TONSILITIS BAKTERIAL
Penyusun:
Pembimbing :
Manado
2018
I. PENDAHULUAN
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh
yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran yang disebut
cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari
invaginasi hipoblas di tempat ini. 1,2
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus
atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil
berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel
darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu
tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat
untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan
yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya. 1,2
II. EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada anak usia di
bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis akut, 15% dari kasus yang
ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus, sisanya itu biasanya virus. Pada anak-anak yang
lebih tua, sampai dengan 50% dari kasus disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga
dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata. 3,4
III. ANATOMI
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler berbentuk pipa corong dengan panjang 5 inch
yang menghubungkan hidung dan mulut menuju laring. Faring adalah tempat dari tonsil dan
adenoid. Dimana terdapat jaringan limfe yang melawan infeksi dengan melepas sel darah putih (
limfosit T dan B). Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi
vertebra servikal ke-6. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring. 1
Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan yang erat
dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting.
Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral
orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh membran mukosa, dan permukaan
medialnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya banyak lubang kecil, yang
membentuk kripta tonsillaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan
fibrosa, disebut kapsula. Tonsil mendapat darah dari a. Palatina asendens, cabang tonsil a. maksila
eksterna, a. faring asendens, dan a. lingualis dorsal. Tonsil mencapai ukuran terbesarnya pada masa
kana-kanak, tapi sesudah masa pubertas akan mengecil dengan jelas. Batas-batas tonsilla palatina :
Anatomi Mulut.8
Tonsil dan adenoid, bersama-sama dengan lingual tonsil dan folikel lymphe merupakan
bagian dari cincin Waldeyer, sebuah lingkaran yang berkesinambungan dari jaringan limfoid yang
mengelilingi saluran pernapasan dan saluran pencernaan bagian atas. Fungsinya adalah untuk
menghasilkan antibodi terhadap sejumlah besar antigen dan patogen yang dihirup saat bernapas
dan ditelan saat makan setiap saat. Biasanya, jaringan limfoid mendapatkan episode peradangan
dan hipertrofi yang kita sebut tonsilitis.9
Gambar Anatomi Tonsil 2
Aliran darah faring berasal dari beberapa cabang sistem karotis eksterna. Beberapa
anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi lainnya. Ujung cabang arteri
maksillaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis, cabang lingual arteri lingualis bagian dorsal, cabang
arteri tiroidea superior, dan arteri faringeal yang naik semuanya menambah jaringan anastomosis
yang luas. Persarafan sensorik nasofaring dan orofaring, seperti dasar lidah, terutama melalui
pleksus faringeal dan saraf glosofaringeal. Pada bagian bawah faring terdapat persarafan sensorik
yang berasal dari saraf vagus melalui saraf laringeus superior. Aliran limfe faringeal meliputi rantai
retrofaringeal dan faringeal lateral dengan jalan selanjutnya masuk nodus servikalis profunda.
Keganasan nasofaring seringkali bermetastase ke rantai servikalis profunda. 2
IV. PATOGENESIS
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil lingual. Penyebaran infeksi melalui
udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak. 1
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning
yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus
berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. 1,4,9
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula. 1,4,8,9
V. ETIOLOGI
Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. 4
Penyebab tonsilitis antara lain :
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Streptokokus beta hemolitikus grup A
4. Hemofilus Influenza
5. Virus Epstein Barr
6. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens. 1,4,8,9
Faktor predisposisi dari tonsilitis akut, antara lain :
1. Postnasal discharge karena sinusitis.
2. Residual jaringan tonsil karena tonsilektomi.
3. Mengkonsumsi minuman dingin atau makanan dingin dapat secara langsung
menyebabkan infeksi atau menurunkan daya tahan dengan vasokonstriksi.
4. Adanya benda asing yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. 4
1. Sakit tenggorokan dan disfagia. Anak kecil mungkin tidak mengeluh sakit tenggorokan tapi
akan menolak untuk makan.
2. Otalgia – sebagai akibat dari nyeli alih melalui N.IX.
3. Demam, hal ini bisa menyebabkan kejang demam pada bayi.
4. Malaise, nyeri sendi, dan tanda-tanda dehidrasi.
5. Tonsil membesar dan hiperemis serta dapat menunjukkan pus dari kriptus di tonsilitis
folikularis (detritus).
6.
Durasi perlangsungan tonsilitis akut biasanya 4 sampai 6 hari. 1,3,4,9
1. Difteri
Difteri memiliki onset yang berbahaya dan ditandai dengan membran abu-abu (susah
dihilangkan) di tonsil, tenggorokan, dan uvula. Diagnosis difteri melalui pemeriksaan dan
kultur swab. 3
2. Scarlett fever
Scarlett fever dapat menyerupai tonsilitis akut. Scarlett fever disebabkan oleh infeksi
streptococcus dan menyebabkan ruam eritematosa berwarna abu-abu. Pasien didaptkan
tanda berupa strawberry tongue.8
3. Abses peritonsil
Abses peritonsilar adalah sekumpulan pus yang terletak diantara kapsul tonsil dan
muskulus konstriktor faringeal superior. Gejala yang paling sering adalah sulit menelan,
mengeluarkan air liur, trismus, dan demam. Asimetris peritonsiler dapat terjadi dan disertai
deviasi uvula.10
1. Komplikasi dari tonsilitis akut dapat menyebabkan abses peritonsiler. Terjadi diatas tonsil
dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah
infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
2. Pada anak juga sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Infeksi dapat menyebar
ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media
yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga. Ruptur spontan gendang
telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
3. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur
mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang dikenal sebagai
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS). 1,3,8,10
XI. PENATALAKSANAAN
Indikasi absolut 2:
a. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronik.
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur.
c. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat
badan penyerta.
d. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma).
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan
sekitarnya.
Indikasi relatif :
Seluruh indikasi lain untuk tonsilektomi dianggap relatif. Indikasi yang paling sering
adalah episode berulang dari infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A. Sekarang
ini, di samping indikasi-indikasi absolut, indikasi tonsilektomi yang paling dapat
diterima adalah :
a. Serangan tonsilitis berulang yang tercatat (walaupun telah diberikan
penatalaksanaan medis yang adekuat).
b. Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus menetap dan
patogenik.
c. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.
d. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi
mononukleosis.
e. Riwayat demam reumatik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan
tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian antibiotik yang buruk.
f. Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respons terhadap
penatalaksanaan medis.
g. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial
dan gigi geligi yang menyempitkan jalan napas bagian atas.
h. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikial
persisten.2
Gambar Tonsilectomy. 10
Metode tonsilektomi ada lima, yaitu :
a. Dissection method
b. Guillotine method
c. Elektrokauter
d. Cryosurgery
e. Laser
Manajemen setelah operasi perlu diperhatikan. Pasien harus ada di daerah pemulihan yang
berdekatan dengan ruang operasi sampai sepenuhnya sadar. Sangat penting untuk
memastikan bahwa semua perdarahan telah berhenti.
Perhatikan denyut nadi dan tekanan darah, harus sering diperiksa. Beberapa jam setelah
operasi, sebagian besar pasien dapat minum cairan asalkan tidak berlebihan. Demam
biasanya ada dikarenakan infeksi lokal, biasanya infeksi saluran kecing atau otitis media.
Biasanya setelah tonsilektomi, akan muncul cairan eksudat berwarna kuning. Cairan ini
normal dan akan hilang dengan sendirinya. Setelah tonsilektomi, sebisa mungkin pasien
harus diinstruksikan untuk makan secara normal. Makan makanan yang normal biasanya
menghasilkan pengurangan rasa sakit setelah itu. 5,7
a. Umur : Tonsilektomi adalah kontraindikasi untuk usia dibawah 5 tahun, karena fungsi
imunitas tonsil penting pada umur ini. Pada pasien umur sangat muda, tonsilektomi
juga susah dilakukan karena keterbatasan ruang untuk anestesi, dan kehilangan darah
yang sulit untuk dihadapi.
b. Diabetes Mellitus.
c. Hipertensi.
d. Kelainan darah.
1. Tonsillitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeki virus
atau bakteri.
2. Tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
3. Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) dan
juga nyeri alih yang seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga
memiliki persyarafan yang sama).
4. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tanda-tanda infeksi, abses dan sumbatan jalan
nafas.
5. Penatalaksanaan tonsilitis jika penyebabnya bakteri diberi antibiotik dan bisa juga
tonsilektomi.
6. Komplikasinya adalah abses peritonsilitis, otitis media akut, dan OSAS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 7. FKUI : Jakarta. Hal. 221-223.
2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Hal. 320-322, 330, 339-340, 342.
3. Bull PD. 2002. Lectures Note on Disease of the Ear, Nose, and Throat. Ninth Edition. Blackwell
Science : Sheffield. P. 111-113, 116-117.
4. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. 2005. A Short Textbook of ENT for Students and
Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-244, 249-250, 252.
6. Snell RS, et al. 2005. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. ECG : Jakarta. Hal. 796,
798.
7. Snow JB. 2002. Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Decker :
London. P. 369-370.
10. Graham JM, Scadding GK, Bull PD.. 2007. Pediatric ENT. Springer : New York. P.131-136.
11. Chan J, Edman JC, Koltai PJ. Obstructive Sleep Apnea in Children. [Cited on 1 March 2004].
Available from : http://www.aafp.org/afp/2004/0301/p1147.html. [Accessed on 13 February
2014].
12. Shenoy PK. 2012. “Acute Tonsillitis”-if Left Untreated Could Cause Severe Fatal
Complications. In : Journal of Current Clinical Care, Volume 2, Issue 4.
LAPORAN KASUS
TONSILITIS
IDENTITAS PASIEN
Nama : NS
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Manado
Agama : Kristen
Alamat : Teling Atas
Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2018
ANAMNESIS
Keluhan utama : Demam
Keluhan tambahan : Nyeri menelan
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu disertai dengan nyeri pada saat
menelan. Tidak ada perubahan suara menjadi serak, batuk (-), pilek (-), nyeri pada telinga (-).
Pasien belum berobat dan tidak ada keluhan seperti ini timbul sebelumnya.
BAB &BAK : normal
Riwayat penyakit sebelumnya : (-)
Riwayat penyakit keluarga : (-)
PEMERIKSAAN FISIS
Status Present :
BB : 54 kg
TB : 160 cm
Sakit sedang/composmentis/gizi cukup
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,50C (axilla)
Pemeriksaan fisis
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : Tonsil T3-T3, hiperemis, detritus (+), pembesaran KGB (-)
Thorax : BP: bronkovesikuler, BT : Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan
DIAGNOSIS
Tonsilitis akut ec susp.infeksi Bakterial
PENATALAKSANAAN
Farmakologis :
Non farmakologis :
1. Istirahat cukup
2. Makan makanan yang bersih dan hygine
3. Menghindari makan makanan yang terlalu panas/dingin
4. Mencuci tangan sebelum makan