Anda di halaman 1dari 29

TUGAS PRAKTIK ANATOMI FISIOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah Anatomi Fisiologi

PENGAMPU MATA KULIAH : Rodhi Hartono, SKp, Ns, MBiomed

DISUSUN OLEH :

1. MILDHA YUNITA (P1337434218006)

2. CHAIRUNISA DHEA RAMADANY (P1337434218007)

3. WINDI DWI ANUGRAHINI (P1337434218014)

4. NELI WININGSIH (P1337434218016)

5. ANNISA CHANDRA RIANI (P1337434218018)

5. FIRDA TASYA AMARANI (P1337434218019)

6. MEYLIZAR NUR ARFIANA (P1337434218022)

7. BAYU ARI PAMUNGKAS (P1337434218038)

8. BENGKI K (P1337434218047)

PROGAM STUDI TEKNOLOGI BANK DARAH SEMARANG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan puji
syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada tim penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas praktik mata
kuliah anatomi fisiologi tentang makalah “System tractus respiratorius” . Makalah
ini telah disusun oleh tim penyusun dengan maksimal dan telah mendapatkan
arahan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah, kepada
Bapak Rodhi Hartono, SKp, Ns, MBiomed yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan penjelasan materi yang diperlukan dalam makalah kepada tim
penyusun, serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi tata Bahasa maupun materi yang
disampaikan tim penyusun. Oleh karena itu, tim penyusun menerima segala saran
dan kritik yang dapat membangun dari pembaca sehingga tim penyusun dapat
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Akhir kata tim penyusun
berharap semoga makalah tentang System tractus respiratorius ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 27 Agustus 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Pengertian System tractus respiratorius....................................................................3

B. Bagian Penyusun Anatomi Tractus Respiratorius Atas..............................................7

C. Tahapan Proses Respirasi Eksternal.........................................................................13

D. Proses Pengaturan Respirasi....................................................................................14

E. Proses transportasi gas CO2, O2 dan H2CO3..........................................................17

F. Regulasi system pernafasan.....................................................................................21

G. Penerapan Hukum Boyle dalam Ventilasi...............................................................24

BAB III............................................................................................................................25

PENUTUP.......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System tractus respiratorius atau yang disebut juga dengan Sistem
pernapasan adalah bagian dari tubuh manusia yang terdiri dari Pembuluh
pernapasan bagian atas (hidung,laring,faring,trakea), Saluran udara
pernapasan bagian bawah (bronkus dan bronkiolus), Saluran udara
pernapasan akhir (bronkiolus pernafasan, kantung alveolar dan alveoli),Pulmo
dan memiliki fungsi untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam
sel-sel tubuh dan mentransport karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel
tubuh kembali ke atmosfer.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat
diidentifikasikan permasalahan yang muncul, yakni sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud sistem Tractus Respiratorius ?

2. Apa saja bagian penyusun sistem Tractus Respiratorius ?

3. Apa saja fungsi dari sistem Tractus Respiratorius ?

4. Bagaimana tahapan proses respirasi eksternal ?

5. Bagaimana proses pengaturan respirasi ?

6. Bagaimana proses transportasi gas CO2, O2, dan H2CO3 ?

7. Bagaimana regulasi sistem pernafasan PCO2, PH, PO2 ?

8. Bagaimana penerapan hokum boyle dalam ventilasi ?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem Tractus Respiratorius.

2. Untuk mengetahui bagian penyusun sistem Tractus Respiratorius.

3. Untuk mengetahui fungsi dari sistem Tractus Respiratorius.

4. Untuk mengetahui tahapan proses respirasi eksternal.

5. Untuk mengetahui proses pengaturan respirasi.

6. Untuk mengetahui proses transportasi gas CO2, O2, dan H2CO3.

7. Untuk mengetahui regulasi sistem pernafasan PCO2, PH, PO2.

8. Untuk mengetahui penerapan hukum boyle dalam ventilasi.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang sistem Tractus
Respiratorius.

2. Membantu mahasiswa untuk memahami sistem Tractus Respiratorius.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian System tractus respiratorius


System tractus respiratorius atau yang disebut juga dengan Sistem
pernapasan adalah bagian dari tubuh manusia yang terdiri dari Pembuluh
pernapasan bagian atas (hidung,laring,faring,trakea), Saluran udara
pernapasan bagian bawah (bronkus dan bronkiolus), Saluran udara
pernapasan akhir (bronkiolus pernafasan, kantung alveolar dan alveoli),Pulmo
dan memiliki fungsi untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam
sel-sel tubuh dan mentransport karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel
tubuh kembali ke atmosfer. Berikut adalah bagian-bagian organ alat
pernapasan pada manusia.

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

 Rongga hidung berlapis selaput lendir berfungsi menangkap benda


asing yang masuk lewat saluran pernapasan, di dalamnya terdapat
kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera).
 Terdapat rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring
partikel kotoran yang masuk bersama udara.
 Terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk (sebagai heatter)

2. Tekak (Faring)

Faring merupakan persimpangan antara rongga hidung ke


tenggorokan (saluran pernapasan) dan rongga mulut ke kerongkongan
(saluran pencernaan). Pada bagian belakang faring terdapat laring. Laring
disebut pula pangkal tenggorok. Pada laring terdapat pita suara dan
epiglotis atau katup pangkal tenggorokan. Pada waktu menelan makanan

6
epiglotis menutupi laring sehingga makanan tidak masuk ke dalam
tenggorokan. Sebaliknya pada waktu bernapas epiglotis akan membuka
sehingga udara masuk ke dalam laring kemudian menuju tenggorokan.

3. Laring

 Laring ini terdapat di antara faring dan trakea.


 Dindingnya terdiri dari 9 buah tulang rawan.
 Di dalamnya terdapat epiglotis dan pita suara .
 Pada saat kita menelan makanan, epiglotisnya ditutup agar
makanan bisa diarahkan ke kerongkongan, sehungga kita engga
keselek
 Tetapi harus hati-hati ! jika makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan ( Keselek)
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.

4. Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih


10 cm. Di paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus. Dinding
tenggorokan terdiri atas tiga lapisan berikut.

1. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.


2. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan.
Trakea tersusun atas 16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk
huruf C. Bagian belakang cincin tulang rawan ini tidak
tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk
mempertahankan trakea tetap terbuka.
3. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang
menghasilkan banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu

7
dan mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara.
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh
gerakan silia menuju bagian belakang mulut. Akhirnya, debu dan
mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia
ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama
udara pernapasan.

5. Karina

Tempat percabangan trakea kanan dan kiri itu disebut karina.

a. Cabang Tenggorokan (Bronkus)

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya


sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju
paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan
mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan
paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding
bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih
tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi
bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus
sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.

b. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus


bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan
dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan
tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus.

8
c. Alveolus

Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal: alveolus), struktur


berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh
darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam
kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga
alveolus.

d. Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut


dibatasi oleh siuatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah
yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas
tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan gelambir
bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir
atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-
paru (pleura). Kapasitas maksimal paru-paru berkisar sekitar 3,5 liter.
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan
biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan
pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Setelah kita melakukan inspirasi
biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya. Udara yang
dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara
komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan
napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-
kuatnya ternyata dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu.
Volume udara residu lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara
pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer disebut
kapasitas vital paru-paru.

9
e. Pleura

Pleura merupakan selaput pembungkus paru, terdiri atas :

1. Pleura Viscerale : melekat pd paru-paru , selaput bagian dalam yang


langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam.
2.Pleura Parietale : melapisi dinding dada
3.Pleura Costalis : melapisi iga-iga , berupa selaput yang menyelaputi
rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut
pleura luar

4.Pleura Diafragmatika : melapisi diafragma

5.Pleura Servicalis : terletak di leher

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi


cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru . Cairan
pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding
rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

B. Bagian Penyusun Anatomi Tractus Respiratorius Atas


1. Hidung

Lubang hidung merupakan tempat pertama yang dilalui udara


pernafasan pada saat memasuki tubuh kita. Pada lubang hidung sebelah luar
terdapat rambut yang berfungsi untuk menyaring dan mencegah masuknya
benda-benda yang berukuran besar ke dalam saluran pernafasan yang lebih
dalam. Cavum nasi terbagi menjadi dua belahan oleh dinding sekat hidung
(septum nasi). Dinding ini tersusun atas tulang keras dan cartilago, bagian
bawah tersusun atas cartilago, sedangkan bagian atas tersusun atas dua buah
tulang, yaitu os ethmoidale di bagian paling atas dan vomer di bawahnya.

Setiap belahan juga terbagi menjadi empat bagian oleh tonjolan-


tonjolan concha. Lantai cavum nasi tersusun atas palatum durum,

10
bumbungnya tersusun dari os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale
serta dinding sampingnya tersusun atas maxilla. Struktur tulang (konka atau
turbin) membentuk dinding posterior. Konka menghangatkan dan
melembabkan udara sebelum melewati nasofaring. Lapisan mucus mereka
juga memrangkap partikel asing yang lebih halus, yang dibawa silia ke
faring untuk ditelan. Udara memasuki tubuh melalui lubang hidung (nares),
di mana rambut-rambut kecil yang disebut vibrissae menyaring keluar debu
dan partikel asing yang besar.

Rongga hidung di bagi menjadi 4 bagian, di antaranya:

1. Vestibula : bagian rongga depan.

2. Atrium: bagian tengah.

3. Daerah pembauan: bagian konka atas.

4. Daerah pernapasan: bagian konka bawah.

2. Sinus

a. Sinus frontalis

Sinus frontalis merupakan sinus terbesar kedua setelah sinus


maxillaris. Sepasang sinus ini terletak antara bidang terluar dan dalam dari
tulang frontalis bentuk dan ukurannya berubah-ubah dan sering
memperluas diri ke daerah di luar tulang frontalis, sebagian besar sering
menuju permukaan orbita. Sinus frontalis ini bentuknya tidak simetris, hal
ini disebabkan karena di sekitaran terdapat macam-macam sputum.
Dinding sinus ini ditandai oleh sputum yang tidak lengkap yang akan
memisahkan sinus frontalis.

b. Sinus ethmoidalis

11
Sinus ethmoidalis memiliki dua labirin ethmoidial yang berada
dalam masses lateral tulang ethmodial. Labirin disusun beraneka macam
air cell, dan cell pada setiap kapsul dibagi dalam tiga kelompok yang
dinamai menurut posisinya yaitu sel ethmoid interior berjumlah 10-12
buah, sel ethmoid medial berjumlah 3-4 buah, dan sel ethmoid posterior
berjumlah 1-7 buah.

c. Sinus sphenoidalis

Sinus sphenoidalis secara normal jumlahnya sepasang dan


menempati badan tulang dari sphenoid. Sinus ini banyak mengalami
perubahan dari segi ukuran dan bentuk, biasanya tidak simetris.
Sinus sphenoidalis berada tepat di bawah sellaturica dan meluas
sampai diantara dorsum sellae dan ethmoid air cell posterior.

d. Sinus maxillaris

Sinus maxillaris merupakan sinus terbesar dan disebut juga antrium


of highmore. Jumlahnya sepasang dan terletak pada sisi hidung dalam di
dalam tulang maxilla. Pada proyeksi lateral bentuknya segiempat
panjang tapi sebenarnya berbentuk piramid yang memiliki tiga dinding.
Ukuran dari sinus maxillaris adalah tinggi vertikal 3,5 cm, ukuran
transversal lebar 2,5 cm, dan panjang anteroposterior 3,2 cm, dan
kapasitas 15 ml. Sedangkan osteum atau pintu sinus terletak di meatus
media rongga hidung dibagian posterior hiatus semilunaris. Pintu sinus
maxillaris ini lebih dekat ke akar sinus dari pada ke dasar sinus, maka
terdapat gangguan alami dalam pembebasan aliran cairan sinus (Bajpai
RN, 1991).

Dari segi klinis, anatomi maxillaris diantaranya adalah dasar sinus


maxillaris sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu

12
premolar, molar, dan juga kadang-kadang gigi taring (caninus) dan gigi
molar 3, bahkan akr-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus,
sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.
Keadaan sinus normal pada gambaran rontgen akan tampat berwarna
lucnt (keabu-abuan) karena rongga tersebut berisi udara yang dapat
diperlihatkan dengan proyeksi occipitomental. Sinus normal
mempunyai transcullent yang kira-kira sama dengan rongga orbita.
Sinus-sinus tersebut dilapisi mukosa tipis sehingga sulit di
visualisasikan oleh gambaran rontgen.

3. Faring

Faring merupakan suatu saluran yang bermula dari dasar cranium


dan berakhir di belakang laring di ruas vertebra cervicalis keenam. Saluran
ini merupakan bagian dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Faring
berbentuk seperti corong, bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.
Panjang faring sekitar 13 cm pada orang dewasa. Dinding faring tersusun
atas otot rangka yang bertindak secara otomatis. Otot yang penting di bagian
faring adalah otot sphincter yang bertanggung jawab pada saat kita menelan.
Otot-otot ini dilapisi dengan membrane mukosa yang tersusun atas jaringa
epitel. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian:

a) Nasofaring (faring di belakang hidung)

Dari dasar cranium hingga dasar uvula. Bagian depan


menyambung terus dengan lubang hidung belakang. Di dinding
belakang terdapat suatu kumpulan jaringan adenoid. Di dinding
sampingnya terdapat dua lubang untuk tuba Eustachius yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah. Saluran ini
menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga bagian tengah dengan
udara luar. Biasanya lubang tuba Eustachius selalu tertutup, kecuali
pada saat menguap atau menelan.

b) Orofaring

13
Bagian orofaring terletak di belakang cavitas oris, yaitu dari
mulai uvula hingga epiglotis. Walaupun orofaring memungkinkan udara
beredar di dalamnya, struktur ini sebenarnya merupakan bagian dari
sistem pencernaan yang berperan pada saat menelan. Tonsil terdapat di
dinding sampingnya; setiap tonsil terletak diantara selaput mulut depan
dan belakang.

c) Laringofaring

Bagian laringofaring terletak di belakang (posterior) laring dan di


bawah orofaring. Di batas vertebra cervicalis keenam, faring berakhir dan
esophagus dimulai.

4. Laring

Laring merupakan suatu alat bersaluran yang terletak di bawah faring


dan diatas trakea. Organ ini terdapat di depan ruas vertebra cervicalis
keempat, kelima, dan keenam. Laring memiliki dua fungsi. Fungsi
pertama berkaitan dengan peredaran udara untuk pernapasan dan fungsi
kedua adalah untuk mengeluarkan udara. Struktur laring tersusun atas
beberapa cartilago hialin-hialin yang bertumpuk-tumpuk hingga
menyerupai kotak. Cartilago ini diikat antara yang satu dan yang lain oleh
ligamentum.

 Cartilago penting yang terdapat di laring adalah sebagi berikut:

1. Cartilago thyroidea

Cartilago ini berpasangan dan merupakan cartilago terbesar


di laring. Cartilago ini bermula dari belakang laring sebagai
tuberculum thyrodium superius dan inperius, lalu mengarah
kedapan dan berakhir sebagai jakun atau prominentia laringea
(pomum adami).

2. Cartilago cricoidea

14
Cartilago ini menyerupai cincin. Di belakang laring,
cartilago ini berbentuk segi empat. Dari sini, cartilago
cricoidea melihat ke depan di bawah cartilago thyroidea.

3. Epiglotis

Cartilago ini berbentuk daun dengan pangkal tertanam di


dalam lekukan cartilago thyroidea, sedangkan bagian
tepinya bebas. Epiglotis bertindak sebagai katup laring. Pada saat
seseorang menelan, makanan atau minuman yang telan
ditahan agar tidak masuk ke dalam saluran udara.

4. Cartilago arytaenoidea

Cartilago ini berukuran kecil, berpasangan, berbentuk


piramid, dan terdapat di permukaan belakang laring. Pita suara
melekat di cartilago ini. Musculus arytaenoideus, yaitu otoo yang
mengatur suara, juga melekat pada cartilago ini.

5. Cartilago corniculata

Cartilago ini berbentuk tanduk dan terdapat di bagian apex


cartilago arytaenodea.

6. Cartilago cuneiformis

Cartilago ini terdapat anterior terhadap cartilago


arytaenodea dan cartilago corniculata.

 Permukaan dalam laring, kecuali bagian pita suara, dilapisi dengan


membran mukosa ynag tersusun atas jaringan epitel kolumnar bersilia.

a. Pita suara

15
Pita suara yang terdapat dalam laring terdiri atas dua jenis serabut.

a) Pita suara sejati (plica vocalis) – Plica vocalis tersusun atas


jaringan berserabut yang elastis. Ujung belakang melekat ke
kartilago arytaenoidea dan ujung depan melekat ke belakang
prominentia laryngea. Lipatan di antara plica-plica ini disebut
glottis.

b) Pita suara palsu (plica ventricularis) – plica ventricularis


merupakan lipatan dari membran mukosa yang melapisi
permukaan dalam laring dan pita ini tidak berperan dalam
pengeluaran suara.

