Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, profesional, netral
dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berfungsi
sebagai : 1) Pelaksana Kebijakan Publik, 2) Pelayan Publik, 3) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
Peraturan tentang ASN yang tertuang dalam UU. No. 5 Tahun 2014 tersebut sudah secara
implisit menghendaki bahwa ASN bukan sekedar merujuk kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk
kepada sebuah profesi pelayanan publik. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan
palayanan publik yang berkualitas, maka ASN dalam menjalankan tugas dan fungsinya penting
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar seperti akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu dan perilaku anti korupsi.
Saat ini peserta diklat ditugaskan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III
Mataram. Kesehariannya, penulis menjadi Penjaga Tahanan di UPT tersebut. Lembaga
Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk
membina narapidana atau warga negara yang melanggar hukum dan perkaranya telah diputus di
pengadilan. Hal ini berarti peserta diklat memiliki peran untuk memberikan pelayanan agar
tercipta kondisi yang aman dan kondusif.
Lapas di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi masalah klasik yaitu kelebihan
muatan atau overcrowded, dimana jumlah narapidana dan tahanan jauh melebihi kapasitas
gedung lapas dan rutan. Hal ini menyebabkan sistem pengawasan di Lapas maupun rutan tidak
maksimal. Pasalnya jumlah sipir/penjaga tahanan yang bertugas tidak sebanding dengan jumlah
narapidana. Secara ideal, untuk pengawasan di Lapas satu sipir menjaga 20 orang
narapidana. Kinerja ASN saat ini juga masih banyak kekurangan dalam hal melayani masyarakat.
Banyak ASN yang dalam menjalankan tugasnya kurang disiplin, kurang bertanggung jawab
dengan pekerjaannya, lebih mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan
masyarakat dan tak jarang yang terjerumus dalam kasus korupsi. Hal itulah yang memunculkan
citra yang kurang positif terhadap ASN.
Pemerintah pun mulai berbenah diri untuk merubah citra ASN yang dipandang kurang
profesional dalam menjalankan tugasnya melalui perekrutan CPNS yang bersih dari KKN
menggunakan sistem CAT (Computer Assisted Test) sebagai modal dasar untuk menciptakan
ASN yang bersih dengan SDM yang berkualitas. Kemudian diberlakukanlah Diklat Prajabatan
pola baru yang tertuang dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (PERKALAN)
RI nomor 38 dan 39 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Prajabatan Golongan III,
serta Golongan I dan II, sehingga Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)
Prajabatan dilaksanakan dengan Pola Baru. Adanya DIKLAT Prajabatan pola baru ini juga
diharapkan dapat membentuk kader ASN berkualitas yang berlandaskan pada nilai-nilai dasar
yang meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
yang dapat disingkat menjadi ANEKA.
Setelah mempelajari kelima nilai dasar, peserta diklat dituntut untuk memiliki nilai-
nilai dasar tersebut sebagai prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi sebagai
ASN. Agar aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN dapat dilaksanakan dengan baik, maka
peserta diklat perlu membuat rancangan aktualisasi kelima dasar tersebut yang dituangkan di
dalam suatu dokumen rancangan aktualisasi yang kemudian akan aktualisasikan di tempat tugas
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai