Hipospadia 2
Hipospadia 2
(HIPOSPADIA)
OLEH :
b. Hipospadia Medius
Tipe penil atau tipe middel, Tipe middle terdiri dari distal penile, mediana, dan
proksimal penile. Padatipe ini, meatus terletak antara glans penis dan skrotum
(hipospadia penoskrotal). Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu
tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung kebawahatau glans penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini,
diperlukan intervensitindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit dibagian
ventral preposiumtidak ada maka sebaiknya sirkumisi karena sisa kulit yang
ada dapat bergunauntuk tindakan bedah selanjutnya.
c. Hipospadia Posterior
Tipe posterior terdiri dari pene-escrontal, tipe scrotal, dan perineal. Pada
tipeini umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai
denganskrotum befida, meatus uretra terbuka lebar, dan umumnya testis tidak
turun.Hipospadia perineal dapat menunjukkan kemungkinan letak lubang
kencing pada pasien hipospadia.
G. Pengkajian Keperawatan
Menurut pengkajian pola Gordon :
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam?, Bagaimana awal munculnya ?tiba-
tiba? berangsur-angsur?, Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah
atau tetap sama dengan sebelumnya, Usaha yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan, Kondisi saat dikaji P Q R S T
b. Riwayat kesehatan lalu :
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami,
Imunisasi Kecelakaan yang pernah dialami, Prosedur operasi dan perawatan
rumah sakit Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ), Pengobatan
dini (konsumsi obat-obatan bebas).
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang, Anggota
keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional,
Buat bagan dengan genogram(Brunner & Suddarth. 2001).
2. Pola Nutrisi / Metabolik
a. Selera makan, Menu makan dalam 24 jam, Frekuensi makan dalam 24 jam,
Makanan yang disukai dan makanan pantangan, Pembatasan pola makanan,
Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ), Ritual sebelum
makan.
b. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum, Kebutuhan
cairan dalam 24 jam.
3. Pola eliminasi
BAB & BAK : Tempat pembuangan, Frekuensi, Kapan, Teratur, Konsistensi,
Kesulitan dan cara menanganinya, Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan
0 : mandiri,
H. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomi (aliran urine
sulit diatur)
b. Ansietas berhubungan dengan situasional, tindakan operasi yang akan
dilakukan.
c. Resiko infeksi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik akibat pembedahan.
e. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi penis
(infertilitas).
I. Rencana Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HAIL (NOC) (NIC)
1. Gangguan eliminasi Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan penilaian
urine berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam kemih yang
dengan obstruksi diharapkan pola eliminasi urine komprehensif berfokus
anatomic (aliran urine pasien normal dengan kriteria pada inkontinensia
sulit diatur) hasil: (misalnya, output
1. Kandung kemih kososng urine, pola berkemih,
secara penuh fungsi kognitif, dan
2. Tidak ada residu urine >100- masalah kencing
200 cc praeksisten)
3. Intake cairan dalam rentang 2. Memantau penggunaan
normal obat dengan sifat
4. Bebas dari ISK antikoligernik atau
5. Tidak ada spasme bladder properti alpha agonis
6. Balance cairan seimbang 3. Memonitor efek dari
obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calcium channel
blockers dari
antikoligernik
4. Menyediakan
penghapusan privasi
5. Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10menit)
6. Masukkan kateter
kemih
7. Memantau asupan dan
keluaran
8. Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
9. Membantu dengan
toilet secara berkala
10. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
2. Ansietas Setelah diberikan asuhan Penurunan kecemasan :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Gunakan pendekatan
situasional, tindakan diharapkan tingkat ansietas yang menenangkan
operasi yang akan pasien normal dengan kriteria 2. Nyatakan dengan jelas
dilakukan. hasil: harapan terhadap
1. Klien mampu pelaku pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 4. Pahami prespektif
menunjukkan teknik untuk pasien terhadap situasi
mengontrol cemas stress
3. Vital sign dalam batas 5. Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, dan mengurangi takut
bahasa tubuh dan tingkat 6. Dengarkan dengan
aktivitas menunjukkan penuh
berkurangnya kecemasan perhatianIdentifikasi
tingkat kecemasan
7. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
8. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
9. Instruksi pasien
menggunakan teknik
relaksasi
10. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Terapi Relaksasi :
1. Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat,
batas, dan jenis
relaksasi yang tersedia
2. Menciptakan
lingkungan yang
tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin
3. Ajak pasien untuk
bersantai dan
membiarkan sensasi
terjadi
4. Menunjukkan dan
berlatih teknik relaksasi
dengan pasien
3. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan Kontrol infeksi :
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Bersihkan lingkungan
diharapkan resiko infeksi pasien setelah dipakai pasien
normal dengan kriteria hasil: lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik
gejala infeksi isolasi
2. Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila
penularan penyakit, faktor perlu
yang mempengaruhi 4. Instruksikan pada
penularan serta pengunjung untuk
penatalaksanaannya mencuci tangan saat
3. Menunjukkan kemampuan berkunjung dan setelah
untuk mencegah timbulnya berkunjung
infeksi meninggalkan pasien
4. Jumlah leukosit dalam batas 5. Cuci tangan setiap
normal sebelum dan sesudah
5. Menunjukkan perilaku hidup tindakan keperawatan
sehat 6. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
7. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
8. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
9. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
10. Ajarkan cara
menghindari infeksi
11. Laporkan kecurigaan
infeksi
4. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain Managenement :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
cedera fisik akibat diharapkan pasien tidak nyeri secara
pembedahan. merasakan nyeri dengan kriteria komprehensif termasuk
hasil: lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan teknik presipitasi
nonfarmakologi untuk 2. Gunakan teknik
mengurangi nyeri, mencari komuniasi terapiutik
bantuan) untuk mengetahui
2. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen 3. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan
4. Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang 4. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
5. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, jenis
dan frekuensi
3. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. Berikan analgesiktepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
5. Disfungsi seksual Setelah diberikan asuhan Sexual Counseling :
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Membangun hubungan
perubahan struktur diharapkan pola seksual pasien terapiutik, berdasarkan
atau fungsi penis normal dengan kriteria hasil: kepercayaan rasa
(infertilitas). 1. Pemulihan dan penganiayaan hormat
seksual 2. Menyediakan privasi
2. Identitas seksual pribadi dan menjamin
3. Mengetahui masalah kerahasiaan
reproduksi 3. Menginformasikan
4. Kontrol resiko penyakit pasien diawal
menular seksual (PMS) hubungan bahwa
5. Fungsi seksual : integrasi seksualitas adalah
aspek fisik, sosio emosi, bagian penting dari
intelektual ekspresi dan kehidupan dan bahwa
performa seksual penyakit, obat-obatan
6. Menunjukkan pemulihan dari dan stress (atau
penganiayaan : seksual masalah lain / pasien
7. Menunjukkan keinginan mengalami peristiwa)
untuk mendiskusikan sering mengubah
perubahan fungsi seksual fungsi seksual
8. Penggunaan kontrasepsi yang 4. Memberi informasi
efektif tentang fungsi seksual
5. Diskusikan efek dari
situasi penyakit /
kesehatan pada seksual
6. Diskusikan efek obat
pada seksualitas
7. Diskusikan tingkat
pengetahuan pasien
tentang seksualitas
pada umumnya
8. Sertakan pasangan
dalam konseling
seksual
9. Merujuk pasien ke
seorang terapis seks
J. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi
K. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)
L. Referensi
Basuki B, Purnomo. 2000. Dasar-dasar Urologi. Malang : Falkutas Kedokteran
Brawijaya.
Grace, Pierce A., Borley, Neil. 2007. Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heater.2015. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2015-2017.Jakarta:EGC
Lucky, Ade. 2014. Hipospadia. (Online). Available at
https://www.scribd.com/doc/307001906/HIPOSPADIA-pdf. Diunduh pada
6 Oktober 2016.
Moorhead, Sue, dkk. 2016 . Nursing Interventions Clasification (NIC), Singapura:
Elsevier
Moorhead, Sue, dkk. 2016 . Nursing Outcome Clasification (NOC), Singapura:
Elsevier
Mubarak, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Dasar Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC