cth1 PDF
cth1 PDF
MAKALAH
Oleh
TIS KARASUTISNA
NIP. 19500502197903102
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2007
ABSTRAK
SELULITIS FASIALIS
i
ABSTRACT
FACIAL SELLULITIS
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan
makalah ketiga dalam kajian bidang “infeksi odontogenik”. Makalah ini nantinya diharapkan
akan menjadi bacaan tambahan yang berguna dalam mempelajari ilmu bedah mulut di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung. Selain itu makalah ini disusun
atas permintaan PDGI Cabang Propinsi Riau dalam rangka “ Seminar Nasional PDGI
Cabang Propinsi Riau”
Makalah sebelumnya yang kami susun dalam kajian yang sama telah mendapat
perhatian dari para teman sjawat dokter gigi untuk lebih dikembangkan sebagai bahan acuan
dalam penanganan kasus infeksi gigi. Selain itu makalah ini diharapkan pula akan menjadi
langkah awal untuk penyusunan bahan ajar bedah mulut yang selama ini sedang dirintis di
Bagian Bedah Mulut FKG Unpad.
Penulis berharap makalah ini juga akan menjadi bahan bacaan tambahan , melengkapi
makalah serupa dibidang kajian yang sama terutama bagi mahasiswa sehingga dapat
melengkapi dalam memperlajari ilmu bedah mulut khususnya kajian “infeksi odontogenik”.
Namun demikian yang lebih penting adalah semakin besarnya penulis mendapat masukan
dan saran yang sangat berharga untuk perbaikan makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………………… i
ABSTRAK……………………………………………………………………………… ii
KATA PENGATAR……………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………. …………… 1
1.2 Topik Bahasan……………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………….. 1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 14
iv
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perluasan infeksi odontogenik atau infeksi yang mengenai struktur gigi
(pulpa dan periodontal) ke daerah periapikal, selanjutnya menuju kavitas oral
dengan menembus lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari tulang rahang.
Fenomena ini biasanya terjadi di sekitar gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi
primer dapat meluas ke regio yang lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau
jaringan lunak pada tulang rahang. Dalam hal ini, infeksi odontogenik dapat
menyebar ke bagian bukal, fasi
al, dan subkutaneus servikal kemudian
berkembangan menjadi selulitis fasial, yang akan mengakibatkan kematia n
kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat (Berini, et al, 1999).
Selain itu infeksi odontogenik merupakan fokal infeksi yang dapat
memyebabkan Septic emboli, infeksi meluas melalui pembuluh darah dan
pembuluh limfe menyebabkan metastase bakteri sekunder ke paru-paru, otak ,
hati, ginjal dan organ-organ lainnya. (Berini, et al, 1999)
Karakter klinis dari selulitis adalah suatu proses inflamasi yang disertai
demam dan kondisi umum pasien yang buruk, kelainan hematologik seperti
peningkatan jumlah leukosit dan laju endap darah. Penanggannya dengan
pemberian antibiotik dan tindakan drainase jika diperlukan.
2.5. Patofisiologis
Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik yang
berasal dari pulpa dan periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari
infeksi/abses periapikal, menyebar ke segala arah waktu mencari jalan keluar.
Ketika itu biasanya periosteum ruptur dan infeksi menyebar ke sekitar jaringan
lunak intra dan/atau extra oral, menyebabkan selulitis. Penyebab utama selulitis
adalah proses penyebaran infeksi melalui ruangan subkutaneus sellular / jaringan
ikat longgar yang biasanya disebabkan dari infeksi odontogenik. Penyebaran ini
5
dipengaruhi oleh struktur anatomi lokal yang bertindak sebagai barrier pencegah
penyebaran, hal tersebut dapat dijadikan acuan penyebaran infeksi pada proses
septik. Barrier tersebut dibentuk oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi
pada tulang tersebut (Berini, et al,1999).
beranggapan bahwa selulitis dan abses sulit dibedakan, karena pada beberapa
pasien dengan indurasi selulitis mempunyai daerah pembentukan abses.
Nama lain
a. Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwig’s Angina
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4) Selulitis Fasialis Difus
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
b. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
Gambar 8. Angina Ludwig’s yang meluas ke daerah mediastinum dan telah dilakukan insisi drainase setelah
pencabutan gigi.
10
Biasanya infeksi primer dari selulitis berasal dari gigi molar kedua dan ketiga
bawah, penyebab lainnya (Topazian, 2002): sialodenitis kelenjar submandibula,
fraktur mandibula compund, laserasi mukosa lunak mulut, luka yang menusuk
dasar mulut dan infeksi sekunder dari keganasan oral.
Gejala klinis dari Phlegmon (Pedlar, 2001), seperti oedema pada kedua sisi
dasar mulut, berjalan cepat menyebar ke leher hanya dalam beberapa jam, lidah
terangkat, trismus progressif, konsistensi kenyal – kaku seperti papan,
pembengkakan warna kemerahan, leher kehilangan anatomi normalnya, seringkali
disertai demam/kenaikkan temperatur tubuh, sakit dan sulit menelan, kadang
sampai sulit bicara dan bernafas serta stridor.
Angina Ludwig’s memerlukan penangganan sesegera mungkin, berupa:
rujukan untuk mendapatkan perawatan rumah sakit, antibiotik intravenous dosis
tinggi, biasanya untuk terapi awal digunakan Ampisillin dikombinasikan dengan
metronidazole, penggantian cairan melalui infus, drainase through and through,
serta penangganan saluran nafas, seperti endotracheal intubasi atau tracheostomi
jika diperlukan.
a b
Gambar 6. Gejala klinis (a) selulitis fasialis a/r bukalis & temporal dextra (b) Angina Ludwig yang meluas ke daerah colli
dan mediastinum.
Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur,
malaise, lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka
kemerah-merahan, lidah kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan
dispnoe, serta stridor
Prognosa untuk kasus selulitis fasialis tergantung pada uimur penderita,
kondisi pasien datang pertama ke poliklinik dan juga tergantung pada kondisi
sistemik pasien. Pada umumnya ad bonam jika segefra ditangani dengan cepat dan
benar.
Ad bonam, jika segera ditangani.
IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak
terutama jaringan ikat longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang
yang luas, indurasi tegas, biasanya disertai kondisi sistemik yang buruk. Selulitis
dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang
adekuat dan sesegera mungkin.
Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah Angina Ludwig’s,
selulitis bilateral yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula,
sublingual dan submental. Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan
infeksi odontogenik lainnya yaitu menghilangkan causa, insisi drainase,
14
pemberian antibiotik dan perawatan suportif, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang buruk, seperti sulit
bernafas, deman tinggi, dan sebagainya.
4.2. Saran
4.2.1. Setiap dokter gigi agar meningkatkan pengetahuan tentang infeksi
maksilofasial agar pasien dapat segera didiagnosa dengan tepat dan
mendapat perawatan yang segera
4.2.2. Agar ditempat praktek selalu tersedia alat-alat untuk insisi dan drainase
4.2.3. Segera konsulkan kepada yang lebih ahli untuk mengatasi segala infeksi
maksilofasial apabila menghadapi masalah yang gawat dan darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Dimitroulis, G, 1997, A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford (71-81)
Falace, DA, 1995, Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore (p
214-26)
Milloro, M., 2004, Peterson’s of Principles Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd
edition, Canada: BC Decker Inc.
Neville, et al, 2004, Oral and Maxillofacial Pathology. WB Saunders, Philadephia
Pedlar, et al, 2001, Oral Maxillofacial Surgery. WB Saunders, Spanyotl (p90-100)
Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis
Topazian, R.G & Golberg, M H, 2002, Oral and Maxillofacial Infection, WB
Saunders, Philadelphia