Anda di halaman 1dari 19

DIGESTIVUS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. AFIFAH NUR
2. DIAN LESTARI AMALIA
3. IRMA YUNITA
4. NUR AMBAR RINI ILYAS
5. RINI ARIDHA
6. ULFA JUMIATUN

JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2015/2016

1
Kata Pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Sistem Digestivus (Sistem
Pencernaan).

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan mempelajari mengenai Sistem Digestivus.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan semua pihak yang membacanya.

Makassar, Nopember 2015

Kelompok 1

2
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem Digestivus atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam mahluk hidup
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya
bisa sangat jauh berbeda.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3
bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga
lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam
usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.

Pencernakan adalah proses perubahan makanan dari bentuk komplek menjadi bentuk
sederhana atau dari bentuk kasar menjadi halus. Tujuan dari pencernakan adalah agar
makanan mudah untuk diserap (absorpsi). Hasil pencernakan karbohidrat adalah
monosakarida, protein adalah asam amino dan lemak adalah asam lemak.

Pencernakan dibedakan 2 macam:


1. Pencernakan Fisika: yaitu pencernakan yang merupakan makanan dari bentuk besar
menjadi kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk, tidak terjadi perubahan zat (tidak
terbentuk zat yang baru), dilakukan oleh gigi.
2. Pencernakan Kimiawi adalah pencernakan makanan dengan menggunakan enzim,
mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.

PERUBAHAN BENTUK MAKANAN


Karbohidrat (polisakarida) menjadi disakarida kemudian dipecah lagi menjadi
monosakarida (glucose, fructose dan galaktose), Lemak dipecah menjadi asam lemak, Protein
dipecah menjadi polipeptida, kemudian dipecah lagi menjadi asam amino

3
MASTIKASI
Mastikasi adalah proses mengunyah makanan, yang dilakukan oleh gigi menjadi bagian-
bagian yang halus, kemudian dengan bantuan saliva dijadikan satu menjadi bulatan yang
disebut bolus.

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari sistem pencernaan?


2. Apa fungsi sistem pencernaan?
3. Bagaimana gambaran garis besar dari saluran pencernaan?
4. Apa saja organ-organ yang terdapat dalam system pencernaan?
5. Bagaimana mekanisme sistem pencernaan?
6. Apa saja gangguan pada sistem pencernaan?
7. Bagaimana pergerakan usus besar dan refleks defekas?
8. Bagaimana fisologi defekasi?
9. Apa saja produk defekasi?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian dari sistem pencernaan.
2. Mengetahui fungsi sistem pencernaan.
3. Mengetahui gambaran garis besar dari saluran pencernaan.
4. Mengetahui organ-organ yang terdapat dalam sistem pencernaan.
5. Mengetahui mekanisme sistem pencernaan
6. Mengetahui apa saja gangguan pada sistem pencernaan
7. Mengetahui pergerakan usus besar dan refleks defekasi
8. Mengetahui fisologi defekasi
9. Mengetahui produk defekasi
10.Memenuhi tugas mata kuliah fisiologi

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Manfaat dari makalah ini adalah:


1.Bagi mahasiswa, hasil penulisan makalah ini dapat berfungsi sebagai pengetahuan yang
bisa dijadikan pedoman dalam memahami tentang fisiologi pencernaan manusia.
2.Bagi masyarakat, hasil penulisan makalah ini dapat memberi pengetahuan tentang fisiologi
pencernaan manusia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pencernaan

Sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan
sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia.
System pencernaan ini terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular
panjang yang memrentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pancreas.Saluran pencernaan yang terletak
di bawah area diafragma disebut saluran grastrointestinal.Sedangkan pengertian dari fisiologi
pencernaan itu sendiri adalah mempelajari fungsi atau kerja system pencernaan dalam
keadaannormal.

2.2 Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit
bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung
secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan
kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan(menelan).
3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorpsi dapat berlangsung.
5. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh tubuh.
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

2.3 Gambaran Besar Saluran Pencernaan

2.3.1 Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke
arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia.

a. Mukosa (membrane mukosa) tersusun dari tiga lapisan.


1) Epithelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi, dan absorpsi. Di bagian
ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari dari epithelium skuamosa bertingkat
tidak terkeranisasi untuk perlinndungan. Lapisan ini terdiri dari epithelium kolumnar simple
dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
2) Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang menopang epithelium. Lamina ini
mengandung pembuluh darah, limfatik, nodular limfe, dan bebrapa jenis kelenjar.
3) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos
longitudinal luar.

b. Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfatik, beberapa kelenjar submukosal, dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang

5
disebut pleksus meissner (pleksus submukosal). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis
eksterna.

c. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Konstraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan kontraksi
lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen saluran. Konstraksi ini
mengakibatkan gelombang peristalsis yang meenggerakkan isi saluran kea rah depan.
1) Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esophagus attas, serta otot
polos pada saluran selanjutnya.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan ganglion
parasimpatis, terletak diantara lapisan otot sirkular ddalam longitudinal luar.
d. Serosa(adventisia), lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga peritoneum viseral.
Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epithelium
skuamosa simple. Di bawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epithelium skuamosa
dan menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di sekitarna area tersebut
disebut sebagai adventisia.

2.3.2 Peritoneum, mesenterium, dan omentum abdominopelvis adalah membrane erosa terlebar
dalam tubuh.

a.Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.


b.Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh
berbagai lipatan.
c.Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
d.Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang
merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ
abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh
darah limfatik, dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.

 Omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang melekat pada duodenum,
lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti celemek di atas usus.
 Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
 Mesokolon melekatnya kolon ke dinding abdominal belakang.
 Ligamen falsimoris melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan difragma.
e.Organ yang tidak terbungkus peritoneum, tetapi hanya tertutup olehnya disebut
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Yang termasuk retroperitoneal antara lain;
pankreas, duodenum, ginjal, rectum, kandung kemih, dan beberapa organ reproduksi
perempuan.

2.4 Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Pencernaan


Proses pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh dari mulut sampai anus.
Organ-organ tersebut kemudian membentuk system saluran cerna.
1. Mulut dan Esofagus
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi,
dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut

6
terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan
dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi
belakang(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan
bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan
tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan
bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar
makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut. Air liur menghaluskan makanan dan
menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase
liur.Enzim ini menghidrolisiskan kanji menjadimaltosaLidah membuat gumpalan makanan
menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong
makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langit-langit(Laring) menghalangi
makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara
peristaltik.
2. Rongga oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ asesoris
yangberfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) yang terletak di
antara gigi, dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi
di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah dibagian bawah, dan orofaring
di bagian belakang.
3. Faring
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa saluran yang berbentuk kerucut dari bahan membrane berotot (muskulo membranosa)
dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai diketinggian
vertebra servikal keenam, yaitu ketinggin tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung
dengan usofagus. Dalam faring ini terjadi proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan
dari faring menuju esofagus.

7
4. Esofagus (kerongkongan)
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan
dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang
kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltic.

5. Gaster (lambung)
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai, terdiri dari 4 bagian yaitu kardia, fundus, corpus(badan) dan pilorus. Makanan masuk
ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting : lendir, asam klorida (HCl), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

6. Duodenum, jejunum dan ileum


Dari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum
menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk
ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang
penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu
pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang
dihasilkan oleh usus. Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi
sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil
(mikrovili).

8
Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum,
sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah
duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas
penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang
luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui
usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk
melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi
lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik. Pada usus kecil,
menghasilkan enzim:
 Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) amino
 Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa
 Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
 Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa

7. Hepar, Pancreas dan Vesica velea


1) Hepar
Hepar merupakan organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang
mempunyai banyak pembuluh darah kecil-kecil(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke
dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah
dalam 2 cara: bakteri dan partikel asing lain diserap dari usus dan dibuang, berbagai zat gizi
yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Proses
tersebut berlangsung dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh
kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan

9
di hati. Digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan
di dalam kandung empedu.
2) Vesica velea
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya
bergabung membentuk duktus hepatikus communis.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu
(duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung
dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-
garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang
mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan
sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting: membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal
dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu
berperan dalam berbagai proses berikut:
 Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak
untuk membantu proses penyerapan.
 Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan
isinya.
 Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah
merah yang dihancurkan.
 Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.
 Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali
ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam
empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi,
sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri
memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini
diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
3) Pancreas
Terdiri dari 2 jaringan dasar:
 Asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.

