BAB I
PENDAHULUAN
sejumlah kawasan produsen mutiara seperti Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi
Utara, NTB, dan NTT. Target ini didasarkan pada potensi produksi mutiara
Indonesia yang mencapai 20 ton per tahun dengan sasaran sentra penghasil
mutiara di kawasan timur Indonesia.
Perdagangan internasional mengharuskan setiap negara memiliki
spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar
yang ada. Penguasaan pasar oleh suatu negara dapat menjadi ukuran kemampuan
bersaing suatu negara untuk komoditi tertentu. Berdasarkan data-data dan
informasi yang telah dipaparkan, sangatlah diperlukan sebuah penelitian
mengenai besar penguasaan pasar yang dimiliki oleh Indonesia di negara tujuan
ekspor. Penguasaan pasar akan menentukan posisi daya saing ekspor mutiara
Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, suatu negara akan sangat
memerlukan suatu informasi yang dapat menunjukkan posisi daya saing suatu
komoditi ekspor tertentu, dan juga dapat mengetahui faktor-faktor apa yang
mungkin memengaruhinya. Untuk itulah penelitian ini disusun agar dapat
memberikan informasi dalam membuat kebijakan mengenai mutiara Indonesia.
Hal ini merupakan sebuah tujuan yang logis mengingat Indonesia memiliki
keunggulan wilayah dengan dua pertiga dari wilayahnya adalah laut. Apabila
dimanfaatkan dengan baik, dan dengan dukungan pemerintah yang semakin
membangun, mutiara dapat menjadi salah satu alternatif pemasukan pendapatan
yang sangat besar bagi negara dikarenakan memiliki nilai ekspor yang tinggi.
Akan tetapi, upaya tersebut masih terkendala daya saing yang rendah
dibandingkan negara produsen lain, mengingat mutiara yang diekspor oleh
Indonesia masih berupa bahan mentah atau dikatakan belum memiliki nilai
tambah. Mutiara yang diekspor oleh Indonesia sebagian besar berupa loose
(butiran). Berdasarkan data dari KKP, Indonesia berada pada posisi kedelapan
pada tahun 2011 sebagai eksportir mutiara dunia apabila diurutkan berdasarkan
nilai ekspornya, meskipun posisi ini meningkat dari tahun sebelumnya dengan
menempati posisi kesembilan. Ini merupakan indikasi bahwa daya saing ekspor
mutiara Indonesia dalam perdagangan internasional masih lemah.
Tabel 1.2 Distribusi Perdagangan Mutiara Indonesia (Ekspor) Tahun 2011
No Negara Nilai (US$)
1 Hongkong 13.668.049
2 Jepang 12.847.193
3 Australia 4.941.953
4 Korea Selatan 271.226
5 India 61.102
6 Jerman 880
TOTAL 31.790.403
Sumber: UN Comtrade, 2011 (diolah)
Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata 98,95 persen ekspor
mutiara Indonesia ditujukan ke negara Hongkong, Jepang, dan Australia. Artinya
negara-negara tersebut menjadi konsumen yang sangat penting bagi industri dan
ekspor mutiara Indonesia. Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki prioritas negara tujuan ekspor mutiara ke negara-negara eksportir
mutiara dunia. Hal ini menjadi sebuah indikator bahwa pangsa pasar mutiara
Indonesia di pasar internasional masih relatif rendah yang berdampak pada daya
saing yang lemah. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih jauh mengenai pangsa pasar
mutiara Indonesia di pasar internasional, khususnya di negara tujuan ekspor
6