
kita semua mengenai Tingkat Kemiskinan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini
masih terdapat banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan saya masih dalam proses belajar dan
karena kemampuan saya yang terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun
akan saya terima dengan sangat senang hati untuk bahan pembelajaran di masa depan.

Sekian kata pengantar dari saya, saya mohon maaf jika ada kesalahan kata, penulisan,
maupun pemikiran saya yang kurang berkenan dihati para pembaca. Semoga Tuhan yang maha
Esa memberkati kita semua. Amin. Saya sampaikan terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 10
2.1. Definisi Kemiskinan ........................................................................................................ 10
2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan ................................................................................... 11
2.3 Landasan Teori ............................................................................................................... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................................................... 13
2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 16
3.1 Pendekatan dan Tahapan Penelitian ............................................................................... 16
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................................... 17
3.3 Teknik Pengambilan Data .............................................................................................. 17
3.4 Metode Penentuan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .......................................... 18
3.5 Metode Penentuan Responden ....................................................................................... 18
3.6 Teknik Analisa Data ....................................................................................................... 19
3.6.1 Analisis Deskripsi (Descriptive) ............................................................................. 19
3.6.2 Pengukuran Kemiskinan Rumah Tangga: Indikator Generik. ................................ 20
3.6.3 Analisis Data Kualitatif (Metode Fenomenologi)................................................... 22
3.6.4 Modeling Probabilitas Terjadinya Kemiskinan Rumah Tangga. ............................ 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Kondisi keterpurukan / resesi ekonomi di negara-negara Asia pada akhir
tahun 90-an hingga kini semakin menambah jumlah keluarga miskin di negara berkembang
termasuk Indonesia. Dimana krisis ekonomi telah menyebabkan bertambahnya penduduk
miskin, yang selanjutnya berdampak pada penurunan kualitas hidup penduduk
Indonesia.Menurut Soegijokodalam lbnussalam (2003), kemiskinan merupakan kondisi
dimana individu atau masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya seperti sandang, perumahan, pangan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Artinya kemiskinan tersebut merupakan masalah mendasar atau mendesak yang harus
ditangani secara terpadu, terintegrasidan terencana dalam konteks pembangunan nasional
dandaerah.
Dalam konteks penanggulangan kemiskinan di Indonesia, berbagai program dan kebijakan
pemerintah telah dilaksanakan antara lain melalui pemberian kredit murah, program
pembangunan infrastruktur dasar dan berbagai program pengembangan kelembagaan
pembangunan seperti Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT), Program Peningkatan
Pendapatan Petani Kecil (P4K), Program Pengembangan Wilayah (PPW) dan lain-lain
(Nugroho dalam Dewanta, 1995).Mulai tahun 2006, Pemerintah telah memiliki konsep
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dengan basis pemberdayaan masyarakat yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan tujuan
meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Program pengentasan kemiskinan (Poverty alleviating program) yang telah dilaksanakan
pemerintah tersebut diatas belum memberikan hasil optimal, yang ditandai dengan masih
banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2011 menunjukkan bahwa penduduk miskin Indonesia mencapai
29.890.140 jiwa atau sekitar 12,36 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi Bengkulu berdasarkan Data Biro Pusat Statistik
tahun 2012 tersaji pada tabel 1.1

Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Bengkulu 91.032 107.501 112.890 138.164 148.927 152.335 178.157 210.781 238.642
Selatan
Rejang 90.321 106.722 114.776 141.176 165.007 172.551 238.072 239.407 271.051
Lebong
Bengkulu 96.107 113.049 124.072 151.742 166.935 171.744 177.042 207.952 235.439
Utara
Kaur 1 108.696 115.145 103.886 137.793 148.526 159.641 189.746 214.825
Seluma 1 109.673 115.171 154.215 177.209 184.488 210.229 216.250 244.833
Muko – 2 116.475 125.169 141.666 166.740 174.677 183.293 215.021 243.442
muko
Lebong 3 3 3 121.613 147.002 155.040 173.299 197.915 224.075
Kepahyang 3 3 3 121.455 153.050 163.052 176.807 203.162 230.015
Bengkulu 4 4 4 4 4 4 4 4 246.771
Tengah
Kota 108.481 123.870 133.048 160.711 185.651 193.546 257.536 325.600 368.637
Bengkulu
Bengkulu 101.437 110.975 115.569 128.541 160.641 170.802 202.428 231.990 225.857
Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk miskin di Propinsi Bengkulu

Sumber : Data dan Informasi Kemiskinan, BPS (2011)


Tergabung dalam Kabupaten Bengkulu Selatan
Tergabung dalam Kabupaten Bengkulu Utara
Tergabung dalam Kabupaten Rejang Lebong
Tergabung dalam Kabupaten Bengkulu Tengah

Pada tataran Kabupaten Rejang Lebong, berbagai kebijakan yang ditujukan untuk
pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat telah dilakukan kebijakan yang
diimplementasikan tidak dapat lepas dari kebijakan Pemerintah Pusat. Kebijakan tersebut
antara lain : pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan
Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan)
yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan
Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP
(Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan
dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial,
dan lain-lain.

Data Sebaran Keluarga Pra Sejahtera menurut Kecamatan


di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010.
Kabupaten Rejang Lebong dengan luas wilayah 1.515,766 km2 dengan jumlah
penduduk 246.787 jiwa yang terbagi menjadi 63.617 Kepala Keluarga dan tersebar di 15
kecamatan. Data BPS (2011-2012) juga menginformasikan jumlah keluarga miskin
terbanyak, yakni 5.439 Kepala Keluarga atau 13,60 %, yang terbagi menjadi keluarga pra
sejahtera sebanyak 506KK, keluarga sejahtera Isebanyak 1.424KK dan Keluarga Sejahtera
II sebanyak 3.409KKdan mayoritas petani (Rejang Lebong dalam Angka (BPS), 2011-
2012) dengan sebaran keluarga pra sejahtera Kabupaten Rejang Lebong seperti terlihat pada
tabel 2.2.

Kecamatan Keluarga Pra Sejahtera Jumlah


Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera II
Curup 549 505 2.552 3.606
Curup Timur 80 107 526 713
Curup Utara 206 859 891 1.956
Curup Tengah 255 1.157 2.345 3.757
Curup Selatan 649 1.309 1.968 3.926
Bermani Ulu 432 884 1.484 2.800
Bermani Ulu Raya 152 636 1.210 1.998
Selapu Rejang 384 1.201 3.854 5.439
Sindang Dataran 54 190 554 798
Sindang Kelingi 585 672 1.110 2.367
Padang Ulak Tanding 1.638 1.548 1.119 4.305
Sindang Beliti Ulu 822 1.323 1.455 3.600
Sindang Beliti Ilir 71 276 312 659
Binduriang 104 357 416 877
Kota Padang 2.148 834 213 3.195
Jumlah 8.129 11.858 20.009 39.996
Sumber: Rejang Lebong Dalam Angka (BPS Th. 2011-2012)
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan di
pedesaan, salah satunya adalah standar garis kemiskinan Sayogyo (1973). Indikator
Kemiskinan menurut Sayogyo diukur berdasarkan pendapatan perkapita pertahun yang
dikonversikan dengan beras. Selanjutnya tingkat kemiskinan dikelompokkan dalam tiga
golongan pendapatan, yaitu: (1) pendapatan/individu/tahun kurang dari 180 kg setara beras
dikategorikan paling miskin, (2) pendapatan/individu/tahun antara 180 – 240 kg setara
beras dikategorikan miskin sekali, (3) pendapatan/individu/tahun 240 - 320 kg setara beras
dikategorikan miskin.

Dari hasil kajian literatur, pengukuran kemiskinan dengan menggunakan indikator


Sayogyo telah banyak dilakukan seperti penelitian Ginting (2004), Analisis Faktor
Penyebab Pendapatan Petani Miskin di Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang,
namun demikian penelitian-penelitian atau kajian ini belum ada yang dilakukan di
Kabupaten Rejang Lebong, oleh sebab itu kajian tentang kemiskinan dengan menggunakan
ukuran kemiskinan Sayogyo menjadi menarik untuk dilakukan. Hal ini penting untuk
mengetahui distribusi penduduk miskin di Kabupaten Rejang Lebong. Tidak kalah
pentingnya adalah masalah penyebab terjadinya kemiskinan.
Berdasarkan diskusi diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Sebaran, Probabilitas
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan: Kasus pada Petani di Kecamatan
Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong yang diduga kondisi kemiskinan rumah tangga
dipengaruhi oleh faktor penguasaan lahan, tingkat pendidikan,akses terhadap Lembaga
ekonomi, jumlah tanggungan keluarga,keberadaan alternatif usaha dan status kepemilikan
lahan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:

a) Mengukur tingkat kemiskinan petani berdasarkan ukuran garis kemiskinan sayogyo


dengan mengkonversikan pendapatan petani ke dalam ukuran setara dengan beras
yang dihitung dalam satuan kilogram.
b) Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi probabilitas keluarga menjadi miskin.
Mengukur distribusi/sebaran kemiskinan menggunakan indek gini ratio.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian diatas, maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui tingkat kemiskinan petani berdasarkan ukuran garis kemiskinan


sayogyo dengan mengkonversikan pendapatan petani ke dalam ukuran setara
dengan beras yang dihitung dalam satuan kilogram. Untuk mengetahui
distribusi/sebaran kemiskinan menggunakan indek gini ratio.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan seseorang ataumasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan standar yangberlaku. Kriteria yang
digunakan untuk status miskin rumah tangga adalah standar garis kemiskinan Sayogyo
(dalam Prisma, 1977), yaitu pendapatanperkapita setara dengan 320 kg beras. Tingkat harga
beras yang digunakan adalah hasil survei harga rata-rata 9 bahan pokok di Kabupaten Rejang
Lebong yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong yaitu
Rp.6.250/kg.Berdasarkan standar harga rata-rata beras tersebut, maka batas garis kemiskinan
adalah Rp. 2.000.000.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan total rumah tangga dalam setahun dibagi
dengan jumlah anggota rumah tangga. Pendapatan ini kemudian dikonversikan ke dalam
ukuran setara dengan beras yang dihitung dalam satuan kilogram. Pengukuran tingkat
pendapatan ini menggunakan garis kemiskinan Sayogyo yang dikelompokkan dalam tiga
golongan pendapatan yaitu:
Paling miskin yaitu pendapatan/individu/tahun dalam rumah tanggakurang dan 180 kg setara
beras atau kurang dari Rp. 1.350.000.
Miskin sekali yaitu pendapatan/individu/tahun dalam rumah tangga antara180-240 kg setara
beras atau antara Rp. 1.170.000 – Rp. 1.560.000.
Miskin yaitu pendapatan/individu/tahun dalarn rumah tangga antara 240-320 kg setara beras
atau antara Rp.1.560.000 – Rp.2.000.000.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kemiskinan


Defenisi baku tentang kemiskinan hingga saat ini belum ada, karena luas dan
dinamisnya isu kemiskinan tersebut. Dalam melakukan penelitian kemiskinan umumnya
peneliti menentukan pendekaan tertentu yang merupakan defenisi operasioanal dalam
melakukan penelitian tentang kemiskinan.Menurut Molo (1995) bahwa pendekatan
kemiskinan tersebut dipengaruhi oleh ruang lingkup (dimensi) yang hendak dicakup oleh
konsep kemiskinan itu sendiri.Hal ini dipertegas oleh Amarya Sen (1981) bahwa prasyarat
pertama dalam konsep kemiskinan adalah penentuan kriteria tentang siapa atau kelompok
sosial mana yang harus menjadi fokus perhatian dalam melakukan penelitian, khususnya
bagi pemerintah dalam melakukan program pengentasan kemiskinan.Menurut Trijono
dalam Suyanto (1995) menyatakan bahwa membahas masalah kemiskinan harus jelas tolok
ukurnya sehingga dapat dilihat implikasinya terhadap penggunanya. Karena jika berbeda
tolok ukur yang dipakai maka akan berbeda pula hasil kemiskinan yang akan
diteliti/diamati.
Ada beberapa definisi miskin dengan menggunakan pendekatan biologis dan pendekatan
kebutuhan dasar (basic needs). Menurut Rowntree dalam Molo (1995) yang menggunakan
pendekatan biologis, bahwa suatu keluarga termasuk dalam kondisi kemiskinan primer
(absolut) yakni apabila pendapatan total keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan minimum untuk kelangsungan hidup. Penekanan pendekatan ini adalah masalah
kelaparan yang merupakan masalah yang sering muncul pada penduduk dunia. Kemudian
Sayogyo dalam Singarimbun (1978), menyatakan bahwa kemiskinan merupakan suatu
tingkat kehidupan di bawah standar minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan
pokok pangan yang membuat orang bisa bekerja dan hidup sehat berdasarkan kebutuhan
beras dan kebutuhan gizi.
Disamping itu kemiskinan dapat didekati dengan basic needs (kebutuhan dasar). Menurut
pendekatan ini, keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin adalah jika individu/rumah
tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang dimaksud
mencakup sandang, pangan dan papan dengan kondisi kebutuhan minimum. Pada
pendekatan ini juga ada kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu transportasi umum, fasilitas
pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi, dan lain-lain (International Labour Force, 1976
dalam lbnussalam, 2002).
Pendekatan lainnya adalah pendekatan yang menekankan pada masalah ketimpangan.
Pendekatan ini berorientasi pada upaya mengurangi perbedaan antara kelompok yang
berada di bawah poverty line (garis kemiskinan) dengan kelompok yang kaya (better of)
dalam setiap dimensi stratifikasi dan perbedaan sosial (Molo,1995).

2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan


Kompleks dan multidimensionalnya masalah kemiskinan disebabkan oleh
banyaknya faktor baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan
individu atau masyarakat menjadi miskin. Menurut ssHadiwigeno dan Pakpahan (Prisma
1993) kemiskinan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber daya alam,
teknologi dan unsur pendukungnya, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta
kelembagaan.
Selanjutnya, menurut Sayogyo dalam Singarimbun (1978) bahwa ada dua penyebab utama
kemiskinan pedesaan di Indonesia yaitu adanya kegagalan pasar dan politik.Kegagalan
pasar timbul karena: (l) daya beli penduduk pedesaan sangat rendah, upah dan pendapatan
sangat kecil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar; (2) terbatasnya kesempatan
dan peluang berusaha di pedesaan; (3) keadaan prasarana yang tidak memadai untuk
pengembangan produksi; (4) pola penguasaan tanah sebagai alat produksi vital (utarila)
keadaannya timpang; (5) hambatan dalam pemasaran. Sedangkan kegagalan politik akibat
struktur dan institusi ekonomi politik yang ada pada tingkat supra lokal (desa) mengalami
distorsi dalam mempresentasikan kepentingan masyarakat desa.
Dawam Rahardjo dalam Mustopadidjaja (1997) mengidentifikasi faktor - faktor
kemiskinan di pedesaan, yaitu; (1) keterbatasan kesempatan kerja sehingga terjadi berbagai
bentuk pengangguran (2) upah/gaji di bawah standar minimum; (3) produktivitas kerja
sangat rendah lebih dari 60 % kejadian kemiskinan terjadi di sektor pertanian yang
disebabkan oleh rendahnya produkfivitas; (4) ketiadaan aset, tidak memiliki aset atau tidak
adanya kesempatan untuk memanfaatkannya.Kemudian menurut Soegijoko dalam
lbnussalam (2002) bahwa timbulnya kemiskinan ini bagaikan lingkaran setan yang
menyebabkan buruknya kondisi sosial ekonomi masyarakat, yang ditandai oleh standar
hidup masyarakat yang rendah seperti pendapatan kecil dan tak menentu, perumahan yang
tidak layak, tingkat pendidikan yang rendah, dan kondisi kesehatan yang rendah.
Faktor-faktor penyebab kemiskinan itu satu sisi dianggap sebagai akibat kemalasan,
kebodohan, produktivitas rendah, kesehatan buruk, lingkungan kumuh dan lain-lain yang
terdapat pada diri manusia dan lokasi tempat tinggalnya yang dianggap sebagai mata rantai
yang saling mempengaruhi proses terjadinya kemiskinan; dan di sisi lain ada juga
anggapan sebagai penyebab ketidakadilan dan ketidakmerataan terhadap suatu kelompok
masyarakat, sehingga mereka menjadi rniskin karena tidak dapat ikut serta menggunakan
sumber-sumber mata pencaharian yang tersedia. Tatanan sosial, ekonomi, dan politik tidak
memberikan jaminan kepada semua pihak untuk memiliki kesempatan yang sama dalam
berkontribusi terhadap pembangunan dan meraih kesejahteraan.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kemiskinan diatas, selanjutnya Soegijoko dalam
lbnussalam (2002) membedakan kemiskinan dalam tiga pengertian, yaitu;

a. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah timbul akibat sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya pembangunan lainnya langka jumlah dan atau karena perkembangan
teknologi yang sangat rendah sehingga mereka tidak dapat berperan aktif dalam
pembangunan.
b. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural timbul akibat hasil pembangunan yang tidak merata.
Kepemilikan sumberdaya yang tidak merata, kemampuan tidak seirnbang,
ketidaksamaan kesempatan menyebabkan keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan tidak merata.
c. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Kultural ini timbul akibat dari pencarian suatu sikap, kebiasaan hidup
dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa berkecukupan dan tidak rnerasa
kekurangan. Kelompok ini tidak mudah diajak untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha rnemperbaiki tingkat kehidupannya.
Dengan ukuran absolut mereka rniskin, tetapi mereka tidak merasa miskin.
2.3 Landasan Teori
Isu kemiskinan merupakan masalah penting dalam pembangunan di Indonesia.
Beberapa program pemerintah belum mampu mengatasi kemiskinan sehingga perlu
dirumuskan model pemberdayaan masyarakat miskin yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Pemahaman kemiskinan secara konvensional umumnya diartikan sebagai
kondisi masyarakat yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan dari beberapa penelitian sebelumnya
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dkk (2009) yang mengemukakan bahwa
penyebab rumah tangga miskin di wilayah Jawa Timur lebih banyak disebabkan karena
faktor absolut atau kemiskinan absolut yang disebabkan oleh faktor keturunan, jumlah
tanggungan keluarga dan pendapatan rendah. Menurut Satriawan dan Oktavianti (2012)
mengemukakan bahwa permasalahan mendasar yang menjadi penyebab kemiskinan petani
antara lain: akses input pertanian terbatas, imperfect information, ketersediaan teknologi
terbatas, pengetahuan dan skill rendah, keterbatasan modal, moral hazard, ketidakstabilan
harga, petani sebagai price taker, high transaction cost, managemen organisasi buruk dan
banyaknya tengkulak/pengepul sebagai price maker. Selanjutnya Ginting (2004)
mengemukakan kemiskinan dipengaruhi oleh faktor yang saling terkait satu dengan
lainnya, seperti; (l) luas penguasaan lahan, (2) tingkat pendidikan; (3) jumlah tanggungan
keluarga; (4) akses terhadap lembaga keuangan; dan (5) alternatif usaha. Faktor utama
yang menentukan tingkat pendapatan adalah luas tanah yang digarap oleh rumah tangga
petani.

2.4 Kerangka Pemikiran


Dari berbagai penelitian rnenunjukkan bahwa penyebab kemiskinan, khususnya
daerah pedesaan adalah tingkat pendidikan dan penguasaan lahan (Arsyad dan Prayitno,
1987), begitu juga ada hubungan signifikan (nyata) antara kemiskinan di pedesaan dengan
pengelolaan lahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas bahwa kemiskinan
pedesaan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala keluarga, penguasaan atas luas lahan,
serta kondisi alam (lahan pertanian), akses terhadap lembaga keuangan yang masih
dikuasai oleh pihak luar petani, akses input pertanian terbatas, imperfect information,
ketersediaan teknologi terbatas, pengetahuan dan skill rendah, keterbatasan modal, moral
hazard, ketidakstabilan harga, petani sebagai price taker, high transaction cost, managemen
organisasi buruk dan banyaknya tengkulak/pengepul sebagai price maker.
Dari uraian diatas dapat digambarkan dalam kerangka berfikir bahwa sebagian besar
penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar daripadanya tergantung
pada sektor pertanian. Tingkat produksi usaha pertanian sangat tergantung pada luas lahan,
akses input pertanian terbatas, imperfect information, ketersediaan teknologi terbatas,
pengetahuan dan skill rendah, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, akses terhadap
lembaga keuangan, jumlah tanggungan keluarga dan keberadaan alternatif usaha.
Ketersediaan faktor produksi ini menentukan tingkat produksi dan tingkat produksi yang
tinggi mencerminkan tingkat pendapatan yang tinggi. Tingkat pendapatan seseorang sangat
menentukan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan apabila kebutuhan
hidupnya tidak terpenuhi (berdasarkan ukuran Sayogyo yaitu setara 320 kg/kapita/tahun),
maka dikatakan miskin. Sedangkan jika tingkat pendapatan seseorang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dikatakan tidak miskin.
Beberapa penyebab kemiskinan petani di pedesaan yang ingin diteliti adalah pengaruh
beberapa faktor, yaitu
(1) luas lahan,
(2) tingkat pendidikan kepala rumah tangga,
(3) akses terhadap lembaga keuangan,
(4) jumlah tanggungan keluarga,
(5) keberadaan alternatif usaha dan
(6) Status Kepemilikan Lahan.
Faktor-faktor di atas menentukan tingkat kemiskinan petani/tingkat kemiskinan usaha tani.

2.5 Hipotesis Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Luas penguasaan lahan, tingkat pendidikan kepala keluarga, akses terhadap
lembaga keuangan jumlah tanggungan keluarga dan keberadaan usaha alternatif
keluarga berpengaruh terhadap tingkat pandapatan petani.
2) Ada pengaruh perbedaan luas penguasaan lahan terhadap tingkat pendapatan petani
atau kemiskinan.
Tindakan yang perlu diambil dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah Tindakan
kolektif melalui implementasi kebijakan antara lain: program penciptaan pasar bagi petani,
pembentukan KUT/Gapoktan, pendampingan KUT/Gapoktan melalui pelatihan
manajemen organisasi dan kemampuan menjalankan fungsi eksternal (networking) dan
program pengadaan lahan percontohan di masing-masing desa (Satriawan dan Oktavianti,
2012). Selain itu Hasanuddin dkk (2009), menarik kesimpulan dalam penelitiannya bahwa
petani mengantisipasi kemiskinan dengan diversifikasi pekerjaan dan menjalin hubungan
baik dengan sesama, lembaga ekonomi. Dengan model pemberdayaan untuk petani adalah
peningkatan pengetahuan & ketrampilan petani, kemudahan permodalan, pembentukan
lembaga pemasaran oleh pemerintah, pendampingan dan perubahan pola hidup dan sikap
petani.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa ada beberapa penyebab
kemiskinan petanikarena faktor absolut atau kemiskinan absolut yang disebabkan oleh
faktor keturunan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan rendah, luas penguasaan
lahan, tingkat pendidikan, akses terhadap lembaga keuangan dan alternatif usaha. Bertolak
dari hal itu pertanyaannya apakah faktor-faktor diatas juga menjadi penyebab kemiskinan
di Kabupaten Rejang Lebong.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tahapan Penelitian


Berangkat dari tujuan penelitian, maka akan digunakan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif dipergunakan untuk mendapatkan rumusan subjektif-
induktif atas faktor-faktor penyebab kemiskinan, yaitu: luas lahan, tingkat pendidikan
kepala keluarga, akses terhadap lembaga keuangan, jumlah tanggungan keluarga,
keberadaan alternatif usaha dan status kepemilikan lahan. Sedangkan pendekatan
kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran statistik dan menggeneralisasi
(objektif-deduktif) pada tingkatan populasi atas konsep-konsep kemiskinan.
Upaya menggabungkan kedua pendekatan penelitian di sini sesuai dengan tujuan
penelitian, yakni untuk mendapatkan indikator kemiskinan yang memadukan unsur-unsur
sosial budaya masyarakat setempat. Setelah formulasi konsep kemiskinan setempat
berhasil dikategorikan, langkah berikutnya adalah menurunkan konsep kunci tersebut ke
dalam peubah-peubah yang lebih konkret dan berpotensi untuk dilakukan pengukuran.
Sekali lagi, pada tahap ini tetap memperhatikan konteks struktur sosial dan pengetahuan
lokal masyarakat setempat. Teknik yang ditempuh adalah dengan mengkonfirmasi ulang
katagori peubah kepada masyarakat setempat sehingga diperoleh suatu dimensi dan
indikator yang memenuhi prinsip keterandalan, validitas, dan terpercaya.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif sejalan dengan tahapan


penelitian dan penggunaan metode penelitian yang mengarah pada tujuan penelitian
sebagaimana Tabel di bawah ini.
No Tahapan Kegiatan Luaran Metode
1. Menginventarisasi isu – isu Mendapatkan gambaran  RRA
kemiskinan masalah yang berkaitan  FGD
dengan kemiskinan  Wawancara
Mendalam
2. Memahami konteks Mendapatkan pola  Wawancara
kemiskinan dan hubungan factor – Mendalam
penyebabnya factor penyebab  Pengamatan
terjadinya kemiskinan
3. Melakukan studi kasus Mendaptakan contoh –  Studi kasus
rumah tangga contoh keadaan dan  Pengamatan
kondisi kemiskinan  Wawancara
Mendalam
4. Formulasi konsep Mendapatkan konsep,  FGD
kemiskinan dimensi, dan perubahan  Wawancara
spesifik lokasi Mendalam
5. Survei rumah tangga Mendapatkan  Wawancara
generalisasi keadaan Terstruktur
kemiskinan

3.2 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
langsung dari responden dengan cara wawancara dengan menggunakan kuisioner yang
telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), Kantor Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong dan
Kantor Lurah/Desa di Sindang Dataran.

3.3 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan responden
dengan kuisioner yang telah disiapkan. Yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah masyarakat/petani yang berkategori miskin. Dari data yang ada di Kabupaten
Rejang Lebong terdapat sebanyak 39.996 keluarga miskin yang diambil sebagai lokasi
penelitian adalah sindang dataran yaitu 798 keluarga miskin. (Rejang Lebong dalam
Angka, BPS. 2011-2012).

3.4 Metode Penentuan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong yang ditentukan dengan
metode povesible methode. tahap pertama menentukan lokasinya, yaitu Desa Sindang
Dataran, karena kondisi masyarakatnya masih sangat tertinggal didalam tingkat
penghasilan jika dibanding dengan desa lainnya. Pemilihan rumah tangga contoh
dilakukan secara acak (random sampling). Dengan demikian diharapkan dapat
memberikan informasi yang mewakili kondisi riil di daerah penelitian. Penelitian ini
direncanakan pelaksanaannya pada bulan Agustus sampai dengan September 2014.

3.5 Metode Penentuan Responden


Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, dimana peneliti tertarik untuk
mempelajari atau menjadikannya sebagai objek penelitian. Populasi dari penelitian ini
adalah petani miskin di Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang Dataran
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Dalam penelitian ini populasi adalah
jumlah petani miskin yang terdapat Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang
Dataran Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu sebanyak 244 keluarga (Sumber:
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2012). Metode pengambilan
sampel petani miskin dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) dimana
sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Penentuan
jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh Nazir
(1998), sebagai berikut:

.............................................................3.1.
Dimana :
N = Jumlah Petani Miskin yaitu 244 orang
δ2 = Varian Populasi
.............................................................................................3.2.
B = Tingkat kesalahan yang dapat diterima
Dalam penelitian ini digunakan 5 %, sehingga nilai :

Nilai varian diperoleh dari dua langkah berikut, pertama menentukan jumlah
sampel sementara sebanyak 20 petani miskin yang dipilih secara acak pada
Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang
Lebong dan dicatat umur responden. Selanjutnya dari 20 contoh petani miskin ini
diestimasi nilai varian dari umur responden. Varian umur diestimasi dengan
rumus (Nazir, 1988):
.................................................................................... 3.3
Dari hasil estimasi diperoleh nilai varian sebesar 0,2875 sehingga jumlah sampel
petani miskin yang dapat digunakan pada penelitian ini berjumlah 76 petani
miskin di Kelurahan Kelurahan Sindang Dataran kecamatan Sindang Dataran
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

3.6 Teknik Analisa Data


Data-data dianalisis sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, yakni analisis
kualitatif dan kuantitatif (deskriptif dan modeling probit binary).

3.6.1 Analisis Deskripsi (Descriptive)


Analisa deskriptif digunakan untuk menjelaskan data-data kuantitatif untuk
menggambarkan sebaran nilai peubah kemiskinan yang diperoleh melalui survei
pada level rumah tangga populasi. Dalam analisa deskriptif ini, sebaran data yang
diperoleh disajikan dalam tabel frekuensi antar kategori (univariate frequency
distribution) dan grafik. Dari tabel dan grafik ini akan diperoleh gambaran tentang
sesuatu yang lazim atau unik dalam suatu masyarakat serta gambaran tentang
variasi-variasi yang ada dalam masyarakat mengenai konsep-konsep kemiskinan.
3.6.2 Pengukuran Kemiskinan Rumah Tangga: Indikator Generik.
Ada enam indikator kemiskinan generik yang digunakan dalam penelitian
ini. Indikator pertama adalah penguasaan lahan. Pengukuran kemiskinan
berdasarkan indikator ini dilakukan dengan menghitung pendapatan perkapita
pertahun rumah tangga yang dikonversikan dengan beras sesuai ukuran kemiskinan
Sayogyo (1973). Dalam penelitian ini kemiskinan dipengaruhi oleh indikator-
indikator seperti: Indikator-indikator ini adalah (1) penguasaan luas lahan, (2)
tingkat pendidikan, (3) jumlah tanggungan keluarga, (4) akses terhadap lembaga
keuangan, (5) alternatif usaha dan (6) status kepemilikan lahan.
Adapun pengukuran faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat
Kabupaten Rejang Lebong yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
a. lahan/tanah adalah jumlah tanah sawah dan pekarangan yang dimiliki rumah
tangga untuk digarap selama setahun yang dihitung dalam satuan hektar baik
yang berasal dari milik sendiri, sewa/bagi hasil yang dikelompokkan ke dalam
dua kategori yang diukur sebagai variabel boneka (dummy) yaitu:
 Jika lahan yang dikuasai adalah milik sendiri diberi skor 1\
 Jika lahan yang dikuasai adalah sewa/bagi hasil diberi skor 0
b. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh
kepala keluarga. Variabel ini diukur dengan cara rnengelompokkan pendidikan
ke dalam empat kategori yang terdiri dari:
 Tidak pernah sekolah, Tidak Tamat SD skor 0
 Tamat Sekolah Dasar skor 1
 amat SLTP skor 2
 Tamat SLTA ke atas skor 3
c. Akses terhadap lembaga keuangan adalah kemampuan rumah tangga untuk
memanfaatkan kelembagaan ekonomi yang ada baik formal maupun non-
formal, termasuk dalam hal ini adalah KUD, Bank, Perkreditan dan Kelompok
Tani. Variabel akses terhadap lembaga keuangan ini diukur sebagai variabel
boneka (dummy) yaitu:
 Jika ada akses terhadap lembaga ekonomi diberi skor 1
 Jika tidak ada akses terhadap lembaga ekonomi diberi skor 0
d. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung oleh
keluarga sehari-hari.
e. Keberadaan alternatif usaha adalah kegiatan ekonomi produktif di luar
pertanian untuk menambah penghasilan rumah tangga. Variabel ini diukur
dengan menggunakan variabel boneka (dummy) yaitu:
 Jika ada alternatif usaha di luar pertanian diberi skor 1
 Jika tidak ada alternatif usaha di luar pertanian diberi skor 0
Untuk mengukur distribusi atau tingkat pemerataan pendapatan (kemiskinan)
dan penguasaan lahan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Gini
Ratio.Gini Ratio merupakan ukuran tingkat pemerataan yang paling banyak
digunakan oleh peneliti. Di Indonesia pendekatan tersebut telah lazim
digunakan untuk mengukur berbagai bentuk pemerataan, terutama untuk
mengukur pemerataan pendapatan (kemiskinan) dan penguasaan lahan.
Menurut Toto Sugito (1980), Gini Ratio dapat dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut :

Keterangan :
GR = Gini Ratio
Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i
Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i
Qi+1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i+1
n = Jumlah kelas
1 dan 10.000 = konstanta
Jika distribusi merata sempurna (perfect equality), dimana proporsi jumlah
penduduk akan sama dengan proporsi pendapatan (kemiskinan). Menurut
Asnawi dalam Amar (1999), bahwa Gini Ratio akan berada antara 0 sampai 1
Jika Gini Ratio mendekati 0 artinya distribusi pendapatan relatif sangat erata,
sementara jika Gini Ratio mendekati 1 menunjukkan bahwa distribus
pendapatan relatif sangat timpang
Menurut Oshima dalam Amar (1999), Gini Ratio dikelompokkan ke dalam
tiga kategori, yaitu:
Gini Ratio ≤ 0,30 sama dengan Merata
Gini Ratio >0,30 ≤ 0,40 sama dengan Sedang
Gini Ratio > 0,40 sama dengan Timpang

3.6.3 Analisis Data Kualitatif (Metode Fenomenologi)

Data-data kualitatif akan dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif yang
memadai untuk menemukan titik permasalahan, yakni dengan menerapkan metode
fenomenologi. Pada prinsipnya analisis data kualitatif mengandalkan pada
kemampuan peneliti selama di lapangan dalam mengindera, merasakan, mengolah,
mencari keterkaitan dan keterhubungan antar berbagai fenomena yang ditemui di
lapangan. Proses analisis data dilakukan secara simultan dan siklikal dengan
memposisikan diri pada empat sumbu, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Jadi analisis data sudah mulai
dilakukan pada saat pengambilan data-data lapangan. Cara utama yang akan
digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif adalah menginterpretasikan data
dan informasi, menghubung-hubungkan antar informasi, serta mencari pola-pola
antar peristiwa dalam domain topik yang sedang dikaji. Dalam hal ini, semua data
dan informasi dikelompokkan ke dalam unit-unit konsep (domain) yang menjadi
isu utama masalah kemiskinan. Dari sini akan dicoba untuk mengungkap pokok
permasalahan menyangkut penguasaan luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, akses terhadap lembaga keuangan, alternatif usaha dan status
kepemilikan lahan. Semua deskripsi analitis dikemukakan dengan memperhatikan
istilah-istilah bahasa yang dipergunakan masyarakat setempat, pendapat, dan
contoh-contoh kejadian. Dengan demikian analisis kualitatif menjadi suatu uraian
eksplanatif yang memadai (thick description). Untuk membantu pembahasan juga
akan dipergunakan diagram dan gambar-gambar ilustratif.
3.6.4 Modeling Probabilitas Terjadinya Kemiskinan Rumah Tangga.
Untuk menggambarkan atau menjelaskan penampakan kemiskinan rumah
tangga digunakan model probit binary. Model Probit Binary (a binary probit model)
adalah suatu model yang sering digunakan dalam aplikasi ekonometrika di mana
motivasi penggunaannya dimotivasi oleh kerangka variabel laten atau tidak
terobservasi. Lebih lanjut, model ini digunakan pada variabel-variabel yang lebih
banyak mempunyai dua nilai (binary atau variabel dummy), yakni 1 dan 0. Salandro
dan Harrison (1997) serta O'Donnel, et al (1999) adalah dua peneliti yang
mengaplikasikan model probit ini.

Dengan mengadopsi kerangka pemikiran O'Donnel et al (1999), maka


kecenderungan terjadinya kemiskinan rumah tangga akan dianalisa berdasarkan
atribut-atribut yang melekat pada rumah tangga yang menjadi subjek penelitian ini.
Yang dimaksud dengan atribut-atribut rumah tangga disini adalah faktor-faktor
penentu seperti penguasaan luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, akses terhadap lembaga keuangan, alternatif usaha danstatus kepemilikan
lahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prayitno Hadi dan Arsyad L, 1987.Petani Desa dan Kemiskinan, BPFE, Yogyakarta.
Sugiarto, dkk, 2003.Teknik Sampling, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Umar, Husein, 2003. Metode Penelitian untuk skripsi dan Teknis Bisnis, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
2. Amar Syamsul, 1999.Analisis Ekonomi tentang kemiskinan dan implikasi
Kebijaksanaan Pengentasannya di Pedesaan Propinsi Sumatera Barat, Pasca Sarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
3. Ginting, Jamilah, 2004. Analisis Faktor Penyebab Pendapatan Petani miskin di Kecamatan
Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibnussalam, 2002.Analisis Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan masyarakat Desa (Suatu
study pada Desa Bulucina, Tarutungsihoda-hoda dan Desa Gonting Jae Kecamatan
Burumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan), Pasca Sarjana USU Medan.
5. Molo Maccelinus, 1995. Kemiskinan: Konsep, Pengukuran dan Kebijakan; dalam Populasi
No. 6 (2). Singarimbun, Masri, 1978. Pola Konsumsi Kearah Pemerataan: Prisma No. 10
Tahun VII Sayogyo, 1973.Golongan miskin dan Partisipasinya dalam Pembangunan Desa,
Prisma No. 3 Tahun 1977, PL3ES, Jakarta.
6. BPS, 2011, Rejang Lebong Dalam Angka, Rejang Lebong Bengkulu.
TNP2K, 2011. Profil Kemiskinan di Indonesia, dari data
tnp2k.go.id/index.php?q=content/kemiskinan-di-indonesia, diunduh 19 Pebruari 2013.
7. Bappenas, 2012.Kemiskinan di Indonesia dan Penanggulangannya, dari
www.bappenas.go.id/node/165/3630/kemiskinan-di-indonesia-dan-penanggulangannya,
diunduh 19 Pebruari 2013.

Anda mungkin juga menyukai