Kon Flik
Kon Flik
TINJAUAN PUSTAKA
masalah internal dan eksternal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan
pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995)
suatu kejadian atau proses. Konflik dikatakan sebagai suatu kejadian, dimana
konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi dimana
tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok berusaha menghalangi
dengan kebutuhan atau motif yang tidak compatible (sesuai) secara bersama-sama
dengan kekuatan yang sama, dalam kondisi ini individu membuat keputusan
berupa pilihan yang mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak, jika pilihan
sudah dijatuhkan, maka konflik dengan sendirinya selesai. Konflik bisa terus
Arwani & Supriyatno (2005), mengemukakan bahwa konflik itu terjadi akibat
adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu
ataupun pada tatanan yang lebih luas, seperti antar-individu, antar-kelompok, atau
menjadi tiga jenis, yaitu: konflik intrapersonal, konflik interpersonal, dan konflik
berbagai area tanggung jawab yang terkait dengan peran manajemen. Tanggung
jawab manajer terhadap organisasi, pegawai, konsumen, profesi, serta diri sendiri
kesadaran diri dan secara sadar bekerja untuk menyelesaikan konflik segera
setelah pertama kali dirasakan adalah hal yang sangat penting bagi kesehatan
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dengan nilai, tujuan,
dan keyakinan yang berbeda. Orang yang mengalami konflik ini dapat mengalami
Konflik interkelompok terjadi antara dua orang atau lebih kelompok orang,
horizontal. Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal
terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan yang sama. Misalnya konflik
horizontal ini meliputi wewenang, keahlian dan praktik (Marquis & Huston,
2010).
dalam suatu organisasi. Arwani & Supriyatno (2005) mengemukakan bahwa ada
Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog yang
lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan non verbal. Terdapat tiga macam
yang mudah menolak, menggerutu dan menggumam, mudah untuk tidak masuk
merupakan suatu kepatuhan terhadap kerja sama dengan orang lain, tapi
kepatuhannya itu palsu atau semu, sambil menghina dan mengejek. Avoider
merupakan suatu penginderaan kesepakatan yang telah dibuat dan menolak untuk
berpartisipasi.
Stres juga dapat disebabkan oleh banyaknya stressor yang muncul dalam
lingkungan kerja seseorang. Contohnya, terlalu banyak atau terlalu sedikit beban
yang menjadi tanggung jawab seseorang jika dibandingkan dengan orang lain
Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
yang monoton atau konstan dalam di antara satu individu dengan individu yang
lainnya, dan dapat juga terjadi jika terlalu banyaknya pengunjung pasien dalam
satu ruangan atau bangsal, dan dapat juga berupa aktivitas dokter dan tenaga
kesehatan lainnya yang banyak didalam satu ruangan. Hal ini dapat memperparah
Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau perawat yang
merasa tidak acuh dengan saran-saran dari dokter untuk kesembuhan pasien yang
dirawatnya, dapat memperkeruh suasana. Kondisi ini kan semakin runyam jika
diantara pihak yang terlibat dalam pengelolaan pasien merasa direndahkan harga
Nilai atau keyakinan, adanya perbedaan nilai dan keyakinan antara satu orang
begitu percaya dengan persepsinya sendiri tentang pendapat pasiennya, dan tidak
hal ini terjadi, secara tidak sederhana konflik muncul karena telah
memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini
manajer untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu, lantas kelompok
tersebut memisahkan diri dari system atau kelompok lain yang ada di bangsal
kelompok lainnya.
lebih dari satu peran pada waktu yang bersamaan. Fenomena ini sering terjadi
Contoh peran ganda antara lain, satu sisi perawat sebagai pemberi pelayanan
keperawatan kepada pasien, namun pada saat yang bersamaan juga harus berperan
Dalam kondisi ini perawat bingung menetukan mana yang harus dikerjakan
terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat dilakukan kemudian. Akibatnya
sering terjadi kegagalan dalam melakukan tanggung jawab dan tanggung gugat
untuk suatu tugas yang diberikan oleh setiap individu ataupun kelompok.
yang dapat dianggap sebagai sumber absolute terjadinya konflik. Sedikit tidaknya
sumber daya insani atau manusia sering memicu terjadinya persaingan yang tidak
uang melalui pemikiran bahwa segala sesuatunya pasti dihubungkan dengan uang,
persaingan untuk memperebutkan menangani pasien, dan sangat tidak jarang juga
sering dilkukan tergesa-gesa atau cepat, atau perubahan yang dilkukan terlalu
lambat, dapat menimbulkan konflik. Individu yang tidak siap mnerima perubahan
nyaman bila terjadi perubahan, atau perubahan dilkukan terlalu lambat dalam
tatanan organisasinya.
Namun, jika imbalan dikaitkan dengan pembagian yang tidak merata antara satu
orang dan orang lain sering menyebabkan munculnya konflik. Pemberian imbalan
yang tidak didasarkan atas pertimbangan professional, maka ini akan dapat
Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa ada lima tahapan pada
proses konflik, yaitu sebagai berikut: tahap pertama, dimana pada tahap ini
konflik, misalnya kurangnya tenaga perawat dan perubahan yang cepat. Dalam
tahap ini, kondisi tersebut siap berkembang menjadi konflik, walaupun belum ada
konflik yang benar-benar telah terjadi dan mungkin tidak akan pernah terjadi.
karena itu, kejadian seperti itu harus benar-benar dipikirkan sehingga intervensi
dapat dilakukan sebelum konflik yang disebabkan kondisi tersebut menjadi lebih
serius.
atau substantive adalah konflik intelektual dan sering melibatkan isu serta peran.
Konflik ini dikenali secara logis dan tidak melibatkan perasaan orang yang terlibat
konflik. Kadang konflik pada tahap ini dapat diatasi sebelum diinternalisasi atau
dirasakan. Tahap ketiga adalah konflik yang dirasakan, dimana konflik yang
dirasakan pada individu atau kelompok dan dengan cepat memberikan tanggapan
yang emosional pada pihak lain. Jika konflik sudah dirasakan akan dapat
lebih besar.
mencapai tahap ini, akan sulit mencari penyelesaian konflik tanpa menggunakan
sumber lain. Tahap kelima adalah akibat konflik. Akibat yang ditimbulkan konflik
mungkin lebih terlihat daripada konflik ittu sendiri jika konflik itu tidak ditangani
secara konstruktif. Konflik akan selalu menimbulkan dampak positif dan dampak
negatif. Jika konflik dapat diatasi secara baik, maka hasil konflik akan
meningkatkan hubungan kerja secara adil. Tetapi bila tidak diatasi secara baik,
akan memperburuk hubungan kerja dan dapat menyebabkan lebih banyak konflik
lagi.
konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi
terlibat dan peran masing-masing. Dan tentukan jika situasinya dapat dirubah.
Analisa dan mematikan isu yang berkembang, dimana disini dijelaskan tentang
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu. Menyusun tujuan, dimana dalam
menyusun tujuan harus dijelaskan tujuan yang spesifik yang akan dicapai.
harus menghindari suatu respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan
dengan baik. Dalam proses identifikasi ini, hasil yang positif akan terjadi. Pada
yang terjadi.
(win-win solution) untuk semua pihak yang terkait. Tujuan itu tidak akan selalu
tercapai dalam setiap situasi, dan sering kali tujuan manajer adalah mengelola
konflik dengan cara mengurangi perbedaan persepsi antara kedua belah pihak
atau strategi penyelesaian masalah yang paling tepat untuk setiap situasi. Strategi
masalah yang terbaik, pihak yang menentang akan merasakan itu sebagai situasi
yang kalah karena pihak tersebut atau kedua pihak tersebut merasa bahwa mereka
telah melepaskan tuntutan lebih dari orangt lain, oleh karena itu mereka merasa
mengorbankan orang lain. Karena hanya ada satu pihak yang menang, pihak yang
ak Manajer dapat menggunakan kompetisi jika keputusan yang cepat dan tidak
disukai perlu dibuat. Cara ini juga dapat digunakan jika salah satu pihak memiliki
lebih banyak informasi atau pengetahuan tentang situasi daripada pihak lain.
Bekerja sama adalah lawan kata dari berkompetisi. Pada pendekatan kerja
sama, satu pihak mengorbankan keyakina dan keinginannya sehingga pihak lain
dapat menang. Bekerjasama dan mengakomodasi adalah strategi politik yang tepat
jika konflik tidak terlalu bernilai tinggi bagi orang yang mengakomodasi.
dengan pihak lain. Smoothing terjadi ketika salah satu pihak dalam konflik
berupaya untuk memuji pihak lain atau berfokus pada hal yang disetujui bersama,
sebaiknya diselesaikan oleh orang selain anda, ketika satu pihak lebih berkuasa
dalam menggunakan pendekatan ini adalah konflik tetap ada, sering kali muncul
umum. Untuk mencapai hal itu, semua pihak menerima tanggung jawab untuk
mencapai tujuan yang utama. Walaupun sangat sulit bagi semua pihak untuk
mengesampingkan tujuan awalnya, kolaborasi tidak dpat terjadi jika hal itu tidak
dapat dilakukan. Jika tujuan yang baru adalah tujuan yang ditetapkan bersama,
setiap pihak akan mempersepsikan bahwa mereka telah mencapai tujuan umum
dan penting. Dan untuk mencapai itu semua, maka harus tetap fokus dalam
Koping adalah suatu proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
situasi yang menimbulkan stres. Dimana, koping tersebut merupakan respon dari
individu itu sendiri terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologik. Koping juga diartikan sebagai suatu usaha perubahan kognitif dan
prilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi, koping juga
internal dan eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi dari sumber individu
suatu masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi
yang mengancam diri, upaya individu dapat berupa perubahan lingkungan yang
bertujuan untuk menghilangkan stres yang dihadapi (Keliat, 1999 dalam Muhit &
Nasir, 2011).
cara pemecahan masalah dimana bila didalam tubuh mengalami ketegangan dalam
Stuart & Sundeen (1995) dalam Muhit dan Nasir (2011) mengemukakan ada
belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara pada orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan yang seimbang dan
Koping juga dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis
adalah lingkungan, konsep diri, rasa aman dan nyaman, pengalaman masa lalu dan
koping adalah: adaptif, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: masih mengontrol
emosi pada dirinya, memiliki kewaspadaan yang tinggi dan lebih perhatian pada
masalah, memilki persepsi yang luas, dan dapat menerima dukungan dari orang
lain. Maladaptif, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: tidak mampu berpikir
berfokus pada masalah, yang meliputi tindakan dan usaha segera untuk mengatasi
semua ancaman yang ada pada diri setiap individu. Contoh: negosiasi,
konfrontasi, dan meminta nasehat. Mekanisme koping yang berfokus pada emosi,
mekanisme koping yang berfokus pada emosi yang tidak memperbaiki situasi
kedua koping tersebut pada waktu yang beragam, walaupun demikian ada keadaan
akibat stres psikologis yang tergantung pada dua faktor, yaitu : yang pertama
artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap
stressor yang diterimanya. Dan yang kedua adalah keefektifan strategi koping
yang digunakan oleh individu, bahwa dalam menghadapi stressor, jika strategi
yang digunakan efektif maka akan menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi
suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya akan dapat
stimulus yang diterima ataupun dihadapi oleh klien itu sendiri. Stuart & Sundeen
(1991) dalam Rasmun (2004) mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping
yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan, yaitu : reaksi yang
yang berorientasi pada ego. Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam
maka akan dapat mengurangi kecemasan, akan tetapi jika digunakan dalam waktu
dilakukan dengan menyerang sasaran atau objek berupa benda, barang ataupun
orang atau bahkan dirinya sendiri dengan bersikap dendam, rasa marah dan rasa
menunjukkan adanya pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain. Sedangkan
atau negoisasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum
(Rasmun, 2004).
Ada dua metode koping yang digunakan oleh setiap individu dalam mengatasi
masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977) dalam Rasmun
(2004), dua metode tersebut antara lain adalah: metode koping jangka panjang,
metode koping jangka pendek. Metode koping jangka panjang merupakan cara
konstruktif yang paling efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis
untuk kurun waktu yang lama. Sedangkan yang dimaksud dengan metode koping
atau ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu yang sementara, tetapi
cara ini tidak efektif jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
penentuan dari gaya seseorang atau ciri-ciri tertentu dari seseorang dalam
dicirikan sebagai berikut: gaya koping positif, dan gaya koping negatif.
solving, Utilizing social support, Looking for silver lining. Problem solving
dipecahkan dan bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan-akan
masalah itu tidak berarti. Pemecahan masalah ini digunakan sebagai cara untuk
menghindari tekanan atau beban psikologis akibat adanya stressor yang masuk
dalam diri seseorang. Utilizing social support merupakan tindak lanjut dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika masalah itu belu terselesaikan. Hal
ini tidak terlepas dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalah yang
Untuk itu sebagai makhluk social, bila seseorang memiliki masalah yang tidak
dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan
Looking for silver lining merupakan kepelikan masalah yang dihadapi terkadang
ada upaya yang maksimal, terkadang masalah tersebut belum didapatkan titik
berpikir positif dan diambil hikmahnya. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari
masalah karena dengan masalah itu manusia berpikir, bertindak, dan berperilaku.
Gaya koping negatif merupakan gaya koping yang akan menurunkan integritas
ego, dimana penentuan gaya koping akan merusak dan merugikan dirinya sendiri,
yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut: avoidens masace, self-blame, wishful
dihadapi. Cara ini merupakan usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan lari
dari situasi tersebut atau menghindari diri dari banyaknya masalah di kemudian
hari. Bentuk pelariannya adalah dengan beralih pada hal-hal seperti: makan,
dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa adanya evaluasi yang optimal.
menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri dalam struktur
sosial. Wishfull thinking merupakan suatu kegagalan dalam mencapai tujuan yang
yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penetuan standar diri, dikondisikan