Pengajar :
A.Silvan Erusani, ST, M.Sc
Mahasiswa :
Titis Wibisono
(11160980000007)
5. Tujuan Penulisan
Reklamasi yang berkaitan tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki
atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya. Istilah lain yang berkaitan dengan reklamasi yaitu rehabilitasi lahan dan
revegetasi. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik
sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam
lingkungan. Revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang.
Setiap Perusahan Tambang yang mau membuka usaha pertambangannya dengan IUP Izin
Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK) harus wajib terlebih dahulu
menyerahkankan REKLAMASI dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan
IUP ataupun IUPK (UUD No.4 Tahun 2009 pasal 99), jadi disini dapat kita simpulkan kan
bahwa reklamasi sangatlah penting.
Adapun Tahapan atau kegiatan yang dilakukan dalam reklamasi lahan pertambangan
ialah:
1. Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yg subur (top soil) di lahan
yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan
tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang
umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
2. Tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan ini adalah
meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas da
menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan
ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses
lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan
tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka
pemadatan ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu
dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.
3. Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit
tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah
dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro
seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan
mendapatkan lingkungan yang baik.
4. Tahap selanjutnya bisa dilakukan penanaman pohon, Untuk penanaman pohon, maka disusun
pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media
tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya.
Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat lahan maka biasanya ditambahkan jarring
(mesh) di selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor. Pohon yang ditanam dalam reklamasi
adalah Pohon yang cepat tumbuh, biasanya Pohon Akasia. Pemilihan pohon cepat tumbuh
(sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal
untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa jenis tanaman
reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik, hampir
dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
Penambangan batubara terbuka (open mining) menghasilkan bahan-bahan non-batubara
dalam jumlah besar, yang ditimbun di tempat lain (disebut overburden). Bahan-bahan tersebut
terdiri atas campuran tanah bagian atas (horizon A dan B), dan bahan induk tanah, seperti batuliat
(claystone), batulanau (siltstone), batupasir (sandstone), atau tufa volkan, yang mempunyai sifat
fisik tanah buruk, dan seringkali mengandung unsur-unsur kimia beracun.Teknik reklamasi
terdiri atas gabungan:
1. Penggunaan amelioran, berupa bahan organik, pupuk kandang, kapur pertanian,
2. Penanaman tanaman penutup tanah, dan
3. Penanaman kayu-kayuan (penghijauan).
Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan
Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan eksrtaksi bahan mineral di dunia dilakukan
dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya dilakukan dengan open-pit
mining, strip mining, dan quarrying, tergantung pada bentuk geometris tambang dan bahan yang
digali.
Ekstraksi bahan mineral dengan tambang terbuka sering menyebabkan terpotongnya
puncak gunung dan menimbulkan lubang yang besar. Salah satu teknik tambang terbuka adalah
metode strip mining (tambang bidang). Dengan menggunakan alat pengeruk, penggalian
dilakukan pada suatu bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral
diambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan limbah yang
dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang dihasilkan oleh galian sebelumnya. Teknik
tambang seperti ini biasanya digunakan untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar
yang terletak didekat permukaan tanah.
Teknik penambangan quarrying bertujuan untuk mengambil batuan ornamen, dan bahan
bangunan seperti pasir, kerikil, bahan industri semen, serta batuan urugan jalan. Untuk
pengambilan batuan ornamen diperlukan teknik khusus agar blok-blok batuan ornamen yang
diambil mempunyai ukuran, bentuk dan kualitas tertentu. Sedangkan untuk pengambilan bahan
bangunan tidak memerlukan teknik yang khusus. Teknik yang digunakan serupa dengan teknik
tambang terbuka. Tambang bawah tanah digunakan jika zona mineralisasi terletak jauh di bawah
permukaan tanah sehingga jika digunakan cara tambang terbuka jumlah batuan penutup yang
harus dipindahkan terlalu besar. Produktifitas tambang bawah tanah 5 sampai 50 kali lebih
rendah dibanding tambang terbuka, karena ukuran alat yang digunakan lebih kecil dan akses ke
dalam lubang tambang lebih terbatas.
Kegiatan ekstraksi menghasilkan limbah/waste dalam jumlah yang sangat banyak.
Total waste yang diproduksi dapat bervariasi antara 10 % sampai sekitar 99,99 % dari total bahan
yang ditambang. Limbah utama yang dihasilkan adalah batuan penutup dan limbah batuan.
Batuan penutup (overburden) dan limbah batuan adalah lapisan batuan yang tidak/miskin
mengandung mineral ekonomi, yang menutupi atau berada di antara zona mineralisasi atau
batuan yang mengandung mineral dengan kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah.
Penutup umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi sedangkan batuan limbah meliputi
batuan yang dipindahkan pada saat pembuatan terowongan, pembukaan dan eksploitasi
singkapan bijih serta batuan yang berada bersamaan dengan singkapan bijih.
Hal-hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian pada kegiatan ekstraksi dan
pembuangan limbah/wasteagar sejalan dengan upaya reklamasi adalah :
Luas dan kedalaman zona mineralisasi Jumlah batuan yang akan ditambang dan yang akan
dibuang yang akan menentukan lokasi dan desain penempatan limbah batuan.
Kemungkinan sifat racun limbah batuan
Potensi terjadinya air asam tambang
Dampak terhadap kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan kegiatan transportasi,
penyimpanan dan penggunaan bahan peledak dan bahan kimia racun, bahan radio aktif di
kawasan penambangan dan gangguan pernapasan akibat pengaruh debu.
Sifat-sifat geoteknik batuan dan kemungkinan untuk penggunaannya untuk konstruksi sipil
(seperti untuklandscaping, dam tailing, atau lapisan lempung untuk pelapis tempat
pembuangan tailing).
Pengelolaan (penampungan, pengendalian dan pembuangan) lumpur (untuk
pembuangan overburden yang berasal dari sistem penambangan dredging dan semprot).
Kerusakan bentang lahan dan keruntuhan akibat penambangan bawah tanah.
Terlepasnya gas methan dari tambang batu bara bawah tanah.
Teknologi yang digunakan:
1. I. Sifat fisik :
1. Berat isi (g/cm3) 1,48 1,06
2. Kerapatan jenis (g/cm3) 2,12 2,20
3. Total pori (%) 30,22 51,21
4. Ketahanan tanah (kg/m2) 3,69 0,97
2. II. Sifat kimia :
1. Kandungan C-organik (%) 5,83*) 0,68
2. P-tersedia (ppm) 0,80 0,70
3. K-dapat tukar (cmole/kg2 ) 0,74 1,13
4. Ca-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,17 0,82
5. Mg-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,44 0,38
6. Al-dapat tukar (cmole/kg2 ) 1,24 2,62
7. KTK (cmole/kg2 ) 24,24 22,54
8. Kejenuhan basa (%) 49,71 10,68
3. III. Populasi mikroba :
1. Bakteri (sel/g tanah kering) 71,75 x 104 162,00 x 104
2. Fungi (sel/g tanah kering) 7,11 x 104 5,80 x 104
3. Mikoriza (spora/g tanah 77,15 x 104 91,10 x 104
kering)
Keterangan : *) banyak mengandung batubara halus.
Sumber : Munawar. 1999 dalam G Subowo, 2011:85
4. Penimbunan kembali kolong bekas galian dengan tanah penutup. Setiap selesai penambangan,
tanah penutup dan tanah sisa penambangan ditimbun kembali di area bekas galian sesuai dengan
design yang telah ditentukan.
5. Penanaman kembali tanaman penutup tanah. Kegiatan penambangan terbuka pada prinsipnya
diwajibkan untuk menutup kembali areal bekas tambang yang ditinggalkan agar tidak terjadi
kerusakan lingkungan yang lebih besar dan dipulihkan kembali kondisi ekosistemnya
sekurangkurangnya seperti kondisi sebelumnya.
Dari kegiatan penambangan sistem terbuka ini dihasilkan: (1) bahan organik dari tanaman
penutup tanah, baik berupa kayu ataupun dedaunan; (2) tanah penutup yang terdiri dari tanah
lapisan atas (tanah pucuk/topsoil) yang mempunyai kesuburan fisik, kimia dan biologi yang baik
sebagai media pertumbuhan tanaman dan tanah bawah permukaan (subsoil/ overburden).
Tanah subsoil umumnya berupa bahan tanah peralihan dari bahan tambang sebagai bahan induk
pembentuk tanah dan tanah lapisan atas yang telah berkembang. Tanah subsoil ini belum
mengalami perkembangan lanjut, sehingga memiliki kesuburan kimia, fisika dan biologi rendah;
(3) bahan/material tambang, yaitu bahan mineral sebagai bahan yang dipanen untuk diangkut
keluar dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri; dan (4) lubang bekas galian (kolong),
terdapatnya kolong-kolong bekas galian akan mengurangi luas lahan untuk budidaya ataupun
dapat mengubah tata air dan bentang lahan.
Di antara bahan yang dihasilkan apabila dapat diatur dengan baik pada prinsipnya kegiatan
penambangan sistem terbuka dapat memberikan manfaat yang tinggi bagi pemanfaatan
permukaan lahan ke depan. Kegiatan penambangan terbuka dapat diarahkan untuk mengubah
bentang lahan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga justru dapat memperbaiki kualitas
lingkungan baru. Panjang dan kemiringan lereng dapat diperbaiki, ketebalan dan kesuburan
tanah lapisan atas dapat ditingkatkan, dan tingkat kepadatan tanah lapisan bawah dapat diatur
dengan perlakuan pemadatan. Sukmana dan Abujamin (1986) mendapatkan bahwa pengolahan
tanah dalam pada tanah dengan tanah lapisan olah yang tipis dapat memperbaiki kondisi fisik
daerah perakaran, meningkatkan laju infiltrasi, menurunkan ketahanan terhadap penetrasi, dan
pada musim hujan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Namun apabila penambangan
terbuka ini tidak dilakukan dengan hati-hati, maka nilai positif dari peluang pemulihan kualitas
lahan ini tidak dapat memberikan hasil yang baik dan bahkan mungkin akan semakin
memperburuk kualitas lingkungan.
Reklamasi tanah bekas penambangan yang juga menggunakan tanah bongkaran yang diawali
dengan pembuatan teras bangku datar merupakan langkah yang tepat untuk dapat mencegah
kerusakan lahan akibat erosi. Agar pemulihan lahan ini berlangsung efektif, biorehabilitasi lahan
dengan pemberdayaan hayati tanah dan revegetasi dengan tanaman berakar dalam yang sejalan
dengan rencana peruntukan selanjutnya penting untuk segera diupayakan pada tahun pertama.