Anda di halaman 1dari 16

Prinsip pengecualian pauli

1. SISTEM MEKANIKA KUANTUM BERELEKTRON BANYAK


Sampai di sini kite telah mengenal sistem-sistem mekanika kuantum yang
memiliki beberapa tingkat energi namun hanya memiliki satu elektron yang efektif,
seperti atom-atom hidrogen. Kita pun telah mengetahui bahwa dalam ketidak hadiran
kopel spin-orbit yang kuat, perilaku elektron akan ditentukan oleh nilai empat
buahbilangan kuantumnya (n, l, ml , ms ) yang masing-masing menggambarkan energi,
momentum anguler orbital, komponen z dari momentum anguler orbital dan
komponen z dari spin elektron. Ketika keempat nilai bilangan kuantum tersebut telah
diberikan, dapat dikta katakan bahwa keadaan suatu sistem (satu elektron) tersebut
telah ditetapkan.
Di dalam bab ini dan bab-bab selanjutnya, kita akan mempelajari sistem-
sistem mekanika kuantum yang memiliki banyak tingkat energi dan memuat lebih
dari satu elektron.
2. PRINSIP PENGECUALIAN PAULI
Dengan menganalisis data spektroskopik atom-atom yang terdiri dari banyak elektron,
Wolfgang Pauli yang melakukannya pada tahun 1924, sampai pada suatu kesimpulan
bahwa dalam suatu sistem mekanika kuantum, tidak ada dua buah elektron yang dapat
menduduki keadaan yang sama. Hasil ini dinamakan prinsip pengecualian pauli; yang
menegaskan bahwa tidak ada dua elektron yang dapat memiliki kumpulan bilangan
kuantum ( n, l , ml , ms ) yang sama.
Prinsip pengecualian pauli memadukan beberapa hasil eksperimen penting tentang
struktur atom dan memberikan penjelasan mengenai tabel periodik elemen-elemen,
yang menjadi pokok bahasa di bab 15. Untuk mengilustrasikan prinsip pengecuali
pauli, kita akan membahas satu soal sederhana yang melibatkan satu atau lebih
partikel bermassa m yang bergerak di sepanjang garis lurus dan dibatasi oleh titik-titik
0 dan a, dalam hal ini partikel-partikel yang bergerak satu dimensi di dalam “kotak”
sepanjang a.
3. PARTIKEL TUNGGAL DI DALAM KOTAK SATU-DIMENSI
Persoalan partikel tunggal di dalam kotak satu-dimensi telah diselesaikan sebelumnya
di soal 10.20. dalam penyelesaiannya ditemukan bahwa energipartikel tersebut tidak
dapat bervariasi secara kontinu, namun hanya dapat memiliki nilai-nilai disket yang
diberikan oleh
h2
En  n 2 n  1, 2,3,...
8ma 2

Gambar 14-1 (a) menunjukkan tingkat-tingkat energi in. Sekarang kita anggap bahwa
partikel di dalam kotak adalah sebuah elektron dengan spin intrinsik. Keadaan sistem
tersebut selanjutnya ditentukan oleh pasangan bilangan kuantum (n, ms ) . Di gambar
1
14-1 (b), elektron tersebut berada dalam keadaan n = 1 dengan “spin naik” ( ms   )
2
; dan di gambar14-1(c), elektron tersebut berada dalam keadaan n = 3 dengan “spin
 1
turun”  ms    .
 2

