PENDAHULUAN
1
2
dengan diagnosa Acute Iskemik Heart Disease yang dirawat inap terdapat 6 kasus dan
angka kematian 1 kasus.
Sebagian besar kematian akibat ACS cenderung terjadi sebelum pasien mencapai
rumah sakit dan sekitar satu dari dua puluh jiwa meninggal dalam 30 hari setelah
dirawat di rumah sakit (Charles River Associates’ Life Sciences Practice, 2011).
Masyarakat atau anggota masyarakat memutuskan untuk mencari pelayanan
kesehatan pada saat merasakan adanya sakit atau perasaan sakit, akan tetapi pada saat
masyarakat atau anggota masyarakat tidak merasakan adanya rasa sakit (disease but
no illness) maka masayarakat tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya
tersebut (Notoadmodjo, 2010). Rini, Ayuningtyas, dan Ratnawati (2017) menuliskan
bahwa penyebab keterlambatan ialah persepsi pasien terhadap nyeri yang dialami
pasien tersebut yang menganggap itu bukanlah sebuah penyakit jantung, akan tetapi
pasien mempersepsikan itu adalah sebuah gejala masuk angin. Terdapat lima dimensi
terhadap pandangan klien mengenai penyakit mereka diantaranya adalah identitas
atau karakteristik dari sebuah penyakit, kapan terjadinya penyakit, sebab dari sebuah
penyakit, akibat yang akan ditimbulkan oleh penyakit, dan prognosis dari penyakit
(Kramer-Kille, 2013).
Dibuktikan dengan adanya penelitian terkait anggapan atau persepsi masyarakat
terhadap identitas atau karakteristik sebuah penyakit dari penelitian Salmen dan
Sismudjito (2015) di Desa Suku Nalu Kecamatan Barus Jahe yang menuliskan bahwa
masyarakat setempat masih mempercayai penyakit disebabkan karena diganggu oleh
roh halus ataupun kutukan. Masyarakat Suku Nalu ini juga menerapkan pengobatan
tradisional seperti minum ramuan yang sudah diracik. Hal ini berkaitan dengan
definisi dari persepsi sakit menurut Alhamda (2015) yang menuliskan bahwa persepsi
setiap masyarakat itu berbeda-beda dilihat dari setiap pandangan individu tentang
kriteria tubuh akan sehat atau sakit itu sendiri tidak hanya bersifat objektif namun
juga bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh unsur budaya dan pengalaman masa
lalu.
3
agar teratasi masalah kesehatan seseorang tersebut atau bahkan sampai sembuh pada
saat mengalami sakit atau masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan health seeking behavior salah satunya
adalah persepsi, dimana keluarga yang memiliki riwayat ACS akan lebih cepat
mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan keluarga yang belum memiliki
riwayat ACS. Persepsi keluarga pasien ACS tidak ada hubungan dengan health
seeking behavior dikarenakan hasil keputusan untuk menuju pelayanan kesehatan
ialah dari pasien itu sendiri yang menganggap sakit yang dirasakan bukanlah sebuah
yang harus diprioritaskan dikarenakan pada saat mengalami tanda dan gejala yang
tidak terlalu parah ini bukanlah sebuah masalah namun pada saat gejala sudah mulai
berat baru diputuskan untuk menuju pelayanan kesehatan. Responden yang
mengakses pelayanan kesehatan >6 jam sebanyak 8 orang (44,4%) memiliki persepsi
positif dan 12 orang (66,7%) memiliki persepsi negativ sehingga tidak terdapat
hubungan persepsi keluarga dengan pencarian pelayanan kesehatan (Ubaydilla,
2017).
Akibat dari kejadian diatas, akan sangat berdampak pada jantungnya tersebut
dikarenakan, apabila pasien mengalami kekurangan oksigen selama kurang lebih dua
puluh menit akan menyebabkan nekrosis (infark miokard) dan ini sangat bahaya bagi
jantung, dan inilah yang menyebabkan memperparah kondisi jantung pasien dengan
dirawatnya pasien (PERKI, 2015). Sehingga perlunya penanganan yang cepat dan
tepat pada pasien ACS ini, dan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada otot
jantung atau bagian dari jantung ada baiknya untuk penanganan dari rumah menuju
rumah sakit yaitu dengan melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru), pemberian
oksigen (Ainiyah, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang responden yang pernah mengalami
riwayat penyakit jantung dan berdasarkan fenomena yang dilihat oleh peneliti, secara
umum penatalaksanaan dan sasaran pasien maupun keluarga pada saat pasien
ditemukan adanya tanda-tanda awal terkena penyakit jantung tidak langsung dibawa
ke RS, akan tetapi berobat ke alternatif seperti ke dukun atau tukang pijat dengan
5
dengan jenis penelitian kualitatif dengan variabel yang berbeda dan dengan sampel
yang berbeda.
8
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Setiap orang menganggap suatu penyakit atau sakit berbeda-beda seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, menurut Notoatmodjo (2010) bahwa ada empat persepsi dari
masyarakat, yaitu:
1. Ketika seseorang tidak sakit dan tidak merasakan sakit pada tubuhnya, maka
dapat disimpulkan bahwa seseorang yang seperti ini tidak dikategorikan kedalam
orang yang sedang sakit atau bisa disebut sebagai orang yang dalam keadaan
sehat.
2. Ketika seseorang tidak merasakan sakit pada tubuhnya, namun dilihat dari hasil
pemeriksaan seseorang ini dalam keadaan sakit atau terdapat penyakit pada
tubuhnya. Dengan demikian, dikarenakan seseorang tersebut tidak merasakan
adanya sakit pada tubuhnya, maka seseorang tersebut tetap melanjutkan rutinitas
seperti biasanya. Contoh: seseorang terlihat adanya pembengkakan pada trakea,
pada saat diperiksa ditemukan adanya tumor pada pasien tersebut namun pasien
tetap tidak pernah mengeluhkan adanya nyeri yang menyebabkan terhambatnya
aktivitas sehari-hari maka pasien menganggap itu bukan suatu hal yang
membuatnya berhenti dari rutinitas. Serta pasien menganggap itu bukan sebuah
masalah.
3. Seseorang merasakan adanya rasa sakit, akan tetapi pada saat diperiksa dengan
pemeriksaan baik itu di laboratorium, maupun pada pemeriksaa radiologi, atau
lain sebagainya tidak ditemukan adannya penyakit pada seseorang tersebut.
Contoh: seseorang merasakan adanya rasa sakit di dada dan merasakan sesak
napas namun pada saat diperiksa dengan hasil EKG tidak ditemukannya kelainan
pada jantung atau pada saat di rontgen tidak terdapat pembesaran jantung.
4. Pada pasien ini baru bisa dikategorikan dengan benar-benar sakit dikarenakan
sudah sejalan antara apa yang dirasakan dengan hasil pemeriksaan untuk
penyakit pasien. Contoh: seseorang merasakan adanya sensasi nyeri pada daerah
dada, lalu segera dibawa ke rumah sakit pada saat di rumah sakit langsung di
tindaklanjuti dan segera diperiksa menggunakan EKG dan didapatkan adanya
gangguan pada jantung.
10
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan lagi bahwasannya persepsi atau pandangan
seseorang mengenai sakit tersebut berbeda-beda tergantung dari apa yang mereka
rasakan. Persepsi sakit sangat penting, dikarenakan saat seseorang merasakan sakit
maka saat itulah seseorang tersebut mencari pelayanan kesehatan atau kesembuhan
baik itu ke fasilitas kesehatan yang modern maupun tradisional. Persepsi sakit sangat
mempengaruhi kesembuhan ataupun kepatuhan dalam berobat untuk mencapai
tingkat kesembuhan yang lebih baik lagi (Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan menurut (Rabin, Leventhal, & Goodin, 1970; dalam Pratiwi, 2015)
terdapat sembilan dimensi yang mempengaruhi illness perception dalam segi
representasi kognitif dan emosinya ialah sebagai berikut:
1. Identity
Hampir sama dengan definisi menurut Kramer-Kille, yakninya apakah seseorang
mampu mengenali atau mengerti terhadap penyakit atau sakit yang dirasakan
baik itu tanda maupun gejala yang dirasakan.
2. Consequence
Konsekuensi disini dapat didefinisikan sebagai bagaimana seseorang itu
meyakini bahwa apakah terdapat dampak dari sebuah penyakit yang dialami dari
beratnya sakit yang diderita.
3. Timeline acute/chronic
Ialah rentang waktu pada saat pasien merasakan sakit baik dari tanda dan gejala
sampai fase pemulihan atau penyembuhan.
4. Timeline cyclical
Ialah pandangan terhadap frekuensi sakit yang dirasakan baik itu ada atau tidak
terjadinya sakit dan berapa kali rasa sakit itu terjadi.
5. Personal control
Ialah cara seseorang untuk mengontrol rasa sakit yang dirasakan, dan bagaimana
meyakini bahwa rasa sakit mampu atau bisa dikontrol.
6. Treatment control
Ialah pandangan seseorang dalam segi pengobatan, dan apakah pengobatan
tersebut diyakini mampu untuk menyembuhkan.
12
7. Illness coherence
Ilness coherence dapat diartikan sebagai gambaran pasien terhadap dimana letak
kelogisan sebuah penyakit dengan gejala yang dirasakan.
8. Emotion
Ialah bagaimana perasaan yang dirasakan seseorang dari rasa sakit yang
dirasakan, baik itu rasa marah, takut, sedih terhadap penyakit yang diderita.
9. Causal representation
Menjelaskan bahwa penyebab yang didapat akan mengakibatkan peningkatan
dalam penyakit seseorang tersebut.
Uraian diatas sudah terlihat jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit
serta perilaku pencarian pengobatan pun juga berrbeda-beda. Persepsi sehat-sakit
berhubungan erat dengan perilaku pencarian pengobatan, maka sangat disayangkan
apabila masyarakat masih mempersepsikan sehat-sakit sebagai sebuah masalah yang
sepele dan tidak sesegera mungkin mencari pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
perlu dikaji apa yang menyebabkan persepsi masyarakat sehingga masyarakat tidak
pergi ke pelayanan kesehatan untuk mencari pengobatan yang lebih tepat
(Notoatmodjo, 2015).
Perilaku penyembuhan terdiri dari:
1. Perilaku dimana seseorang untuk segera sembuh (perilaku kuratif), dan
2. Perilaku dimana seseorang untuk memulihkan kesehatan secepatnya.
2.1.3.5 Patofisiologi
ACS dimulai saat terjadinya thrombus yang terjadi pada arteri koroner yang
bertugas sebagai pemasok nutrisi dan oksigen ke dalam otot jantung (Fitria, Suryono,
& Riyanti, 2017). Thrombus yang terbentuk ini akan menyumbat baik secara total
(sepenuhnya) maupun secara parsial (sebagian) atau bahkan akan menyumbat
pembuluh darah koroner yang lebih distal (PERKI,2015).
Tersumbatnya aliran darah akan menyebabkan iskemik pada otot jantung, ketika
oksigen kurang dalam waktu ±20 menit akan mengakibatkan nekrosis atau kematian
jaringan pada otot jantung atau yang disebut sebagai infark miokard (PERKI, 2015).
2.1.3.6 Penatalaksanaan
1. NSTEMI
Penatalaksanaan pada pasien NSTEMI menurut Overbaugh (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) >90%
b. Nitrogliserin atau morfin untuk mengendalikan rasa sakit
c. Beta-bloker (β-blocker), clopidogrel (Plavix), inhibitor glikoprotein IIb/IIIa.
20
3. STEMI
Penatalaksanaan pasien STEMI adalah sebagai berikut:
a. Oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) >90%
b. Nitrogliserin atau morfin untuk mengendalikan rasa sakit
c. Beta-bloker (β-blocker), clopidogrel (Plavix).
d. Intervensi koroner perkutan dalam 90 menit dengan evaluasi medis
e. Terapi fibrinolitik dalam 30 menit dalam evaluasi medis.
Tabel 2.1
Penelitian terkait
Keterangan Penelitian Bujawati, Kritpracha Ubaydilla, R
sekarang Nildawati, dan (2017) (2017)
Alam (2016)
Topik Hubungan Gambaran Illness Faktor-faktor
penelitian Illness Persepsi pasien perception and yang
perception tentang cardiovascular berhubungan
terhadap penyakit kusta health dengan health
Health Seeking dan dukungan behaviors in seeking
21
Penyumbatan yang
terjadi pada
pembuluh darah a. Nyeri dengan atau tanpa radiasi
ke lengan, leher, punggung, atau
daerah epigastrium.
b. Dyspnea (sesak napas),
diaphoresis (keringat
berlebihan), mual, pusing,
takikardia (denyut jantung
Acute coronary meningkat), hipotensi atau
syndrome (ACS) NSTEMI hipertensi (tekanan darah tidak
normal), saturasi oksigen pada
arteri menurun (SaO2) dan
STEMI kelainan irama jantung.
c. Terjadi pada saat istirahat atau
aktivitas ringan.
UAP (Unstabel d. Depresi segmen ST atau inversi
angina pectori) gelombang-T pada elektro-
kardiografi
Health seeking
behavior
Identitas, waktu
terjadi, penyebab, Pandangan terhadap sakit
konsekuensi, (persepsi sakit)
prognosis
: Diteliti
: Tidak diteliti
23
Sumber: Fitria, Suryono, & Riyanti (2017); Overbaugh (2009); PERKI (2015);
Kramer-Kille (2013); Notoatmodjo (2010).
Skema 2.2
Kerangka konsep hubungan illness perception dengan health seeking behavior pasien
acute coronary syndrome (ACS) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Achmad Pekanbaru Provinsi Riau.
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti dengan
kebenarannya masih belum dapat dipastikan namun harus diuji terlebih dahulu
(Muhith, 2011).
2.5.1 Ha: Ada hubungan yang bermakna antara illness perception dengan health
seeking behavior pada keluarga pasien Acute Coronary Syndrome (ACS).
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
ini dirubah, pada penelitian ini adalah Illness Perception (Persepsi sakit)
dikarenakan persepsi sakit mempengaruhi Health Seeking Behavior (Riyanto,
2010).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini adalah Health
Seeking Behavior dikarenakan Health Seeking Behavior dipengaruhi oleh
persepsi sakit.
3.6.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu cara yang berguna untuk membuat variabel
menjadi lebih jelas dan lebih fokus (Riyanto, 2010).
Tabel 3.1
Variabel penelitian dan definisi operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Independen Pandangan pasien Mengisi Kuesioner Ordinal1. Baik ≥ mean
Persepsi ACS tentang lembaran atau median
sakit penyakit yang kuesioner 2.
dialami, pengobatan, 3. Tidak Baik <
dan pelayanan yang mean atau
akan dituju pada saat median
sakit.
2. Dependen Perilaku dan Mengisi Kuesioner Ordinal ≤ 6 jam
Health tindakan keluarga lembaran (cepat)
Seeking yang dinyatakan kuesioner > 6 jam
Behavior dengan lama waktu (lambat)
dalam mengakses
pelayanan kesehatan
dan penatalaksanaan
atau perilaku untuk
mengobati pasien
dimulai dari tanda
dan gejala pertama
kali muncul.
2. Data Sekunder
Selain menggunakan data primer, dalam penelitian ini adalah data sekunder
yakninya data yang di dapat dari catatan buku, majalah, artikel, dan buku-buku
sebagai teori. Data sekunder yang diambil dari peneliti terkait penelitian ini
adalah dengan melihat catatan rekam medic yang sudah ada terkait dengan
jumlah kejadian rawat inap serta kematian pada pasien ACS di Rumah Sakit
Umum Daerah Arifin Achmad, Provinsi Riau.
3. Setelah peneliti dinyatakan lulus uji etik, kemudian peneliti mengurus surat izin
untuk melakukan uji validitas instrument penelitian yang ditujukan pada pakar
yang berkompeten pada bidangnya sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan.
4. Setelah instrument penelitian dikatakan valid, kemudian penelitian mengurus
surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Hang Tuah
Pekanbaru yang ditunjukkan untuk pihak Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
Achmad Provinsi Riau.
5. Setelah peneliti menerima balasan surat berupa surat izin penelitian dari pihak
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau, peneliti kemudian
meminta izin penelitian kepada Kepala Instalasi ruangan yang menjadi tempat
penelitian.
6. Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Instalasi ruangan, kemudian
peneliti mengunjungi ruang rawat inap guna meminta izin kepada Kepala
Ruangan.
7. Setelah mendapat tanda tangan dari Kepala Ruangan Rawat Inap peneliti
menyebarkan kuesioner. Sebelum responden mengisi lembar kuesioner yang
disebarkan, peneliti memberikan surat berupa surat permohonan menjadi
responden, surat tersebut berguna untuk memberikan penjelasan penjelasan
mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian.
8. Setelah responden memahami tujuan dan manfaat dari penelitian, peneliti
kemudian memberikan Informed Consent untuk mengisi lembar kuesioner.
Setelah kurun waktu selama ± 2 bulan dan didapatkan responden dengan jumlah
……. responden.
dilakukannya penelitian maka peneliti tidak akan memaksa untuk tetap menjadi
responden.
3.10.2 Anonimity (tanpa nama)
Penelitian dilakukan dengan cara tidak dicantumkan nama responden akan tetapi
dengan pengkodean seperti inisial dari responden tersebut agar terjaganya
kerahasiaan dari responden.
3.10.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Salah satu etika yang sangat diperhatikan ialah kerahasiaan reponden, baik itu
dalam bentuk nama, ataupun informasi yang didapat oleh peneliti terkait responden.
3.11 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Pembuatan
Proposal
2. Seminar
Proposal
3. Perbaikan
Proposal
4. Pengumpulan
Data
5. Pengolahan
Data Analisis
6. Penulisan
Skripsi
7. Ujian Skripsi
33
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara mudah memahami dan menghindari hipertensi, jantung dan stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Alhamda, S. (2015). Buku ajar sosiologi kesehatan. Yogyakarta: Depublish.
Ainiyah, N. (2015). Peran perawat dalam identifikasi dini dan penatalaksanaan pada acute
Bujawati, E., Nildawati., & Alam, A. S. (2016). Gambaran persepsi pasien tentang penyakit
kusta dukungan keluarga pada pasien kusta di rs. dr. tadjuddin chaild makassar tahun
Charles River Associates’ Life Science Practice. (2011). The burden of acute syndromes in
Publishing.
Kramer-Kille, M. L., Osuji. J. C., Larsen, P. D., & Lubkin, I. M. (2013). Chronic illness in
Nofiyanto, E., Sri, A., & Mulyatim, K. (2015). Perilaku komunikasi petugas berhubungan
dengan persepsi sehat-sakit pasien rawat inap. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(4).
355-358.
mengalami henti jantung di rumah wilayah Kota Ternate. Jurnal LINK, 13(1). 61-71.
34
Rini, I. S., Ayuningtyas, D. W., & Ratnawati, R. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan persepsi gejala nyeri dada kardiak iskemik pada pasien infark miokard akut di
RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 34-41.
Sembiring, S., & Sismudjito. (2015). Pengetahuan dan pemanfaatan metode pengobatan
tradisional pada masyarakat Desa Suku Nalu Kecamatan Baru Jahe. Jurnal Perspektif
behavior pasien acute coronary syndrome (ACS) di Rumah Sakit Umum Daerah
Nasir, A., Muhith, A., Ideputri., M. E. (2011). Buku ajar: Metodologi penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, A. A. A. (2011). Metode penelitian keperawatan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika
Riyanto, A. 2010. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Bandung:Medical Book.
36