Lapsus Diare PKM Wani (FIX)
Lapsus Diare PKM Wani (FIX)
Disusun Oleh :
Raisha Triasari
N 111 17 136
Pembimbing :
dr. Sumarni, M. Kes, Sp. GK
dr. Nur Indriyani
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dengan malnutrisi. Diare menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak diberbagai Negara berkembang. Diperkirakan lebih dari 1
milyar kasus diare di dunia dengan 4-5 juta kasus kematian. Dampak yang
ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi, hipokalemi, hipokalsem, hiponatremi,
syok hipovolemik, asidosis bahkan kematian. Terjadinya kehilangan cairan
tubuh atau dehidrasi dalam jumlah besar dapat mengganggu proses
metabolisme. Dehidrasi merupakan masalah gawat dalam diare, pemberian
cairan paling penting bila terjadi kasus dehidrasi, keterlambatan dalam
pemberian pertolongan dapat mengakibatkan 50 – 60 % klien meninggal.4.1
Kondisi lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor meningkatnya
kejadian diare karena status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang besar karena dapat
menyebabkan mewabahnya penyakit diare dan mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat.4.2
Penyebab diare bersifat multifaktorial, disamping adanya agen penyebab,
unsur kerentanan dan perilaku hospes serta faktor lingkungan berpengaruh, oleh
karenanya program pencegahan dan pemberantasan diare diarahkan untuk
memperkuat daya tahan tubuh hospes, mengubah lingkungan dan perilaku ke
arah yang kondusif untuk kesehatan. 5
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan
anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit cacingan dan diare
pada anak. Oleh karena itu pendidikan yang cukup harus ditunjukan untuk
bagaimana cara membuat lingkungan yang baik dan layak untuk tumbuh
kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi anak untuk bagaimana
cara mengeksplorasi lingkungan.6
3
Diare melanjut dapat menyebabkan malnutrisi, defisiensi mikronutrien,
meningkatkan risiko morbiditas, dan mortalitas penyakit lain terkait diare serta
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan.7
Dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat diare, upaya
rehidrasi oral telah digunakan secara luas di Indonesia. Disamping upaya
tersebut, terdapat strategi lain yang digunakan untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas yaitu suplementasi mikronutrien, menurunkan kerentanan
pejamu terhadap infeksi, dan meningkatkan kemampuan regenerasi usus.8
Menurut data UPTD Puskesmas Wani angka kejadian diarepada tahun
2016 sebanyak 274 kasus atau 34,9%. Penyakit Diare merupakan salah satu
penyakit yang berpotensi untuk terjadinya kejadiaan luar biasa (KLB) dan
kasus ini masih menduduki urutan ke-5 dari 10 pola terbesar penyakit di UPTD
Puskesmas Wani.9
4
Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti
(cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat
dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare dan berbagai upaya telah
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare, seperti penyuluhan tentang
diare dan PHBS. Upaya ini dapat menurunkan kejadian diare disetiap tahunnya,
namun belum dapat menekan kejadian diare secara optimal.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit diare dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Wani.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Desa Wombo Kalonggo
Tanggal Pemeriksaan 14 November 2017
Nama : Ny. I
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Desa Wombo Kalonggo
6
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
BAB cair sebanyak 5 kali
Riwayat kehamilan:
Antenatal : Ibu pasien sering memeriksakan kehamilannya pada pelayanan
kesehatan (bidan).
Natal : Pasien lahir normal dan dibantu oleh bidan. Usia kehamilan
cukup bulan.
Postnatal : Tidak ada kelainan.
7
Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan
.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Ibu pasien tidak mengetahui apakah anak-anak tetangga ada yang
mengalami buang air besar cair atau tidak. Pasien sering bermain di luar
rumah bersama anak-anak tetangga.
Pasien makan 3 kali sehari dengan sayur atau lauk yang beraneka ragam
namun juga suka diberikan jajanan sekitar.
Pasien belum mampu mencuci tangan sendiri.
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kakaknya.
Untuk air minum, air untuk mandi, dan air untuk mencuci pakaian, pasien
mendapatkan dari air PDAM. Ibu pasien mengaku ia memasak air untuk
keperluan konsumsi rumah tangga menggunakan tungku kayu.
Rumah pasien berada di dalam lorong, terdiri dari 3 kamar tidur, ruang
tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi, dan teras. Ruang tamu, ruang
keluarga, kamar tidur, dan dapur memiliki pencahayaan dan ventilasi udara
yang cukup. Bagian teras, kamar mandi dan dinding bagian depan rumah
berlantai tehel. Sedangkan bagian ruang tamu, ruang keluarga, kamar dan
dapur masih berlantai semen Kamar mandi terletak berdekatan dengan
dapur. Ventilasi udara rumah pasien cukup.
Didalam rumah tidak terdapat hewan peliharaan .
8
Tempat pembuangan sampah terdapat di depan halaman rumah pasien dan
tidak memiliki tempat sampah yang khusus. Kemudian sampah yang
terkumpul di bakar.
Di depan rumah pasien terdapat tempat mengalir mata air yang digunakan
warga sekitar untuk seperti mencuci baju, dll dan kadang terdapat hewan
ternak seperti sapi dan kambing yang berkeliaran di sekitar rumah. Dan
juga kotoran sapi dan kambing tersebar disekitar lingkungan rumah.
Tanda Vital
9
Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan meningkat
Perkusi : tympani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Turgor : Turgor kembali segera
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
Diagnosis Banding
Diare akut et causa Rotavirus
Diare akut et causa salmonella
10
Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan feses
Terapi
Medikamentosa :
Zink 20 mg (1 tablet) per hari
Oralit diberi 200 ml setiap kali BAB Cair
Paracetamol syrup 3x1
Non medikamentosa :
Menganjurkan ibu melakukan kompres hangat bila anak demam.
Menganjurkan ibu utuk memberi minum air matang atau susu yang biasa di
minum atau makanan yang mengandung air seperti kuah sayur.
Mengedukasi ibu tata cara pemberian oralit dan zink serta mengingatkan
kembali untuk menghabiskan konsumsi zink selama 10 hari walaupun BAB
sudah tidak cair.
Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu.
Nasihati ibu untuk membawa anak di Puskesmas Wani kembali apabila tidak
membaik dalam 3 hari.
Istirahat yang cukup.
11
2.4 Analisis Kasus
Pasien merupakan anak yang aktif, sering bermain di lingkungan luar rumah,
pasien sering bermain dan kontak dengan tanah dan setelahnya jarang mencuci
tangan. Pasien juga belum pernah di ajari cara mencuci tangan yang baik.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
kebersihan, 2) pisahkan bahan makanan matang dan mentah, 3) masak
makanan hingga matang, 4) simpan makanan pada suhu aman, 5) gunakan air
bersih dan bahan makanan yang baik.
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu pasien habis
mengonsumsi makanan jajanan dan kebiasaan main di lingkungan luar rumah
dan tidak mencuci tangan setelahnya.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan Diare yaitu kadang
terdapat hewan ternak seperti sapi dan kambing yang berkeliaran di sekitar
rumah. Dan juga kotoran sapi dan kambing tersebar disekitar lingkungan rumah
dan kondisi rumah yang tidak sehat dimana pembuangan sampah terdapat di
depan rumah pasien dan tidak mempunyai tempat yang khusus, serta biasanya
pasien masih mandi di kuala apabila air dari PDAM tidak mengalir.
14
b. Dinding
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara
Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan
ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
Rumah pasien memiliki sirkulasi yang kurang, beberapa ruangan
tidak tertata rapi, dapur tidak dilengkapi saran pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
Rumah pasien sudah memiliki akses untuk pencahayaan alam yang
cukup, dimana terdapat beberapa jendela yang selalu dibuka sehingga
pencahayaan ke dalam rumah cukup.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
15
Kualitas udara dirumah pasien dapat dikatakan cukup dinilai dari
pertukaran udara yang sudah baik karena ruangan tidak pengap, dan
langsung terpapar sinar cahaya matahari.
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
Dirumah pasien dapat dikatakan cukup dimana terdapat jendela di
tiap sudut ruangan.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
Rumah pasien tidak terdapat hewan ternak.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dirumah pasien menggunakan air PDAM dan menggunakan air
masak untuk kebutuhan air minum sehari-hari.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dengan
menggunakan penutup makanan yang terbuat dari plastik.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah umum ±10 meter, dan
keluarga pasien selalu membuang limbah di lokasi pembuangan
sampah yang kemudian di bakar.
16
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 3 kamar dengan masing-
masing ukuran 4x4 m2, berisi 1 tempat tidur. Kebersihan kamar tidur
dirumah pasien dapat dikatakan kurang karena pakaian tidak tertata
rapi.
Menurut Penilaian Rumah Tangga Sehat yang terdiri dari 7 indikator PHBS dan 3
indikator GHS keluarga pasien tidak memenuhi rumah tangga sehat. 10
Adapun 7 indikator PHBS yang dinilai adalah:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Bayi diberi asi eksklusif
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
4. Ketersediaan air bersih
5. Ketersediaan Jamban Sehat
6. Kesesuaian Luas lantai dengan jumlah penghuni
7. Lantai Rumah bukan tanah
17
terkait diagnosa penyakit pasien, melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
diagnosa, apotik sebagai penyedia obat yang sesuai dengan diagnosa, juga
pelayanan UGD jika ditemukan kondisi buruk terkait komplikasi diare seperti
dehidrasi dan lain sebagainya, perlunya juga ditingkatan mengenai pelayanan
kesehatan lingkungan yang sangat berperan penting dalam mengendalikan
masalah diare di lingkungan kerja Puskesmas Wani.
Pada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas Wani, terdapat 1 orang
pemegang program diare dan berkoordinasi dengan pemegang program
kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan. Selain itu, tersedianya sarana
rehidrasi yang juga dikenal sebagai pojok oralit dan terdapat media untuk
penyuluhan tentang penyakit diare. Adapun kendala dalam penanganan diare di
puskesmas ini yaitu tidak ada fasilitas pemeriksaan feses untuk mengetahui
penyebab diare.
Data yang diperoleh dari kasus diare dari tahun 2014 terdapat 254 kasus
dan mengalami peningkatan ke tahun 2015 sebanyak 266 kasus. dari tahun 2015
ke tahun 2016 juga mengalami peningkatan yaitu sebanyak 274 kasus. Hal ini
mencerminkan bahwa masih kurang kebersihan lingkungan, kebersihan diri dan
makanan serta mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi tinggi, juga upaya-
upaya preventif lainnya berpengaruh besar terhadap terjadinya kasus Diare.
Peningkatan pada kasus diare dikarenakan faktor perilaku dari setiap masyarakat
yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Contohnya sampah
yang tidak dibuang pada tempatnya sehingga menumpuk dan membusuk salah
satu faktor yang mempengaruhi pada kasus diare. Selain itu terdapat curah hujan
yang mengakibatkan air menjadi tergenang dan terdapat banyak sampah yang
tidak dibersihkan. Ditambah lagi halaman disekitar rumah kurang dibersihkan.
Untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Wani untuk mencegah terjadinya
diare pada anak cukup baik. Petugas puskesmas sering mengadakan penyuluhan
mengenai PHBS dan juga diare. Namun insidensi yang masih terbilang cukup
banyak dengan masuknya diare ke dalam urutan ke 5 dari 10 penyakit terbanyak
18
di Puskesmas Wani masih perlu perhatian khusus. Perlunya ditingkatkan
mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang sangat berperan penting dalam
mengendalikan masalah diare di wilayah kerja Puskesmas Wani. Upaya yang
diperlukan bisa dengan melakukan pelayanan konseling, inspeksi faktor risiko
lingkungan serta intervensi lingkungan baik secara pembinaan maupun secara
pemenuhan kebutuhan dasar lingkungan fisik pasien yang bersangkutan
Apotik
19
Periksa : turgor Kembali cepat kembali lambat kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 2 tanda atau Bila ada 2 tanda
lebih tanda lain atau lebih tanda
lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Dari hasil pemeriksaan dapat ditegakan diagnosis diare tanpa dehidrasi. Untuk
penatalaksanaan diare tanpa dehidrasi pada anak ini, diberikan terapi A menurut
WHO dan Departemen Kesehatan RI, yaitu :
20
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri tablet Zink selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan
4. Beritahu ibu kapan kembali
1. Beri cairan interavena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat (atau
jika tak tersedia, gunakan cairan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
21
Umur Pemberian Pertama Pemberian selanjutnya
70 ml/kgBB selama : 70 ml/kgBB selama :
Bayi 1 jam 5 jam
(di bawah 12 bulan)
Anak 30 menit 2 ½ jam
(1 sampai 5 tahun)
2. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.
3. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya
sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.
4. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
Dehidrasi dan pilih Rencana Terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan.
Pada kasus ini, faktor yang berperan dalam penularan diare ialah faktor perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk
waspada dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir resiko
tertular diare serta untuk pelayanan kesehatan agar lebih meningkatkan koordinasi
antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan terutama dalam
melakukan sosialisasi berupa penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan
dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
22
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah diare masih menempati
posisi ke lima dari 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Wani. Diare merupakan
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI ekslusif, imunisasi lengkap,
penerapan gaya hidup sehat, mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat,
serta menjaga kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian penyakit diare pada
kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, salah satunya
pentingnya mencuci tangan dengan sabun.
Pendidikan kesehatan. Dalam hal ini perlu untuk memberikan promosi
kesehatan tentang makanan sehat dan cukup, bagaimana menjaga higinitas
dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan tentang diare di
tingkat masyarakat dan sekolah-sekolah di wilayah Puskesmas Wani.
23
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Pembuangan tinja di tempat yang aman, terutama yang berasal dari
penderita diare, baik penderita bayi, anak ataupun dewasa.
Cuci tangan setelah buang air besar, setelah membersihkan kotoran
bayi dan anak, sebelum makan, menyuapi atau menyiapkan makanan.
Menjaga agar air minum terbebas dari pencemaran, baik di rumah
maupun di sumbernya.
Memastikan kebersihan tempat penyimpanan makanan sehingga tidak
dihinggapi serangga ataupun tercemari oleh debu.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
8. Pramitasari, A.I., Bakri, A & Pardede, N. 2012. Pengaruh Pemberian Vitamin A
terhadap Kadar Vitamin A dalam Darah dan Lama Diare pada Pasien Diare Akut
di Bagian Anak RS Muh. Hoesein Palembang. Sari Pediatri, Vol 3, No.2. Bagian
IKA FK-UNSRI/RS Moh. Hoesein : Palembang.
9. Anonim, 2016. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaen Donggala UPT
Puskesmas Wani Tahun 2016.
10. Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan, 2015. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Rumah Tangga, Bakti Husada, Jakarta.
26
LAMPIRAN
Dokumentasi Foto
Gambar 1. Foto bersama pasien dan ibunya serta pemeggang program promosi
kesehatan.
27
Gambar 3. Dapur, Kamar mandi, dan tempat mencuci piring dan baju.
Gambar 4. Tempat pembuangan sampah yang berada di depan rumah dan tampakan
depan rumah pasien.
28