Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

` Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami

sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur

bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di

Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-

suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa

nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang

merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan

nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa

melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan

kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia

dengan para pedagang asing.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar

biasa. Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang

suku dan kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru

setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa

Indonesia diakui secara Yuridis.

1
Bahasa Indonesia
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui sejarah kemerdekaan bahasa indonesia sebelum

tahun 1945.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengertahui Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan bahasa indonesia

b. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi

perkembangan bahasa Indonesia

2
Bahasa Indonesia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum tahun 1945

Berdasarkan sejarah yang telah tersirat bahwa bangsa Indonesia menjadikan

bahasa melayu sebagai bahasa persatuan bangsa. Dengan munculnya Kerajaan

Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa

Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari beberapa

prasasti, diantaranya:

Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.

Prasasti Talang Tuwo, di Palembang, pada tahun 684.

Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.

Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa

Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai

bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di

sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa

bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi

kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa

Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-

Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca

3
Bahasa Indonesia
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya

sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang

jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya

Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa

tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-

negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan

dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di

seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,

Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada

tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan.

Seman Ahmad Ali. 2016. Sejarah Perkembangan Nasionalisme Melayu Sebelum

Kemerdekaan. Hal-8

(Seman Ahmad Ali. 2016. Sejarah Perkembangan Nasionalisme Melayu Sebelum

Kemerdekaan. Jakarta. Hal 8-10)

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara

bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin

berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah

diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,

antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

4
Bahasa Indonesia
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan

mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia

oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia

yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. Hal ini terbukti

dengan lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang

mengiikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang semuanya dengan

nama Indonesia. Adapun isi dari sumpah pemuda itu adalah sebagai berikut:

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air

Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.

Dengan lahirnya sumpah pemuda Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai

bahasa nasional. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan

Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam

pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa :

“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan

kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa

persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa

Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa

persatuan.“

5
Bahasa Indonesia
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa melayu diangkat menjadi

bahasa indonesia yaitu bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di

Indonesia bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan, sistem bahasa melayu

sederhana dan mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal

tingkatan bahasa (bahasa kasar dan halus), suku jawa, suku sunda dan suku-suku

lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional, bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai

sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

(Sukmawati Sary. Modul Mata Kuliah BahasaIindonesia Tahun Ajaran

2018/2019)

Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan bahasa Indonesia

Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van

Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku

bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan

Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai

itu membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan

dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda

pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda

yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir

Alisyahbana dan kawan-kawan.

6
Bahasa Indonesia
Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa

Indonesia di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha

pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh

cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI

1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai

bahasa negara, dan munculnya “Angkatan 45” (dinamika kata kata).

(Sukmawati Sary. Modul Mata Kuliah BahasaIindonesia Tahun Ajaran

2018/2019)

B. Faktor-faktoryang mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia

sebagai berikut:

1. Masa Prakolonial

Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapatlah di pastikan bahasa

yang di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa

Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih

jelas dari berbagai peninggalan – peninggalan bersejarah misalnya :

a. Tulisan yang terdapat pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada

tahun 1380 M.

b. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.

c. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.

d. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.

e. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

7
Bahasa Indonesia
Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada

perkapalan buat perdagangan. Orang-orangnya menjelajahi seluruh

pelosok tanah air, serta di mana-mana memperkenalkan bahasa Melayu

untuk mempermudah hubungan dagang dengan semua penduduk

Nusantara. Bukti-bukti tertulis untuk itu sulit ditemukan, kecuali satu,

yaitu di Pulau Jawa di daerah Kudu. Di situ terdapat sebuah prasasti yang

terkenal dengan nama Inskripsi Gandasuli yang berangka tahun 832.

Berdasarkan penelitian Dr. J.G. de Casparis di nyatakan bahwa bahasa

yang di gunakan dalam inskripsi itu adalah bahasa Melayu Kuno. Inilah

satu-satunya bukti tertulis tentang penyebaran dan pemakaian bahasa

Melayu pada waktu itu.

Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya bermacam-

macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara seperti dialek

Melayu Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah di

pastikan bahwa bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu.

Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-

musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia. Mereka

mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut Kwu’un Lun. I

Tsing yang belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII mempergunakan

juga bahasa itu. Mengingat adanya prasasti-prasasti seperti di kemukakan

di atas, dapat di simpulkan bahwa bahasa Kwu’un Lun itu tidak lain dari

bahasa Melayu Kuno.

8
Bahasa Indonesia
Terdapat juga sebuah peninggalan berbentuk prasasti dari beberapa abad

kemudian, yaitu yang berangka tahun 1356. Prasasti ini cukup berarti

karena menggunakan bahasa prosa di selingi puisi. Hal ini di menunjukan

bahasa pemakaian bahasa Melayu pada waktu itu tidak hanya sebagai

alat dalam pergaulan sehari-hari, tetapi sudah di pakai pula dalam bentuk

cerita yang panjang-panjang.

Begitu pula dari tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, terdapat sebuah batu

nisan yang berisi suatu model syair tertua. Sesudah tahun ini, antara abad

XIV-XVII di peroleh banyak hasil kesusastraan lama dalam bentuk

pelipur lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Tentu saja

untuk mencapai tahap itu diperlukan suatu masa perkembangan. Dalam

tahap perkembangan ini, baik bahasa maupun isi ceritanya, menerima

unsur-unsur dari luar untuk memperkaya dirinya, yaitu dari bahasa

Sansekerta dengan unsur-unsur Hindunya, dan dari bahasa Arab-persia

dengan unsur-unsur Islamnya.

2. Masa Kolonial

Ketika orang-orang Barat sampai di indonesia pada abad ke XVI, mereka

menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu

bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan

(lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa kenyataan

berikut. Seorang Portugis bernama Pigafetta, setelah menjunjung Tidore,

menyusun semacam daftar kata pada tahun 1522; berarti sebelum itu

bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan Maluku.

9
Bahasa Indonesia
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Indonesia

mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa

pengantar. Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa

Belanda sebagai bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan.

Demikianlah pengakuan seorang Belanda yang bernama Danckaerts

dalam tahun 1631. Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku

itu kebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak dengan

keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No. 104, yang

menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau

tidak digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.

3. Masa Pergerakan Kemerdekaan

Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan

kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat

bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang besar dan

hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu

mereka mencari suatu bahasa yang dapat di pahami dan di pakai semua

orang.

Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan

menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java,

Jong Sumatra. Atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa

daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan

10
Bahasa Indonesia
dan bahasa Jawa. Hal-hal semacam ini di rasakan sangat menghambat

persatuan dan kesatuan yang hendak di capai.

Sementara itu dalam tahun 1908 oleh pemerintah kolonial didirikan suatu

komisi yang di sebut Comissie voor de Volkslectuur, di ketahui oleh Dr.

G.A.J. Hazeu. Kemudian, komisi ini diubah namanya menjadi Balai

Pustaka dalam tahun 1917. Kegiatan badan ini adalah membantu

penyebaran dan pendalaman bahasa Melayu dengan menerbitkan buku-

buku murah berbahasa Melayu, pada tahun 1918, dengan ketetapan Raja

Belanda tanggal 25 Juni, anggota-anggota Dewan Rakyat diberi

kebebasan untuk mempergunakan bahasa Melayu dalam Volksraad.

Kesempatan ini kemudian ternyata tidak di gunakan semestinya.

Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku

bangsa di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui

suatu bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi

Indonesia. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-

pemudi di Sumatra sudah lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat

mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga disebut Melayu Tinggi,

diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat yang

tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen Bond masih di

tulis dalam bahasa Belanda.

Perlu pula di catat jasa beberapa surat kabar yang turut menyebarluaskan

bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan

Neratja. Di samping pengaruhnya yang sangat besar dalam

11
Bahasa Indonesia
perkembangan bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi

penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri Indonesia untuk

mengutarakan berbagai macam masalah.

Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas,

akhirnya tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta,

yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928.

Dari ketiga butir di atas yang menjadi paling perhatian pengamat

adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar

biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara

tetangga kita, membuat mencoba untuk membuat hal yang sama selalu

mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh

pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikitpun, sebab

semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut

bersyukur dan angkat topi kepada mereka.

Demikianlah, tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat penting,

merupakan hari pengangkatan atau penobatan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan, atau dengan kata lain sebagai bahasa Nasional.

Pengakuan dan pernyataan yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober

1928 itu tidak akan ada artinya tanpa diikuti usaha untuk

mengembangkan bahasa Indonesia, meningkatkan kemampuan bahasa

Indonesia sebagai bahasa Nasional.

Sebagai realisasi usaha itu, pada tahun 1939 para Cendekiawan dan

Budayawan Indonesia menyelenggarakan suatu Kongres, yaitu Kongres

12
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Dalam Kongres itu Ki Hajar

Dewantara menegaskan bahwa "Jang dinamakan 'bahasa Indonesia'

Jaitoe bahasa Melajoe Jang Soenggoehpoen pokoknya berasal dari

'Melajoe Riau' akan tetapi Jang Soedah ditambah, dioebah atau

dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga

bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia,

pembaharoean bahasa malajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe

haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam

kebangsaan Indonesia".

Oleh karena itu, kongres pertama ini memutuskan bahwa buku-buku tata

bahasa yang sudah ada tidak memuaskan lagi, tidak sesuai dengan

perkembangan bahasa Indonesia sehingga perlu disusun tata bahsa baru

yang sesuai dengan perkembangan bahasa.

Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942 tak

satu keputusan pun yang telah dilaksanakan karena pemerintah Belanda

tidak merasa perlu melaksanakan keputusan-keputusan itu. Barulah pada

masa pendudukan Jepang Bahasa Indonesia memperoleh kesempatan

berkembang karena pemerintah Jepang seperti halnya pemerintah

penjajah yang lain sesungguhnya bercita-cita menjadikan bahasa resmi di

Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah.

Perkembangan berjalan dengan sangat cepat sehingga pada waktu

kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,

13
Bahasa Indonesia
bahasa Indonesia telah siap menerima kedudukan sebagai bahasa Negara,

seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV,

Pasal 36.

C. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Indonesia

1. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat

kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar

bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk

ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20,

bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan

bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk

melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.

2. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya

bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan

politik juga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif

dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan

bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.

14
Bahasa Indonesia
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum tahun 1945.

Berdasarkan sejarah yang telah tersirat bahwa bangsa Indonesia

menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan bangsa. Dengan

munculnya Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa

Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan.

Berawal dari sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 bahasa indonesia

mempunyai fungsi majemuk, menjadi bahasa persatuan, bahasa negara,

bahasa resmi, bahasa penghubung antar individu, bahasa pergaulan dan

sebagai bahasa pengantar di semua sekolah di Indonesia. Bahasa dilatar

belakangi oleh beratus ratus yang masing-masing mempunyai bahasa.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa melayu diangkat menjadi

bahasa indonesia yaitu bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di

Indonesia bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan, sistem bahasa

melayu sederhana dan mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak

dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan halus), suku jawa, suku sunda dan

suku-suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa melayu mempunyai kesanggupan

untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

15
Bahasa Indonesia
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan

dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para

pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa

Indonesia.

Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda

yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan

Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.

Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia di

Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh

cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar

RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia

sebagai bahasa negara, dan munculnya “Angkatan 45” (dinamika kata kata).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia

sebagai berikut: masa prakolonial, masa kolonial, masa pergerakan

kemerdekaan.

Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia,

Budi Otomo, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat

kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar

bangsa Indonesia, Sarikat Islam, Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-

mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak

dibidang sosial dan politik

16
Bahasa Indonesia
B. Saran

Bagi institusi, diharapkan kepada pengajar institusi agar bisa lebih

membimbing mahasiswa yang baik agar dapat memahami dengan mudah

tentang semua materi khususnya untuk materi ini.

Bagi mahasiswa diharapkan agar makalah ini dapat menambah

pengetahuan mengenai sejarah bahasa Indonesian sebelum kemerdekaan

indonesia

17
Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai