Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PETROKIMIA

PEMBUATAN PUPUK UREA DARI AMMONIA

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ILMI H1D115018

IDORA DIAH VITALOKA H1D115036

SYLVERA BELLA PRISCILA H1D115051

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018
I. Pengertian Pupuk Urea
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud untuk
memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Teknologi pembuatan pupuk sangat erat kaitannya
dengan bahan baku yang digunakan, penggunaan bahan baku sangat menentukan jenis pupuk
yang dihasilkan. Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk urea. Pupuk urea
adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen
dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama
yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik.

II. Industri Pupuk Urea Di Indonesia


PT Pupuk Indonesia (Persero) didirikan pada tanggal 24 Desember 1959, adalah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dahulu dikenal dengan nama PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) atau PUSRI (Persero) sebagai produsen pupuk urea pertama di
Indonesia. Sejarah PT Pupuk Indonesia (Persero) atau seringkali disebut Pupuk Indonesia,
terbentang selama lebih dari lima dekade terbagi menjadi dua fase utama. Fase pertama
yang masih bernama PT Pupuk Sriwidjaja adalah sebagai unit usaha yang berdiri sendiri
dari kurun tahun 1959 hingga 1997. Fase kedua ditandai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 28 tanggal 7 Agustus 1997 yang menunjuk PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) sebagai
induk perusahaan (Operating Holding).
Tanggal 14 Agustus 1961 merupakan tonggak penting sejarah berdirinya Pusri,
karena pada saat itu dimulai pembangunan pabrik pupuk pertama kali yang dikenal dengan
Pabrik Pusri I. Pada tahun 1963, Pabrik Pusri I mulai berproduksi dengan kapasitas
terpasang sebesar 100.000 ton urea dan 59.400 ton amonia per tahun. Seiring dengan
kebutuhan pupuk yang terus meningkat, maka selama periode 1972-1977, perusahaan telah
membangun sejumlah pabrik Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV. Pabrik Pusri II memiliki
kapasitas terpasang 380.000 ton per tahun. Pada tahun 1992 Pabrik Pusri II dilakukan
proyek optimalisasi urea menjadi 552.000 ton per tahun. Pusri III yang dibangun pada 1976
dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun. Sedangkan pabrik urea Pusri IV
dibangun pada tahun 1977 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun.
Upaya peremajaan dan peningkatan kapasitas produksi pabrik dilakukan dengan
membangun pabrik pupuk urea Pusri IB berkapasitas 570.000 ton per tahun menggantikan
pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya karena alasan usia dan tingkat efisiensi yang
menurun.
Saat ini, PT Pupuk Indonesia (Persero) membawahi sejumlah anak perusahaan,
berikut ini merupakan anak perusahaan yang memproduksi pupuk urea:
 PT Petrokimia Gresik (PKG), memproduksi dan memasarkan pupuk urea, ZA, SP-
36/18, Phonska, DAP, NPK, ZK dan industri kimia lainnya serta pupuk organik.
 PT Pupuk Kujang (PKC), memproduksi dan memasarkan pupuk urea, NPK, organik
dan industri kimia lainnya.
 PT Pupuk Kaliamantan Timur (PKT), memproduksi dan memasarkan pupuk urea,
NPK, organik dan industri kimia lainnya.
 PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan
industri kimia lainnya.
 PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PSP) memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan
industri kimia lainnya serta pupuk organik.

III. Reaksi Kimia Pembentukan Pupuk Urea


Proses pembuatan urea yang dilakukan di beberapa industri pupuk urea
berdasarkan pada penemuan Basaroff, yaitu dehidrasi ammonium karbamat
(NH2COONH4). Ammonium karbamat dibuat dengan mereaksikan ammonia (NH3)
dengan karbondioksida (CO2), yang kemudian terurai menjadi urea (NH2CONH2). Tahap
pertama merupakan reaksi pembentukan ammonium karbamat dengan reaksi sebagai
berikut:

2NH3 (l) + CO2 (g) <==> NH2COONH4 (l) ΔH = -Q1 Kkal/mol

Reaksi pembentukan ammonium karbamat berlangsung cepat dan mengeluarkan panas yang
cukup besar, sehingga disebut eksotermis tinggi. Reaksi akan berlangsung sampai selesai
dengan kecepatan yang besar asalkan panas reaksinya (Q1) dapat segera dipindahkan, sehingga
suhu campuran tidak melebihhi suhu kesetimbangan pada tekanan disosiasi yang ada dalam
reaktor.
Pada bagian kedua, dari ammonium karbamat terbentuk urea dan air. Reaksi ini
bersifat endoterm.

NH2COONH4 (l) <==> NH2CONH2 (l) + H2O (l) ΔH = +Q2 Kkal/mol


Pada tahap ini terjadi dehidrasi (penghilangan air) ammonium karbamat menjadi urea. Reaksi
ini meyerap panas Q2 dalam jumlah yang lebih kecil dari Q1 dan disebut dengan reaksi
endotermis rendah. Bagian reaksi kedua merupakan langkah yang menentukan kecepatan
reaksi dikarenakan reaksi ini berlangsung lebih lambat dari pada reaksi bagian pertama.
Sehingga sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi total sebagai berikut:

2NH3 (l) + CO2 (g) <==> NH2CONH2 (l) + H2O (l) ΔH = +Q3 Kkal/mol

Selain reaksi di atas dapat pula terjadi reaksi pembentukan dimer urea yang disebut
biuret (NH2CONHCONH2). Reaksi ini sangat lambat dan dapat dijabarkan dalam persamaan
berikut:

2 NH2CONH2 (l) <==> NH2CONHCONH2 (l) + NH3 (g) ΔH = +Q3 Kkal/mol

Reaksi ini bersifat bolak balik dan endotermis. Biuret merupakan senyawa yang tidak
dikehendaki, sehingga pembentukkannya ditekan dengan penambahan ammonia berlebih.
Ammonia berlebih menyebabkan reaksi bergeser ke kiri sehingga pembentukan biuret
dapat ditekan.

IV. Proses Industri Pupuk Urea


Berikut ini merupakan unit utama dalam pembuatan pupuk urea:
1. Sintesa Unit
2. Purifikasi Unit
3. Kristaliser Unit
4. Prilling Unit
5. Recovery Unit
6. Proses Kondensat Treatment Unit
Berikut ini merupakan penjabaran proses industri pupuk urea dengan bahan baku utama
ammonia (NH3) dan gas karbondioksida (CO2):
1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 didalam urea reactor dan kedalam reaktor ini dimasukkan
juga larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian recovery. Tekanan operasi proses
sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil sintesa urea dikirim ke bagian purifikasi untuk dipisahkan
ammonium karbamat dan kelebihan amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2. Purifikasi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit sintesa
diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan dengan 2 langkah
penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2 dan 22,2 kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2
dan NH3 dikirim kebagian recovery, sedangkan larutan urea dikirim ke bagian kristaliser.
3. Kristaliser Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum, kemudian kristal
urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil
dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari
sirkulasi urea slurry ke HP absorber dari recovery.
4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower untuk dilelehkan dan
didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah sambil
didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea
dikirim ke bulk storage dengan belt conveyor.
5. Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali dengan 2
langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagai absorben, kemudian di-recycle
kembali ke bagian sintesa.
6. Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan dikondensasikan.
Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan dipisahkan di stripper
dan hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali ke bagian purifikasi.

Anda mungkin juga menyukai