Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

1, Maret 2016

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA


PASIEN DI UNIT PERAWATAN KRITIS

Dwi Retnaningsih1), Elisabeth Etikasari2)


1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang
2 RSUD Salatiga

email: dwiretnaningsih81@yahoo.co.id

ABSTRACT
Anxiety will be more clearly observed among patients and families in the Critical Care Unit.
Nurses can provide understanding and therapeutic approach to patients and their familia are
realized with the implementation of effective communication between nurses with patients
and their families throughtherapeutic communication. This study is to know the therapeutic
nurse communication relationships with family anxiety levels of patients undergoing
treatment at the Salatiga Hospital Critical Care Unit. A descriptive study design was
conducted to investigate 24 samples. Spearman Rank test was administered to examine the
correlation between nurse therapeutic communication and family’s anxiety. Results revealed
that mostly nurse performed a good therapeutic , while patient’s family suffered from mid
(66.7%) to severe 4.2% anxiety. There was no significant relationship between therapeutic
communication and famili’s anxiety ((r= - 0,213; p:0.319). We suggested nurses to improve
the quality of nursing services in particular on the attitudes and skills in communicating that
nurses do.
Keywords: nurse comunication, anxiety, family, critical care

ABSTRAK
Kecemasan lebih jelas terlihat pada pasien-pasien dan keluarga yang di rawat di unik
prawata kritis. Perawat dapat menyediakan diri memahami dan melakukan pendekatan
komunikasi terapeutik dan komunikasi efektif. Penelitian ini untuk menguji hubungan antara
komunikasi terapeutik oleh perawat dan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di
ruang perawata kritis di RSUD Salatiga. Penelitian deskriptif dilaksanakan untuk
mengobservasi 24 sample. Uji Spearman Rank dilakukan untuk uji hubungan antara kedua
variabel. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan perawat sudah melakukan komuniikasi
terapeutik dengan baik (0.75), sedangkan keluarga pasien kebanyangan mengalami
kecemasan sedang (66.7%) sampai dengan berat (4.2%). Tidak terdapat korelasi bermakna
antara komunkasi terapeutik perawat dan kecemasan keluarga (r= - 0,213; p:0.319).
Disarankan perawat untuk meningkatkan kualitas pelayan khususnya sikap dan
kemampuan dalam berkomunikasi dalam melakukan tingkan keperawatan
Kata kunci: komunikasi terapeutik, kecemasan, perawatan kritis, keluarga

35
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

PENDAHULUAN Harian Umum Suara Merdeka tanggal 18


Juni 2001, mengatakan bahwa salah satu
Dalam praktek keperawatan profesional
permasalahan terhadap pelayanan
perawat memegang tanggung jawab yang
kesehatan adalah komunikasi yang
sangat besar, dimana perawat dituntut
kurang baik antara tenaga kesehatan dan
untuk melaksanakan perannya selama 24
pasien.
jam berada di samping pasien dan
keluarganya. Pasien bersama Ketrampilan berkomunikasi
keluarganya yang masuk rumah sakit bukan merupakan kemampuan yang kita
(MRS) akan mengalami perasaan cemas bawa sejak lahir dan juga tidak akan
atau yang sering disebut ansietas. muncul secara tiba – tiba saat kita
Perasaan cemas atau ansietas ini akan memerlukannya. Ketrampilan tersebut
lebih jelas ditemukan pada pasien dan harus dipelajari dan dilatih secara terus
keluarga yang MRS dalam Critical Care menerus melalui kemampuan belajar
Unit. Penelitian menunjukkan bahwa mandiri, penyegaran dan pelatihan
keluarga akan mengalami ansietas dan terutama berhubungan dengan upaya
disorganisasi perasaan ketika anggota untuk mendapatkan pengetahuan, sikap
keluarganya MRS dengan penyakit kritis dan ketrampilan yang diperlukan
atau terminal, ini disebabkan mereka (Sullivan, et all, 1995 dalam Tomey,
tidak mampu untuk membangun 2006). Selain itu, faktor-faktor
dukungan bagi klien dan mereka sering penghambat komunikasi merupakan
terlihat kesulitan bekerja sama dengan faktor yang dapat mengganggu atau
perawat. Perasaan frustasi dan sama sekali bisa membuat perawat tidak
permusuhan dengan staf perawatan pada mampu berkomunikasi secara terapeutik.
prinsipnya akan selalu berada bersama Solusi–solusi ini dapat dijadikan pilihan
pasien dan keluarganya selama 24 jam. karena bertujuan membantu tenaga
Hal ini menimbulkan kebingungan dan kesehatan profesional (termasuk
meningkatkan stress dan kemarahan perawat) memperbaiki penampilan kerja
dalam diri keluarga terhadap staf perawat guna memberikan pelayanan
(Stuart, 2009). keperawatan yang berkualitas.
Sebenarnya hal demikian tidak Pada umumnya pasien yang
akan terjadi apabila sejak dari pertama datang di unit perawatan kritis ini adalah
kali pasien MRS, perawat mampu dalam keadaan mendadak dan tidak
memberikan pengertian dan pendekatan direncanakan, hal ini yang menyebabkan
yang terapeutik kepada pasien dan keluarga dari pasien datang dengan
keluarganya yang diwujudkan dengan wajah yang sarat dengan bermacam-
pelaksanaan komunikasi yang efektif macam stressor yaitu ketakutan akan
antara perawat dengan pasien dan kematian, ketidakpastian hasil,
keluarganya melalui komunikasi perubahan pola, kekhawatiran akan biaya
terapeutik. Namun demikian dari perawatan, situasi dan keputusan antara
beberapa hasil penelitian diketahui bahwa hidup dan mati, ketidakberdayaan untuk
komunikasi terapeutik perawat masih tetap atau selalu berada disamping orang
kurang baik (Smet, 2004; Saelan, 2008). yang disayangi sehubungan dengan
Bahkan Dr. Makmur Sentosa di RSU peraturan kunjungan yang ketat, tidak
Kardinah pada seminar PPNI yang dimuat terbiasa dengan perlengkapan atau

36
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

lingkungan di unit perawatan kritis, Sakit Umum Daerah Kota Salatiga di


personel atau staf di ruang perawatan, Ruang ICU. Instrumen dalam penelitian
dan rutinitas ruangan (Perry & Potter, ini berupa lembar kuesioner yang terdiri
2005). atas 3 (tiga) bagian yaitu Bagian 1
digunakan untuk menggali data biografi
Dari hasil pengamatan penulis
sampel penelitian mencakup umur, jenis
selama di Rumah Sakit Umum Daerah
kelamin, status hubungan dengan pasien,
Kota Salatiga, terdapat kecenderungan
dan tingkat pendidikan; Bagian 2
yang terjadi yaitu nampak pada hubungan
digunakan untuk menggali tentang
interpersonal perawat dengan pasien dan
kemampuan komunikasi pasien
keluarganya ditunjukkan dengan
berdasarkan persepsi sampel penelitian;
komunikasi antara perawat tidak
dan Bagian 3 digunakan untuk mengukur
terapeutik saat berinteraksi dengan
tingkat kecemasan sampel penelitian
pasien dan keluarganya, ada beberapa
menggunakan kuesioner baku dari
keluhan pasien dan keluarganya terhadap
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS),
pelayanan yang diberikan yang
sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas
seharusnya bisa diatasi dengan
dan reliabilitas.
komunikasi terapeutik dari perawat. Hasil
dari kotak saran di Ruang ICU selama
tahun 2010, didapatkan bahwa terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
tingkat kepuasan terhadap pelayanan di
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Ruang ICU yaitu tingkat kepuasan
kategori baik sejumlah 49,25%, kategori Penelitian dilakukan di RSUD Kota
cukup sebanyak 48,51% dan 2, 24% Salatiga yang beralamat di Jl Osamaliki
dalam kategori tidak puas. Berdasarkan 19, Kota Salatiga. Berdiri sejak 1978 yang
hasil pengamatan dan fenomena merupakan RS tipe D, dan sejak tahun
tersebut, maka penulis tertarik untuk 2008 menjadi Badan Lembaga Usaha
meneliti hubungan komunikasi yang Daerah Kota Salatiga. Berdiri diatas tanah
dilakukan perawat terhadap penurunan milik Pemerintah Kota Salatiga seluas ±
tingkat kecemasan keluarga pasien yang 33.600 m2. Jumlah tempat tidur pada
menjalani perawatan di Unit Perawatan tahun 2008 sebanyak 212 buah. RSUD
Kritis RSUD Kota Salatiga. Kota Salatiga terletak di tengah Kota
Salatiga, berada di jalan arteri primer
METODE PENELITIAN Semarang - Solo, berjarak ± 47 KM dari
Jenis penelitian ini adalah penelitian Semarang, ± 53 KM dari Solo, dan 100
deskriptif korelasi, yaitu penelitian yang KM dari Yogyakarta.
dilakukan untuk menggambarkan
Di ICU RSUD Kota Salatiga
variabel-variabel penelitian dan jumlah tempat tidur ada 4 buah dengan
menganalisis hubungan antara variabel monitoring bedside. Dengan kepala
bebas (komunikasi perawat) dengan instalasi dokter spesialis anestesi, dokter
variabel terikat (tingkat kecemasan
jaga ICU ada 7 orang dan perawat terlatih
keluarga pasien). Rancangan penelitian 13 orang yang terdiri (1 kepala bangsal, 1
yang digunakan adalah cross sectional wakil kepala dan 11 perawat pelaksana) .
(belah lintang), dimana peneliti mengukur Standar pelayanan ICU adalah
data komunikasi perawat dan kecemasan
pemberian pelayanan resusitasi jantung
keluarga pasien pada waktu sesaat atau paru, pengelolaan jalan nafas, terapi
sama. Penelitian dilakukan di Rumah

37
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Tabel 1 Karakteristik Responden Karakteristik Responden


(N=24) Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan
bahwa dari 24 responden penelitian,
Karakteristik n (%) sebagian besar berusia 31 – 40 tahun
Usia (45.8%). Sebagian besar responden
20-30 tahun 3 (12,5) penelitian berjenis kelamin laki-laki
31-40 tahun 11 (45,8) (58.3%). Sebagian besar responden
41-50 Tahun 8 (33,3) berpendidikan dasar (45,8%) dan paling
51-60 Tahun 2 (8,3) sedikit tidak sekolah (8,3%). Sebagaian
Jenis Kelamin besar responden bekerja sebagai swasta
Laki-laki 14 (58,3) (58.3%) dan paling sedikit sebagai
Perempuan 10 (41,7) pensiunan (4,2%). sebagian besar
Pendidikan responden Berdasarkan hubungan
Tidak 2 (8,3)
Sekolah(Tidak keluarga hubungan dengan anak (33,3%)
tamat) dan paling sedikit hubungan istri (4,2%).
Pendidikan 11 (45,8) Komunikasi terapeutik perawat dan
Dasar Kecemasan Keluarga
Pendidikan 6 (25,0)
Menengah Tabel 2. Komampuan Komunikasi
Pendidikan 5 (20,8) Terapeutik Perawat dan Kecemasan
Tinggi Pasien
Pekerjaan
Tidak bekerja 4 (16,7)
Swasta 14 (58,3) Variabel n (%)
Wiraswasta 1 (4,2) Kemampuan
PNS/ABRI 4 (16,7) Komunikasi Perawat
Pensiunan 1 (4,2) Sedang / cukup 6 (25,0)
Hubungan Baik 18 (75,0)
Keluarga Tingkat Kecemasan
Anak 8 (33,3) Keluarga
Istri 1 (4,2) Tidak cemas 4 (16,7)
Suami 2 (8,3) Ringan 16 (66,7)
Ibu 5 (20,8) Sedang 3 (12,5)
Saudara 4 (16,7) Berat 1 (4,2)
Kandung
Saudara dekat 4 (16,7)
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
oksigen, monitoring EKG dan pulse besar responden menyatakan bahwa
oksimetri, pemberian nutrisi enteral dan komunikasi terapetik yang dilakukan
nutrisi panenteral, pemeriksaan perawat termasuk kategori baik yaitu
laboratorium khusus dan cepat, terapi sebesar 75%. Dari 24 responden
secara tetrasi, fisioterapi dada, tehnik penelitian, sebagian besar mengalami
khusus sesuai kondisi pasien, tunjangan kecemasan ringan (66.7%) dan terdapat
fungsi vital dengan alat portable selama 4.2% mengalami kecemasan berat.
transportasi. Berdasarkan kriteria sampel
dan persyaratan dalam pemilihan sampel
didapatkan sebanyak 24 responden.

38
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Tabel 3 Tabel Silang Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga

Kecemasan
Tidak Total
Kemampuan Ringan Sedang Berat
cemas
Komunikasi f % f % f % f % f %
Baik 4 22,2 14 77,8 0 0,0 0 0,0 18 100,0
Cukup 0 0,0 2 33,3 3 50,0 1 16,7 6 100,0
Jumlah 4 16,7 16 66,7 3 12,5 1 4,2 24 100,0
p= 0.319

Hubungan Komunikasi Terapeutik PEMBAHASAN


perawat dan Tingkat Kecemasan Komunikasi Terapeutik Perawat
Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Berdasarkan Tabel 3, enam responden bahwa sebagian besar responden
yang mendapatkan komunikasi terapetik menyatakan bahwa komunikasi terapetik
dari perawat dengan kategori sedang yang dilakukan perawat termasuk
sebagian besar mengalami kecemasan kategori baik yaitu sebesar 75%.
sedang (50%), dan masih terdapat 16.7% Komunikasi yang dilakukan oleh perawat
yang mengalami kecemasan berat. dinilai baik oleh responden karena
Sedangkan dari 18 responden yang reponden sangat membutuhkan informasi
mendapatkan komunikasi terapetik dari yang tepat dan benar tentang kondisi
perawat dengan kategori baik sebagian anggota keluarganya yang dirawat. Untuk
besar mengalami kecemasan ringan, membantu meningkatkan perasaan
bahkan terdapat 22.2% yang tidak pengendalian diri pada klien dan keluarga
mengalami kecemasan, dan tidak ada salah satunya dapat melalui pemberian
yang mengalami kecemasan berat. informasi dan penjelasan (Hudak & Gallo,
Hasil analisis dengan 1997).
menggunakan uji Spearman Rho Faktor karakteristik perawat
diperoleh nilai p sebesar 0.319. memegang peranan penting dalam
Disimpulkan hipotesis nol diterima dan melakukan komunikasi terapeutik. Di
menolak hipotesis alternatif. Dengan
ruang ICU RSUD Kota Salatiga, latar
demikian berarti tidak terdapat hubungan belakang pendidikan perawat terdiri dari
antara komunikasi terapeutik perawat 13 orang D III Keperawatan (100%) data
dengan tingkat kecemasan keluarga dari RSUD Kota Salatiga, demikian juga
pasien yang anggota keluarganya di dengan pengalaman lama kerja rata-rata
rawat di ICU RSUD Kota Salatiga. telah bekerja lebih dari 5 tahun. Pada saat
Dimana arah hubungan yang bersifat pendidikan pernah mendapatkan
negatif (r= - 0,213), yang berarti semakin pelajaran komunikasi terapetik, perawat
tinggi komunikasi perawat semakin yang pernah mengikuti seminar tentang
rendah tingkat kecemasan keluarga komunikasi terapetik. Berdasarkan
pasien yang berada di unit perawatan karakteristik perawat tersebut, peneliti
kritis. meyakini bahwa perawat di ruang ICU
dapat berkomunikasi secara baik.

39
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Berdasarkan hasil penelitian adalah lulusan SD sebanyak 11


menunjukkan bahwa dari 24 responden responden (45,8%) dan paling sedikit PT
penelitian semua perawat dapat sebanyak 5 responden (20,8%)
melakukan komunikasi terapeutik lebik Seseorang dengan pendidikan yang
baik. rendah belum banyak menguasai ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo,2003).
Dari hasil penelitian yang
Sementara seseorang dengan tingkat
dilakukan dimana komunikasi perawat
pendidikan yang tinggi,akan memiliki
didapatkan komunikasi sedang (25%) ini
bermacam-macam pengalaman yang
terjadi dikarenakan perawat kurang
baru yang di dapat dari dunia
melakukan pemberian informasi dan
pendidikannya selain juga pengalaman
penjelasan kepada keluarga pasien
dalam bekerja. Tingkat pendidikan
secara baik, atau saat pemberian
seseorang juga berdampak pada daya
informasi kepada keluarga terlalu
intelektual untuk memecahkan sebuah
tergesa-gesa dikarenakan perawat
persoalan. Ansietas pada klien dan
segera menangani pasien yang
keluarga yang menjalani perawatan di
mengalami kegawatan. Terkadang
unit perawatan kritis terjadi karena
perawat dalam pemberian informasi atau
adanya ancaman ketidakberdayaan
penjelasan kepada keluarga pasien
kehilangan kendali, perasaan kehilangan
dilakukan setelah penanganan pasien
fungsi dan harga diri, kegagalan
yang mengalami kegawatan atau saat
membentuk pertahanan, perasaaan
perawat melakukan tindakan emergency.
terisolasi dan takut mati. Untuk membantu
Pada saat menangani pasien yang
meningkatkan perasaan pengendalian diri
mengalami kegawatan/emergency
pada klien dan keluarga dapat salah
perawat dituntut untuk terampil dan
satunya dapat melalui pemberian
cekatan dalam menangani pasien dan
informasi dan penjelasan (Hudak & Gallo,
diharapkan pasien dapat segera tertolong
1997 : 11). Peneliti dalam membantu
dan tidak terlepas dari jumlah perawat
mengurangi kecemasan keluarga dengan
yang ada saat tindakan emergency
cara melakukan komunikasi verbal yang
pasien dilakukan.
efektif dengan Pemberian informasi dan
Kecemasan Responden penjelasan tentang keadaan pasien saat
Sebagian besar mengalami kecemasan pasien masuk pertama ke unit perawatan
ringan (66.7%) dan terdapat 4.2% kritis, setiap hari Serta saat keluarga
mengalami kecemasan berat. pasien yang menunggui ingin mengetahui
Kecemasan berat yang dialami oleh keadaan pasien saat itu.
anggota keluarga yang menunggui pasien Hubungan antara komunikasi
yang berada di unit perawatan kritis terapeutik perawat dengan tingkat
antara lain pasien tidak boleh ditunggui di kecemasan keluarga
dalam ruangan, kondisi pasien yang
Berdasarkan hasil penelitian
terminal, jam besuk yang hanya sebentar,
menunjukkan bahwa dari 6 responden
melihat anggota keluarga yang
yang mendapatkan komunikasi terapetik
bergelantungan alat medis.
dari perawat dengan kategori sedang
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mengalami kecemasan
didapatkan sebanyak 24 responden sedang (50%), dan masih terdapat 16.7%
berdasarkan pendidikan paling banyak yang mengalami kecemasan berat.

40
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Sedangkan dari 18 responden yang perawatan kritis terjadi karena adanya


mendapatkan komunikasi terapetik dari ancaman ketidak berdayaan kehilangan
perawat dengan kategori baik sebagian kendali, perasaan kehilangan fungsi dan
besar mengalami kecemasan ringan, harga diri, kegagalan membentuk
bahkan terdapat 22.2% yang tidak pertahanan, perasaaan terisolasi dan
mengalami kecemasan, dan tidak ada takut mati. Untuk membantu
yang mengalami kecemasan berat. Hasil meningkatakan perasaan pengendalian
analisis dengan menggunakan uji diri pada klien dan keluarga dapat salah
Spearman Rho diperoleh nilai p sebesar satunya dapat melalui pemberian
0.319. Disimpulkan hipotesis nol diterima informasi dan penjelasan (Hudak & Gallo,
dan menolak hipotesis 1 (alternatif). 1997). Pemberian informasi dan
Dengan demikian berarti tidak terdapat penejelasan ini dapat dilakukan dengan
hubungan antara komunikasi terapeutik baik apabila didukung oleh pelaksanaan
perawat dengan tingkat kecemasan komunikasi verbal perawat yang efektif
keluarga pasien yang anggota yaitu untuk menyampaikan informasi
keluarganya di rawat di ICU RSUD Kota tentang keadaan pasien sesuai dengan
Salatiga. wewenangnya.
Hasil penelitian ini tidak terdapat Berbeda dengan hasil penelitian
hubungan antara komunikasi terapeutik Rachmawati (2006) yang melakukan
dengan kecemasan keluarga, hal ini penelitian tentang hubungan komunikasi
dikarenakan bahwa kecemasan verbal dan non verbal perawat dengan
merupakan setiap perubahan dalam tingkat kecemasan keluarga pada pasien
kehidupan atau peristiwa kehidupan yang yang dirawat di RS Rumkital dr. Ramelan
dapat menimbulkan keadaan stres Surabaya didapatkan hasil ada hubungan
disebut stresor. Stres yang dialami komunikasi perawat dengan tingkat
seseorang dapat menimbulkan kecemasan keluarga dengan nilai p =
kecemasan, atau kecemasan merupakan 0,027 pada derajat kemaknaan < 0,05.
manifestasi langsung dari stres
kehidupan dan sangat erat kaitannya KESIMPULAN
dengan pola hidup (Wibisono, 2000).
Berbagai faktor predisposisi yang dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) pembahasan dapat disimpulkan bahwa
yaitu faktor genetik, faktor organik dan sebagian besar responden menyatakan
faktor psikologi. Pada keluarga pasien bahwa komunikasi terapetik yang
yang anggota keluarganya menjalani dilakukan perawat termasuk kategori baik
perawatan di ruang ICU, faktor (75%). Sebagian besar responden
predisposisi kecemasan yang sangat mengalami kecemasan ringan (66.7%)
berpengaruh adalah terutama dan terdapat 4.2% mengalami
ketidakpastian tentang perkembangan kecemasan berat. Tidak terdapat
kesehatan anggota keluarga yang akan hubungan antara komunikasi terapeutik
dijalani dan keadaan ruang ICU saat perawat dengan tingkat kecemasan
pasien mengalami keadaan yang keluarga pasien yang anggota
kegawatan. keluarganya di rawat di ICU RSUD Kota
Salatiga (p > 0.05).
Ansietas pada klien dan keluarga
yang menjalani perawatan di unit

41
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

KEPUSTAKAAN Hudak, G., & Gallo, B. M. (2001).


Keperawatan kritis pendekatan
holistik. Volume I Edisi VI. Jakarta :
Anderson. (2007). Acceptance of
EGC.
information, Juli 2, 2011. http://www.
Ivey. (2008). The nurse’s role and skill in
Sikunews.com/News/Canada-
critical care. Lippincott Williams &
Nunavik/6863.
Wilkins medscape nurses. Juli 10,
Ann, M, T. (2008). Nursing theory.
2011.
Philadelphia: Wilkin and Williams,
http://www.medscape.com/viewarticl
Lippincott Company,.
es/463185
Ariawan, I.. (1998). Perkiraan besar
Keliat. B.A. (2006). Hubungan terapeutik
sampel penelitian. Jakarta: FKM UI,
perawat – klien. Jakarta: EGC.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
Kariyoso. (2004). Pengantar komunikasi
suatu pendekatan praktek. Jakarta:
bagi siswa perawat. EGC. Jakarta
Penerbit Rineka Cipta.
Leddy. (2008), Tingkat Kecemasan. Juli
Aswar. S. (2000). Skala psikologi.
10, 2011.
Yogayakarta: Penerbit Pustaka
http://leddy.wordpress.com/2009/08/
Pelajar
25/kecemasan.
Atkinson, R.L. et all. (2000). Pengantar
Ley dan Spelman (2002), Critical illness
Psikologi. Alih bahasa Wijaja
as biographical disruption. April 7,
Kusuma. Batam: Interaksara.
2011
Baron, S. (2008). Psikologi kesehatan.
http://www3.interscience.wiley.com/c
Jakarta: Gramedia Widia Sarana
gi_bin/fulltext/119562079/PDFSTAR
Indonesia.
T
Chandra Budiman. (2005). Pengantar
Maramis, A. (2000). Ilmu kesehatan jiwa.
Statistik Kesehatan. Cetakan I.
Jakarta EGC
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mulyana, D. (2000). Ilmu komunikasi
Jakarta.
suatu pengantar. Editor: Muchlis. PT
Craven R dan Himle C. (2000).
Rermaja Rosdakarya. Bandung.
Fundamental of nursing, 3rd edition,
Philadelphia: Lippincott. Notoatmodjo. (2003). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Depkes RI (2004). Pedoman perawatan
Jakarta
psikiatri. Jakarta: Depkes RI,
Nurjannah, I. (2001). Hubungan
Effendi, (2002). Ilmu kesehatan
terapeutik perawat dan klien.
masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Ellis, R.B. & Nowlis, M, E.. (2004).
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Komunikasi interpersonal dalam
UGM..
keperawatan teori dan praktik, Alih
Scott, B. (1990). Ketrampilan
bahasa: Susi Purwoko, Editor :
berkomunikasi. Jakarta: Bina Rupa
Setiawan, Jakarta: EGC.
Aksara.
Furukawa, M.M. (2006). Meeting the
Nursalam & Pariani, S (2000).
needs of the dying patient’s family.
Metodologi riset keperawatan. CV
Journal of Critical Care Nurse 16 (1):
Jakarta: Sagung Seto.
51-57.
Pennock, (2004). Managemen anxiety ini
Hamid, A.Y.S., (2003). Komunikasi
nursing, corelational study. Juli 4,
terapeutik .Jakarta: EGC.
2011.

42
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artic Saelan (2008), Pendekatan komunikasi


les/ PMC 1836829. terapeutik dengan pasien, Skripsi,
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku tidak di terbitkan)
ajar fundamental keperawatan: Smet, (2004), Psikologi kesehatan.
konsep,proses, dan praktek. Edisi 4. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
volume 2, Jakarta: EGC. Indonesia.
Reigel (1999). Factors associated with Smith, S.F. (1996). Clinical Nursing Skill :
critical illness. Asia pasific journal of Basic to Advanced Skill. 4th.ed.
public health. Vol 16. no. 2. Agustus Conecticut: Stanford.
6, 2011. Stuart, G.W., and Sunden, S.J., (1998).
http://aph.sagepub.com/cgi/content/a Buku saku keperawatan jiwa. edisi 3
bstract/16/2/109 (alih bahasa). Jakarta : EGC..
Rosdahl, (2009). Anxiety but not Stuart, G.W. (2009). Principles and
depression is associated with critical Practice of Nursing Psychiatric. 9th
care. Juli 3, 2011. edition. Mosby Year Book. St. Louis
http://www.Psychosomaticmedicine.o Philadelphia.
rg/c/cgi/content/full/61/1/77 Tomey, M. A., (2006). Nursing Theory.
Roy, S.C. (1991). The Roy adaptation Philadelphia: Wilkin adn Williams
model: the definitive statement. New Lippincott Company,.
Jersey: Appleton-Century Townsend. (2008). Diagnosa
Rungapadiachy, (2009), therapeutic keperawatan jiwa, (Terjemahan), ,
communication in nursing, Jakarta: EGC.
http://newforestphysio.com/yahoo_sit Videbeck, S.L., (2008), Buku ajar
e_admin/assets/docs/biographical_di keperawatan jiwa (Terjemahan),
sruption_ass1.339180037.pdf. Jakarta: EGC.
Rusmini. (2005). Penerapan komunikasi
terapeutik oleh perawat, Skripsi, tidak .
di terbitkan).

43

Anda mungkin juga menyukai