C. Tahapan Proses Respirasi Eksternal


Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan
masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut
akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung
karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan
pernapasan eksternal. Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler
paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat
(HCO- 3). Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2)
air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan Hb) melepaskan
ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas.
Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi
oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada


perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan
parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan
udara berbeda. Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar
dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata

16
lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen
pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah
pada alveolus paru-paru.

Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar


dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga,
konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan
konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah
berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

D. Proses Pengaturan Respirasi


1. Pengaturan Saraf
Pusat pernafasan terletak di medulla dan pons, yang merupakan
bagian dari batang otak medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi.
Pusat inspirasi secara otomatis membangkitkan impuls dalam irama ritmis.
Impuls ini berjalan sepanjang saraf menuju otot respirasi untuk merangsang
kontraksinya. Hasilnya adalah inhalasi. Saat paru-paru terinflasi,
baroreseptor di jaringan paru mendeteksi peregangan ini dan
membangkitkan impuls semsorik menuju medulla, impuls ini mulai
mendepresi pusat inspirasi. Ini disebut refleks inflasi Hering-Bauer, yang
membantu mencegah paru berlebihan. Pengaturan pernafasan oleh
persyarafan dilakukan oleh korteks serebri, medulla oblongata, dan pons.
a) Korteks Serebri
Korteks serebri berperan dalam pengaturan pernafasan yang
bersifat volunteer, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur
pernafasan dan menahan nafas, misalnya pada saat bicara atau
makan.

b) Medulla Oblongata
Medulla oblongata terletak pada batang otak, berperan
dalam pernafasan automatic atau spontan.
c) Pons
Pada pons terdapat 2 pusat pernafasan yaitu pusat apeneutik
terletak pada dipormasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat
apeneutik adalah untuk mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan

17
ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan imflus pada area
inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis
terletak di pons bagian atas. Impuls dan pusat pneumotaksis
menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi dihentikan
dan terjadi ekpirasi. Fungsi dari pusat pneumotaksis adalah
membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi
sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi
dan ekspirasi berjalan secara teratur.

Pengaturan Kimiawi, ada banyak factor yang mempengaruhi laju


dalam pernafasan yang sudah diset oleh pusat pernafasan yaitu adanya
perubahan kadar oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen dalam darah
arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan dan menimbulkan
respons dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada dua kemoreseptor yaitu
kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan kemoreseptor perifer yang
berada di badan aorta dan ceratoid pada sistem arteri.
a) Kemoreseptor Pusat
Dirangsang oleh peningkatan kadar karbondioksida dalam darah
arteri, cairan resebtospinal, peningkatan ion hydrogen dengan
merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan.

b) Kemoreseptor Rifer
Reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen,
karbondioksida, dan ion hydrogen. Peningkatan karbondioksida dan
peningkatan ion hydrogen maka pernafasan menjadi meningkat.

Pengaturan non kimiawi, Beberapa factor yang mempengaruhi


pengaturan pernafasan diantaranya:
a) Baroreseptor
Berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan
pembuluh darah.
b) Peningkatan Suhu Tubuh

18
Misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis tubuh
akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan
ventilasi.
c) Hormone Epinefrin
Peningkatan hormone epinefrin akan meningkatkan rangsang simpatis
yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan
ventilasi
d) Refleks Hering-breur
Yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekpirasi. Pada saat inspirasi
mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam
otot polos paru untuk menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan
demikian refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat
aktifitas berat.

E. Proses transportasi gas CO2, O2 dan H2CO3

1. Transportasi Oksigen

Jumlah oksigen (O2) yang diambil melalui udara pernapasan


tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan
yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300
cc O2 sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut
berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa
kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi O 2 udara inspirasi
berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah
berkurang.

19
Oksigen yang terkandung dalam udara pernafasan larut dalam
lapisan air yang ada di permukaan dinding alveolus. Dinding alveolus
tersusun atas epitel pipih dengan ketebalan hanya 10 mm. Selanjutnya,
oksigen terlarut itu berdifusi melintasi sel-sel epitel dan sel-sel
endothelium kapiler untuk masuk ke dalam plasma darah. Di dalam
plasma darah, oksigen berdifusi masuk ke sel-sel darah merah (eritrosit)
dan berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut
deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO2) seperti
reaksi berikut :

Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah (eritrosit) ini


tersusun oleh senyawa heminatau hematin yang mengandung unsur besi
(Fe) dan globin yang berupa protein. Senyawa hematinbertanggung jawab
atas warna merah pada hemoglobin dan merupakan tempat
pengangkutanO2. Sekitar 97% O2 dalam bentuk senyawa oksihemoglobin
dan hanya 2 – 3% O2 yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh
darah ke seluruh jaringan tubuh. Dan selanjutnya akan terjadi
pelepasanO2 secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi
berikut :

(oksihemoglobin) berwarna merah jernih

Satu molekul hemoglobin mengikat empat molekul


O2. Reaksi ke kanan berlangsung di dalam kapiler darah alveolus paru-
paru, sedangkan reaksi ke kiri berlangsung di dalam jaringan tubuh. Ikatan
oksihemoglobin dibentuk dalam paru-paru, yang memiliki PO 2 tinggi
namun ikatan ini relatif tidak stabil, dan ketika darah melewati jaringan
dengan PO2 rendah, ikatan pecah dan oksigen dilepas ke jaringan. Pada
keadaan konsentrasi O2 jaringan rendah, O2 berlebih yang ada di
Hemoglobin akan dilepaskan. Ini berarti bahwa jaringan aktif, seperti otot

20
yang bekerja, menerima lebih banyak oksigen untuk menjalankan respirasi
sel. Karena itu, hemoglobin sangat berguna untuk membawa O 2dari paru-
paru ke jaringan-jaringan tubuh.

Kecepatan reaksi pengikatan oksigen oleh Hb sangat dipengaruhi


oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (PO2), perbedaan kadar O2 dan
CO2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Kecepatan difusi O2 dari
alveolus ke dalam kapiler dan difusi CO2 dari kapiler ke dalam alveolus
dipengaruhi oleh:

 Tekanan parsial gas yang tergantung pada persentase dalam seluruh


bagian udara; semakin tinggi tekanan parsial, semakin cepat proses
difusi berlangsung.
 Permeabilitas epithelium membran respirasi; semakin permeable
membran, semakin cepat proses difusi.
 Luas permukaan epithelium atau membran respirasi; semakin luas,
proses difusi semakin cepat.
 Kecepatan sirkulasi darah di paru-paru; semakin cepat peredaran
darah, proses difusi semakin cepat.
 Kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam darah; semakin cepat
reaksinya proses difusi semakin cepat.

Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760


mmHg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mmHg. Tekanan
oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam
kapiler alveolus paru-paru yang 105 mmHg dan arteri sistemik 100
mmHg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke kapiler alveolus secara
difusi.

Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang


tekanan oksigennya 100 mm; menuju ke serambi kiri. Dari serambi kiri
darah beroksigen masuk ke bilik kiri. Lalu, O2 mengalir lewat arteri
sistemik yang tekanan oksigennya 100 mmHg menuju ke jaringan tubuh
yang tekanan oksigennya 40 mmHg, sehingga O2 berdifusi keluar dari
kapiler dan masuk ke sel-sel tubuh. Di jaringan, O 2 ini akan dipergunakan

21
untuk menghasilkan energi melalui proses pembakaran zat-zat makanan.
Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg dapat
mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mmHg maka
hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan
demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per
100 mm3 darah.

1. Transportasi CO2

Setelah melakukan proses pembakaran zat-zat makanan,


maka akan dihasilkan sisa respirasi berupa karbon dioksida (CO 2).
Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung.
Tekanan CO2 di jaringan 50 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena
sistemik yang hanya 45 mmHg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat
arteri pulmonalis yang tekanan karbon dioksidanya sama yaitu 45
mmHg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru yang
tekanan karbon dioksidanya 40 mmHg, lalu CO 2 dilepaskan ke
lingkungan luar yang bertekanan 0,2 mmHg. Pengangkutan
CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui tiga cara yakni sebagai
berikut:
1). Sekitar 5% dari seluruh CO 2 yang ditransport larut dalam darah
sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena
terbentuknya asam karbonat (H2CO3). Ketika CO2 memasuki darah,
sebagian besar berdifusi menuju sel darah merah, yang di
dalamnya terdapat enzim karbonik anhidrase yang mengandung
seng. Enzim ini mengatalisis reaksi CO 2 dan air (H2O) untuk
membentuk asam karbonat, menurut reaksi berikut:

2). Sekitar 30% dari seluruh CO2 yang ditransport terikat pada
hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (HbCO2)
dengan reaksi sebagai berikut:

22
3). Sekitar 65% dari seluruh CO2 yang ditransport terikat dalam
gugus ion bikarbonat (HCO3-) melalui proses berantai
pertukaran klorida (Cl-). Ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi
keluar dari sel darah merah menuju plasma, meninggalkan ion
hidrogen (H+) di dalam sel darah merah. Ion H+ yang banyak
akan cenderung membuat sel darah merah terlalu asam tetapi
Hb bertindak sebagai dapar/penyangga untuk mencegah
asidosis. Untuk mempertahankan kesimbangan ionik, ion
klorida (Cl-) dari plasma memasuki sel darah merah, hal ini
disebut pertukaran klorida. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Ketika darah mencapai paru-paru dengan daerah PCO 2 yang lebih


rendah, reaksi ini akan membalik, CO2 akan kembali dibentuk dan
berdifusi menuju alveolus untuk diekshalasi.

F. Regulasi system pernafasan


Respirasi merupaka suatu proses ritmik karena inspirasi dan ekspirasi
terjadi bergantian dengan irama yang teratur, hal ini karena kontraksi otot
pernafasan yang berelaksasi dan berkontraksi secara bergantian. Ada
beberapa hal yang perlu diatur dalam system respirasi agar tidak terjadi
kekacauan hal itu meliputi :

1. Irama inspirasi dan ekspirasi


2. Pengaturan frekuensi dan kedalaman pernapasa
3. Factor yang memodifikasi pernafsan untuk fungsi lain

Pengandalian ketiga hal diatas dilakukan oleh beberapa mekanisme,


yaitu saraf, kemoresptor dan mekanisme non kemoreseptor.

Pengendalian Respirasi oleh saraf


1. Korteks serebri

23
Ini merupakan pengendalian voluntary , kita dapat mengatur
kapan saatnya bicara, menelan makanan dan bernapas tanpa terjadi
kekacauan.
2. Medulla oblongata
Badan saraf dari neuron – neuron yang mengatur kerja otot
pernapasan terdapat pada medulla oblongata. Di medulla oblongata
terdapat dua kelompok besar badan saraf,yaitu
 Kelompok repiratorik dorsal
Kelompok ini merupan neuron inspiratorik, neuron
desendennya bekerja pada otot – oto inspirasi. Fungsinya adalah
memulai proses inspirasi, saat neuron ini mencetuskan impuls
maka terjadilah inspirasi, jika neuron ini tidak mencetuskan impuls
maka terjadilah ekspirasi
 Kelompok repiratorik ventral
Merupakan kelompok dari neuron ekspiratori dan neuron
inspiratorik. Neuron ini tidak aktif salam keadaan repirasi normal,
neuron ini bekerja saat terjadi ekspirasi paksa dan saat adanya
peningkatan kebutuhan sehingga dibituhkan peningkatan ventilasi.
3. Pons
Pengaturan yang dilakukan oleh pons merupakan pengaturan
halus. Badan saraf pada pons terbagi menjadi dua, yakni
 Pneumotaksi, berfungsi untuk membatasi durasi inspirasi. Tanpa
pengaturan saraf ii kita akan menarik nafas terlalu dalam dan
ekspirasi dengan cepat dan mendadak
 Apnustik, berfungsi untuk mencetuskan impuls ekspirasi,
membawa impuls inspirasi menuju ambang potensial. Jika ada
gangguan pada saraf ini akan terjadi suatu gangguan ‘lupa
bernafas’

Pengendalian Respirasi melalui mekanisme Kemoreseptror

Banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman


pernapasan yang sudah diset oleh pusat pernapasan, yaitu adanya
perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam
darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan

24
menimbulkan respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada 2
jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla
dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada
sistem arteri.

1. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon


dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion
hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernapasan.
2. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan
konsentrasi oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen. Misalnya
adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida dan
peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat.

Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi

Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan


pernapasan di antaranya : pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu
tubuh, hormon epineprin, refleks hering-breuer.

 Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium,


ventrikel dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon
terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri
dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan.
 Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga
maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas
tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.

 Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan


meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang
pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.

25
 Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi
stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk
menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan demikian refleks
ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktifitas berat

G. Penerapan Hukum Boyle dalam Ventilasi

Hukum boyle berbunyi “ hasil kali tekanan dan volume gas dalam
ruang tertutup selalu tetap bila suhu gas tidak berubah”. Hukum Boyle
inilah yang menjelaskan mengapa tekanan udara diluar bisa menjadi lebih
rendah atau lebih tinggi dari pada tekanan udara di paru – paru. Gerakan
pernapasan menyebabkan perubahan volume toraks (dada) dan perubahan
tekanan gas dalam rongga dada yang mengakibatkan udara mengalir ke
dalam atau keluar rongga dada. Seperti saat ketika inspirasi, dimana
diafragma berkontraksi dan mendatar serta otot – otot antar iga
(interkostal) berkontraksi. Volume toraks akan bertambah dan tekanan
paru – paru berkurang. Karena volume paru meningkat, maka tekanan
dalam paru akan lebih rendah dari pada tekanan atmosfer sehingga udara
akan tertarik masuk ke paru – paru. Demikian juga ketika ekspirasi,
dimana diafragma berelaksasi dan bergerak ke atas dan otot – otot antar
iga berelaksasi. Volume toraks akan berkurang dan tekanan paru – paru
bertambah , karena volume baru berkurang maka tekanan dalam paru akan
lebih tinggi dari tekanan atmosfer sehingga udara keluar dari paru – paru.

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem Tractus adalah bagian dari tubuh manusia yang terdiri dari
Pembuluh pernapasan bagian atas (hidung,laring,faring,trakea)
2. Tractus Respiratorius tersusun atas Tractus Respiratorius atas dan
Tractus Respiratorius bawah.
3. Sistem Tractus Respiratorius berfungsi untuk pertukaran gas
antara oksigen dan karbon dioksida, membantu dalam regulasi
keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, pengendalian suhu,
dan eliminasi air.
4. Tahapan proses respirasi eksternal dimulai dari Ketika kita
menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk
ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen
tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah
yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara
dan darah dalam paru-paru.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/11361649/Pengaturan_Pernafasan
https://idatiur.wordpress.com/2010/02/11/kontrol-pernafasan/
http://blogsiskaherman.blogspot.com/2016/09/struktur-dan-fungsi-sel-
penyusun.html
https://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/sistem-pernapasan-pada-manusia-
artikel.html
https://www.google.co.id/search?safe=strict&ei=gBGCW8jqNcqy9QP-
4pEI&q=tractus+respiratorius+pdf&oq=tractus+respiratorius+pdf&gs_l=psy-
ab.3...2055.4395.0.5016.4.4.0.0.0.0.150.488.2j2.4.0....0...1.1.64.psy-
ab..0.3.394...0i203k1j0i22i30k1j0i22i10i30k1j33i160k1.0.ybehROpAVCU . 9.31
am . 5. SaluranPernapasan - Elearning Gunadarma
http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-tractus-respiratorius-
inferior.html
9.32 am . .: Medicina Islamica :.:
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1444 . 9.35 am . BAB II
https://www.google.co.id/search?
safe=strict&ei=zhGCW9KOItGS9QPesrf4CQ&q=jurnal+tractus+respiratorius+pd
f&oq=jurnal+tractus+respiratorius+pdf&gs_l=psy-
ab.3...6175.7963.0.8507.7.7.0.0.0.0.194.726.0j5.5.0....0...1.1.64.psy-
ab..2.1.147...35i39k1.0.JnW8uTNU99c . 9.41 am . Anatomi dan Fisiologi saluran
pernafasan - Zullies Ikawati's Weblog
https://www.google.co.id/search?
safe=strict&q=jurnal+anatomi+dan+fisiologi+sistem+respirasi+manusia+pdf&sa
=X&ved=0ahUKEwjYoveu2YndAhVERo8KHcQ_A6kQ1QIImgEoAA&biw=13
66&bih=608 . 9.45 am . Anatomi dan Fisiologi Manusia - BPPSDMK

28
29

Anda mungkin juga menyukai