Master Penilaian Kinerja, Workshop Mutu
Master Penilaian Kinerja, Workshop Mutu
PENDAHULUAN
1
(tiga) tahun sekali. Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya
keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan
harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal
ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat
diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik
rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi
tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk
mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian
kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan
kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan
kesehatannya.
Akreditasi rumah sakit menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit
untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi
risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi
diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang
sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para masyarakat,
mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai sistem akreditasi rumah sakit,
khususnya di RSUD Kabupaten Aceh Besar.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pada minggu kedua stase IKM, kelompok kami mendapat jadwal kegiatan
di RSUD Surakarta selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 5 Oktober sampai tanggal
7Oktober 2015. Hari pertama di RSUD Surakarta, kelompok kami mendapatkan
bimbingan mengenai sistem rujukan di Rumah Sakit. Kelompok kami melakukan
orientasi ke Instalasi Gawat Darurat, Ruang Poliklinik, Front Office (tempat
pendaftaran) dan Ruang Rekam Medik untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan sistem rujukan internal dan eksternal di RSUD Surakarta. Di Instalasi
Gawat Darurat kami mengamati penerimaan pasien rujukan dengan kegawatan,
selain itu kami juga mengamati cara merujuk pasien dari PPK II ke PPK III. Di
tempat pendaftaran kami mengamati sistem penerimaan rujukan, terutama dari
PPK I dan rujukan balik dari PPK III. Di ruang poliklinik kami mengamati sistem
rujukan internal antar poliklinik serta rujukan eksternal baik ke PPK I maupun
PPK III. Di ruang rekam medik kami mengamati sistem filling rekam medik
rumah sakit, cara penomoran rekam medik, sistem penyimpanan serta sistem
pemusnahan data rekam medik. Setelah orientasi kami berdiskusi tentang
kelebihan dan kelemahan sistem rujukan di RSUD Surakarta dengan dokter Niken
Yuliani Untari.
Hari kedua di RSUD Surakarta kami mendapatkan bimbingan mengenai
Rekam Medis oleh Ibu Dewi Setyowati yang membahas Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Bimbingan selanjutnya
tentang Program Pengendalian Infeksi yang berlaku di RSUD Surakarta. Materi
PPI diberikan oleh Bapak Yudi Agung Setiawan.
Hari ketiga di RSUD Surakarta kami mendapatkan 3 bimbingan. Yang
pertama mengenai Keuangan dan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, misalnya JKN dan PKMS. Materi ini disampaikan oleh Ibu Rohmah
Danarti. Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan selanjutnya mengenai
K3 Rumah Sakit yang diberikan oleh Ibu Etiec Nurjanah. Selama proses
3
bimbingan berjalan lancar dan terdapat sesi diskusi untuk tanya jawab mengenai
hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan ketiga mengenai Manajemen dan
Administrasi Rumah Sakit yang berlaku di RSUD Surakarta dan mengenai
Program Penanggulangan Bencana yang berlaku di RSUD Surakarta. Kedua
materi ini diberikan oleh dokter Sigit Hermawan dari bagian Pelayanan Medik
(Yanmed). Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk
tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Selama kegiatan di RSUD
Surakarta dari mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga, kegiatan kami
berjalan dengan lancar.
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit
penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas diintegrasikan
dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit (UU RI No
44, 2009)
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah
sakit menjadi tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan
dasar. Rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa
dengan ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah
dan padat umpatan. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka
tuntutan akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang
ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk
melalui jalur hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan rumah sakit baik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat baik internal maupun eksternal rumah sakit perlu
dilaksanakan.
6
2. Menyusun Renstra Akreditasi RS
3. Menyusun Peraturan Internal KARS
4. Menyusun standar akreditasi
5. Menetapkan status akreditasi RS
6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan
serta pengembangan di bidang akreditasi dan mutu pelayanan RS
7. Mengangkat dan memberhentikan surveior
8. Membina kerjasama dg institusi di dlm maupun di luar
negeriyang berkaitan dg bid akreditasi dan peningkatan mutu
pelayanan RS
9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi
10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasiRS
11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi RS
c) Rencana Program
Mempersiapkan KARS untuk terakreditasi intemasional oleh
ISQUA
Menyusun peraturan internal KARS
1. Kebijakan dan tata laksana akreditasi RS
2. Pengangkatan dan Pemberhentian surveior
3. Tata tertib dan kode etik surveior
4. Diklat surveior
5. Tata cara pencatatan dan pelaporan
Menyusun Renstra KARS
Mempersiapkan dan menjalankan model akreditasi baru
1. Standar akreditasi
2. Tracer metodologi
3. Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
4. Standar pelatihan surveior
5. Pembimbingan RS
Mengejar target akreditasi RS
C. Manfaat Akreditasi
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah
Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan
menjadi lebih efisien.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk
penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien.
4. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak
pasien serta melibatkan merek adalah proses perawatan.
7
5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat
atas pemberian pelayanan kesehatan.
6. Terbentuknya budaya mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien sesuai standar di RS.
7. Sebagai salah satu syarat peningkatan kelas RS.
8. Peningkatan kesejahteraan rumah sakit.
8
Sasaran lV :Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V :Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :Kurangi risiko pasien jatuh
d. Sasaran MDGs
Sasaran I : Penurunan angka kematian bayi dan
Peningkatan kesehatan ibu
Sasaran II : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III : Penurunan angka kesakitan TB (Sutoto,
2012)
NO BAB/POKJA STD EP
(Sutoto, 2012)
9
F. Proses Penilaian Akreditasi
Proses penilaian akreditasi meliputi :
1) Sumber data :
a. Wawancara : Pada pimpinan RS - Pada staf RS - Pada pasien dan
keluarga (minimal 4)
b. Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll
c. Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur
operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan kegiatan, program
kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
2) Cara penilaian :
a. Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang
terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan).
b. Pimpinan RS kemudian mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS.
c. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah
rekam medik terbuka serta survey lapangan.
d. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
e. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi
juga di observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
f. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu
pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat rekomendasi
surveyor.
g. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit.
h. Telusur KPS.
i. Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
j. Wawancara Pimpinan.
k. Exit Conference (Rustiyanto, 2010).
10
3) Hasil penilaian :
Terdapat 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP :
a. Tercapai penuh ( skor 10)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
dipertahankan.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan 1 - 3 bulan terakhir dari masa penilaian
c. Tidak tercapai (skor 0)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
11
Sebuah EP dinilai “tidak dapat diterapkan” jika persyaratan
dari EP tidak dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak
melakukan riset, tidak ada donasi organ).
12
3. Adanya komitmen stake holder (Kemenkes, Pemda,Pemilik RS &
seluruh jajaran di RS) untuk melaksanakan akreditasi.
4. Adanya sikap proaktif dari Dinkes Propinsi untuk pembinaan ke RS
dalam persiapan akreditasi.
5. Pemberdayaan surveior yang ada di daerah untuk efisiensi biaya.
PERPANJANGAN PENINGKATAN
RS PERPANJANGAN
IZIN PENINGKATAN
KELAS
RS IZIN KELAS
IZIN MENDIRIKAN
(2 thn –IZIN MENDIRIKAN
Pemda Prop/Kab/Kota)
(2 thn – Pemda Prop/Kab/Kota) MEMENUHI STANDAR INPUT,
MEMENUHI
PROSES, STANDAR INPUT,
OUTPUT/OUTCOME
PROSES, OUTPUT/OUTCOME
13
memperbaharui pengetahuan terkait akreditasi maka dilakukan rapat koordinasi
tim setelah kegiatan studi banding selesai. Pada minggu ketiga bulan Mei
dilakukan bimbingan Akreditasi selama 2 hari. Agenda bulan Agustus sampai
dengan September yaitu workshop patient safety dan PPI. Deklarasi Keselamatan
Pasien dilakukan pada minggu kedua bulan Agustus. Pada bulan Agustus juga
dilakukan sosialisasi dokumen dan observasi akreditasi.
Kegiatan akreditasi di RSUD Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018 dimulai
pada bulan Febuari minggu kedua setelah pengumuman kelulusan Akreditasi dari
KARS. Kegiatan awal Akreditasi setelah pengumuman kelulusan akreditasi adalah
pembahasan feedback hasil suvey akreditasi yang dilakukan tanggal 12 s/d 13
Desember 2017. Selain itu RS dan Tm Akreditasi juga mulai melakukan
penyusunan dokumen terkait dengan Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) yang
telah disarankan oleh KARS, pengiriman delegasi untuk kegiatan training, serta
perencanaan dan realisasi pembenahan sarana dan prasarana.
Pada bulan Oktober 2017 RSUD Kabupaten Aceh Besar melakukan
kegiatan pra survey untuk mengetahui sejauh mana kesiapan RS dalam
menghadapi Survey akhir yang dilaksanakan bulan Desember tahun 2017.
Kegiatan Pra Survey ini dilakukan selama 2 hari berturut-turut yang didampingi
oleh 2 orang surveyor. Setelah dilakukannya kegiatan pra survey RS menyiapkan
dokumen-dokumen dan melakukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan saat suvey
akreditasi bulan Deember.
Pada minggu kedua bulan Desember RSUD kabupaten Aceh Besar
melakukan survey akreditasi untuk yang pertama kalinya. Kegiatan tersebut
dilakukan selama 2 hari berturut-turut dan didampingi oleh 2 orang surveyor,
yaitu surveyor Medis dan Surveyor Keperawatan. Dan pada minggu ke empat
bulan Januari RSUD Kabupaten Aceh Besar lulus dengan kategori Perdana,
karena RSUD Kabupaten Aceh Besar mengambil program khusus untuk
Akreditasi yang pertama, mengingat masih kurangnya SDM dan Sarana dan
Prasarana yang belum memadai.
Setelah kelulusan akreditasi yang diumumkan oleh pihak KARS, RSUD
Kabupaten Aceh Besar kembali melakukan kegiatan untuk melaksanakan
Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) sebagaimana yang telah disarankan oleh
14
Surveyor. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah survey akreditai
tersebut adalah :
NO Tanggal Kegiatan Kegiatan Peserta
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
15
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
2. Penilaian akreditasi dapat berasal dari dalam negeri melalui lembaga
KARS maupun dari luar negeri yaitu JCI dimana keduanya mengacu pada
standar: kelompok sasaran yang berfokus pada pasien, kelompok standar
manajemen rumah sakit, kelompok keselamatan pasien dan sasaran
MDGs. Hal ini sesuai dengan tujuan akreditasi, yaitu meningkatkan
keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai
institusi.
3. RSUD Kota Surakarta sampai dengan saat ini berada pada tahap pra
akreditasi yaitu persiapan untuk mencapai akreditasi dimana terdapat
beberapa kendala seperti: belum adanya pegalaman akreditasi RSUD Kota
Surakarta, SDM yang minim, waktu yang terbatas untuk mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap
seluruh civitas hospitalia serta, sulitnya menyamakan persepsi terhadap
prioritas pemenuhan standar
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi yang menyeluruh terhadap civitas hospitalia
hingga pasien agar masing-masing individu dapat berperan dalam
mencapai keberhasilan akreditasi yang maksimal.
2. Diperlukan kegiatan studi banding ke rumah sakit yang lebih
berpengalaman dalam hal akreditasi serta mengundang trainer untuk
dilakukan pelatihan dan bimbingan terkait persiapan dan kegiatan
akreditasi.
3. Perlu dilakukan persamaan persepsi terkait hal-hal prioritas dalam
akreditasi agar tidak ada kesenjangan.
4. RSUD Kota Surakarta harus tetap terus mengembangkan diri demi
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, meningkatkan mutu
pelayanancontohnya dengan menambahkan sumber daya manusia (baik
16
PNS maupun non PNS) atau penambahan sarana-prasarana penunjang baik
medis maupun non-medis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
Standar pelayanan minimal rumah sakit, http://www.spm.depkes.go.id.
diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.
Sutoto, 2012. Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012.
Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44, Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
18