10
 Pulau Pankreas, menghasilkan hormon. Pakreas melepaskan enzim pencernaan ke dalm
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
Enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke
dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu
pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum.
Colon (usus besar) terdiri dari: colon asendens (kanan), colon transversum, colon desendens
(kiri), dan colon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Apendiks (usus buntu) merupakan
suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung yangterletak di colon asendens pada perbatasan
colon asendens dengan usus.
Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika
mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya
menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

8.Rectum dan anus.


Rectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu
cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
2.5 Mekanisme Sistem Pencernaan

 Karbohidrat
Sebelum karbohidrat dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka
karbohidrat harus dipecah menjadi persenyawaan yang lebih sederhana (monosakarida)

11
untuk dapat melewati dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah untuk
diedarkan ke seluruh tubuh.
 Absorpsi Karbohidrat dalam Usus Halus
Karbohidrat diserap usus halus dalam bentuk monosakarida. Karbohidrat diserap melalui
mekanisme pompa yang membutuhkan energi (ATP) dan perlu bantuan carrier ion Na
(transporting agent).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat:
1. Hormon insulin yang akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti
juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan , akibatnya akan mempercepat
perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.
2. Tiamin (vit B1), piridoksin, asam panthotenat, hormon tiroksin berperan besar dalam
penyerapan dan metabolisme karbohidrat.

 Protein
Absorbsi protein dalam usus halus sebagan besar protetein diabsorbsi dalam bentuk asam
amino, proses ini terjadi sebagian besar dalam yeyunum. Asam amino (transport aktif)
melewati sel epitel ppaa vili. Asam amino keluar dari sel epitel (difusi). Penyerapan sama
dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan dipeptida dan tripeptida
dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel epitel (difusi)menuju kapiler darah dalam vili.
Asam amino dari kapiler diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatica.
Asam amino dibebaskan oleh hati menuju janung ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

 Lipid Pencernaan.
Sebagian besar pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus. Langkah pertama, proses
pengolahan asam lemak netral (trigliserida) yang terdapat meimpah pada makanan oleh
garam-garam empedu. Garam-garam empadu memecah glubola lemak ke dalam bentuk
droplet-droplet yang berdiameter 1µm. Droplet bercampur dengan garam empedu
membentuk gumpalan yang disebut micelles.
Langkah kedua, enzim yang disekresi oleh getah pankreas yaitu pancreatic lipase
menghidrolisis setiap molekul lemak menjadi asam lemak dan monogliserida yang
merupakan produk akhir pencernaan lemak. Absorpsi LipidsdalamUsus Halus Absorpsi lipids
terutama terjadi dalam jejenum (bagiantengahusushalus).

12
2.6 Gangguan Sistem Digestivus
Banyak faktor penyebab gangguan pada istem pencernaan, antara lain pola makanan yang
salah, infeksi bakteri, atau karena adanya kelainan pada alat pencernaan makanan.Beberapa
gangguan tersebut antara lain sbb.
1) Karies
Terjadi dalam ringga mulut pada gigi yang tidak terawat. Karies terjadi karena adanya
penumpukan sisa makanan pada gigi yngg difermentasikan oleh bakteri menyebabkan lubang
pada gigi.
2) Sariawan
Diawali dengan timbulnya luka kecil dalam rongga mulut. Bil tidak segera disembuhkan,
sariawan dapat mengganggu pencernaan makanan di dalam mulut. Pencegahannya
dilakuakan dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang cukup.
3) Apendisitis
Yaitu terjadi peradangan bagian apendiks ( umbai cacing ) karena infeksi bakteri.
4) Diare
Disebabkan oleh protozoa atau bakteri, sehingga terjadi gangguan penyerapan air di usus
besar. Akibatnya, ampas makanan yang dikeluarkan berwujud cair.
5) Enteritis
Peradangan pada usus halus atau usus atau usus besar karena infeksi oleh bakteri.
6) Konstipasi atau sembelit
Gejalanya sulit buang air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak
7) Ulkus ( radang lambung )
Peradangan pada dinding lambung akibat produksi asam lambung lebih banyak dari jumlah
makanan yang masuk atau karena infeksi oleh bakteri.
8) Parotitis ( gondong )
Peradangan pada kelenjar parotis karena infeksi virus.
9) Kanker lambung
Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, merokok, dan sering
mengkonsumsi makanan berbahan pengawet.
10) Kolitis ( radang usus besar )
Gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi luka atau
pendarahan di usus.

 Pemeriksaan

13
a. Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai 4 tahap pemeriksaan, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.Inspeksi. Pada pemeriksaan ini hanya untuk melihat kulit (warna, lesi, dan
sikatrik), bentuk abdomen (cembung, cekung, rata) dsb.
Palpasi. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk menekuk lutut membentuk sudut 45-60
derajat agar otot abdomen teregang sehingga memudahkan pemeriksaan. Selanjutnya,
dilakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan pemeriksaan asites untuk mengetahui apakah ada
kelainan dan rasa nyeri pada abdomen.
Perkusi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar, lien, dan organ
abdomen lainnya agar dapat mengetahui apakah ada perbesaran organ atau tidak.Auskultasi.
Dalam pemeriksaan ini, kita dapat mendengar bunyi pada abdomen pasien, seperti
normoperistaltik, hipoperistaltik, dan hiperperistaltik.

2.7 Pergerakan Usus Besar dan Refleks Defekasi


Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap
hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus
yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya
selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Kolon mengekstrasi H20
dan garam dari isi lumennya.
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk
feses yang padat dan(2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian
proksimal kolon terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal
berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding
kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan kolon secara normal berlangsung lambat.
Meskipun lambat, pergerakannya masih mempunyai karakteristik yang serupa dengan
pergerakan usus halus dan sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan
mendorong.

1. Gerakan Mencampur – Haustra


Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus halus,
konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini,
kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai
hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga
pita longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita

14
otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang
menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut haustra.
Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan
kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang kontraksi juga bergerak
lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden,
dan karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit
kemudian, timbul kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena
itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti seseorang sedang
mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut secara progresif
diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap hari.
Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan
menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen biasanya bergerak cukup cepat,
sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh
lisozim liur dan HCL lambung, sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh
subur di usus besar. Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada
dilokasi ini.

2. Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa


Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan nyata
motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan
transverse, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat
dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass
movement) ini, mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan
sampai terjadi defekasi.
Sewaktu makanan masuk kelambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama
disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari lambung ke kolon dan
oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang , refleks ini paling jelas setelah makanan
pertama (pagi hari) dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar.
Dengan demikian, makanan baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-
refleks untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih distal dan
member jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus
yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam
rectum yang memicu refleks defekasi.

15
3. Refleks Defekasi
Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi
peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan
memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang
diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan
sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-
sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang
peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus.
Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-
sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan
sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.
Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-lahan
melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan massa berikutnya
mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang kembali meregangkan rektum dan
memicu refleks defekasi. Selama periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi
untuk memastikan tidak terjadi pengeluaran feses.
Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal
bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya
harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang
melibatkan segmen sakral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang,
sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks
kembali kekolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf
parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltic dan juga merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian
mengubah refleks defekasi mienterik instrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu
proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang
jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus.

2.8 Fisiologi Defekasi


Dalam defekasi ada dua refleksyaitu :
1. Refleks defekasi intrinsik
2. Refleks defekasi Parasimpatis

16
1. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk rektum yang kemudian menyebabkanrangsangan
pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerak peristaltik.Setelah feses tiba di anus secara
sistematis spingter interna relaksasi maka terjadi defekasi.
2. Refleks Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsangsaraf rektum yang kemudian diteruskan
kespinal coral, dan dari sini kemudian, ,dan rectum yang menyebabkan
intensifnyaperistaltik.Relaksasi spingter maka terjadilah defekasi.

2.9 Produk Defekasi


 Produk dari defekasi ialah feses
 Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat
 Feses normal berwarna coklat
 Baunya Khas
 Konsistensi : lembek namun berbentuk
 Defekasi disertai dengan pengeluaran gas
 Gas terdiri dari CO2, metana, H2S, O2, N2
Faktor yang mempengaruhi defekasi:
1. Umur
2. Diet
3. Cairan
4. Faktor psikologi
5. Gaya hidup
6. Obat-obatan
7. Prosedur diagnostik
8. Anastesi dan pembedahan
9. Nyeri
10. Iritan
11. Gangguan saraf sensorik dan motorik
12. Posisi saat defekasi
13. Kehamilan

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab 2 makalah ini, maka kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Pengertian dari sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk memproses makanan
sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia.
2. Pengertian dari fisiologi pencernaan itu sendiri adalah mempelajari fungsi atau kerja system
pencernaan dalam keadaan normal.
3. Fungsi utama dari sistem pencernaan ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi.
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
(1) ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut,
(2) pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan
kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan),
(3) peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan,
(4) digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorpsi dapat berlangsung,
(5) absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh tubuh,
(6) egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.
4. Gambaran Besar Saluran Pencernaan adalah terdiri dari :
(1) dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar.
Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia,
(2) Peritoneum, mesenterium, dan omentum abdominopelvis adalah membrane erosa terlebar
dalam tubuh.
5. Organ-organ system pencernaan adalah Rongga Oral, Faring Dan Esofagus, lambung, usus
halus, pancreas, hati, kandung empedu, usus besar, rectum dan anus.

3.2 Saran
Diharapkan kepada para perawat dan pelaku yang bekerja di bidang kesehatan untuk
benar-benar memahami tentanf fisiologi pencernaan pada manusia.Agar nantinya tidak terjadi
kesalahan dalam hal penyimpulan asumsi terhadap yang keluhan pasien yang bermasalah
dengan sistem pencernaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan. (Online).


http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray1045.png. (diakses tanggal 22 Oktober
2013).
 Fisiologi Sistem Pencernaan. (Online).
http://medicastore.com/nutracare/isi_enzym.php. (diakses tanggal 22 Oktober 2013).
 Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia. (Online). http://www.anneahira.com/fisiologi-
sistem-pencernaan-manusia.htm. (diakses tanggal 22 Oktober 2013).
 P. Evelyn , C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum.
 S. Ethel. W. palupi (ed). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran.
 Sherwood, Laura. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Buku EGC
2001:537-087.
 Lee, JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. 6nd Ed. Buku EGC
2008.
 Medicastore. Biologi Sistem Pencernaan. Diunduh dari http://www.medicastore.com,
21 juni 2008.
 Nurman, A. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut. 2000. Diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files_12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128/.pd
f/12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128.html, 21 juni 2008.
 Farid, F. Hepar. November 2007. Diunduh dari
http://fadlyansyah.blogspot.com/2007/11/pendahuluan-hepar-merupakan-
kelenjar.html, 21 juni 2008.
 Medicastore. Pankreatitis akut. Juni 2008. Diunduh dari http://www.medicastore.com,
22 juni 2008.
 Medicastore. Fisiologi Saluran Cerna. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22
juni 2008.
 Medicastore. Beberapa Gangguan Saluran Cerna. Diunduh dari
http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
 Erawati. Nyeri Ulu hati. 2001. Diunduh dari http://www.sinarharapan.com, 22 juni
2008
 Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
 Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai