Anda di halaman 1dari 21

Pembelajaran Muatan Lokal

1. Pengertian Pembelajaran Muatan Lokal


Pembelajaran muatan lokal terdiri dari pembelajaran dan muatan lokal, Pembelajaran yang
diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” ditambahi awalan “pe” dan
akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, yang diartikan sebagai proses, perbuatan, cara
mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang
atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan
kearah pencapaian tujuan yang telah di rencanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara
aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran diantaranya:
1) Usman, pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
2) Suherman, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara pendidik
dengan peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
3) Ahmad Sabri, pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang guru dan siswa
sehingga terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan prilaku individu siswa itu sendiri.
4) Udin S Winataputra, pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses
belajara dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang
diciptakan dalam rancangan.
5) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
6) Mohammad Surya, pembelajaran adalah suatu prose yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
7) Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
8) Gagne dan Brigga, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi
pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.

Sedangkan muatan lokal, menurut Abdullah Idi adalah kebijakan baru dalam bidang pendidikan
berkenaan dengan kurikulum sekolah. Artinya kebijakan itu sendiri adalah hasil pemikiran
manusia yang harus didasarkan pada hukum-hukum tertentu sebagai landasan.
Menurut Rusman, muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah
yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Subtansi mata
pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan.
Sedangkan menurut E. Mulyasa, muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan pengertian muatan lokal ini, ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan yaitu sebagai berikut:
1) Muatan lokal merupakan suatu program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran.
Implementasinya adalah muatan lokal harus disusun secara sitematis, logis, dan terencana yang
terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang dan saling mempengaruhi komponen
tersebut antara lain yaitu: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, dan sitem penilaian.
Penyusunan mata pelajaran muatan lokal harus melalui tahap-tahap tertentu, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.
2) Muatan lokal berisi materi atau bahan pelajaran yang bersifat lokal
3) Pengembangan materi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan tidak terbatas pada
mata pelajaran keterampilan
4) Muatan lokal beroreantasi pada kompetensi
5) Semua peserta didik diwajibkan mempelajari muatan lokal di daerahnya masing-masing
secara berkeseimbangan dalam bentuk kegiatan kurikuler.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran muatan lokal adalah suatu interaksi antara pendidik
dengan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang materi atau bahan pelajaran
ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing yang
bersifat lokal.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Muatan Lokal
Pusat kurikulum Balitbang Kemdiknas mengemukakan ruang lingkup pembelajaran muatan
lokal adalah sebagai berikut:
1) Lingkup Keadaan dan kebutuhan daerah
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang berada di daerah tertentu yang berkaitan dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, ekonomi dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah
adalah segala sesuatu yang diperlukam oleh masyarakat disuatu daerah khususnya untuk
keberlangsungan hidup dan peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
2) Lingkup isi atau jenis muatan lokal
Lingkup atau jenis muatan lokal itu dapat berupa bahasa daerah bahasa asing, kesenian daerah,
keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas
lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa setiap sekolah dapat memilih dan melaksanakan pembelajaran muatan
lokal sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi masyarakat dan sekolah.
3. Tujuan Pembelajaran Muatan Lokal
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, tujuan pendidikan muatan lokal tentu
saja tidak terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam tujuan pendidikan.
Tujuan tersebut pada dasarnya dapat dibagi dalam dua keompok tujuan, yaitu: tujuan langsung
dan tujuan tidak langsung.
1) Tujuan Langsung
Tujuan langsung adalah tujuan yang dapat segera dicapai. Beberapa tujuan langsung dari muatan
lokal adalah sebagai berikut:
a) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
b) Sumber belajar di daerah dapat lebih di manfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
c) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahakan
masalah yang ditemukan di sekitarnya.
d) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat
di daerah sekitar.
2) Tujuan tidak langsung
Tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk
mencapainya, karena tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan akibat dari tujuan
langsung. Beberapa tujuan tidak langsung dari muatan lokal adalah sebagai berikut:
a) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
b) Murid di harapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
c) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, maka besar kemungkinan murid dapat
mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah,
menemukan informasi sendiri dan menggunkan informasi itu untuk memecahkan masalah yang
ada di lingkungan merupakan pola dasar dari belajar, belajar tentang lingkungan dan dalam
lingkungan mempunyai daya tarik tersendiri bagi seorang anak. J. Peaget (1985) mengatakan
bahwa semakin banyak seorang anak melihat dan mendengar maka semakin ingin ia ingin
melihat dan mengamati.
Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang. Benyamin
S. Bloom mengatatakan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat
memberikan suatu situasi ” kerja” disekitar murid, karena itu lingkungan secara keseluruhan
dapat berfugsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan atau dorongan eksternal
untuk belajar anak.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran muatan lokal adalah mempersiapkan
peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan, serta sikap,
perilaku yang bersedia melestarikan serta mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial,
dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat.

4. Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal


Mutan lokal merupakan gagasan-gagasan seseorang tentang kurikulum yang antara lain memuat
pandangannya terhadap sesuatu pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana
mencapainya. Suatu gagasan pada dasarnya harus memiliki landasaan-landasan tertentu agar
dapat dibina dan dikembangkan sesuai dengan harapan dari pencetusnya. Adapun gagasan
muatan lokal itu terdiri dari empat landasan yaitu:
1) Landasan Idiil
Mengingat muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum, maka muatan lokal juga harus
dikembangkan berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPR Nomer II/MPR//1988
tentang garis-garis besar haluan negara (GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional pada khususnya. Di samping itu muatan lokal juga perlu di kembangkan
berdasarkan UU.RI.Nomer 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang berisi bahwa
kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuandan tegnologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan
jenjang masing-masing satuan pendidikan.
2) Landasan Hukum
Sesuai dengan urutan terbitnya maka landasan hukum tentang muatan lokal adalah sebagai
berikut:
a. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan, Nomer 0412/U/1987 tanggal 11 juli 1987
tentang penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar.
b. Keputusan derektur jendral pendidikan dasar dan menengah Nomer 173/C/Kep/M/1987
tanggal 7 oktober 1987 tentang petunjuk pelaksanaan penerapan muatan lokal kurikulum sekalah
dasar.
c. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomer 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar
pasal 14 ayat 3 berbunyi: ”satuan pendidikan dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan
keadaan lingkungan dan cirri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak
dikurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan
pendidikan nasional”. Pasal 14 ayat 4 “satuan pendidikan dasar dapat menjabarkan dan
menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat”. Pasal 27
“pengelolaan satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan masyarakat, terutama dunia
usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber dana daam rangka peluasan kesempatan
belajar dan peningkatan mutu pendidikan.”
3) Landasan teoritik
Landasann teoritik muatan lokal untuk sekolah dasar sebagai berikut:
a. Tingkat kemampuan berfikir murid sekolah dasar mengharuskan kita menyajikan bahan kajian
yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat konkrit sampai tingkat abstrak.
b. Pada dasarnya anak-anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar
tentang segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya, karena itu mereka selalu akan
gembira bila dilibatkan secara mental, fisik, dan sosialnya, dalam mempelajari sesuatu. Mereka
akan senang bila diberi kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan
sumber belajar.
c. Landasan demografik
Indonesia adalah Negara terdiri dari beribu-ribu pulau dan memiliki beraneka ragan adat istiadat,
tata cara dan tata karma pergaulan, seni, dan kebudayaan serta kondisi alam dan sosiol yang juga
beraneka ragam. Hal itu perlu diupayakan kelestariannya agar tidak musnah. Upaya tersebut
dilakukan dengan cara melaksanakan pendidikan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian akan
karakteristik daerah sekitar siwa, baik yang berkaitan dengan lingkungan alam, social, dan
budaya peserta didik sedini mungkin.

5. Sumber Bahan Pembelajaran Muatan Lokal


Sesuai dengan adanya berbagai sumber bahan ajar sumber bahan muatan lokal pun dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Narasumber
Narasumber dalam pembelajaran adalah Guru, peserta didik dan narasumber lainnya yang ada
disekitar yang mungkin dapat didatangi maupun didatangkan.
2) Software
Software yaitu suatu sumber bahan yang terdapat pada berbagai tulisan, misalnya: buku cara
bertanam, berternak, cara membuat sesuatu, mungkin juga berbagai film dokumentasi yang
sengaja dibuat untuk berbagai sumber bahan muatan lokal.
3) Hardware
Hardware yaitu suatu bahan ajaran yang sifatnya dapat diamati dan dapat diraba, misalnya keris,
tombak, berbagai peralatan pertanian, bengkel, kesenian dan lain sebagainya.
4) Lingkungan
Berbagai sumber bahan muatan lokal yang ada disekitar yang biasanya bersifat historis, misalnya
musium, monumen, adat-adat istiadat, kebiasaaan, dan sebagainya.

6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran Muatan Lokal


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran muatan lokal, terkait dengan
pengorganisasian bahan, pengelolaan guru, pengelolaan sarana pembelajaran, dan kerjasama
antar instansi sebagai berikut :
1) Pengorganisasian bahan hendaknya: a) Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; b)
Dikembangkan dengan memperhatikan kedekatan peserta didik baik secara fisik maupun psikis;
c) dipilih yang bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, d)
Bersifat fleksibel; e) Mengacu pada pembentukan kompetensi dasar tertentu secara jelas.
2) Pengelolaann guru hendaknya: a) Memperhatikan relevansi antara latar belakang pendidikan
dengan mata pelajaran yang diajarkannya.; b) Diusahakan yang pernah mengikuti penataran,
pelatihan atau kursus tentang pembelajaran muatan lokal.
3) Pengelolaan sarana pembelajaran hendaknya: a) Memanfaatkan sumber daya yang terdapat
dilingkunngan sekolah scara optimal.; b) Diupayakan dapat dipenuhi oleh instansi terkait.
4) Kerjasama anatar instansi antara lain berupa: a) Pendanaan.: b) Penyediaan narasumber dan
tenaga ahli.; c) Penyediaan tempat belajar mengajar.; d) Hal-ha lain yang menunjang
keberhasilan pembelajaran muatan lokal.
7. Kendala Atau Rintangan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal
Sesuai dengan flow chart pada proses pembelajaran, maka kendala-kendalanya dapat dilihat dari
berbagai berikut:
1) Peserta didik
Minat dan kebutuhan peserta didik yang heterogen
2) Guru
Baik secara kualitas maupun kuantitas guru sangat minim, terutama dalam hal metedologinya.
3) Administrasi
Administarsi kurikulum yang ruwet, penjadwalan ruwet, lalu lintas nilai berliku-liku
4) Sarana dan prasarana
Buku belum siap, silabus belum pernah ada (baru disiapkan), dana yang mendukung belum jelas.
5) Kurikulum
Sesuai dengan namanya kurikulum muatan lokal,dengan sendirinya setiap daerah mempunyai
kurikulum yang berbeda-beda. Hal tersebut akan menyulitkan bagi peserta didik yang pindahan.
Dapat kita simpulkan secara garis besar bahwa kendala dalam pembelajaran muatan lokal itu
adalah minat peserta didik perempuan dan laki-laki yang berbeda,seorang pendidik yang belum
begitu mampu untuk mengampu pembelajaran muatan lokal karena pembelajaran muatan lokal
tidak mempunyai pendidik yang khusus, sempitnya waktu pembelajaran muatan lokal yang
menjadikan peserta didik kurang begitu matang menguasai pembelajaran muatan lokal dan
menyulitkan peserta didik yang baru pindahan karena setiap daerah mempunyai pembelajaran
muatan lokal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan daerah atau lingkungan setempat.

8. Komponen Pendukung Dalam Keberhasilan Pembelajaran Muatan Lokal


Ada dua komponen pendukung dalam keberhasilan pembelajaran muatan lokal. Kedua
komponen tersebut adalah:
1) Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia menjadi faktor penting dalam penyelenggaraan pembelajaran muatan lokal,
baik dari guru maupun peserta didik itu sendiri. Guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan
pembelajaran muatan lokal terutama dalam pengembangan, perencanaan dan pelaksanan
kurikulum harus memiliki sejumlah kompetensi. Dimulai dari kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi social masyarakat, bahwa kualitas sumber daya guru dapat dilihat
dari dua segi, yaitu:
a) Segi proses
Dilihat dari segi, guru dinyatakan berhasil jika mampu melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran baik secar fisik, mental maupun social.
b) Segi hasil
Dari segi hasil ini, guru dikatakan berhasil jika setelah menyampaikan pelajaran peserta didik
dapat berubah kearah kompetensi dasar yang lebih baik.
2) Media pembelajaran
Dalam dunia pendidikan media pembelajaran digunakan untuk mempermudahkan dan
mengefektifkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Berikut adalah kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar:
a) Menjelaskan penyajian pesan agar tidak nampak terlalu verbalitas (hanya berbentuk kata-kata)
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indra, misalnya:
1. Objek yang terlalu besar, dapat dimunculkan melalui gambar
2. Objek yang terlalu kecil dapat dibantu dengan proyektor
3. Kejadian yang terjadi di masa lalu dapat ditunjukan melalui film ataupun foto
4. Objek yang terlalu kompleks dapat disajiakn dalam bentuk desain atau diagram.
5. Konsep yang terlalu luas dapat ditampakkan melalui film.
c) Menggunakan media pembelajaran secara tepat, dengan begitu dapat mengurangi kapasitas
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Dari berbagai macam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru dan peserta didik dapat
menjadi subjek proses belajar mengajar. Sehingga untuk mencapai hasil yang diinginkan, maka
memerlukan planning dari guru.Dalam pembelajaran, guru, siswa, dan lingkungan pendidikan
sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar mengajar mata pelajaran muatan lokal.

B. Pengembangan Muatan Lokal


1. Pengembangan muatan lokal
Landasan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal adalah sebagai berikut:
a. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
b. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
d. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
e. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
f. Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan
g. Permendiknas No. 22 dan 23/2006
h. Permendiknas No. 41 Thn 2007 tentang Standar Proses
i. Permendiknas No. 24 Thn 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
j. Permendiknas No. 19 Thn 2007 tentang Standar Pengelolaan
k. Permendiknas No. 20 Thn 2007 Standar Penilaian Pendidikan
Selain itu juga tingkat kemampuan berpikir anak dari konkrit ke abstrak dan tingkat rasa
penasaran insting anak menjadi dasar pengembangan muatan lokal. Keanekaragaman budaya
juga merupakan dasar pengembangan muatan lokal, karena Indonesia mempunyai beragam
budaya bangsa yang semuanya mempunyai corak khusus dan khas.
2. Pola Pengembangan Muatan Lokal
a. Pendekatan politik
Pendekatan politik bertolak pada asumsi bahwa pelajaran mempunyai otonomi masing masing.
Sehingga mata pelajaran dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai komponen ciri,
tujuan, metode tertentu. Cara yang ditempuh adalah:
1) Membentuk suatu disiplin tersendiri
Intinya muatan lokal menjadi semakin sama dengan mata pelajaran lainnya karena kebutuhan
dari daerah itu sendiri.
2) Mengisikan dan mengaitkan secara okasional
Muatan lokal hanya sebagai tampilan saja, tidak teratur dan sistematis, caranya adalah dengan
memasukkan pada mata pelajaran yang sudah tersedia.
b. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini beranggapan bahwa semua mata pelajaran merupakan satu kesatuan, saling
terpadu dan berhubungan satu sama lain. Hal tersebut sejalan dengan memasukkan muatan lokal
dalam kurikulum yang berlaku, caranya:
1) Membentuk gagasan pokok
Guru dapat menyusun gagasan pokok yang bersumber dari kehidupan masyarakat sebagai inti
program muatan lokal.
2) Mengaitkan pokok bahasan dengan pola kehidupan
Guru mempelajari GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) kemudian mengambil pokok atau
sub bahasan yang mungkin dapat dikaitkan dengan gagasan pokok dalam kehidupan masyarakat.
c. Pendekatan disiplin ganda
Pendekatan ini akan memodifikasi kurikulum yang berlaku dan membangun baru.
3. Dasar pengembangan muatan lokal
Satuan pendidikan perlu memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik tentang kekhasan
yang ada di lingkungannya melalui pembelajaran muatan lokal. Satuan pendidikan menentukan
jenis muatan lokal yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah. Standar Isi yang disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mengakomodasi
beranekaragam jenis muatan lokal yang dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menyusun
dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP), serta perangkat penilaian, dan
menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk muatan lokal yang dilaksanakan.
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
a. Pengembangan untuk jangka jauh
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang
nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan
nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus
direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan
perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah
menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan
cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat.
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Perluasan muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis
muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan,
kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal
sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.
b. Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai mendalam,
misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk,
memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini
diberikan pada siswa yang telah dewasa.
c. Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :
1) Kekreatifan guru.
2) Kesesuaian program
3) Ketersediaan sarana dan prasarana
4) cara pengeloaan
5) Kesiapan siswa
6) Partisipasi masyarakat setempat
7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat
dilaksanakan dengan empat cara:
a) Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/sub pokok bahasan,
kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
b) GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
c) Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai
dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
d) Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam
program pendidikan kemudian dibuat GBPP.
4. Pengembangan muatan lokal mengacu pada GBPP
Mendasarkan kepada pola penetapan kehidupan, dan mempelajarinya kemudian
menguraikannya. Penyusunan jaringan gagasan pokok didasarkan pada tingkat kemampuan
berpikir dan perkembangan fisik, mental sosial serta kesediaan alokasi waktu.
5. Pengembangan muatan lokal berbasis pola kehidupan
Membutuhkan kerja sama yang rapi antara dewan guru, kepala sekolah, penilik sekolah dan yang
lainnya yang seharusnya bekerja di bawah koordinasi kemendiknas. Kerja sama tersebut akan
berdampak positif, yaitu penyerapan informasi potensi daerah dan pengembangannya akan
berjalan maksimal.
6. Pengembangan muatan lokal berdasar pada aspek kehidupan
Pengembangan muatan lokal tidak dapat diselesaikan hanya dengan pengembangan yang
mengacu pada GBPP dan pola kehidupan, hal ini karena masih banyaknya aspek kebudayaan
daerah itu sendiri yang berbeda dan tidak dapat dikaitkan dengan kedua pengembangan tersebut.
Aspek tersebut memerlukan waktu alokasi tersendiri untuk ekstrakurikuler.
7. Pengembangan muatan lokal berbasis kurikulum
Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah
mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan
Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk
menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena
harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan
Lokal. Ada dua pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi
pelaksanaan KTSP yaitu:
a. Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah Saat Ini
Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak
mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah:
1) Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan
Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah
2) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak digunakan
maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran Muatan Lokal tersebut ke dalam SK
dan KD
3) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah
bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau tetap menggunakan Mata
Pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal yang
lebih sesuai.
b. Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP
Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani
oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam
merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung
pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun
pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran
Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4) Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
5) Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu
pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Lebih lanjut langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah
yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang
bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia
usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah
yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan
daerah dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan (sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta
konservasi alam dan pemberdayaannya.
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis
kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah,
antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal
yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.
Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada criteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya sarana dan prasarana
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
d. Menentukan Mata Pelajaran
Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan
pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan
lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar
mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan
pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek
pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan
oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk
dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu
pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP:
1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam
membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.
Adapun langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang
didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus
dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari
instansi lain yang sesuai.
c) Pengembangan silabus secara umum
Pihak yang teribat dalam Pengembangan Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang
penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Bila dirasa tidak mempunyai SDM dalam
mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan dengan unsur-unsur
Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya
pemerintah Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh
masyarakat. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
b. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah
masing-masing;
d. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang
dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP
Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis
dalam:
a. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam
komposisi jenis muatan lokal;
b. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;
c. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
jenis bahan kajian/pelajaran.
Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:
a. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya,
kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas
pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan;
b. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan
pada sektor-sektor tertentu;
c. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas
muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.
LANGKAH AWAL PENYUSUNAN MUATAN LOKAL

Sebelum menyusun muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar
muatan lokal yang disusun benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan
peserta didik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.
Langkah awal penyusunan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi keadaan dan kebutuhan
lingkungan/daerah, (2) identifikasi potensi daya dukung - internal dan eksternal, (3) identifikasi
materi pembelajaran muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan potensi satuan pendidikan, dan
(4) kerjasama dengan pihak lain.

A. Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah


Kegiatan identifikasi ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai kondisi dan kebutuhan
daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kotamadya/Kecamatan/ Kelurahan, Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, dan
Dunia Usaha/Industri. Kondisi daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1. Rencana pembangunan daerah, termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan
jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable
development);
2. Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan;
3. Aspirasi masyarakat mengenai konservasi alam dan pengembangan daerah.
Pengumpulan data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui
wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau
menyusun kuesioner, Satuan Pendidikan mengumpulkan data mengenai:
1. Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar-penduduk, kerukunan antarumat beragama,
dsb.);
2. Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)
3. Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.);
4. Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.);
5. Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta, asinan Bogor, gudeg Yogya, rendang Padang, dsb.);
6. Prioritas pembangunan daerah (busway, pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan, dsb.);
7. Kepedulian masyarakat akan konservasi dan pengembangan daerah;
8. Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah
(sebagai kota jasa, kota perdagangan, dan kota pariwisata), seperti kemampuan berbahasa asing,
keterampilan komputer, dll.

B. Identifikasi Potensi Satuan Pendidikan


Kondisi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat bervariasi. Oleh
karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan
harus melakukan identifikasi terhadap potensi masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada kebutuhan peserta
didik yang harus memperhatikan:
1. lingkungan, sarana dan prasarana,
2. ketersediaan sumber dana,
3. sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik),
4. dukungan Komite Sekolah dan masyarakat setempat,
5. dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri,
6. kemungkinan perkembangan sekolah.

C. Identifikasi Jenis Muatan Lokal


Berdasarkan kajian berbagai sumber, satuan pendidikan dapat memilih/ menentukan jenis
muatan lokal yang memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan potensi satuan pendidikan. Penentuan jenis muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik (fisik, psikis, dan sosial);
2. ketersediaan pendidik yang diperlukan;
3. ketersediaan sarana dan prasarana;
4. ketersediaan sumber dana;
5. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
6. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
7. diperlukan oleh lingkungan sekitar.
Berbagai jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan misalnya:
1. Kesenian daerah;
2. Tata busana, tata boga, perawatan tubuh, dan sejenisnya;
3. Elektronika (perakitan, perawatan, dan perbaikan alat-alat elektronik);
4. Kewirausahaan, industri kecil (penyiapan, produksi, dan pemasaran);
5. Pendayagunaan potensi kelautan;
6. Lingkungan hidup (pengelolaan dan pelestarian);
7. Pembinaan karakter (etika dan pemberian layanan prima);
8. Komputer (yang tidak termasuk dalam SK/KD mata pelajaran TIK), misalnya perakitan &
perbaikan komputer, desain grafis, komputer akuntansi, dan sejenisnya;
9. Bahasa Asing (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Asing).

D. Kerjasama dengan Unsur Lain


Pengembangan muatan lokal bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, satuan
pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal untuk memperlancar pengembangan muatan lokal
yang akan dilaksanakan pada satuan pendidikan masing-masing.
Satuan pendidikan dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam menentukan jenis
muatan lokal yang akan dilaksanakan. Tim pengembang kurikulum yang sudah dibentuk di
setiap satuan pendidikan, bertanggung jawab dalam pengembangan muatan lokal. Dalam hal ini,
perlu dipertimbangkan pula masukan dari guru yang akan mengampu mata pelajaran muatan
lokal. Di samping itu, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur lain,
seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia
usaha/industri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Dinas
lain yang terkait. Dalam kerjasama ini masing-masing unsur memiliki peran, tugas, dan tanggung
jawab tertentu.
1. Peran, tugas, dan tanggung jawab tim pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam pengembangan muatan lokal secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b. Mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c. Mengidentifikasi jenis muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik
dan satuan pendidikan;
d. Menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e. Menyusun SK, KD, dan silabus muatan lokal.
Selanjutnya, pendidik yang mengampu Muatan Lokal menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bentuk-bentuk penilaiannya mengacu
pada silabus yang telah dikembangkan.

2. Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, dan


LPMP adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a. mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b. mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c. mengidentifikasi jenis muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik
dan satuan pendidikan;
d. menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e. menyusun SK, KD, dan silabus muatan lokal;
f. memilih alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik dan jenis muatan lokal;
g. mengembangkan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan.

3. Peran pemerintah daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan/ Kelurahan secara


umum adalah:
a. memberi informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya,
kekayaan alam, dan sumber daya manusia di wilayah lingkungan satuan pendidikan yang
bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan
sumber daya manusia yang dibutuhkan;
b. memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-
sektor tertentu;
c. memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan prioritas
muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.
4. Peran instansi/lembaga lain seperti dunia usaha/industri, SMK, PLS, dan Dinas terkait secara
umum adalah:
a. memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk muatan
lokal tertentu;
b. memberi masukan dan atau contoh SK, KD, dan silabus yang dapat diadaptasi untuk muatan
lokal di SMA;
c. memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut
guna memantapkan kemampuan/keterampilan yang didapat dalam muatan lokal.

Anda mungkin juga menyukai