4. PARTIKEL BANYAK DI DALAM KOTAK SATU-DIMENSI


Prinsip pengecualian pauli akan memiliki efek penting dalam situasi ketika ada lebih
dari pada satu partikel yang ada di dalam kotak satu-dimensi. Selanjutnya
diasumsikan bahwa tingkat-tingkat energinya tidak berubah ketika ada lebih dari satu
partikel yang hadir.
Dengan dua buah elektron, keadaan dasar sistem (berenergi terendah) akan memiliki
kedua elketron tersebut dalam tingkat energi n = 1, yaitu satu elektron dengan spin
 1  1
naik 1,   dan satu elektron dengan spin turun 1,   , sebagimana nampak
 2  2
gambar 14-2 (a),. Perhatikan bahwa kedua elektron tersebut tidak memiliki kumpulan
bilangan kuantum (n, ms ) yang sama.
Sekarang tinjaulah apa yang terjadi ketika elektron ketiga ditambahkan ke dalam
sistem. Prinsip pengecualian pauli mlarang elektron ini untuk menduduki tingkat
energi n = 1; jika elektron ini berada di tingkat n = 1, dua dari ketiga elektron tersebut
akan memiliki bilangan kuantum (n, ms ) yang sama. Elektron ketiga harus berpindah
ke tingkat energi berbeda, yaitu n = 2, jika sistem tersebut berada dalam keadaan
dasar, seperti yang ditunjukkan di gambar 14-2 (b) untuk konfiguradi spin naik.
Dengan penalaran yang serupa tampak bahwa elektron keempat dapat diletakkan di
dalam tingkat n = 2, namun ketika elektron kelima ditambahkan, elektron tersebut
harus melompat ke n = 3, sebagaimana yang ditunjukkan di gambar 14-2 (c) untuk
konfigurasi spin turun. Dengan demikian nampak bahwa prinsip pengecualian pauli
memiliki efek berupa kenaikan total energi keadaan dasar sistem ke nilai yang lebih
tinggi dari pada nilai yang diperoleh jika seluruh elektron tersebut menduduki tingkat
energi n = 1.
Keadaan tereksitasi pada sistem diatas terjadi manakala elektron-elektron tersebut
tidak menduduki seluruh tingkat energi terendah yang tersedia, sebagaimana untuk
sistem tiga-elektron di gambar 14-2 (d). Dalam sistem-sistem satu-elektron, energi
yang berupa foton bisa jadi diemisikan ketika elektron-elektron yang tereksitasi
mencari konfigurasi keadaan dasarnya.

Soal-soal dan Jawabannya


1. Hitunglah tiga tingkat energi pertama untuk elektron-elektron yang tidak saling
berinteraksi di dalam sumur persegi tak berhingga satu-dimensi sepanjang 6Å.
Jawab: tingkatan-tingkatan energinya diberikan oleh
n2 12, 4 103 eV  Å 
2
n2  hc 
2
n2 h2
En     1,04n2eV
8  mc  a 8  0,51110 eV   6 Å 
2 2 2 2
8ma 6

Oleh karena itu E1  1, 04 eV, E2  4,16 eV, E3  9,39 eV.


2. Berapakah energi-energi foton yangakan diemisikan ketika sistem empat-elektron
digambar 14-3 (a) kembali ke keadaan dasarnya?
Jawab: kemungkinan transisi-transisi yangakan mengembalikan sistem ke keadaan
dasarnya diperlihatkan di gambar 14-3 (b) dan (c). energi foton teremisi tersebut
akan sama dengan perbedaan energi antara tingkat awal dan akhir. Transisi B,C,
dan D memiliki perbedaan energi yang sama dan oleh karenanya menghasilkan
foton yang berenergi sama.
EA  E1  E2  4,16 eV  1.04 eV = 3,12 eV
EB  EC  ED  E3  E2  9,35 eV = 4,16 eV = 5,20 eV
EE  E3  E1  9,36 eV  1,04 eV = 8,32 eV
3. Tinjaulah tiga buah partikel yang tidak saling berinteraksi pada keadaan dasarnya
dalam sebuah sumur persegi tak berhingga satu-dimensi gambar 14-4(a). Apa
yang akan terjadi ketika sebuah medan magnet diaktifkan sehingga berinteraksi
dengan spin partikel-partikel tersebut?
Jawab:

setelah medan magnet luar diaktifkan, nilai baru ( Ei ) untuk setiap energi partikel
menjadi sama dengan nilai aslinya  En  plus energi interaksi
eh
Ei  En   s    En  sz B  En  ms B
m
1
Karena ms   , tingkat-tingkat baru akan bergeser dari nilai lama sejauh
2
1
E  ehBl 2m , dengan spin partikel  menduduki subtingkat terendah dan spin
2
1
partikel  menduduki subtinngkat tertinggi gambar 14-4 (b). Sementara itu
2
dalam kondisi yang berbeda, yaitu tanpa kehadiran medan magnet, partikel di
1
tingkat n = 2 akan memiliki spin  jika sistem tersebut berada di keadaan dasar.
2
Atom-atom Berelektron Banyak dan Tabel Periodik

1. NOTASI SPEKTROSKOPIK KONFIGURASI ELEKTRON DI DALAM ATOM

Banyak informasi mengenai karakter keadaan-keadaan atomik elektron-banyak dapat


kita jumpai dengan mengasumsikannya melalui pendekatan pertama, yaitu bahwa setiap
elektron bergerak secara independen di dalam medan nukleus dan medan rata-ratanya
akan dihasilkan oleh elektron-elektron lain. Interaksi-interaksi lain yang muncul akan
diperlakukan secara terpisah dan akan dijelaskan berikut ini. Dalam model partikel
indenpenden seperti itu, bilangan-bilangan kuantum n, l , ml , dan, ms digunakan untuk
menjelaskan tiap-tiap keadaan elektron.

Untuk n yang diketahui, nilai-nilai bilangan bulat yang akan diambil oleh
bilangan kuantum l adalah
l  0,1, 2,..., n  1

Nilai l akan dinyatakan dengan huruf kecil mengikuti skema berikut ini:

Nilai l : 012345....

Simbol huruf : s p d f g h . . . .

Konvensi untuk menentukan jumlah elektron di dalam suatu orbit tertentu, yang dinyatakan
dengan bilangan-bilangan kuantum ( n, l ), adalah memberikan kepada n, diikuti oleh simbol
huruf l , sejumlah elektron dalam bentuk superskrip ( tik alas ) di belakangnya. Berbagai orbit
ditulis secara berurutan satu sama lain untuk menggambarkan konfigurasi elektron. Sebagai
contoh, konfigurasi lima elektron untuk keadaan dasar boron adalah 1s 2 2s 2 2 p1 .

Elektron-elektron dengan nilai n yang sama dikatakan menduduki kulit elektron yang
sama. Jenis-jenis kulit dituliskan dalam kapital, mengikuti skema berikut ini:

Nilai n : 1234....

Huruf kulit : KLMN....

Penentuan nilai l yang berbeda-beda di dalam suatu kulittertentu sangat mungkin dilakukan;
setiap nilai l akan mendefinisikan satu subkulit ( yang selanjutnya ekuivalen terhadap orbit ).
Sebagai contoh, dalam konfigurasi keadaan dasar boron, 1s 2 2s 2 2 p1 , terhadap dua elektron di
dalam subkulit p untuk kulit L boron tersebut.

2. TABEL PERIODIKI DAN MODEL KULIT ATOMIK

Energi terendah, atau keadaan dasar, dari suatu konfigurasi elektron pada atom-atom
elektron-banyak dapat dijelaskan menggunakan prinsip pengecualian pauli bersama
model kulit atomik. Prinsip Pauli menegaskan bahwa dua elektron tidak boleh memiliki
kumpulan bilangan kuantum ( n, l , ml , ms ) yang sama. Oleh karena itu, jumlah kombinasi
ml dan ms untuk subkulit tertentu ( n, l ) akan mengindikasikan jumlah maksimum
elektron di dalam subkulit tertentu.

Di setiap nilai l terdapat ml sebanyak 2 l + 1, dan di setiap nilai-nilai l dan ml


1
terdapat dua nilai untuk ms (ms   ) . Dengan demikian, jumlah maksimum elektron
2
yang dapat diletakkan di subkulit tertentu tanpa melanggar prinsip pengecualian pauli
adalah 2(2l  1) , sebaiknya diperlihatkan dalam skema berikut ini.

Nilai l : 0123

Simbol huruf untuk subkulit : s p d f

Jumlah maksimum elektron : 2 6 10 14

Cara pengisian subkulit ini ditunjukkan dengan pembacaan ke atas pada gambar 15-1.
Gambar tersebut juga menunjukkan energ-energi relatif elektron di dalam setiap atom
tertentu. Celah (gap) yang teramati di gambar 15-1 terjadi pada Z = 2, 10, 18, 36, 54, dan
86, yang merupakan gas-gas mulia atau lembam yang secara kimia tidak aktif dan sangat
sulit diionisasikan. Dengan pengecualian untuk He (Z = 2), celah tersebut
berkorespondensi dengan keutuhan pengisian subkulit p. Sifat-sifat lain tabel periodik
unsur-unsur kimia juga dapat dijelaskan melalui cara pengisian subkulit-subkulit tersebut,
sebagaimana yang dapat kita jumpai di soal-soal nanti.

3. NOTASI SPEKTROSKOPIK UNTUK KEADAAN-KEADAAN ATOM

Setiap keadaan atom dicirikan dengan memberikan seperangkat bilangan kuantum L,


S, J yang masing-masingnya direlasikan ke total momentum anguler orbital atom, total
momentum anguler spin, dan total momentum anguler.

Nilai L untuk suatu keadaan atomik ditentukan melalui notasi spektroskopik yang
menggunakan hurup kapital dengan skema berikut ini:

Nilai L : 012345...

Simbol huruf : S P D F G H . . .

Keadaan-keadaan atom ditentukan melalui simbol huruf untuk L dengan nilai 2S + 1


sebagai superskrip di bagian depannya dan nilai J sebagai subskrip di bagian
1 1
belakangnya. Sebagai contoh, di keadaan dasar boron, L = 1, S = , J  sehingga
2 2
notasi spektroskopiknya menjadi 2 p 1 .
2

4. KEADAAN ATOM TEREKSITASI DAN KOPEL LS

Analisis matematika untuk keadaan atomik elektron-banyak diperumit oleh kenyataan


bahwa selain adanya interaksi Coulomb antara elektron-elektron dengan nukleus, juga
terdapat interaksi Coulomb residual antara masing-masing elektron, interaksi antara
momentum anguler orbital elektron dengan spin-spin elektron, dan interaksi antara
elektron-elektron yang berbeda. Untuk atom-atom cahaya dan medium-berat lainnya,
dijumpai bahwa sebuah skema yang dinamkan “kopel LS’, yang dikembangkan oleh
Russell dan Saunders pada tahun 1925, memberikan sebuah metode untuk memahami
keadaan-keadaan atomik yang teramati tersebut. Untuk kopel LS, momentum anguler
orbital atom L adalah penjumlahan vektor dari momentum anguler orbital untuk masing-
masing elektron.

L   Li (15.1)
i

Dalam kondisi yang serupa, momentum anguler spin atom S adalah jumlah aljabar vektor
momentum anguler spin masing-masing elektron.

S   Si (15.2)
i

Total momentum anguler atom selanjunya diberikan oleh

J=L+S
(15.3)

Magnitudo ketiga vektor momentum atomik tersebut mengalami kuantitasasi mengikuti

L  L( L  1) h 2 S  S ( S  1) h 2 J  J ( J  1) h 2
2 2 2
(15.4)

Dan komponen z-nya pun terkuantisasi mengikuti

Lz  M L h Sz  M S h Jz  M J h (15.5)

Bilangan-bilangan kuantum komponen z direlasikan dengan masing-masing elektron


tersebut dengan menggunakan aturan-aturan berikut:

M L   (ml )i M S   (ms )i M J   ( m j )i (15.6)


i i i

Dengan mengetahui M L , M S , dan M J , kita dpat menyimpulkan L, S, dan J dari kondisi-


kondisi

M L = L, L – 1 , L – 2, . . . , -L (15.7)

M S = S, S – 1 , S – 2, . . ., -S (15.8)

M J = J, J – 1 , J – 2 , . . ., -J (15.9)
Kita dapat mengeksitasi elektron ke tingkat energi di atas keadaan dasar. Ketika kembali
ke adaan dasarnya, atom akan mengemisikan radiasi yang bersesuaian dengan spektrum
garis tertentu. Untuk transisi-transisi yang kuat, berlaku aturan-aturan seleksi berikut ini:

J  0, 1 (namun J = 0  J  0 tidak diperbolehkan)

L  0, 1 S  0 M J  0, 1 (namun jika J  0, M J  0  M J  0 tidak


diperbolehkan)

Semua ini adalah transisi-transisi dipol: transisi-transisi lainnya juga terjadi , namun
dalam skala yang sangat lemah. Jika transisi dipol listrik melibatkan hanya satu elektron,
maka L  0 .

5. ANOMALI EFEK ZEEMAN

Dalam pandangan semiklasik, efek Zeeman normal (tiga pembagian garis)


diasosiasikan dengan lenggok (presesi) momen magnet atomik  yang kira-kira sebesar
medan magnet eksternal B. Semakin kuat medan magnetnya, semakin cepatlah lenggokan
tersebut dan semakin besarlah separasi antar garis spektrum yang di dalamnya terjadi
pembagian garis medan-nol tersebut. Ketika interaksi L  S berlangsung lebih kuat
ketimbang interaksi salah satu vektor B, maka S dan L akan melenggok dengan cepat
kira-kira sebesar J, menghasilkan lenggokan cepat  kira-kira sebesar J pula, sistem ini
selanjutnya melenggok dengan lambat sebesar B. Cara ini menimbulkan anomali efek
Zeeman yang kekuatannya bergantung pada komponen  di sepanjang J. Di soal 15.15
singga 15.19 diperlihatkan bahwa anomali Zeeman melakukan pembagian sehingga
menghasilkan lebih dari pada tiga garis spekturm.

Soal-soal dan Jawabannya

1. Carilah jumlah elektron maksimum yang dapat menduduki subkulit d.


Jwaban: untuk subkuit d , l = 2 sebagaimana ditunjukan jumlah elektron maksimum
di subkulit tersebut diberikan oleh
2(2l  1)  2(2  2  1)  10
Dan berkompentensi dengan 10 kombinasi ml dan ms yang tertera di tabel 15.2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
ml 2 2 1 1 0 0 1 1 2 2
ms 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
    
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tabel 15-2
2. Tunjukkan bahwa atom-atom yang tersusun dari subkulit-subkulit terisi akan
memiliki keadaan dasar 1 s0 .
Jawaban : komponen z dari total momentum anguler orbital M L h , dan komponen z
dari momentum anguler spin M S h . Diperoleh dari
M L   ml M S   ms
Yang merupakan jumlah dari seluruh elektron. Elektron-elektron yang berada di
subkulit l yang memliki nilai ml dan ms berikut ini:
1 1 1
(ml , ms )  (l ,  ), (l  1,  ),..., (1,  )
2 2 2
Dengan demikian, menjulahkan seluruh elektron dalam atom selali menghasilkan
M L  0 dan M S  0 . Berhubungan itu merupakan satu-satunya nilai yang mungkin
untuk M L dan M S , kita dpat memiliki L = 0 dan S = 0 ,yang pada gilirannya
mengimplikasikan bahwa J = 0. Oleh karenanya, keadaan tersebut adalah 1 s0 .
3. Hitunglah L  S untuk keadaan 3 F2 .
Jawaban : untuk keadaan 3 F2 , S = 1, L = 3, dan J = 2 .

1 1
L  S  [ J ( J  1)  L( L  1)  S ( S  1)] h 2  [2(2  1)  3(3  1)  1(1  1)] h 2  4 h 2
2 2
4. Tunjukkan konfigurasi-konfigurasi elektron untuk lima gas mulia pertama
Jawaban: gas mulia adalah elemen-elemen dengan jumlah elektron yang mengisi
penuh beberapa kulit . konfigurasi-konfigurasi elektron keadaan dasar untuk lima gas
mulia pertama ditunjukkan di tabel 15-4
Gas mulia Konfigurasi elektron Jumlah Elektron
(Z)
He 1s 2 2
Ne 2 2
1s 2s 2 p 6 10
Ar 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 18
Kr 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 4s 2 3d 10 4 p6 36
Xe 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 4s 2 3d 10 4 p6 5s 2 4d 10 5 p6 54

5. Dengan mengikuti pengisian subkulit 4s, subkulit 3d pun terisi. Oleh karena itu, 10
elemen yang terbentuk dinamakan elemen-elemen transisi. Tunjukkan konfigurasi-
konfigurasi elektron untuk tiga elemen pertama dari kelompok transisi tersebut
( 21 Sc, 22Ti, 23V ) .
Jawaban: lihatlah tabel 15-7
Elemen Transisi Konfigurasi Elektron
Sc (Z=21) 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 4s 2 3d 1
Ti (Z=22) 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 4s 2 3d 2
V (Z=23) 1s 2 2s 2 2 p6 3 p6 4s 2 3d 3
SINAR –X

1. PERANGKAT SINAR –X
Sinar –x yang ditemukan oleh Willhelm Roentgen pada tahun 1895,adalah foton
berenergi tinggi (1-100 keV) dengan panjang gelombang berorde 1 Å.sinar ini biasanya
diproduksi dengan cara memberondong target dengan seberkas elektron berenergi tinggi,
sebagaimana nampak di gambar 16-1. Energi kinetik elektron-elektron di katoda dapat
diabaikan ,sehingga ketika mengenai target,elekton –elektron tersebut akan memiliki
energi kinetik K=eV.

2. PRODUKSI BREMSSTRAHLUNG

Elektron –elektron yang diberondongkan tersebut dapat berinteraksi dengan atom –


atom target melalui beberapa cara berbeda.Salah satu tipe interaksi elektron –elektron
tersebut adalah melalui nukleus –nukleus bermutan positif. sebagaimana ditujukkan di
gambar 16-2. Jika sewaktu –waktu suatu muatan mengalami percepatan ,maka muatan
tersebut akan menghasilkan radiasi yang secara kuantum akan berwujud foton berenergi
hv yang sama dengan perubahan energi kinetik elektron, yaitu hv  K i  K f .Radiasi yang
dihasilkan dengan cara ini disebut bremsstrahlung, istilah jerman yang berarti radiasi
yang mengalami pengereman” atau “ perambatan “

Suatu elektron di dalam berkas elektron dapat menghasilkan sejumlah foton sebelum
mencapai keadaan diam. Foton yang paling energik tercipta tatkala sebuah elektron
kehilangan energi kinetik awalnya dalam suatu interaksi tunggal,sehingga menghasilkan
foton tunggal dengan frekuensi maksimum atau panjang gelombang minimum yang
dinyatakan dengan
hc
hvmaks   ev (16.1)
min
Dengan demikian, prosesbremsstrahlung akan menghasilkan radiasi dengan spektrum
kontinu yang memiliki frekuensi atau gelombang pemutus { cut off} yang bergantung
pada tegangan akselerasi menurut persamaan (16 -1)
3. PEMBUATAN KARAKTERISTIK SPEKTRUM SINAR –X

Elektron – elektron datang juga dapat mengeksitasi elektron –elektron di dalam atom
–atom target di tabung sinar –x. Bahkan ,akibat tegangan akselerasinya yang besar
,berondongan elektron tersebut akan memiliki energi yang cukup untuk melepaskan
ikatan kuat elektron –elektron inti pada atom –atom target . Jika elektron inti terlepas ,
elektron –elektron dari tingkat energi tertinggi di dalam atom akan melakukan transisi ke
keadaan kosong terendah sembari mengemisikan radiasi ketika proses tersebut
berlangsung. Lantaran perbedaan energi antara tingkat-tingkat terdalam pada atom-atom
target ini cukup besar, radiasi yang diemisikan akan berada di daerah sinar-x.

Jika elektron-elektron di kulit K(n =1) berpindah, elektron-elektron dari tingkat energi
yang lebih tinggi akan jatuhke kulit K dan menghasilkan deret garis yang dinyatakan
dalam notasi sinar-x sebagai garis-garis K , K  , K  . . ., dan seterusnya. Lihatlah gambar
16-3(a). Jika elektron-elektron di kulit L (n = 2) bepindah, maka muncul deret garis lain
yang disebut deret L . keadaan yang serupa terjadi ditransisi-transisi ke kulit M (n= 3),
dan seterusnya.

SINAR-X

Ketika spektrum atom berelektron-banyak yang tereksitasi oleh berondongan elektron


tersebut diamati, kita akan menyaksikan suatu latar belakang bremsstrahlung mulus yang
memiliki pemutus panjang-gelombang terendah yang bersesuaian dengan tegangan
akselerasi maksimum, bersamaan dengan garis-garis tajam yang dihasilkan oleh transisi-
transisi K , K  , dan seterusnya, bagaimana nampak di gambar 16-4.
Melalui pengamatan yang lebih teliti, didapati bahwa setiap garis karakteristik sinar-x
ini tersusun dari sejumlah garis yang berdekatan [gambar 16-3]. Pembagaian garis-garis
tersebut diperoleh dari pembagian struktur halus di tingkat-tingkat energi atomik (dengan
pengecualian untuk K di mana n = 1, L – 0).

4. RELASI MOSELEY

Pada tahun 1913, H. Moseley menemukan bahwa frekuensi-frekuensi n untuk deret-deret


sinar-x K dan L yang teramati dpat dicocokan melalui relasi
1
v 2  A( Z  Z 0 )

Dengan Z merupakan nomor atom materi target, sedangkan A dan Z 0 merupakan


konstanta yang bergantung pada transisi tertentu yang akan diamati. Untuk deret K,
secara eksperimen ditemukan bahwa Z 0 = 1 dan nilai A sedikit berubah bergantung pada
transisi-transisi K , K  ,...,yang akan di amati. Untuk deret L, Z 0 = 7,4 dan sekali lagi
ditemukan variasi kecil di A untuk garis-garis L , L , dan seterusnya.

Nilai –nilai tersebut sangat cocok dengan apa yang diperoleh dari eksperimen dan
kecuali jika dinyatakan ,akan digunakan dalam soal-soal yang menyangkut relasi
Morseley.

Walaupun teori Bohr dikembangkan untuk atom-atom yang tidak saling berinteraksi
dalam keadaan gas, teori ini juga sanggup menjelaskan sifat-sifat atom di dalam material
padat yang atom-atomnya berinteraksi sangat kuat satu sama lain. Pertimbangan tersebut
digunakan untuk memproduksi transisi-transisi sinar-x yang hanya berlangsung di antara
ikatan kuat elektron-elektron terdalamnya. Ketika atom tersebut terikat secara bersama-
sama untuk membentuk suatu zat padat, tingkat-tingkat energi elektron-elektron
terluarnya akan berbeda dibandingkan dengan keadaannya dalam wujud gas. Bagimana
juga, elektron-elekton terdalamnya, lantaran terikat sangat kuat, akan tetap berada dalam
kondisi yang sama ketika material tersebut mengalami perubahan wujud dari keadaan
gas menjadi zat padat atau cair.

5. UJUNG ABSORPSI SINAR-X

Ketika seberkas sinar-x dilewatkan melalui suatu material, beberapa dari fotonnya akan
berinteraksi dengan atom-atom materi sehingga mngakibatkan foton-foton tersebut
terlempar dari berkas. Proses-proses interaksi utama yang bertanggung jawab terhadap
reduksi intensitas setiap berkas foton adalah efek fotolistik, hamburan Campton,
danpenggabungan pasangan. Lantaran sinar-x memiliki energi dalam rentang 1-100 keV,
maka sinar-x tidak dapat memproduksi pasangan elektron-positron yang membutuhkan
energi melebihi 1000 keV. Oleh karena itu, intensitas sebuah berkas sinar-x hanya akan
direduksi oleh separuh dari proses-proses di atas, dengan efek fotolistrik menjadi
mekanisme yang dominan.
Intensiatas I dari seberkas sinar-x monokromatik yang telah melakukan penetrasi ke
dalam material target sedalam x dinyatakan pada persamaan sebagai

I  I 0e  x

Dengan I 0 adalah intensitas berkas datang dan  adalah koefisien absorpsi material.
Kuantitas  bergabung pada atom-atom target dan energi foton-foton sinar-x.

Anggaplah bahwa  untuk material target diukur sebagai fungsi energi sinar-x datang.
Ketika energi ini mengalami kenaikan, koefisien absorpsi akan berkurang karena
begitusedikitnya foton-foton dengan energi tertinggi yang memprduksi fotolektoron atau
mengalami hamburan Compton. Penurunan berlanjut hingga energi sinar-x menjadi
setara dengan energi ikat salah satu elektron inti. Sampai di sini, banyak elektron
yang mendadak siap melakukan emisi fotolistrik. Keadaan ini menyebabkan nilai suatu
penurunan yang telah ditandai di dalam intensitas transmisi sinar-x, atau yang ekuivalen
dengannya, mengalami kenaikan nilai koefisien absorpsi yang mendadak. Kenaikan 
yang tajam terjadi pada energi-energi ikat dari setiap elektron-elektron inti dan kenaikan
ini akan menghasilkan ujung absorpsi seperti yang diperlihatkan pada gambar 16-5(a).
Pengukuran energi-energi ujumg absorpsi K,L,... selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan energi-energi ikat elektron-elektron yang bersesuaian.

Dengan pengecualian untuk ujung K, secara aktual setiap ujung absorpsi terdiri dari
sejumlah puncak berdekatan yang bersesuaian dengan struktur halus dari tingkat-tingkat
energi tertentu [gambar 16-5(b)].

6. EFEK AUGER

Dalam pembahasan di atas, diasumsikan bahwa fotoelektron dihasilkan oleh sinar-x yang
datang dari sumber eksternal. Nyatanya, sinar-x dapat saja diemisikan oleh suatu transisi
atom yang terserap oleh elektron di dalam atom yang sama, sehingga menghasilkan
pelepasan elektron. Fotoelektron yang dihasilkan oleh konversi internal sinar-x elektron-
elektron auger (dibaca OZEY).

7. FLUORESENSI SINAR-X
Foton-foton sinar-x dapat digunakan untuk mengeksitasi atau melepaskan elektron-
elekton inti. Hasil dari transisi-transisi ke tingkat yang lebih rendah ketika atom kembali
ke keadaan dasar menghasilkan foton-foton sinar-x tambahan dengan energi yang lebih
kecil dari pada energi sinar-x yang datang. Fenomena ini dikenal sebagau flueresensi
sinar-x.

Soal-soal dan Jawabannya

1. Sebuah tabung televisi beroperasi dengan potensial 20 kV. Berapakah energi


maksimum sinar-x dihasilkan oleh perangkat televisi tersebut?
Jawaban: elektron-elektron di dalam tabung televisi memiliki energi sebesar 20 keV
dan jika elektron-elketron tersebut dibuat ke keadaan diam oleh suatu tumbukan di
mana satu foton sinar-x teremisi, maka energi yang dimiliki oleh foton tersebut
adalah 20 keV. Panjang gelombang yang bersesuaian dengannya adalah
c hc 12, 4keV  Å
    0,62 Å
v hv 20keV
2. Tentukanlah panjang gelombang garis K untuk molibdenum (Z = 42).
Jawaban: dari relasi Moseley kita peroleh
1 1 1
v 2
 A( Z  1)  (4,97 107 Hz 2 )(42  1)  2, 04 109 Hz 2

c 3 108 m / s
  1
 0, 7211010 m  0, 721Å
v (2, 04 109 Hz 2 )2
Hasil ini cukup baik bila dibandingkan dengan nilai eksperimen yang besarnya 0,709
Å.
3. Dalam relasi Moseley, transisi manakah yang akan memiliki nilai konstanta A
terbesar K atau K  ?
1
Jawaban: Relasi Moseley untuk transisi-transisi K adalah v 2
 A( Z  1) . Transisi-
transisi K  memiliki energi yang lebih besar dari pada transisi-transisi K . Oleh
karena itu, foton-foton berfrekuensi lebih tinggi akan diemisikan dari transisi-transisi
K  sehingga A lebih besar untuk transisi-transisi K  dibandingkan dengan transisi-
transisi K .
4. Suatu eksperimen yang mengukur garis-garis K untuk beberapa elemen
menghasilkan data-data sebagai berikut
Fe :1,94 Å Co :1, 79 Å Ni :1,66 Å Cu :1,54 Å

Tentukan nomor atom untuk masing-masing elemen tersebut.

Jawaban: relasi Moseley memberikan


1
2
1 1 v
v 2
 (4,97 10 Hz )( Z  1) atau
7 2
Z  1 1
4,97 107 Hz 2
c
1
2  1  34,85
Z  1    1 1 (  dalam Å )

1
 4,97 107 Hz 12   2
2
 

Hasil-hasilnya diberikan di Tabel 16-1

Sebelum hadirnya jerih payah Moseley ini, Ni yang memiliki berat atom 58,69
terdaftar di dalam tabel periodik

Tabel 16-1

Unsur , Å Z
Fe 1,94 26,02  26
Co 1,79 27,04  27
Ni 1,66 28,04  28
Cu 1,54 29,08  29

Pada posisi sebelum Co, yang memiliki berat atom 58,69. Dipercaya pula bahwa nomor-
nomor atom untuk Ni dan Co masing-masing adalah 27 dan 28. Dengan menggunakan data-
data eksperimen di atas, Moseley menunjukakan bahwa urutan dan nomor-nomor atom
tersebut harus saling ditukar.

5. Dengan menggunakan model Bohr sederhana, hitunglah nilai A dalam persamaan Moseley
untuk deret-deret transisi K dan L .
Jawaban: untuk atom-atom satu-elektron, bahwa
1
v 1 2  1 1  12  1 1   2 
  R Z  2  2  v   2  2  cR  Z
 c  nl nu   nl nu  
Dengan R adalah konstanta Rydberg, nu dan nl adalah bilangan kuantum utama untuk
keadaan teratas dan terbawah pada transisi elektron, dan Z e adalah muatan positif netto
yang bertindak sebgai elektron. Untuk transisi-transisi K dan L masing-masing kita
peroleh nu = 2, nl = 1 dan nu = 3, nl = 2, sehingga

 
1 1
1  1 1   2
3  2 1
vK 2
  2  2  cR  
Z   cR  Z   4,97 107 Hz 2 Z 
 1 2   4 

 
1 1
1  1 1   2
 5  2 1
vL 2
  2  2  cR  
Z   cR  Z   2,14  107 Hz 2 Z 
 2 3    36 

1 1
Dengan demikian AK  4,97 107 Hz 2
dan AL  2,14 107 Hz 2
. Jika diasumsikan bahwa
transisi K yang elektron-elektron terdalamnya tidak dipengaruhi oleh elektron-elektron
terluarnya di dalam atom, maka elektron L sebelum transisi tersebut akan menemukan
muatan berpengaruh  Z 1 e ,karena elektron K yang tersisa akan berada di kulit-kulit
nukleus atom bermuatan Ze. Dengan menggunakan Z   Z  1 dalampernyataan di atas
untuk transisi K kita dapat

1

vK2  4,97 107 Hz
1
2
  Z 1
Dalam transisi-transisi yang melibatkan elektron-elektron dari kulit-kulit yang lebih jauh dari
pada kulit L, efek kulit menjadi lebih rumit dan konstanta Z 0 di dalam relasi Moseley tidak lagi
sama dengan jumlah elektron yang tersaring.

6. Untuk setiap garis K di atbel 16-4, carilah nilai A dalam relasi Moseley.
Tabel 16-4
Elemen Sc Ga Nb Sb Pm Lu TI
Z 21 31 41 51 61 71 81
K 1 , keV 4,09 9,25 16,62 26,36 38,72 54,07 72,87
4,09 9,22 16,52 26,11 38,17 52,97 70,83
K 2 , keV
Jawaban: dengan mengunakan
1 E
1
2
 E 
1
2  49,17 107 Hz 12  1
v 2
     E 2
h
18
 4,136 10 keV  s   1

 
2
keV
Di mana E dihitung dalam eV, dalam relasi Moseley kita akan mendapatkan

v 2   E 12
1 1
2
7 Hz
A   49,17 10 
Z 1  1
 Z 1
 keV 2 
Hasil numeriknya ditampilkan di Tabel 16-5
Tabel 16-5
Z 21 31 41 51 61 71 81
1 4,97 4,98 5,01 5,05 5,10 5,17 5,25
A1 , Hz 10
2 7

1 4,97 4,98 5,00 5,02 5,06 5,11 5,17


A2 , Hz 2 107
Nilai-nilai A ini cocok dengan nilai A = 4,97 107 Hz yang didapatkan di soal 16.6

Anda mungkin juga menyukai