Oleh:
Hardi Susilo
156020310111012
KRITIK
Menurut saya, apa yang dituliskan di dalam buku berjudul 2024 Hijrah Untuk Negeri sesuai
dengan realitas. Di mana pada saat ini kemakmuran dari suatu negara diukur dari sudut pandang
ekonomi. Negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi, usia harapan penduduk yang tinggi, dan
tingkat pendidikan yang tinggi lebih diidam-idamkan. Adanya system ekonomi dan politik yang
melindungi kekayaan rakyat, menciptakan area kompetisi yang adil, mendorong investasi teknologi
baru, peningkatan sumber daya manusia sehingga menciptakan iklim kondusif bagi pertumbuhan
ekonomipun menjadi impian dari masyarakat. Tanpa mereka sadari mereka mengendurkan diri dari
aspek moralitas dan kaidah kebaikan serta agama. Karna itu, tidak jarang bahwa banyak orang-orang
yang hanya berorientasi kepada laba, tanpa melihat apa yang ia lakukan untuk memperoleh laba dan
dengan cara apa mereka memperoleh laba. Orientasi terhadap laba tersebut melahirkan adanya
perdagangan internasional dengan tujuan tidak hanya mendapat pemasukan dari dalam negeri
melainkan dari luar negeri serta mendapatkan akses kepada bahan baku, tenaga kerja, dll. Akibatnya,
eksploitasi secara besar-besaran dan kerusakan lingkungan menghantui setiap negara.
Konsep mengenai perdagangan internasional juga sangat benar adanya. Metafora soccer football
juga mengena. Selain itu juga dikatakan bahwa jika suatu negara ingin bergabung maka ia harus
mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh regulasi, salah satu hal tersebut adalah dengan menggunakan
standar-standar yang dikeluarkan oleh IASB yaitu IFRS tanpa menggunakan aturan tersebut suatu
negara tidak diperbolehkan untuk ikut bertanding.
ARGUMENTASI ALTERNATIVE SECARA RASIONAL
Dalam buku ini dikatakan bahwa negara yang memiliki system ekonomi institusi ekonomi dan
politik yang inkusif memiliki rakyat dengan tingkat pendapatan yang tinggi, angka harapan hidup
yang tinggi, dan pendidikan yang tinggi. Namun mengapa tingkat pendidikan yang tinggi tersebut
tidak membawa masyarakat/ negara tersebut ke arah yang lebih baik seperti lebih religious dan
memiliki tingkat kejahatan yang rendah. Sedangakan pada negara yang dipandang sebagai negara
tertinggal malah dianggap jauh dari kejahatan padahal jika dilihat-lihat mereka memiliki tingkat
pendapatan perkapita yang jauh lebih rendah dari negara makmur. Hal tersebut kurang dijelaskan
secara detail, oleh karena itu perlu dilakukan pendalaman terhadap ketidakberhasilan suatu
penddidikan yang tinggi dalam menjelaskan mengenai konsep keagaman.
ARGUMENTASI DI LUAR RASIO
Agama merupakan suatu factor yang penting dalam menilai suatu hal. Penilaian dengan hanya
menggunakan sudut pandang ekonomi akan menghasilkan sesuatu hal yang berakibat pada segala
bentuk menghalalkan segala cara. Tidak peduli dengan system ekonomi dan politiknya apa kalau
unsur agama tidak hadir di dalamnya akan membahayakan kelestarian lingkungan dan sesama. Hal ini
terbukti dengan adanya suatu system institusi ekonomi dan politik yang inkusif yang memberikan
perlindungan bagi kekayaan rakyat, penciptaan area kompetisi yang adil, mendorong investasi
teknologi baru, peningkatan sumber daya manusia sehingga menciptakan iklim kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi malah melahirkan suatu bangsa dengan moral yang amburadul yang
memperbolhkan segala hal yang tidak baik dilakukan. Padahal jika dilihat, dengan melakukan system
ekonomi dan politik ini mereka bisa menjadi kaya, hidup sehat, dan memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi.
Pada sisi negara lain, yang mempunyai ekonomi rendah. Yang didominasi oleh masyarakat
muslim. Bangsa ekonomi rendah tentunya memiliki banyak permasalahan yang tidak dapat diatasi
mulai dari masalah kesehatan, pendidikan dan lebih banyak lainnya. Mereka hanya berpegang pada
agama tapi mereka mampu untuk menjauhi praktik-praktik kejahatan dan praktik penjarahan
sumberdaya.