Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
NSAIDs tersedia dalam bentuk obat bebas (over the counter) di berbagai
Negara. Di Spanyol, NSAIDs adalah obat yang paling banyak dikonsumsi dan
menjadi nomor enam dalam belanja farmasi terbanyak. Di Indonesia penggunaan
NSAIDs tergolong tinggi, terutama di kalangan usia lanjut akibat penyakit yang
muncul di usia tua seperti artritis atau rematik. Obat anti inflamasi (anti radang)
non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-
inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat
analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti
radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini
dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. AINS bukan tergolong obat-
obatan jenis narkotika. Inflamasi adalah salah satu respon utama dari system
kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi. Adapun tanda – tanda inflamasi
adalah :
1. tumor atau membengkak
2. calor atau menghangat
3. dolor atau nyeri
4. rubor atau memerah
5. functio laesa atau daya pergerakan menurun dan kemungkinan disfungsi
organ atau jaringan
Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa prostaglandin akan dilepaskan
bila mana sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro obat AINS diketahui
menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, anti-
piretik dan anti-inflamasinya belum jelas. Selain itu obat AINS secara umum tidak
menghambat biosintesis leukotriene, yang diketahui ikut berperan dalam
inflamasi.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklo-
oksigenase dengan cara yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NSAID
NSAIDs (Non-Steroidal Anti-Infammatory Drugs) merupakan obat yang
digunakan dalam pengobatan nyeri dan inflamasi. Termasuk dalam NSAIDs di
antaranyaantalgin, ibuprofen, asam mefenamat, dan diklofenak yang mudah
didapatkan oleh masyarakat di apotek.
NSAIDs tersedia dalam bentuk obat bebas (over the counter) di berbagai
Negara. Di Spanyol, NSAIDs adalah obat yang paling banyak dikonsumsi dan
menjadi nomor enam dalam belanja farmasi terbanyak. Di Indonesia penggunaan
NSAIDs tergolong tinggi, terutama di kalangan usia lanjut akibat penyakit yang
muncul di usia tua seperti artritis atau rematik.
Penggunaan NSAIDs sangat luas, di antaranya dalam pengobatan demam,
nyeri ringan hingga nyeri akibat kanker, artritis, stroke, dan dismenore.Jangka
waktu penggunaan tersebut bervariasi, ada yang digunakan jangka pendek seperti
pada demam atau nyeri ringan, ada yang digunakan jangka panjang misalnya pada
pengobatan artritis. Oleh karena itu, NSAIDs erat kaitannya dengan kejadian efek
samping. NSAIDs terbukti dapat mengakibatkan perubahan fungsi ginjal, efek
terhadap tekanan darah, gangguan hati, penghambatan platelet, gangguan
gastrointestinal, dan gangguan kardiovaskuler.
Pelaporan kejadian efek samping obat telah diatur oleh Direktorat
Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dari Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia (RI). Pelaporan dilakukan oleh tenaga
kesehatan dengan menggali informasi dari pasien, dan jika terdapat 3 kekurangan
dapat digunakan rekam medis pasien.
Di luar negeri telah banyak dilakukan penelitian tentang kejadian masuk
rumah sakit akibat penggunaan NSAIDs. Data Spanish System of
Pharmacovigilance (SSPV) periode 1983-1991 menunjukkan bahwa dari 18.348,
sebanyak 8,8% diakibatkan oleh NSAIDs. Organ yang sering terpengaruh oleh
efek toksik NSAIDs adalah hati, ginjal, dan gastrointestinal
2.2 Klasifikasi
NSAIDs dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya yang
ditunjukkan pada tabel berikut :

Golongan secara struktur kimia Obat


Turunan asam salisilat Aspirin (asam asetil salisilat)
Natrium salisilat
Diflunisal
Salsalat
Sulfasalazin
para-amino fenol Turunan asam propionat Parasetamol
Flurbiprofen
Ibuprofen
Ketoprofen
Naproksen
Oksaprozin
Fenoprofen
Turunan asam asetat Diklofenak
Sulindak
Etodolak
Tolmetin
Ketorolak
Nabumeton
Indometasin
Turunan asam enolat Pirazolon
Fenilbutazon
Dipiron
Oksikam
Piroksikam
Meloksikam
Tenoksikam
Lornoksikam
Turunan asam mefenamat Asam mefenamat
Asam meklofenamat
Asam flufenamat
Asam tolfenamat

Selective COX-2 inhibitors Celecoxib


Rofecoxib (sudah ditarik dari peredaran)
Valdecoxib (sudah ditarik dari peredaran)
Analgesik non-opioid dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu golongan
steroid (betametason, hidrokortison) dan golongan non-steroid/NSAID (NonSteroidal
Anti Inflammatory Drug). Secara kimiawi, NSAID dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu parasetamol, turunan salisilat, 2 penghambat prostaglandin, turunan
antranilat dan turunan pirazolinon. Mekanisme kerja NSAID adalah dengan jalan
menghambat enzim siklooksigenase (COX) yang mengubah asam arakidonat (AA)
menjadi prostaglandin (PG), suatu mediator nyeri. Prostaglandin dapat mensensitisasi
reseptor nyeri, jadi dengan dihambatnya sintesa prostaglandin, timbulnya rasa nyeri juga
akan dihambat. Adanya gugus hidrazida dapat menghambat enzim siklooksigenase
(COX) yang berperan dalam pembentukan prostaglandin (PG).

2.3 Ketorolac
Ketorolac merupakan salah satu golongan dari obat NSAIDs yang digunakan
untuk menangani inflamasi dan nyeri. Adapun obat lain seperti ibuprofen dan
naproxen tetapi, ketorolac lebih efektif diantara semua obat golongan NSAIDs
dalam mengurangi nyeri baik inflamasi ataupun non-inflamasi. Ketorolac
mengurangi produksi dari prostaglandin, senyawa kimia dari sel sistim imun yang
menyebabkan demam, nyeri, dan inflamasi. Ketorolac memblok enzim yang
membentuk prostaglandnin (cyclooxygenase 1 dan 2). Sebagai hasilnya nyeri serta
peradangan, adalah tanda dan gejala dari inflamasi yang dapat berkurang.

Ketorolac termasuk golongan obat antiinflamasi non steroid (NSAID), obat ini untuk
penggunaan jangka pendek (tidak lebih dari 5 hari). Ketorolac adalah derivat dari pyrrolo-
pyrole pada kelompok NSAID dengan nama kimianya (+)– 5–benzoyl-2,3-dihydro-1H-
pyrrolizine-1-carboxylic acid, yang merupakan gabungan dari 2-amino-2-
(hydroxymethyl)-1,3-propanediol. Ketorolac secara struktural dan farmakologi mirip
dengan indometasin

Absorbsinya terjadi di usus dengan bioavalaibilitasnya pada pemberian oral,


intramuskular dan intravena bolus 100%. Konsentrasi puncak pemberian oral akan
tercapai dalam waktu 45 menit, pemberian intramuskular 30–45 menit dan intravena
bolus 1–3 menit. Obat ini 99% berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi di plasma
akan berkurang setelah 6 jam.
Ketorolac mengalami metabolisme di hepar dan metabolitnya diekskresikan melalui
urin (91,4%) dan feses (6,1%). Ketorolac tidak mempengaruhi hemodinamik pasien.
Ketorolac tidak menstimulasi reseptor opioid sehingga tidak menimbulkan efek depresi
pernafasan, sedatif dan euphoria

Ketorolac adalah obat golongan analgetik non-narkotik yang mempunyai efek


antiinflamasi dan antipiretik. Ketorolac bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin yang merupakan mediator yang berperan pada inflamasi, nyeri, demam dan
sebagai penghilang rasa nyeri perifer. Ketorolac merupakan obat penghambat
prostaglandin yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat
aksi prostaglandin pada organ target

Ketorolac tidak boleh digunakan pada penderita dengan riwayat asma,


bronchospasme, polip hidung, alergi ketorolac dan obat-obat NSAID lainnya, perdarahan,
gangguan pembekuan darah, angiodema, ulkus peptikum, penderita jantung dan
hipertensi, hipovolemia, gangguan ginjal dan hati yang berat, anak dibawah usia 16
tahun, riwayat sindroma stevens-johnson, pemberian epidural atau intratekal dan
perdarahan serebrovaskuler.

2.4 Farmakodinamik
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesic non-narkotik. Obat ini
merupakan obat anti-inflamasi non-steroid yang menunjukan aktifitas antipiretik
yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis
prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgetik yang bekerja perifer karena
tidak mampunyai efek terhadap reseptor opial.

2.5 Uji Klinis


Beberapa penelitian telah meneliti efektifitas analgetik ketorolac
tromethamine intramuscular pada dua model nyeri pasca bedah akut; bedah umum
(ortopedik, ginekologik, dan abdominal) dan bedah mulut (pencabutan M3 yang
mengalami impaksi). Penelitian ini merupakan uji yang dirancang parallel, dosis
tunggal primer, yang membandingkan ketorolac tromethamine dengan meperidine
(phetidine) atau morfin yang diberikan secara intramuscular. Pada tiap model,
pasien mengalami nyeri sedang shingga berat pada awal penelitian. Jika
dibandingkan dengan meperidine 50 dan 100 mg, atau morfin 6 dan 12 mg pada
pasien yang mengalami nyeri pasca bedah. Ketorolac tromethamine 10, 30, dan 90
mg menunjukan pengurangan nyeri yang sama dengan meperidine 100 mg dan
morfin 12 mg. onset of action analgesiknya sebanding dengan morfin. Durasi
analgesic ketorolac tromethamine 30 mg dan 90 mg lebih sama dari pada narkotik.
Berdasarkan pertimbangan efektifitas dan keamanan setelah dosis berulang, dosis
30 mg menunjukan indeks terapetik yang terbaik

2.6 Farmakokinetik

Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intra
muscular dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml
setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg. waktu paruh terminal plasma 5,3
jam pada dewasa muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia rata-rata 72 tahun).
Lebih dari 99% ketorolac terikat secara intramuscular dosis tunggal atau multiple
adalah linear. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan tiap 6 jam
dalam sehari. Pada dosis jangka panjang tidak dijumpai setelah diberikan dosis
tiap 6 jam dalam sehari. Pada dosis jangka panjang tidak dijumpai perubahan.
Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume distribusinya rata-rata
0,25L/kg. ketorolac dan metabolisnya (konjugat dan metabolism para hidroksi)
ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6.1%) dieksersi
dalam feces. Pemberian ketorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik
pasien.

2.7 Indikasi

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut


sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total ketorolac tidak boleh
lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera
setelah oprasi. Harus diganti ke analgetik alternative sesegera mungkin, asalkan
terapi ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untdigunakan
sebagai obat prabedah obstetric atau untuk analgetik obstetric karena belum
diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui
mempunyai efek menghabat biosintesis prostaglandin atau kontraksi Rahim dan
sirkulasi fetus.
2.8 Efek samping

Efek samping dibawah ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac im 20 dalam 5
hari

Insiden antara 1 hingga 9%

Saluran cernaa : diare, dyspepsia, nyeri gastrointestinal, nausea

Susunan saraf pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.

2.9 Interaksi Obat

pemberian ketoroloac bersama dengan methotrexate harus hati hati karena


beberapa obat yang menghambat sintesis prostaglandin dilaporkan mengurangi
bersihan methotrexate, sehingga memungkin kan peningkatan toksisitas
methotrexate.

Penggunaan bersama NSAID dengan warfarin dihubungkan dengan


perdarahan hebat yang kadang, kadang fatal. Mekanisme interaksi pastinya belum
diketahui namum mungkin meliputi peningkatan perdarahan dan ulserasi
gastrointestinal yang di induksi yang di induksi NSAID, atau efek tembahan
antikoagulan oleh warfarin dan penghambatan fungsi trombosit oleh NSAID.
Ketorolac harus digumakam secara kombinasi hanya jika benar benar perlu dan
pasien harus dimonitor secara ketat.

ACE Inhibitor karena ketorolac dapat meningkatkan resiko gangguan ginjal


yang dihubungkan dengan penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang
telah mengalami deplesi volume.

Ketorolac mngurangi respon deuretik terhadap furosemide kira-kira 20% pada


orang sehat normovolemik

Penggunaan obat dengan aktifitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang


memakai ketorolac misalnya antibiotic aminoglikosida

Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadic selama penggunaan ketorolac


bersama dengan obat obat anti epilepsy.
Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila ketorolac diberikan pada pasien yang
sedang menggunakan obat psikoaktif.

Untuk anak anak, keamanan dan efektifitas pada anak belum di tetapkan,
untuk lanjut usia, pasien diatas 65 tahun dapat mengalami efek samping yang
lebih besar daripada pasien muda. Resiko yang berkaitan dengan usia ini umum
terjadi pada obat yang menghambat sintesis prostaglandin. Seperti halnya dengan
semua obat, pada pasien lanjut usia harus dipakai dosis efektif yang rendah.

Penyalahgunaan dan ketergantungan fisik ketorolac tromethamine bukan


merupakan agonis atau antagonis narkotik. Subjek tidak memperlihatkan adanya
gejala subjektif atau tanda objektif putus obat bila dosis intravena atau
intramuscular dihentikan tiba-tiba.
BAB III

KESIMPULAN

NSAIDs tersedia dalam bentuk obat bebas (over the counter) di berbagai
Negara. Di Spanyol, NSAIDs adalah obat yang paling banyak dikonsumsi dan
menjadi nomor enam dalam belanja farmasi terbanyak. Di Indonesia penggunaan
NSAIDs tergolong tinggi, terutama di kalangan usia lanjut akibat penyakit yang
muncul di usia tua seperti artritis atau rematik. Obat anti inflamasi (anti radang)
non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-
inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat
analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti
radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini
dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. AINS bukan tergolong obat-
obatan jenis narkotika. Inflamasi adalah salah satu respon utama dari system
kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi. organ atau jaringan
Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa prostaglandin akan dilepaskan
bila mana sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro obat AINS diketahui
menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, anti-
piretik dan anti-inflamasinya belum jelas. Selain itu obat AINS secara umum tidak
menghambat biosintesis leukotriene, yang diketahui ikut berperan dalam
inflamasi.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklo-
oksigenase dengan cara yang berbeda.

Penggunaan NSAIDs sangat luas, di antaranya dalam pengobatan demam,


nyeri ringan hingga nyeri akibat kanker, artritis, stroke, dan dismenore.Jangka
waktu penggunaan tersebut bervariasi, ada yang digunakan jangka pendek seperti
pada demam atau nyeri ringan, ada yang digunakan jangka panjang misalnya pada
pengobatan artritis. Oleh karena itu, NSAIDs erat kaitannya dengan kejadian efek
samping. NSAIDs terbukti dapat mengakibatkan perubahan fungsi ginjal, efek
terhadap tekanan darah, gangguan hati, penghambatan platelet, gangguan
gastrointestinal, dan gangguan kardiovaskuler.

Ketorolac merupakan salah satu golongan dari obat NSAIDs yang digunakan
untuk menangani inflamasi dan nyeri. Adapun obat lain seperti ibuprofen dan
naproxen tetapi, ketorolac lebih efektif diantara semua obat golongan NSAIDs
dalam mengurangi nyeri baik inflamasi ataupun non-inflamasi. Ketorolac
mengurangi produksi dari prostaglandin, senyawa kimia dari sel sistim imun yang
menyebabkan demam, nyeri, dan inflamasi. Ketorolac memblok enzim yang
membentuk prostaglandnin (cyclooxygenase 1 dan 2). Sebagai hasilnya nyeri serta
peradangan, adalah tanda dan gejala dari inflamasi yang dapat berkurang.

Ketorolac termasuk golongan obat antiinflamasi non steroid (NSAID), obat ini untuk
penggunaan jangka pendek (tidak lebih dari 5 hari). Ketorolac adalah derivat dari pyrrolo-
pyrole pada kelompok NSAID dengan nama kimianya (+)– 5–benzoyl-2,3-dihydro-1H-
pyrrolizine-1-carboxylic acid, yang merupakan gabungan dari 2-amino-2-
(hydroxymethyl)-1,3-propanediol. Ketorolac secara struktural dan farmakologi mirip
dengan indometasin
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.drugs.com/cdi/ketorolac.html (diakses tanggal 15


desember 2018)
 http://www.hexpharmajaya.com/id/produkhj/detil_produk_generik/21
(diakses tanggal 15 desember 2018)
 http://www.medicinenet.com/ketorolac-
oral/article.htm#what_is_ketorolac-oral_and_how
_does_it_work_(mechanism_of_action)? (diakses tanggal 15 desember
2018)

Anda mungkin juga menyukai