BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
BAB II
TINJAUAN PUASTAKA
2.2 Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Infeksi dari salah satu serotipe menimbulkan antibodi terhadap virus yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain.
Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe
yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang
berat. 1,3
3
2.3 Epidemiologi
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, IR 65,7 per 100.000
penduduk dan CFR sebesar 0,87%. Terjadi penurunan IR DBD jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Demikian juga
dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD
sebesar 0,89%.6
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, Negara Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.
4
2.4 Patogenesis
Gigitan nyamuk Aedes menyebabkan infeksi di sel langerhans di epidermis
dan keratinosit. Kemudian menginfeksi sel - sel lainnya seperti monosit, sel
dendritik, makrofrag, sel endotelial dan hepatosit. Monosit dan sel dendritik yang
terinfeksi memproduksi banyak sitokin proinflammatori dan kemokin yang
selanjutnya mengaktivasi sel T yang diperkirakan menyebabkan disfungsi
endotelial. Disfungsi endotelial menyebabkan peningkatkan permeabilitas
pembuluh yang kemudian menyebabkan perembesan cairan di pleura, rongga
peritonium, dan syok. Sel endotelial juga dirangsang untuk menimbulkan respons
imun yang mengakibatkan permeabilitas vaskular meningkat 3
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup.
Maka demi kelangsungan hidupnya virus harus bersaing dengan sel manusia
sebagai penjamu terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Beberapa
faktor resiko yang dilaporkan pada infeksi virus dengue antara lain serotipe virus,
antibodi dengue yang telah ada oleh karena infeksi sebelumnya atau antibodi
maternal pada bayi, genetic penjamu, usia penjamu, resiko tinggi pada infeksi
sekunder, dan resiko tinggi bila tinggal di tempat dengan 2 atau lebih serotipe
yang bersirkulasi tinggi secara simultan. Ada beberapa patogenesis yang dianut
pada infeksi virus dengue yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection), teori virulensi, dan hipotesis antibody dependent
enhancement (ADE).
5
Menurut hipotesis infeksi sekunder sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe
virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu,
menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi
IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga
menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan
terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini
terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan
terdapatnya cairan dalam rongga serosa 10
reseptor dari membran sel monosit. Teori virulensi menurut Russel, 1990,
mengatakan bahwa DBD berat terjadi pada infeksi primer dan bayi usia < 1 tahun,
serotipe DEN-3 akan menimbulkan manifestasi klinis yang berat dan fatal, dan
serotipe DEN-2 dapat menyebabkan syok. Hal-hal diatas menyimpulkan bahwa
virulensi virus turut berperan dalam menimbulkan manifestasi klinis yang berat.6
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit.
Selain itu suhu badan lebih dari 38oC, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung
tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai
perdarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya
jumlah trombosit hingga 100.000/mm.11
9
demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam, fase kritis dan
fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi
secara mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan,
eritema kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh,
fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah.
Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue meliputi nyeri perut, muntah
berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm, perdarahan mukosa,
trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.11
Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien
yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut
menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan
peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu yang
terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan suhu
menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas
leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran
10
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-
48 jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama
48-72 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan
kembali normal, gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.
11
3 Pembesaran Hati
4 Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat,
tekanan nadi turun, tekananan darah turun, kulit dingin
dan lembab terutama ujung jari dan ujung hidung,
sianosis sekitar mulut, gelisah.
DBD derajat III dan IV juga bias disebut Dengue Syok Syndrome (DSS). 28,34
pemeriksaan darah rutin untuk menapis dan membantu menegakkan diagnosis pasien
demam berdarah dengue.9
Jumlah sel darah putih bisa normal atau didominasi oleh neutrofil pada
fase awal demam. Kemudian, jumlah sel darah putih dan neutrofil akan
turun, hingga mencapai titik terendah di akhir fase demam. Perubahan
pada jumlah total sel darah putih (<5000sel/mm3) dan rasio neutrofil-
limfosit (neutrophil<limposit) berguna untuk memprediksi periode kritis
kebocoran plasma. Hal in mengawali terjadinya trombositopenia atau
naiknya hematokrit. Limfositosis relatif dengan limfosit atipikal
meningkat biasa ditemukan pada akhir fase demam hingga fase
pemulihan. Perubahan ini juga terlihat pada DB.
Jumlah platelet normal selama fase awal demam. Penurunan ringan
dapat terjadi selanjutnya. Penurunan jumlah platele secara tiba-tiba
hingga di bawah 100.000 terjadi di akhir fase demam sebelum onset
syok ataupun demam surut. Jumlah platelet berkorelasi dengan
keparahan DBD. Selain itu, terdapat kerusakan pada fungsi platelet.
Perubahan ini terjadi secara singkat dan kembali normal selama fase
pemulihan.
Hematokrit normal pada fase awal demam. Peningkatan kecil dapat
terjadi karena demam tinggi, anoreksi, dan muntah. Peningkatan
hematokrit secara tiba-tiba terlihat setelah jumlah platelet berkurang.
Hemokonsentrasi atau naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas
normal, seperti hematokrit 35% ≥ 42% merupakan bukti obyektif adanya
kebocoran plasma.
Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan penemuan tetap dari
DBD. Berkurangnya jumlah platelet di bawah 100.000 sel/mm3
biasanya terjadi pada hari ketiga-sepuluh. Peningkatan hematokrit
terjadi pada semua kasus DBD, khususnya kasus syok. Hemokonsentrasi
degan peningkatan hematokrit sebesar 20% atau lebih merupakan bukti
13
2.10 Tatalaksana
2.10.1 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit 9
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi (compensated shock).
15
Tanda awal:
napas cepat
tarikan dinding dada ke dalam
efusi pleura yang luas
asites
edema peri-orbital atau jaringan lunak.
Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang berat
edema paru
sianosis
syok ireversibel.
Tatalaksana penanganan kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan
apakah klinis masih menunjukkan syok atau tidak:
anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat
sangat sulit untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi.
Rujuk segera.
Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas
cepat dan mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemide
intravena 1 mg/kgBB/dosis sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan
terapi oksigen.
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena
dan jaga anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 24–48 jam.
Kelebihan cairan akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis.
2.11 Komplikasi
2.11.1 Komplikasi DBD
kebocoran plasma dapat menyebabkan efusi yang masif dan gangguan pernafasan,
bendungan paru akut dan/atau gagal jantung.
2.12 Prognosis
Prognosis demam dengue berhubungan dengan antibodi yang didapat atau
infeksi awal dengan virus yang menyebabkan terjadinya DBD Keparahan terlihat
dari usia, dan infeksi awal terhadap serotipe dengue virus yang lain sehingga
dapat mengakibatkan komplikasi hemorhagik yang parah. Prognosis di tentukan
juga oleh lamanya penanganan terhadap terjadinya syok pada sindroma syok
dengue (SSD). Prognosis baik jika diatasi maksimal 90 menit. Prognosis akan
terlihat buruk jika melebihi 90 menit.9
18
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda.
Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam
berdarah dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari
setelah onset gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning
sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam
hipotermia), perdarahan, atau perubahan status mental (mudah marah,bingung).
Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung
2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Infeksi virus dengue mengakibatkan munculnya respon imun baik humoral
maupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti komplemen.
Antibodi IgG dan IgM akan mulai terbentuk pada infeksi primer dan akan
meningkat (booster effect) pada infeksi sekunder. Antibodi tersebut dapat
ditemukan dalam darah pada demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama-
ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG
meningkat pada hari ke-2. Hal ini berhubungan dengan cara diagnosis melalui
antibodi yang dimiliki oleh host. Infeksi sekunder apabila terdapat dengue blot
dengan hasil Ig G+ dan Ig M- dan Ig G+ dan Ig M+.
19
DAFTAR PUSTAKA