Anda di halaman 1dari 9

Link : http://wihdafirdayanti.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.

html

makalah askep kolesistitis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut,memiliki batu empedu. Kadang
suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kolesistitis diantarannya: Faktor biologi (jenis kelamin), faktor lingkungan, faktor
penyakit.
Kolesistitis juga merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25% pasien harus
menjalani pembedahan kandung empedu. Bentuk yang akut lebih sering ditemukan di antara
wanita yang berusia pertengahan; bentuk kronis di antara manula. Kolesistitis dengan
penanganan yang baik mempunyai prognosis yang cukup baik.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan kolesistitis atau radang kandung empedu?
b. Apa saja penyebab terjadi kolesistitis?
c. Bagaimana patofisologi Kolesistitis?
d. Bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien kolesistitis?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kolesititis hingga penyebab juga asuhan
keperawatan pada pasien kolesistitis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kolesistitis
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding
kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan panas badan. Dikenal dua
klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker,2011).
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Kolesistitis adalah radang
kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu
kolesistitis akut serta kronik. (Dr. Suparyanto, M.Kes 2009).
Kolesistitis akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu,biasanya merupakan
akibat dari adanya batu empedu di duktus sistikus,yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan
nyeri yang luar biasa.
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,yang
ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
2.2. Etiologi
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut,memiliki batu empedu. Kadang
suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan. Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kolesistitis :
 Faktor Biologi Jenis kelamin
 Faktor Lingkungan
 Faktor Penyakit

2.3. Tanda dan Gejala


Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa:
 Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas.
 Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.
 Biasanya terdapat mual dan muntah.
 Nyeri tekan perut
 Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
 Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
 Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
 Gangguan pencernaan menahun
 Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar)
 Sendawa.
2.4. Manifestasi Klinik
Kolesistitis Akut :
 Nyeri hebat pada perut kanan atas disertai rasa tidak enak pada epigastrium.
 Mual,Muntah.
 Demam
 Lemah
 Ikterus (bila terdapat batu di duktus koledukus)
 Nyeri perut bertambah bila mengkomsumsi makanan berlemak.
 Yang khas yaitu nyeri menjalar sampai ke bahu/ scapula.
Kolesistitis Kronik :
 Kolik epigastrium
 Mual muntah
 Tidak toleransi terhadap makanan berlemak
 Demam ringan
 Hipoalbuminea ringan
 Dyspsepsia,sendawa,kembung,flatulence
2.5. Patofisiologi
Kolesistitis disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor biologi (jenis kelamin),
faktor lingkungan, dan faktor penyakit. Kolesistitis lebih sering diderita oleh perempuan karena
adanya pengaruh hormon esterogen dan penggunaan kontrasepsi (KB suntik dan KB oral). Pola
makan yang berlemak dapat mengakibatkan cairan empedu kesulitan mencernanya, sehingga
empedu menjadi jenuh karena adanya kolesterol. Sirosis hati dan Thalasemia juga dapat
menyebabkan kolesistitis. Pada penderita sirosis hati struktur hati dan pembuluh darah yang
memeliharanya akan mengalami perubahan, sehingga akan terjadi hemolisis (penghancuran sel
darah merah dengan penglepasan hemoglobin). Begitu pula pada penderita Thalasemia
(penurunan produksi hemoglobin).

2.6. Penanganan atau Penatalaksanaan


 Kolesistektomi untuk mengangankat kandung empedu yang mengalami inflamasi lewat
pembedahan
 Koledokostomi untuk membuat lubang lewat pembedahan pada duktus koledokus drainase
 Kolesistostomi transhepatik perkutaneus
 Litotripsi untuk mengahancurkan batu empedu
 Pemberian obat oral asam kenodeoksikolat atau ursodeoksikolat untuk melarutkan batu empedu
 Diet rendah lemat untuk mencegah serangan
 Pemberian vitamin K untuk mengurangi keluhan gatal-gatal,ikterus, dan kecendurangan
perdarahan yang di sebabkan oleh defisiensi vitamin K
 Pemberian antibiotik selama serangan akut mengatasi infeksi
 Pemasangan pipa nasogastrik selama serangan akut untuk dekompresi abdomen

2.7. Asuhan Keperawatan pada pasien Kolesititis


a. Pengkajian
Menurut doengoes (1999). Hal yang perlu di kaji pada penderita kolesistitis adalah :
I. Aktivitas/ istirahat
 Gejala : Kelemahan.
 Tanda : Gelisah.
II. Sirkulasi
 Tanda : Takikardia, berkeringat.
III. Eliminasi
 Gejala : Perubahan warna urin dan feses.
 Tanda : Distensi abdomen. Teraba massa pada kuadran kanan atas. Urine gelao,
pekat. Feses warna tanah liat, steatorea.
IV. Makanan dan cairan
 Gejala : Anoreksia, mual/muntah
Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia. Bertahak.
 Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
V. Nyeri kenyamanan
 Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan. Kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak
dalam 30 menit.
 Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan ; tanda Murphy
positif.
VI. Pernapasan
 Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.
 Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
VII. Keamanan
 Tanda : Demam,menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
VIII. Penyuluhan dan pemebelajaran
 Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu. Adanya
kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.
 Pertimbangan : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.
 Rencana pemulangan : Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/ penurunan berat badan.
b. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
DS :
1. - Klien Mengatakan nyeri terjadinya Gangguan rasa
pada kuadran kanan atas
seperti ditusuk endapan/sumbatan nyaman (nyeri)
membentuk batu
DO :
- Terdapat nyeri tekan pada empedu (kolelitiasis)
kuadran kanan atas dengan inflamasi
skala 4. Nyeri
Klien tampak meringis.

DS :
2. - Klien mengatakan tidak Inflamasi kekurangan
nafsu makan, terasa mual. Nyeri kebutuhan

DO : Peningkatan HCl nutrisi


- Porsi makan habis ½ porsi Mual, Muntah
- Klien lemah dan lemas
- BB menurun Anoreksia

DS :
3. - Klien mengatakan badan Sirosis hati, Thalasemia Intoleran
terasa lemas, hanya dapat aktivitas
duduk dan tidur saja. Hemolisis

DO :
- Klien tampak lemah dan Anemia
lemas.
- Klien hanya tampak duduk Pucat,lemas
dan berbaring
- Aktifitas klien dibantu

intoleran aktivitas
DS:
4. Klien mengatakan badannya Pertumbuhan bakteri Hipertermi
panas dan menggigil. (ex: E.Coli

DO: Inflamasi
Suhu : > 37oC
Klien terlihat menggigil Adanya respon imun
Nafas cepat
Peningkatan jumlah
leukosit (sel darah putih
menyerang kuman)
Hipertermi

c. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan rasa nyaman terhadap nyeri
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
 Intoleran aktivitas
 Hipertermi
d. Perencanaan
I. Gangguan rasa nyaman terhadap nyeri
1) Jangka pendek (1x24 jam).
 Dapat melakukan aktifitas sederhana sendiri
 Klien tampak lebih segar
2) Jangka panjang (3x24 jam)
 Dapat melakukan aktifitas secara mandiri Jangka pendek (1x24 jam).
 Dapat melakukan aktifitas sederhana sendiri
 Klien tampak lebih segar

II. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah.
Tujuan : Untuk melaporkan mual /muntah hilang.
 Perkirakan/ hitungan pemasukan kalori.
 Timbang sesuai indikasi.
 Kaji makanan kesukaan/ketidaksukaan pasien.
 Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.
 Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran.
 Kolaborasi dalam pemberian diet dengan ahli gizi.
III. Intoleran aktivitas berhubungan dengan pucat dan lemas
Tujuan :
1) Jangka Pendek (1x24 jam)
 Terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
 Klien tampak segar
2) Jangka panjang (3x24 jam)
 Porsi makan satu porsi habis
 Bertambahnya nafsu makan
 Klien tampak segar
 BB menurun
IV. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
Tujuan : untuk menurunkan suhu tubh kembali normal

 Kaji penyebab hipertermi


 Observasi suhu badan
 Beri kompres hangat pada aksila
 Beri minum sering tapi sedikit

e. Implementasi dan evaluasi


No Data Implementasi Evaluasi
1. Gangguan rasa  Mengatur posisi klien pasien
nyaman terhadap nyeri mengatakan nyeri
 Memberikan kompres hangat berkurang.
 Klien tampak
 Memberikan obat analgetik tenang
 Masalah teratasi
 Mengalihkan perhatian klien sebagian
 Observasi
 Menganjurkan klien untuk dilanjutkan
istirahat dan tidak
S:
beraktifitas yang berat.
S:
2. Gangguan nutrisi kurang Menawarkan dan membantuKl
dari kebutuhan tubuh klienuntuk istirahat sebelum
S : Klien
berhubungan dengan tidur mengatakan nafsu
mual muntah makan
 Menawarkan makan sedikit bertambah.
tapi sering  Klien tampak
nafsu makan
 Masalah teratasi
 Mempertahankan higiene sebagian
mulut yang baik.  Observasi
dilanjutkan
 Mengajarkan pentingnya
untuk menggunakan bentuk S
vitamin larut dalam air atau
lemak.

3.  ajarkan pada klien untuk


Intoleransi aktifitas yang Kli
ditandai dengan klien membatasi aktifitasnya dan Kli Klien mengatakan
menghemat energi secara mengerti tentang
tampak lemah.
tepat. pemasukan nutrisi
dalam
 Ajarkan pentingnya pembentukan
pemasukan nutrisi dalam ATP
pembentukan ATP  Klien tampak
mengerti
 Ajarkan pada klien untuk  Masalah teratasi
dibantu dalam melakukan sebagian
 Observasi
aktifitas yang berat.
dilanjutkan

S : Klien tampak
mengerti tentang
dibantunya dalam
melakukan
aktifitas yang
berat.
 Klien tampak
mengerti
 Masalah teratasi
 Intervensi
dihentikan
4. Hipertermi berhubungan  Memberikan kompres hangat Klien mengatakan
dengan reaksi inflamasi pada daerah aksila tidak merasa
panas lagi dan
 Anjurkan klien banyak tidak menggigil
minum air putih  Klien tampak
segar
 Kolaborasi dalam pemberian Masalah teratasi
obat antipiretik dan  Intervensi
antibiotik dihentikan

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu yang disebabkan oleh batu
empedu, yaitu pada duktus sisiskus yang menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan
aliran darah dan limfe.
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding
kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan panas badan. Dikenal dua
klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker,2011).
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Kolesistitis adalah radang
kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu
kolesistitis akut serta kronik. (Dr. Suparyanto, M.Kes 2009).

Anda mungkin juga menyukai