Pada tahun 1913, H. Moseley menemukan bahwa frekuensi, v, deret-deret K dan L sinar-
X ini memenuhi hubungan
1
v 2 A( Z Z 0 ) (25.2)
dengan Z adalah bilangan atom bahan sasaran, sedangkan A dan Z 0 , adalah tetapan-tetapan yang
bergantung pada transisi tertentu yang sedang diamati. Bagi deret K, diperoleh secara
eksperimen bahwa Z 0 1 dan nilai A sedikit berubah bergantung pada apakah transisi K , K , .
. . . yang sedang diamati. Bagi deret-L, Z 0 7, 4 , dan didapati lagi suatu perubahan kecil dalam
Bentuk (25.2) dapat diturunkan dari suatu model tipe Bohr (Soal 25.6). Diperoleh bahwa.
1/2
3 7 1
1/2
3 m
Ak cR 3 108 1,097 10 4,97 107 Hz1/2
4 4 det . m
1/2
5 1
1/2
5 m
AL cR 3 108 1,097 107 2,14 107 Hz1/2
36 36 s m
Nilai-nilai ini cukup sesuai dengan yang diperolch secara eksperimental (lihat Soal 25.7)
dan 25.8) dan bila tak ada pernyataan lainnya, akan dipergunakan dalam soal-soal yang
berbubungan dengan Moseley
Teori Bohr dikembangkan untuk atom-atom yang tak berinteraksi dalam ia mampu
memberi penjelasan pula terhadap sifat-sifat atom bahan padat yang saling berinteraksi kuat.
Alasannya bahwa dalam menghasilkan sinar-sinar-X ini, transisinya hanya terjadi antarelektron-
elektron terdalam yang terikat erat. Apabila atom-atom bergabung membentuk suatu zat padat,
maka tingkt energi elektron-elektron terluar akan berbeda dengan yang dalam wujud gas. Tetapi,
elektron-elektron terdalam, karena mereka sangat terikat erat, akan tetap tak berubah apabila
bahan berubah wujud dari gas ke padat atau cair.
Intensitas I , suatu berkas sinar-X monokromatik setelah menembus suatu jarak, x, dalam
bahan sasaran diberikan olch (14.1) sebagai
I I 0e x
dengan I 0 , adalah intensitas berkas datang dan koefisien serap bahan. Besaran bergantung
pada atom atom bahan sasaran dan energi foton sinar-X.
Andaikan, untuk suatu bahan sasaran tertentu, koefisien yang diukur merupakan soatu
fungsi energi sinar-X yang datang. Begitu energi bertambah, koefisien absorpsi menurun karena
foton-foton ang berenergi lebih tinggi menjadi semakin menurun kecenderungannya untuk
menghasilkan electron-elektron foto dan mengalami hamburan Compton. Penurunan ini berlanjut
hingga energi sinar X menjadi sama dengan energi dari salah satu elektron terdalam. Pada
keadaan ini, tiba-tiba lebih banyak elektron yang mengalami pemancaran fotolistrik,
menyebabkan terbentuknya suatu penurunan tajam dalam intensitas sinar-X yang diteruskan,
atau dengan kata lain, suatu kenaikan tajam secara tiba-tiba nilai koefisien absorpsi. Kenaikan
tajam ini terjadi pada energi-energi ikat tiap-tiap elektron terdalam, akibatnya muncul tepi-
tepi absorpsi (absorption edges) yang ditunjuklan pada Gambar 25-(a). Dengan demikian,
pengukuran energi tepi-tepi absorpsi K, L, . . . , membantu menentukan energi-energi ikat
electron terdalam yang bersangkutan.
Dengan kekecualian pada tepi K, tiap-iap tepi absorpsi sebenarnya terdiri atas sejumlah
puncak rapat yang berhubungan dengan struktur halus tingkat tingkat energi [Gambar 25-5(b)].
Contoh soal
2. Dalam hubungan Moseley, transisi makakah yang akan memiliki nilai tetapan a
yang lebih besar, K atau K ?
transisi K memiliki energi yang lebih besar daripada K ; oleh karena itu, foton-
foton yang dipancarkan dalam transisi K akan memiliki frekuensi yang lebih
tinggi, dengan demikian tetapan A untuk transisi K akan lebih besar daripada
transisi K .
Sebelum hasil kerja moseley dikemukakan, unsur Ni yang berat atomnya 58,69;
terdaftar dalam susunan berkala sebelum Co, yang berat atomnya 58,94; dan
diyakini bahwa nomor atom Ni dan Co adalah berturut-turut 27 dan 28. Dengan
menggunakan data eksperimental diatas, moseley menunjukkan bahwa urutan ini
dan nomor-nomor ataomnya yang bersangkutan harus dibalik.
DAFTAR PUSTAKA
David Halliday, Robert Resnick. (1999). Fisika Modern Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga.
Ronald Gautreau, Ph. D, William Savin, Ph. D. (1995). Teori Dan Soal-Soal Fisika Modern. Jakarta:
Erlangga.