1.1 Definisi
Angina pektoris tak stabil didefinisikan sebagai perasaan tidak enak di dada
(chest discomfort) akibat iskemia miokard yang datangnya tidak tentu, dapat
terjadi pada waktu sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat.
Perasaan tidak enak ini dapat berupa nyeri, rasa terbakar atau rasa tertekan.
Kadang-kadang tidak dirasakan di dada melainkan di leher, rahang bawah, bahu,
atau ulu hati (Kabo dan Karim, 2008).
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik
miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut
(Anwar, 2004).
1.2 Etiologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun
bersama-sama yaitu (Anwar, 2004) :
a. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran
koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan
pemakaian obat-obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2
miokard sehingga mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai
O2. Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat
menyebabkan tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke miokard.
b. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita angina tidak stabil (ATS) mempunyai
gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak
sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat
memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi
disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau normal
yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat sumbatan
maupun spasme pembuluh darah.
c. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran
darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya
membentuk trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah.
d. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik
sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi
mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis
akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
e. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah
kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus yang
menyebabkan penyempitan arteri koroner.
f. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran coroner
karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame
dapat terjadi pada arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah
koroner. Spasme yang berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel,
pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit dan trombus pembuluh darah.
2.1 Pengkajian
a. Biodata
Nama:
Umur: menurut Riset Kesehatan tahun 2013, panderita penyakit jantung
banyak di temui pada usia diatas 15 tahun, dan secara signifikan akan
meningkat pada usia 40 tahun
Jenis Kelamin: riset membuktikan bahwa reaksi jantung terhadap serangan
jantung laki-laki lebih beresiko dari pada wanita, diakibatkan gaya hidup laki-
laki dengan riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol
Tempat tinggal: tempat tinggal perlu dikaji untuk melihat apakah tempat
tinggal dapat menyebabkan seseorang mengalami penyakit jantung
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya gejala UAP umumnya berupa angina untuk pertama kali atau
angina yang bertambah dari biasanya. Nyeri dada seperti pada pasa angina
biasa tapi lebih berat dan lebih lama timbul pada waktu istirahat, atai
tumbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan
sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat
dingin.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah mengalami nyeri dada sebelumnya, apakah pasien
memiliki riwayat penyakit yang memiliki faktor resiko seperti hipertensi,
diabetes, penggunaan tembakau, hiperlipidemia, merokok,
mengkomsumsi alkohol, ginjal, dan diet rutin dengan tinggi lemak)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan penyakit jantung (AMI), DM ,
hipertensi, stroke dan penyakit pernafasan (asma).
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
b. Heart rate/ nadi dapat terjadi brakardi/takikardi, kuat/lemah, teratur
ataupun tidak.
c. Respirasi meningkat
d. Suhu dapat normal ataupun meningkat.
2. Kepala
a. Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
b. Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
c. Terdapat/tidak nyeri pada rahang
3. Leher
a. Tampak distensi vena jugularis
b. Terdapat/tidak nyeri pada leher
4. Thorak
a. Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau
murmur menunjukkan gangguan katup atau disfuungsi otot papilar,
perikarditis.
b. Irama jantung dapat normal/ teratur atau tidak
c. Paru-paru : suara nafas bersih/krekels/mengi/wheezing/ronchi.
d. Terdapat batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
e. Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah muda.
5. Abdomen
a. Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik/ ulu hati
b. Bising usus normal/menurun
6. Ekstremitas
a. Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin.
b. Terdapat udema perifer dan udema umum.
c. Kelemahan atau kelelahan.
d. Pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membrane mukosa dan bibir.
7. Respon psikologis
a. Gelisah/cemas, seperti takut mati, khawatir dengan keluarga, kerja dan
keuangan.
b. Depresi, menarik diri dan kontak mata kurang.
c. Denial, menyangkal dengan sakitnya dan marah.
8. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
1) Monitor terdapat aritmia
2) Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST
elevassi ataupun depresi dan gelombang Q, patologis ini
menunjukkan telah terjadi nekrosis.
b. Thorak Foto
1) Mungkin normal/menunjukkan peembesaran jantung diduga
gagal jantung kongestif.
2) Terdapat stenosis aorta.
3) Penyakit paru lainnya seperti bronchitis/TBC.
c. Laboratorium
1) Kolesterol/trigliserida serum : meningkat menunjukkan risiko IHD
diama terjadi peningkatan kadar kolesterol merupakan pemicu
terbentuknya aterosklerosis yang merupakan sebagai penyebab
infark. LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48
jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
2) Enzim jntung dan iso enzim : CK, CK-MB (iso enzim yang
ditemukan pada otot jantung) meningkat antara 4-6 jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam. CL-MB sering
dijadikan sebagai indicator AMI, sebab diproduksi hanya saat
terjadi kerusakan jaringan miokardium.
3) Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mmpengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, seperti hipokalemia/hiperkalemia.
4) Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada
hari kedua setelah infark, sehubungan dengan proses inflamasi.
5) Analisa gas darah/ oksometri nadi : dapat menunjukkanhipoksia
atau proses penyakit paru akut/kronis.
6) Kimia : mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/ perfusi
organ akut/kronik.
2.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d. Iskemia NOC: Manajemen nyeri :
miokardium ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian
ü Nyeri terkontrol nyeri secara
ü Tingkat kenyamanan komprehensif
Setelah dilakukan asuhan termasuk lokasi,
keperawatan selama 1 x karakteristik, durasi,
24 jam, klien dapat : frekuensi, kualitas
1. Mengontrol nyeri, dan ontro presipitasi.
dengan indikator : 2. Observasi reaksi
a. Mengenal faktor- nonverbal dari
faktor penyebab ketidaknyamanan.
b. Mengenal onset 3. Gunakan teknik
nyeri komunikasi
c. Tindakan terapeutik untuk
pertolongan non mengetahui
farmakologi pengalaman nyeri
d. Menggunakan klien sebelumnya.
analgetik 4. Kontrol lingkungan
e. Melaporkan yang mempengaruhi
gejala-gejala nyeri seperti suhu
nyeri kepada tim ruangan,
kesehatan. pencahayaan,
kebisingan.
Nyeri terkontrol 5. Kurangi faktor
a. Menunjukkan presipitasi nyeri.
tingkat nyeri, 6. Pilih dan lakukan
dengan indikator: penanganan nyeri
b. Melaporkan nyeri (farmakologis/non
c. Frekuensi nyeri farmakologis)..
d. Lamanya episode 7. Ajarkan teknik non
nyeri farmakologis
e. Ekspresi nyeri; (relaksasi, distraksi
wajah dll) untuk mengetasi
f. Perubahan nyeri..
respirasi rate 8. Berikan analgetik
g. Perubahan untuk mengurangi
tekanan darah nyeri.
h. Kehilangan nafsu 9. Evaluasi tindakan
makan pengurang
nyeri/ontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor
penerimaan klien
tentang manajemen
nyeri.
Administrasi
analgetik :.
1. Cek program
pemberian
analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Ventilation Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi Respiratory status : guanakan teknik
tidak adekuat Airway patency chin lift atau jaw
Vital sign Status thrust bila perlu
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : Posisikan pasien
- Penurunan tekanan Mendemonstrasikan untuk
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara memaksimalkan
- Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak ventilasi
udara per menit ada sianosis dan dyspneu Identifikasi pasien
- Menggunakan otot (mampu mengeluarkan perlunya
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas pemasangan alat
- Nasal flaring dengan mudah, tidak ada jalan nafas buatan
- Dyspnea pursed lips) Pasang mayo bila
- Orthopnea
Menunjukkan jalan nafas perlu
- Perubahan
yang paten (klien tidak Lakukan fisioterapi
penyimpangan dada
merasa tercekik, irama dada jika perlu
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point
nafas, frekuensi Keluarkan sekret
pernafasan dalam dengan batuk atau
position
rentang normal, tidak suction
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
ada suara nafas Auskultasi suara
abnormal) nafas, catat adanya
berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter Tanda Tanda vital dalam suara tambahan
anterior-posterior rentang normal (tekanan Lakukan suction
- Pernafasan rata- darah, nadi, pernafasan) pada mayo
rata/minimal Berikan
Bayi : < 25 atau > 60 bronkodilator bila
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 perlu
Usia 5-14 : < 14 atau > Berikan pelembab
25 udara Kassa basah
Usia > 14 : < 11 atau > NaCl Lembab
24 Atur intake untuk
- Kedalaman pernafasan cairan
Dewasa volume tidalnya mengoptimalkan
500 ml saat istirahat keseimbangan.
Bayi volume tidalnya 6-
Monitor respirasi
8 ml/Kg
dan status O2
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas Terapi Oksigen
vital Bersihkan mulut,
hidung dan secret
Faktor yang berhubungan : trakea
- Hiperventilasi Pertahankan jalan
- Deformitas tulang nafas yang paten
- Kelainan bentuk Atur peralatan
dinding dada oksigenasi
- Penurunan
Monitor aliran
energi/kelelahan
oksigen
- Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal Pertahankan posisi
- Obesitas pasien
- Posisi tubuh Onservasi adanya
- Kelelahan otot tanda tanda
pernafasan hipoventilasi
- Hipoventilasi sindrom Monitor adanya
- Nyeri kecemasan pasien
- Kecemasan terhadap oksigenasi
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Kerusakan Vital sign Monitoring
persepsi/kognitif Monitor TD, nadi,
- Perlukaan pada suhu, dan RR
jaringan syaraf tulang Catat adanya
belakang fluktuasi tekanan
- Imaturitas Neurologis darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika