Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

(HIPOSPADIA)

OLEH :

NI MADE WERDIANTI PRAWERTI (P07120215068)

NI KETUT CHANDRA FEBRIYANTI (P07120215070)

I DEWA MADE AGIE PRAMANA (P07120215077)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TK. 2B PRODI DIV
2016
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA
A. Pengertian
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yangterletak
disebelah ventral penis dan proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak
pada grandular hingga perineal. (Purnomo, 2000)
B. Tanda dan Gejala
1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2. Pada hipospadia grandular / koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
3. Pada hipospadia peniscronal / perineal anak berkemih dengan jongkok.
4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
6. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk dibagian punggung
penis.
7. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebuh keras dari jaringan sekitar.
8. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
9. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada.
C. Penyebab atau Faktor Predisposisi
Penyebab kelainan ini kemungkinan bermula dari proses kehamilan juga karena
maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang prematur dari sel
interstitial testis. Didalam kehamilan terjadi penyatuan di garis tengah lipatan uretra
tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis. Perkembangan
uretra in utero normalnya dimulai sekitar usia 8 minggu danselesai dalam 15 minggu.
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi
hipospadia dalam 3 bagian :
a. Hipospadia Anterior
Tipe sederhana atau tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe
glandular (hipospadia glanduler) dancoronal (hipospadia koronal). Pada tipe
ini, meatus terletak pada pangkalglans penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak
sempit dapat dilakukan dilatasiatau meatotomi.

b. Hipospadia Medius
Tipe penil atau tipe middel, Tipe middle terdiri dari distal penile, mediana, dan
proksimal penile. Padatipe ini, meatus terletak antara glans penis dan skrotum
(hipospadia penoskrotal). Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu
tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung kebawahatau glans penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini,
diperlukan intervensitindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit dibagian
ventral preposiumtidak ada maka sebaiknya sirkumisi karena sisa kulit yang
ada dapat bergunauntuk tindakan bedah selanjutnya.
c. Hipospadia Posterior
Tipe posterior terdiri dari pene-escrontal, tipe scrotal, dan perineal. Pada
tipeini umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai
denganskrotum befida, meatus uretra terbuka lebar, dan umumnya testis tidak
turun.Hipospadia perineal dapat menunjukkan kemungkinan letak lubang
kencing pada pasien hipospadia.

(Grace dan Borley, 2007)


D.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi.
Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan yang
menyeluruh, termasuk pemeriksaan kromosom.
a. Rongent
b. USG sistem kemih kelamin
c. BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal.
d. Kultur urine (Anak-hipospadia)
F. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur
pembedahan pada hipospadia adalah :
a. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee.
b. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(Uretroplasti).
c. Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksterna (kosmetik)

Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada hipospadia


glanular uretra distal ada yang tidak berbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk
seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap lokal (misalnya prosedur Santanelli,
Flip flap, MAGPI, (meatal advance and glanuloplasty, termasuk preputium
plasty).

G. Pengkajian Keperawatan
Menurut pengkajian pola Gordon :
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam?, Bagaimana awal munculnya ?tiba-
tiba? berangsur-angsur?, Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah
atau tetap sama dengan sebelumnya, Usaha yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan, Kondisi saat dikaji  P Q R S T
b. Riwayat kesehatan lalu :
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami,
Imunisasi Kecelakaan yang pernah dialami, Prosedur operasi dan perawatan
rumah sakit Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ), Pengobatan
dini (konsumsi obat-obatan bebas).
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang, Anggota
keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional,
Buat bagan dengan genogram(Brunner & Suddarth. 2001).
2. Pola Nutrisi / Metabolik
a. Selera makan, Menu makan dalam 24 jam, Frekuensi makan dalam 24 jam,
Makanan yang disukai dan makanan pantangan, Pembatasan pola makanan,
Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ), Ritual sebelum
makan.
b. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum, Kebutuhan
cairan dalam 24 jam.
3. Pola eliminasi
BAB & BAK : Tempat pembuangan, Frekuensi, Kapan, Teratur, Konsistensi,
Kesulitan dan cara menanganinya, Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.


pentingnya latihan/ gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan
berhubungan satu sama lain kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat
kemampuan :

0 : mandiri,

1 : dengan alat bantu,

2 : dibantu orang lain,

3 : dibantu orang dan alat

4 : tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan ROM, riwayat

penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas,


riwayat penyakit paru.
5. Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energy. Jumlah


jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, mengeluh letih

6. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi


pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya
terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya
ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan
kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang,atau benda yang
lain).

Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk


mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan
bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan
penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman, dll.

7. Pola Konsep Diri - persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.


Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide
diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia
akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manusia
juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara
holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit
terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah,
merasa tak berdaya, gugup/ relaks.

8. Pola Peran dan Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota


keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya
rumah, tingkah laku yang passive/ agresif teradap orang lain, masalah keuangan dll.
9. Pola Reproduksi/Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan


seksualitas, dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae
sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genital.

10. Pola Pertahanan Diri (Koping - Toleransi Stres )

Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan


system pendukung, penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit
terhadap tingkat stress.

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.


Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya, berbagi dengan orang
lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan
pantangan dalam agama selama sakit.

H. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomi (aliran urine
sulit diatur)
b. Ansietas berhubungan dengan situasional, tindakan operasi yang akan
dilakukan.
c. Resiko infeksi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik akibat pembedahan.
e. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi penis
(infertilitas).
I. Rencana Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HAIL (NOC) (NIC)
1. Gangguan eliminasi Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan penilaian
urine berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam kemih yang
dengan obstruksi diharapkan pola eliminasi urine komprehensif berfokus
anatomic (aliran urine pasien normal dengan kriteria pada inkontinensia
sulit diatur) hasil: (misalnya, output
1. Kandung kemih kososng urine, pola berkemih,
secara penuh fungsi kognitif, dan
2. Tidak ada residu urine >100- masalah kencing
200 cc praeksisten)
3. Intake cairan dalam rentang 2. Memantau penggunaan
normal obat dengan sifat
4. Bebas dari ISK antikoligernik atau
5. Tidak ada spasme bladder properti alpha agonis
6. Balance cairan seimbang 3. Memonitor efek dari
obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calcium channel
blockers dari
antikoligernik
4. Menyediakan
penghapusan privasi
5. Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10menit)
6. Masukkan kateter
kemih
7. Memantau asupan dan
keluaran
8. Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
9. Membantu dengan
toilet secara berkala
10. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
2. Ansietas Setelah diberikan asuhan Penurunan kecemasan :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Gunakan pendekatan
situasional, tindakan diharapkan tingkat ansietas yang menenangkan
operasi yang akan pasien normal dengan kriteria 2. Nyatakan dengan jelas
dilakukan. hasil: harapan terhadap
1. Klien mampu pelaku pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 4. Pahami prespektif
menunjukkan teknik untuk pasien terhadap situasi
mengontrol cemas stress
3. Vital sign dalam batas 5. Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, dan mengurangi takut
bahasa tubuh dan tingkat 6. Dengarkan dengan
aktivitas menunjukkan penuh
berkurangnya kecemasan perhatianIdentifikasi
tingkat kecemasan
7. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
8. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
9. Instruksi pasien
menggunakan teknik
relaksasi
10. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Terapi Relaksasi :
1. Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat,
batas, dan jenis
relaksasi yang tersedia
2. Menciptakan
lingkungan yang
tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin
3. Ajak pasien untuk
bersantai dan
membiarkan sensasi
terjadi
4. Menunjukkan dan
berlatih teknik relaksasi
dengan pasien
3. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan Kontrol infeksi :
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Bersihkan lingkungan
diharapkan resiko infeksi pasien setelah dipakai pasien
normal dengan kriteria hasil: lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik
gejala infeksi isolasi
2. Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila
penularan penyakit, faktor perlu
yang mempengaruhi 4. Instruksikan pada
penularan serta pengunjung untuk
penatalaksanaannya mencuci tangan saat
3. Menunjukkan kemampuan berkunjung dan setelah
untuk mencegah timbulnya berkunjung
infeksi meninggalkan pasien
4. Jumlah leukosit dalam batas 5. Cuci tangan setiap
normal sebelum dan sesudah
5. Menunjukkan perilaku hidup tindakan keperawatan
sehat 6. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
7. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
8. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
9. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
10. Ajarkan cara
menghindari infeksi
11. Laporkan kecurigaan
infeksi
4. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain Managenement :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
cedera fisik akibat diharapkan pasien tidak nyeri secara
pembedahan. merasakan nyeri dengan kriteria komprehensif termasuk
hasil: lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan teknik presipitasi
nonfarmakologi untuk 2. Gunakan teknik
mengurangi nyeri, mencari komuniasi terapiutik
bantuan) untuk mengetahui
2. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen 3. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan
4. Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang 4. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
5. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, jenis
dan frekuensi
3. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. Berikan analgesiktepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
5. Disfungsi seksual Setelah diberikan asuhan Sexual Counseling :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Membangun hubungan
perubahan struktur diharapkan pola seksual pasien terapiutik, berdasarkan
atau fungsi penis normal dengan kriteria hasil: kepercayaan rasa
(infertilitas). 1. Pemulihan dan penganiayaan hormat
seksual 2. Menyediakan privasi
2. Identitas seksual pribadi dan menjamin
3. Mengetahui masalah kerahasiaan
reproduksi 3. Menginformasikan
4. Kontrol resiko penyakit pasien diawal
menular seksual (PMS) hubungan bahwa
5. Fungsi seksual : integrasi seksualitas adalah
aspek fisik, sosio emosi, bagian penting dari
intelektual ekspresi dan kehidupan dan bahwa
performa seksual penyakit, obat-obatan
6. Menunjukkan pemulihan dari dan stress (atau
penganiayaan : seksual masalah lain / pasien
7. Menunjukkan keinginan mengalami peristiwa)
untuk mendiskusikan sering mengubah
perubahan fungsi seksual fungsi seksual
8. Penggunaan kontrasepsi yang 4. Memberi informasi
efektif tentang fungsi seksual
5. Diskusikan efek dari
situasi penyakit /
kesehatan pada seksual
6. Diskusikan efek obat
pada seksualitas
7. Diskusikan tingkat
pengetahuan pasien
tentang seksualitas
pada umumnya
8. Sertakan pasangan
dalam konseling
seksual
9. Merujuk pasien ke
seorang terapis seks

J. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi
K. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)

L. Referensi
Basuki B, Purnomo. 2000. Dasar-dasar Urologi. Malang : Falkutas Kedokteran
Brawijaya.
Grace, Pierce A., Borley, Neil. 2007. Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heater.2015. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2015-2017.Jakarta:EGC
Lucky, Ade. 2014. Hipospadia. (Online). Available at
https://www.scribd.com/doc/307001906/HIPOSPADIA-pdf. Diunduh pada
6 Oktober 2016.
Moorhead, Sue, dkk. 2016 . Nursing Interventions Clasification (NIC), Singapura:
Elsevier
Moorhead, Sue, dkk. 2016 . Nursing Outcome Clasification (NOC), Singapura:
Elsevier
Mubarak, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Dasar Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC

NANDA International. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H. ., Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2 2016.


Jogjakarta : Medi Action.

Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”.


(Online). Available at https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-
dokumentasi-evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 6 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai