Anda di halaman 1dari 7

NAMA : JUHAINI

KELAS : XI MIPA 4
TUGAS EKONOMI

A. Pengertian APBN dan APBD


1. APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sesuai dengan kepanjangannya, APBN dapat diartikan sebagai suatu
daftar yang memuat perincian sumber-sumber pendapatan negara dan
jenis-jenis pengeluaran negara dalam waktu satu tahun.
2. APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian
sumbersumber pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran
daerah dalam waktu satu tahun. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003
mengartikan APBD sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

B. Fungsi dan Tujuan APBN dan APBD


Fungsi APBN meliputi:
1. Fungsi Alokasi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mengalokasikan
(membagikan) pendapatan yang diterima sesuai dengan sasaran yang
dituju. Misalnya, berapa besar untuk belanja (gaji) pegawai, untuk belanja
barang, dan berapa besar untuk proyek.
2. Fungsi Distribusi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mendistribusikan
pendapatan yang diterima secara adil dan merata. Fungsi distribusi
dilakukan untuk memperbaiki distribusi pendapatan di masyarakat
sehingga masyarakat miskin dapat dibantu. Caranya, antara lain dengan
melakukan kebijakan subsidi seperti subsidi BBM.
3. Fungsi Stabilisasi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat menstabilkan keadaan
perekonomian untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya,
dalam keadaan inflasi (harga barang dan jasa naik), pemerintah dapat
menstabilkan perekonomian dengan cara menaikkan pajak. Dengan
menaikkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi sehingga
harga-harga dapat kembali turun.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki


fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah
daerah untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai
(mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah
sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan
dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus
memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

C. Sumber – smber penerimaan negara dan daerah

1. Sumber-Sumber Pendapatan Negara

Di Indonesia penerimaan negara, dapat dibedakan atas dua


sumber, yaitu sebagai berikut.

a) Penerimaan dalam negeri. Penerimaan ini terdiri atas penerimaan


minyak dan gas bumi (migas) dan penerimaan di luar migas.
b) Penerimaan pembangunan. Penerimaan ini terdiri atas, bantuan
program dan bantuan proyek.

Penerimaan dalam negeri memegang peranan yang penting dalam


membiayai kegiatan pembangunan. Dengan meningkatkan kegiatan
pembangunan tersebut, maka penerimaan dalam negeri pun terus
diusahakan agar meningkat. Dalam perkembangannya, ketergantungan
penerimaan dalam negeri pada sektor migas harus dikurangi. Dengan
demikian, penerimaan dalam negeri dari sektor di luar migas, dalam hal
ini penerimaan pajak, dan bukan pajak, perlu ditingkatkan.

Dana luar negeri masih tetap dimanfaatkan terutama untuk


melengkapi sumber pembiayaan dalam negeri. Walaupun demi kian,
jumlah serta persyaratannya (antara lain tidak adanya ikatan politis) harus
dipertimbangkan.

Tabel 1. Sumber-sumber pendapatan negara


2. Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah
Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas
pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber
dari:

a. pendapatan asli daerah;


b. dana perimbangan;
c. pendapatan lain-lain.

Adapun pembiayaan bersumber dari:

a. sisa lebih perhitungan anggaran daerah;


b. penerimaan pinjaman daerah;
c. dana cadangan daerah;
d. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah


yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pendapatan asli daerah bersumber dari:

1) Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang.

Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan


yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2) Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa


atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4) Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah, meliputi:

a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;


b) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
c) jasa giro;
d) pendapatan bunga;
e) tuntutan ganti rugi;
f ) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
Pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah,
serta untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN


yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 104 Tahun 2000, perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah dilakukan melalui dana perimbangan (DP), di antaranya
sebagai berikut.

1) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan
(PPh) Perseorangan, dan Sumber Daya Alam (SDA).

(a) Penerimaan negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan
imbangan 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.
(b) Penerimaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk daerah.
(c) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor
pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan
20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

2) Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk:

(a) provinsi, dan


(b) kabupaten/kota.

Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari


pendapatan dalam negeri neto. Proporsi DAU antara provinsi dan
kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan


APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional.

D. JENIS – JENIS BELANJA NEGARA DAN DAERAH


Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagiananggaran.

b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi. Rincian belanja negara dan


daerah menurut fungsi, terdiri atas pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi,lingkungan hidup, perumahan, dan
fasilitas umum, kesehatan,pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta
perlindungan sosial.

c. Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:


1. belanja pegawai
2. belanja barang
3. pembayaran bunga utang
4. subsidi
5. belanja hibah
6. bantuan social

Belanja Pemerintah Daerah meliputi:

1. Dana Bagi Hasil


2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
E. Mekanisme Penyusunan APBN dan APBD
Sebelum melakukan penyusunan, ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan seperti asumsi ekonomi makro. Asumsi-asumsi tersebut
kemudian menjadi acuan analisis dalam penyusunan APBN. Asumsi tersebut
adalah:

1. Keadaan ekonomi global yang diperkirakan mengalami pertumbuhan


lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya
2. Proses pemulihan ekonomi diharapkan didukung oleh situasi politik,
sosial, dan keamanan yang kondusif, sehingga dapat mengalami
pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya
3. Harga minyak bumi di pasar internasional diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan harga minyak bumi yang diasumsikan pada tahun
sebelumnya
4. Pengerahan serta penggalian sumber-sumber penerimaan perpajakan
perlu ditingkatkan
5. Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dalam jumlah
banyak dan merata dengan harga yang stabil serta dapat diakses oleh
rakyat banyak
6. Kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proposional, rasional,
transparan, parsitipatif, dan bertanggung jawab
Untuk APBN tahun 2018 sendiri, Kementerian Keuangan RI menyusun
asumsi dasar ekonomi makro sebagai landasan penyusunan sebagai
berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,4 persen


2. Inflasi dapat terkendali dalam kisaran 3,5 persen
3. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS adalah Rp 13.400
4. Tingkat suku bunga SPN (Surat Perbendaharaan Negara) sebesar 5,2
persen
5. Indonesia Crude Price (ICP atau harga minyak mentah di Indonesia)
diperkirakan rata-rata mencapai USD 48 per barel.
6. Lifting minyak dan gas bumi tahun 2018 diperkirakan masing-masing
mencapai 800 ribu barel per hari dan 1.200.000 barel setara minyak per
hari.
Jumlah besaran ekonomi makro diatas sangat dipengaruhi faktor luar (global)
serta dalam negeri (domestik). Pengaruh faktor global meliputi harga
komoditas, isu perdagangan internasional, serta keadaan geo politik.
Pengaruh faktor domestik meliputi tingkat kepercayaan serta daya beli
masyarakat, keyakinan pelaku usaha, kredit dan investasi langsung,
perbaikan neraca pembayaran, serta penguatan cadangan devisa.
Secara singkat, alur penyusunan APBN terdiri dari:

1. Penyusunan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja


Nasional) oleh lembaga-lembaga terkait berdasarkan hasil analisis dari
asumsi-asumsi makroekonomi.
2. Pemerintah akan mengajukan RAPBN tersebut kepada DPR untuk
didiskusikan lebih lanjut apakah RAPBN tersebut dapat disetujui atau
tidak.
3. Jika DPR menyetujui RAPBN tersebut, maka DPR akan
mengesahkannya menjadi APBN. Jika DPR menolak RAPBN tersebut,
maka pemerintah harus menggunakan APBN yang terdahulu.

F. Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian


pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian masyarakat antara
lain:

1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat


mengetahui besarnya GNP dari tahun ke tahun,

2. menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, karena


dapat mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat,

3. menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan


industri-industri dalam negeri,

4. memperlancar distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui


sumber penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan
belanja barang, serta yang lainnya,

5. memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan


proyek-proyek negara dan investasi negara, sehingga dapat membuka
lapangan kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai