Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus

Hernia Inguinalis

Oleh
dr. Naufal Anhari

Pembimbing
dr. Inzta Arbi, Sp.B

RS BHAYANGKARA
PEKANBARU
2017
i

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan pada tanggal :

(dr. Chunin Widyaningsih) (dr. Khodijah, MM)

(dr. Inzta Arbi, Sp.B)


ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia
Inguinalis”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan Program Internsip
Dokter Indonesia di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada supervisor kamidr.
Inzta Arbi, Sp.Byang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam penyusunan
laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam
penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 29 Oktober 2017

Penulis
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB 2 LAPORAN KASUS ................................................................................ 2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
3.1. Anatomi Dinding Abdomen ........................................................................... 15
3.2. Anatomi Regio Inguinalis .............................................................................. 16
3.3. Hernia ............................................................................................................. 20
3.2.1. Definisi .................................................................................................... 20
3.3.2. Komponen Hernia .................................................................................... 21
3.3.3. Epidemiologi .............................................................................................. 21
3.3.4. Etiologi .................................................................................................... 22
3.3.5. Klasifikasi ............................................................................................... 23
3.3.6. Diagnosa ................................................................................................. 25
3.3.7. Diagnosa Banding .................................................................................... 29
3.3.8. Komplikasi ............................................................................................... 29
3.3.9. Penatalaksanaan ....................................................................................... 30
3.3.10. Komplikasi Post Operasi........................................................................ 33
3.3.11. Prognosis ................................................................................................ 33

BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 34


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Regio Abdomen ..................................................................................... 15


Gambar 2 Regio Inguinalis ..................................................................................... 16
Gambar 3Segitiga Hasselbach ................................................................................. 17
Gambar 4Komponen Hernia .................................................................................... 20
Gambar 5Proses penurunan testis pada minggu ke-7 .............................................. 22
Gambar 6 Direct inguinal hernia dan indirect inguinal hernia .............................. 23
Gambar 7Hernia reponibel, ireponibel dan strangulata ........................................... 24
Gambar 8 Zieman test ............................................................................................. 26
Gambar 9Finger Test ............................................................................................... 27
Gambar 10Thumb Test ............................................................................................ 27
Gambar 11Operasi Bassini ...................................................................................... 33
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Diagnosa Banding .............................................................................................. 29


1

BAB 1
PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia.Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.1
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis.Sampai saatini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya
tenaga kerja akibatlambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah
operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.2
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis.Untuk memahami
lebih jauhtentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis.Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia
ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.Sepertiga sisanya
adalah hernia inguinalis medialis..Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1.Prevalensi
hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.Insidensi pada bayi populasi umum adalah
1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %. hernia inguinal dilaporkankurang
lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang.Salah
satu penanganan yang dilakukan pada pasien hernia adalah herniotomi atau herniorafi.3

1
2

BAB 2

LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. L
Umur : 17 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pekanbaru
MRS : 12/10/2017

2. ANAMNESA
Keluhan utama :
Benjolan pada kantung buah zakar sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan muncul benjolan di kantung buah zakar kiri sejak kurang
lebih 10 tahun yang lalu. Benjolan berbentuk bulat dan sewarna dengan kulit sekitarnya dan
tidak disertai rasa nyeri. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter 5 cm.Permukaan benjolan
rata dengan konsistensi lunak. Menurut pasien benjolan akan keluar jika sedang batuk atau
mengedan dan dapat menghilang apabila sedang berbaring.
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun
perut sebelumnya. Pasien mengaku tidak pernah mengalami gangguan BAB. Pasien juga
menyangkal keluhan lain seperti demam, pusing, mual, muntah dan perut kembung.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Menurut orang tua pasien awalnya benjolan muncul di lipatan paha kiri sejak pasien
masih bayi. Orang tua pasien telah berkonsultasi dengan dokter dan disarankan untuk
dioperasi tetapi ditolak oleh orang tua pasien. Akan tetapi karena hal ini telah mengganggu
aktifitas sehingga pasien memutuskan untuk operasi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
lain seperti diabetes melitus, batuk-batuk lama, alergi dan penyakit jantung. Pasien juga
mengaku belum pernah menjalani operasi sebelumnya.

2
3

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak dijumpai keluarga menderita hal yg sama

Riwayat pemakaian obat :


Tidak dijumpai

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaaan


Riwayat sering mengangkat beban berat disangkal. Riwayat sering mengejan disangkal.

3. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Keadaan Gizi : Baik
Sensorium : Composmentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36°C
Pernafasan : 18 x/menit
Tinggi Badan : 70 kg
Berat Badan : 171 cm
Keadaan Gizi : Overweight (IMT 23,9)

4. Pemeriksaan Fisik (Status Generalis)


- Kepaladan Leher :
Kepala dan Leher Simetris, TVJ: R + 2 cmH2O, Trakea medial, Pembesaran KGB (-),
Struma (-)
- Mata :
Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek Cahaya (+/+), Pupil Isokor
ka=ki 3mm/3mm
- Telinga, Hidung dan Rongga mulut :
Dalam batas normal
- Thoraks:
Inspeksi : Simetris fusiformis, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Stem Fremitus :kanan=kiri
3
4

Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru


Auskultasi : SP: Vesikuler +/+
ST: Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung :
Batas Jantung Relatif : Atas : ICR III Sinistra
Kanan : Linea Parasternal Dextra
Kiri : ICR V Sinistra, LMCS
HR: 78x/’ reguler, Bunyi Jantung: S1 dan S2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-).
- Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan (-), Hepar,Lien dan Renal tidak
teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal,
- Ekstremitas :
Superior : Akral teraba hangat dan kering (+) CRT < 2’’, oedem (-) /(-)
Inferior : Akral teraba hangat dan kering (+) CRT < 2’’, oedem (-) /(-)

- Uro-Genital :
Skrotum :
Inspeksi : Tampak massa pada skrotum sinistra, sewarna dengan kulit sekitarnya
Palpasi : Massa berukuran 5 x 3 x 2 cm, Pole atas tidak teraba, permukaan licin,
bentuk tidak beraturan, batas tidak tegas, konsistensi kenyal, mobile, nyeri
(-). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi
pasien berbaring. Pada bagian kaudal massa teraba testis.
Auskultasi : Bising usus (-) pada benjolan skrotum sinistra
- Pemeriksaan Khusus :
Finger Test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa
Thumb Test (-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Ziemen Test : Teraba benjolan pada jari kedua pemeriksa
Transluminasi : (-)

4
5

Foto Klinis Pasien tanggal 12/10/2017


- Anal dan Perianal:

Anal
Inspeksi : massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
RT : sfingter ani tonus (+) baik, mukosa rekti licin, massa (-), nyeri tekan (-). Sarung
tangan : darah(-), Lendir (-)
Perianal
Inspeksi : Massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-), fistula (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)

5
6

5. Pemeriksaan Penunjang
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Labotorium tanggal 12/10/2017


Darah Lengkap
Hb 13,2 g/dL
Leukosit 6.700 /mm3
Trombosit 163.000/mm3
Hematokrit 41,4 %
Eritrosit 4,64
MCV 89,4 fl
MCH 28,4 pg
MCHC 31,8 g/dl
RDW 13,7 %
PCT 0,132
Hitung Jenis Leukosit
LYMF 35 %
MID 9%
GRAN 56 %
Hematologi
Masa Pendarahan 2 menit 30 detik
Masa Pembekuan 5 menit 30 detik

6
2. Foto Thoraks PA tanggal 24/09/2017 dari RS Luar

Kesan :
Cor : CTR 47%, Aorta dan Mediastinum superior tidak melebar, Trakea di tengah
Pulmo :
Corakan bronkovaskuler baik
Tidak tampak infiltrat di kedua lapangan paru
Kedua Hilus tidak menebal
Kedua Hemidiafragma Licin
Kedua sinus costofrenikus lancip
Tulang dan jaringan dinding dada baik
Kesan : Cor dan Pulmo tidak ada kelainan

7
3. EKG tanggal 24-09-2017 dari RS Luar

Irama : sinus , HR : 60x, Gel. P Normal,Pr interval 0,18 s,QRS axis Normal QRS : 0,09 s, QT
interval 0,43,ST : isoeleltrik, T normal, Gel U (-), VES/AES (-), LVH (-) RVH (-),
Kesan : Sinus Ritme

8
6. Diagnosis Banding:
1. Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible
2. Hidrokel Testis
3. Varikokel

7. Diagnosis Kerja:
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible

8. Rencana Terapi :
- IVFD RL 30 gtt/i
- Ceftriaxon 2 jam sebelum operasi
- Herniotomi pukul 14.00 tanggal 12/10/2017 oleh dr. Inzta Sp.B

9
Laporan Operasi Herniotomi Tanggal 12/10/2017

 Dilakukan tindakan asepsis pada lokasi sayatan


 Sayat pada lipat abdomen paling bawah
 Fascia dibelah pada crusnya
 Cari kanalis inguinal
 Kanalis inguinal dibuka, isi hernia direposisi hingga rongga peritoneum
 Pisah kantong proximal dari distal
 Proximal dibebaskan sampai preperitoneal fat, , ligasi eksisi sisa kantong
 Kontrol perdarahan
 Luka dijahit lapis demi lapis
 Terapi pasca bedah
 Awasi Vital Sign
 Bed rest total 24 jam
 Beri ceftriaxone 2 x 1g, ketorolac 3x 50 mg
 Coba makan dan minum biasa

10
Foto Klinis setelah operasi herniotomi

9. Follow up :

Tanggal S O A P
13 Nyeri pada Sens : composmentis Post - IVFD RL 30
Oktober luka bekas TD: 110/80 mmHg Herniotomi gtt/i
2017 operasi, Nadi: 64 x/menit Hari ke-1 a/i - Ketorolac iv
Flatus(+), Nafas: 20 x/menit Hernia 3x50 mg
Bengkak Suhu: 37 oC Inguinalis - Ceftriaxon iv 2
pada buah Sinistra x 1g
zakar (-), Thoraks: Reponible + - Diet MB
Nyeri Vesikuler(+/+), Ronkhi Nyeri pada
Kepala (-) (-/-) bekas operasi
Abdomen: + Pasase usus
BU (+) normal baik
Ekstremitas:
Akral hangat (+),
CRT<2’’
Luka bekas operasi :

11
Tanda Perdarahan (-)
nyeri (+) VAS 5
Wheezing (-/-)
14 Nyeri pada Kes: composmentis Post - IVFD RL 30
Oktober luka bekas TD: 120/70 mmHg Herniotomi gtt/i
2017 operasi (+), Nadi: 70x/menit Hari ke-2 a/i - Ketorolac iv
Flatus(+), Nafas: 20x/menit Hernia 3x50 mg
Bengkak Suhu: 36,5oC Inguinalis - Ceftriaxon iv 2
pada buah Thoraks: Sinistra x 1g
zakar (-), Vesikuler(+/+), Ronkhi Reponible + - Diet MB
Nyeri (-/-) Nyeri
Kepala (-) Abdomen: dirasakan
BU (+) normal berkurang +
Ekstremitas: Pasase usus
Akral hangat (+), baik
CRT<2’’

Luka bekas operasi :


Tanda Perdarahan (-)
nyeri (+) VAS 3

15 Nyeri pada Kes: composmentis Post - Aff Infus


Oktober luka bekas TD: 110/70 mmHg Herniotomi - Pasien berobat
2017 operasi (-), Nadi: 65x/menit Hari ke-3 a/i jalan dan
Flatus(+), Nafas: 20x/menit Hernia kontrol kembali
Bengkak Suhu: 36,5oC Inguinalis tgl 18/10/2017
pada buah Thoraks: Sinistra - Obat Pulang
zakar (-), Vesikuler(+/+), Ronkhi Reponible Cefadroxil 2x
Nyeri (-/-) 500 mg
Kepala (-) Abdomen: Asam
BU (+) normal Mefenamat
Ekstremitas: 3x500 mg k/p
Akral hangat (+),
CRT<2’’

12
Luka bekas operasi :
Tanda Perdarahan (-)
nyeri (-)

10. Prognosis

Quo ad vitam :ad bonam


Quo ad fungsionam :ad bonam
Quo ad sanationam :ad bonam

13
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI DINDING ABDOMEN


Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada rongga
pelvis.Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis.3
Batas dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan sebagai
berikut.Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum. Bagian Bawah dari medial
ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum dan krista iliaka.
Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang.3
Untuk memudahkan deskripsi visceral dan kondisi morbid dari isi di dalamnya, rongga
abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis horizontal dan 2 garis sagital. Garis
Horizontal yang membagi abdomen adalah garis transpyloric dan garis
Transtubercular.Sedangkan garis vertikal yang membagi abdomen adalah garis imajiner yang
sejajar dengan mid-clavicular line.3
9 regio abdomen terdiri dari :3
1. Regio hipokondria kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbalis kanan
5. Regio umbilikalis
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio suprapubik
9. Regio iliaka kiri

14
Gambar 1 : region abdomen11

15
3.2 ANATOMI REGIO INGUINALIS

Gambar 2 : Regio Inguinalis12

1. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus (MOE)


Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa ke-8 bagian
lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan fascia profundus dari otot ini
menjadi satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis
MOE, dibagian medial dekat tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini pecahmenjadi 2 bagian,
yaitu: crus superior dan crus inferior.3
2. Muskulus Obliqus Abdomis Internus (MOI)
Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan lateral
ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral muskulus Rectus
Abdominis.3
3. Ligamantum Inguinale (Poupart)
Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.Terletak
mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang publis.3

16
4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon
obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45
derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.Ligamentum ini membentuk pinggir medial
kanalis femoralis.3
5. Fasia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.3
6. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tiga yang dibentuk oleh pekten
pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh .3
Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika inferior
Medial : Bagian lateral rektus abdominis.
Inferior : Ligamentum ingunale.

Gambar 3 :Segitiga Hasselbach13

7.Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang ± 4 cm dan
terletak di atas ligamentum inguinale.

17
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah3
 Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
 Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang bersatu
dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian lateral. Bagian
medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon.
 Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan muskulus
transversus abdominis dan aponeurosis.
 Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Isi kanalis inguinalis pria 3,4


a. Vas deferens
b. 3 arteri yaitu :
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3. Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus yaitu :
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.
2. Lapisan kremaster
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

8.Annulus internus:
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon ( tepi bawah muskulus obliqus
abdominis internus, dan muskulus transverses abdominus), dan vasa epigastrika inferior. Annulus
ini merupakan tempat keluarnya funikulus spermatikus dari cavum abdomen ke kanalis
inguinalis. Terletak diantara SIAS dan Tuberkulum pubicum (± 1- 1,5cm diatas ligamentum
inguinale).3

18
9.Annulus eksternus:
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis MOE pada
tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya n.Illioinguinalis dan funikulus
spermatikus ke scrotum.(pada wanita berupa round ligament).3,4

10. Kanalis Femoralis

Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter kurang dari 4 cm, dan
pada wanita mempunyai diameter lebih lebar dibang dengan laki-laki.Pada sisi medial femoral
sheath dan vena femoralis yang mengandung limfonodus dan lemak. Di sekelilingnya terdapat
beberapa bagian rigid yaitu pada sisi anterior terdapat ligamentum inguinale, sisi media terdapat
lacuna dari ligamentum inguinale, dan pada sisi posteriornya terdapat bagian pectineus dari
ligamentum inguinale.Cincin yang sempit ini beresiko tinggi untuk mengalami inkarserasi
(terjepitnya usus).Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis didalam lakuna vaserum
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara didalam vena
femoralis.Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam.Batas kranio ventral
dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis yang terdiri dari
ligamentum ilio pectineale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh (sarung) vena femoralis,
dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati.Hernia femoralis keluar melalui
lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.3,4

19
3.3. HERNIA
3.3.1 DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh
dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis. Hernia
inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak
langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia
oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia
ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa
epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun
ada yang didapat. 3

3.3.2 KOMPONEN HERNIA4


3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:
1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis)
2. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)

Gambar 4 . komponen hernia

20
3.3.3 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah
sekitar lipat paha. Hernia indirek lebih banyak daripada hernia direk yaitu 2:1.4
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria dan wanita
pada hernia indirek adalah 7:1.Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Insidensi pada bayi populasi umum adalah 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5
%. hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat
badan 1000 gr atau kurang.4,3
Ada kira-kira 750.000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat,
dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000 hernia
post insisi dan 76.000 untuk hernia abdomen lainya.4

3.3.4 ETIOLOGI4
 Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan processus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi
sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (
karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

21
Gambar 5. Proses Penurunan Testis pada minggu ke-74

 Didapat

Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia.

Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati
melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat
benda berat, hipertrofi prostad, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen
juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.

Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat
dengan bertambahnya umur, mungkin karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus

22
abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia
transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus
turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus kedalam kanalis unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah apendektomi.

3.3.5 KLASIFIKASI 4
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna dan hernia
interna.Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum.Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus. Berdasar arah hernia dibagi
menjadi:
I : Hernia Eksterna ( tampak dari luar ).
a. Hernia Inguinalis Lateralis.
b. Hernia Inguinalis Medialis.
c. Hernia Femoralis.
d. Hernia umbilikalis, Sikatrikalis, Sciatic, Petit, Spigelian dan Perinialis

Gambar 6. Direct inguinal henia indirect inguinal hernia9

II : Hernia Interna ( tidak tampak dari luar).


a. Hernia Obturatoria
b. Hernia diafragmatika
c. Hernia Foramen Winslowi
23
d. Hernia Ligament Treit
e. Lain lain.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia yang
didapat atau aquisita:
1. Hernia bawaan (congenital) : Timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-anak,
umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang disebabkan karena tidak
menutupnya prosesus vaginalis setelah proses penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau
seluruhnya.
2. Hernia didapat (acquired) : Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia. Hal ini
disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama,
misalnya pada batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH), konstipasi kronis, asites dan
sebagainya. Insiden ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot
dinding perut yang sudah lemah, manifestasi klinisumumnya adalah hernia inguinalis
medialis.6

Menurut sifatnya hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk.Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila
didorong masuk ke perut.Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.Bila isi kantong tidak dapat kembali ke perut, hernia disebut hernia
ireponibel.Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada peritoneumkantong
hernia.Hernia ini disebut juga hernia akreta (perlekatan karena fibrosis).Saat ini hernia masih
tidak ada keluhan nyeri, tidak ada juga tanda sumbatan usus.Hernia disebut hernia inkarserata
atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut.Akibatnya, terjadi gangguan pasase
atau vaskularisasi.Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk
menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.Bila strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter.4

Gambar 7. Hernia reponibel , Ireponibel dan strangulata .4

24
3.3.6 DIAGNOSA4
1. ANAMNESA
1.Anamnesa hernia inguinale:
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-keluhan, antara
lain
Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya benjolan di
lipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium mayor pada wanita.
Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipatan paha biasanya
diketahui oleh orang tuanya.
Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal, misalnya
mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan akan menghilang atau
mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang
ketika berbaring (irreponibilis)
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus
halus masuk kedalam kantong hernia
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena illeus
(dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam
basa), atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi)

Faktor-faktor predisposisi, antara lain:


- Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli bangunan,
dll)
- Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis, ascites, atau
susah BAB)
- Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin lemah.
- Faktor kegemukan (obesitas)

2. PEMERIKSAAN FISIK4
A. INSPEKSI
Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri. Apabila
tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan manuver valsava.
Benjolan dapat berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda radang (-).

B. PALPASI

25
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan penderita
diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
Konsistensi benjolan lunak dengan batas tidak jelas
Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat dilakukan
beberapa macam test (provokasi test)

C.AUSKULTASI

Ditemukan suara bising usus pada benjolan apabila segmen usus masuk ke kantong
hernia
Usus Hiperperistaltisk didapatkan pada pada hernia yang mengalami obstruksi usus
(hernia inkarserata).

3. PEMERIKSAAN KHUSUS
ZIEMAN’S TEST
Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong hernia terisi, kita masukkan dulu
kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian kanan digunakan tangan kanan dan
sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki ataupun perempuan.
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis internus ( ± 1,5
cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus
inguinalis ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka
timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua
berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan
bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

Gambar 8: Zieman test 8


26
FINGER TEST4

Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari telunjuk atau
kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai
kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan
timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari
maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

Gambar 9: Finger test8

THUMB TEST
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan
dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus internus.Penderita
disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau batuk.Bila benjolan
keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis.

Gambar 10: Thumb test8

27
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG8
Untukmencarikemungkinanadanyatekananintraperitonealmeningkat, sebagai penyebab
timbulnya hernia.
1. Hasil laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar
kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.Tes Urinalisis untuk
menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat
paha.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine dan
posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas
diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan
hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa
yang teraba di inguinal.

28
3.3.7 DIAGNOSA BANDING4

Asal Lesi/Kondisi Onset/Progresi Nyeri Faktor pemberat/Gejala


Anatomis yang menyertai

Kulit Kista sebaseus Akut/kronik, Tidak —


stabil
Squamous cell Kronik, Tidak —
carcinoma Progresif
Tunica Hidrokel Akut/kronik, Tidak Transluminasi
vaginalis stabil
testis Hematokel Akut, Ya Tidak bertransluminasi
disebabkan oleh dengan baik
trauma
Processus Hernia Akut/kronik, Tidak; ya Dapat membesar dengan
vaginalis Inguinalis stabil atau jika manuver valsava;
testis Indirek progresif strangulasi Ukuran dapat befluktuasi

Pampinifom Varikokel Kronik, stabil Tidak Konsistensi “Bag of worms”


plexus
Epididymis Epididimitis Akut, Progresif Ya Dapat memiliki gejala ISK
Spermatokel Kronik, stabil Tidak —
Testis Torsio Testis Akut, progresif Ya Elevasi testis dapat
memperberat nyeri;Posisi
testis abnormal; Reflex
kremaster biasanya tidak
dijumpai
Torsio Akut, stabil Ya Blue dot sign
appendiks
testis
Orkitis Akut, self- Ya Elevasi testis dapat
limited mengurangi nyeri, dapat
memiliki riwayat infeksi viral
Kanker testis Kronik, Tidak —
progresif
Tabel 1. Diagnosa Banding14

29
3.3.8 KOMPLIKASI4
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidakdapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan inibelum ada
gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincinhernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluhdarah
dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dankemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah danobstipasi.
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

3.3.9 PENATALAKSANAAN
1. NON OPERATIF
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi (pemakaian
sabuk TRUSS).4
Indikasinya adalah :
Bila menolak operasi
Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal (ascites, cirrhosis
hepatic, tumor paru)
Hernia Inguinalis Medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi dulu faktor
penyebabnya)4

2. OPERATIF,
Pada Hernia inguinalis:
- Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun stangulata.
- Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau irreponibilis)
- Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu.4

30
MACAM OPERASI2
1. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.

2. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Teknik operasi Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioplasty dapat diklompokkan
dalam 4 kategori utama :

a. Kelompok 1:Open Anterior Repair


Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus. Fascia
transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah :
a. Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalisingunalis hingga ke
cincin ekterna.
b. Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus
menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
c. Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fasciatransversalis)
d. Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
e. Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otottransversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi semuanya
menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari
kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat
menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan.

31
b. Kelompok 2:Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan
teknik open anterior adakah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering
digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.

c. Kelompok 3:Tension-FreeRepair With Mesh


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan pendekatan awal
yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia.
Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaanimplant
prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akantetapi pengalaman yang luas
dengan mesh hernia telah mulai menghilangkananggapan ini, dan teknik ini terus populer.Teknik
ini dapat dilakukan dengananastesi lokal, regional atau general.

d. Kelompok 4:Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di region inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus
terhadap mesh.

32
Gambar 11.Operasi Bassini7

3.3.10 KOMPLIKASI POST OPERASI


A. Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
B. Infeksi pada luka operasi
C. Nyeri kronis
D. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
E. Rekurensi / residif
F. Cedera v.Femoralis, n.Illionguinalis, n.Illiofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli.4

3.3.11 PROGNOSIS
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan.Tapi
pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia
berulang atau hernia yang besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis.Pada penyakit
hernia ini yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.6

33
BAB 4
PEMBAHASAN

Kasus Teori
Anamnesis dan Pemeriksaan Pasien usia 17 tahun datang Anamnesa :
Fisik dengan keluhan :  Pasien datang dengan
 Benjolan pada buah zakar keluhan benjolan pada
kiri dengan berbentuk lipatan paha atau pada
bulat, konsistensi lunak, skrotum dan labia mayor
sewarna dengan kulit pada wanita.
dengan diameter sekitar  Benjolan timbul saat
5cm. terjadi peningkatan
 Benjolan mucul saat tekanan intra abdomen.
mengedan dan batuk serta Pada hernia reponible
dapat hilang saat benjolan dapat berkurang
berbaring atau menghilang pada
 BAB dalam batas normal, saat berbaring dan pada
mual, muntah, demam, irreponible benjolan tidak
nyeri pada benjolan dan menghilang saat
riwayat trauma tidak berbaring.
dijumpai.  Nyeri umumnya timbul
Pemeriksaan Fisik bila terjadi hernia
Skrotum : inkarserata atau
Inspeksi : strangulasi
Tampak massa pada skrotum Pada Pemeriksaan Fisik
sinistra, sewarna dengan kulit  Inspeksi
sekitarnya Dijumpai benjolan pada
Palpasi : lipatan paha atau skrotum.
Massa berukuran 5 x 3 Umumnya tanda radang tidak
cm,permukaan licin, bentuk dijumpai
tidak beraturan, batas tegas,  Palpasi
konsistensi kenyal, mobile, Teraba benjolan lunak,

34
nyeri (-). permukaan licin, konsistensi
lunak. Benjolan dapat masuk
Benjolan dapat didorong pada hernia reponible dan
masuk dengan jari pemeriksa tidak dapat masuk pada
dalam posisi pasien irreponible
berbaring. Pada bagian  Auskultasi
kaudal massa teraba testis. Dapat dijumpai bising usus
Auskultasi : Bising usus (-)  Pemeriksaan khusus
pada benjolan skrotum Zieman test: apabila teraba
sinistra benjolan pada jari kedua HIL
- Pemeriksaan Khusus : pada jari ketiga HIM dan
Finger Test (+) teraba pada jari keempat hernia
benjolan pada ujung jari femoralis
pemeriksa Finger Test: Bila ada
Thumb Test (-) tidak teraba dorongan pada ujung jari
benjolan pada proyeksi maka HIL apabila samping
annulus inguinalis internus jari HIM
Ziemen Test : Teraba Thumb Test : Apabila
benjolan pada jari kedua benjolan tidak keluar HIL
pemeriksa apabila keluar benjolan HIM.

Pemeriksaan Penunjang - Darah rutin dalam batas Untuk mendukung ke arah


normal. adanya strangulasi, dapat
ditemukan hal sebagai
berikut :
Leukocytosis dengan shift to
the left yang menandakan
strangulasi.
Diagnosa Banding dan 1. Hernia Inguinalis Sinistra Pasien datang dengan
diagnosis utama Reponible keluhan Benjolan pada buah
2. Hidrokel Testis zakar kiri dengan berbentuk
3. Varikokel bulat, konsistensi lunak,
sewarna dengan kulit,nyeri(-

35
Dengan diagnosa utama ).Benjolan mucul saat
Hernia Inguinalis Sinistra mengedan dan batuk serta
Reponible dapat hilang saat berbaring
Pemeriksaan Fisik
Skrotum :
Inspeksi :
Tampak massa pada skrotum
sinistra, sewarna dengan kulit
sekitarnya
Palpasi :
Massa berukuran 5 x 3
cm,permukaan licin, bentuk
tidak beraturan, batas tegas,
konsistensi kenyal, mobile,
nyeri (-).

Benjolan dapat didorong


masuk dengan jari pemeriksa
dalam posisi pasien
berbaring. Pada bagian
kaudal massa teraba testis.
Auskultasi : Bising usus (-)
pada benjolan skrotum
sinistra
Finger Test (+) teraba
benjolan pada ujung jari
pemeriksa
Thumb Test (-) tidak teraba
benjolan pada proyeksi
annulus inguinalis internus
Ziemen Test : Teraba
benjolan pada jari kedua
pemeriksa. Sehingga pasien

36
didiagnosa dengan Hernia
Inguinalis Sinistra Reponible
Pada varikokel terjadi
dilatasi abnormal
pampiniform venous plexus
dengan manifestasi massa
dengan konsistesnsi seperti
“kantung cacing”. Sementara
hidrokel adalah penumpukan
cairan diantara lapisan
parietal dan viseral tunika
vaginalis dengan manifestasi
benjolan pada skrotum
dengan konsistensi kistik dan
transluminasi positif
- IVFD RL 30 gtt/i Operasi merupakan terapi
- Ceftriaxon 2 jam utama pada hernia inguinalis
sebelum operasi lateral. Herniotomi dipilih
- Herniotomi karena pada anak-anak hernia
lateral terjadi karena
gagalnya penutupan prosesus
vaginalis sehingga penguatan
dinding posterior kanalis
inguinalis tidak diperlukan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdus Sjukur, Soetamto Wibowo, Harun Al Rasjid, Soetrisno Alibasah, A.H Hamami,
Poerwadi, Kustiyo. 1994., Hernia Inguinalis dan Femoralis. Dalam : Pedoman Diagnosis dan
Terapi Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Surabaya : Lab/UPF Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Umum Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. 83-
85.

2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of Surgery,


eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942

3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and surface
markings, Bartleby. Philadelphia.350-351

4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium, dan
Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-641

5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 783-800

7. Way L.W. 2003. Hernia and Other Lesions of Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment, ninth edition. Prentice Hall InternationalInc. 700-710
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/Hernias(online). Diakses tanggal 26Oktober2017.

8. http:/www.scribd.com.//62541.doc(online). Diakses tanggal 26Oktober2017.

9. http://3.bp.blogspot.com/_DNF0mICS8pk/TS-j8GAISI/AAAAAAAAAI0/b6i0HKmq
XkA/s1600/20.jpg(online). Diakses tanggal 26Oktober2017

10. http://1.bp.blogspot.com/_17bjwUw5_mA/TUUxiLM9jtI/AAAAAAAAADI/Z

38
eXPJCsNVBk/s1600/hernia.jpg(online).Diakses tanggal26Oktober2017

11. http://www.netteranatomy.com/common/showimage.cfm?bFlag=1&imgFile=268-
X3385.jpg(online). Diakses tanggal 26Oktober2017

12. http://www.netterimages.com/image/47499.htm(online). Diakses tanggal 26Oktober2017

13. http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/images/hernia/hesselbachs_triangle.jpg
(online). Diakses tanggal 26Oktober2017

14. PAUL CRAWFORD.2014. Evaluation of Scrotal Masses. Nellis Family Medicine


Residency, Las Vegas, Nevada Am Fam Physician. 2014 May 1;89(9):723-727.

39

Anda mungkin juga menyukai