Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

ii

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....…....i


KATA PENGANTAR……..…………………………………………….....…... ii
DAFTAR ISI …….………………………………………………………….......iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….....1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….........1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………........1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….........1
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………….………………………........2
2.1 Pengertian Sampah Organik dan Anorganik……………………………….….2
2.2 Manfaat Pemisahan Sampah Organik dan Anorganik……………………..….3
2.3 Bentuk Penerapan Etika Lingkungan dalam Pemisahan Sampah pada Bank
Sampah UNESA……………….……………………………………………..4

BAB 3 PENUTUP ……………………………………………………………….8


3.1 Kesimpulan ……………………………………………….…………………..8

DAFTAR PUSTAKA
BAB
iii I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang
sedang kita hadapi saat ini. Sampah saat ini menjadi permasalahan yang
cukup serius di Indonesia terutama di kota besar seperti Surabaya. Seiring
peningkatan jumlah penduduk jumlah sampah yang dihasilkan pun
bertamabah. Hal ini salah satunya sebagian besar masyarakat cenderung
tidak peduli dengan sampah yang mereka hasilkan apakah masih dapat
dimanfaatkan lagi atau tidak, masyarakat cenderung langusung
membuangnya tanpa diolah dan dipilah terlebih dahulu. Di tambah lagi
dengan penanganan sampah yang kurang optimal. Akibatnya timbulah
gunungan-gunungan sampah yang semakin hari semakin besar saja.
Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi masalah sampah
dengan menerapkan etika lingkungan. Salah contoh satu solusinya yakni
“Bank Sampah” dalam hal ini Bank Sampah UNESA. Bank sampah
memiliki kegiatan berupa mengurangi volume sampah dan menjadikan
sampah tersebut menghasilkan nilai guna. Pada bahasan kali ini kami
akan mengulas mengenai penerapan etika lingkungan dalam program
Bank Sampah di UNESA.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengertian dari sampah organik dan anorganik ?
b. Apakah manfaat pemisahan sampah organik dan anorganik?
c. Bagaimana bentuk penerapan etika lingkungan pada pemisahan
sampah pada Bank Sampah UNESA?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari sampah organik dan anorganik.
b. Mengetahui manfaat pemisahan sampah organik dan anorganik.
c. Mengetahui bentuk penerapan etika lingkungan pada pemisahan
sampah pada Bank Sampah UNESA.

BAB II

PEMBAHASAN
1

2.1 Pengertian Sampah Organik dan Anorganik

Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Atau dengan kata lain sampah
adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. Berdasarkan
komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos;

2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti


plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa
sampah anorganik yang dapat dijual adalah botol, plastik wadah pembungkus
makanan dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran,
HVS, maupun karton.

Yang menyebabkan sampah di TPS atau TPA menumpuk adalah tercampurnya


sampah organik dan anorganik. Para pemulung maupun orang yang biasa
memanfaatkan sampah tersebut tidak dapat menggunakan sampah yang sudah
tercampur antara sampah organic dan anorganik. Kalau pun pemisahan ini dapat
dilakukan, biayanya sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena
itu konsep pemisahan sampah harus diubah yaitu perlunya pemisahan sampah
sejak dari sumbernya.

Jika sampah organik dan anorganik sudah dipisahkan dari sumbernya, yaitu dari
rumah tangga hunian, kawasan wisata, kawasan niaga, kawasan jalan raya,
kawasan wisata atau tempat-tempat umum lainnya, maka ketika sampah tersebut
sudah sampai di TPA, sampah sudah terpisah. Hal ini memudahkan dalam
pemanfaatannya. Bahkan tidak perlu menunggu sampai ke TPA, di TPS pun para
pemulung maupun para pembuat kompos sudah dapat memanfaatkannya.

2.2 Manfaat Pemisahan Sampah Organik dan Anorganik

1. Pendorong masyarakat untuk melakukan pendaur ulang-an sampah

Masyarakat sekarang ini menjadi lebih kreatif dengan segala ide pendaur
ulang-an sampah yang marak belakangan ini. Sebenarnya hal ini menjadi alasan
yang paling kuat dalam pemisahan sampah. Dalam pendaur ulang-an sampah
diperlukan bahan yang bagus dan utuh sehingga bisa di olah dengan baik.

2. Memudahkan pendaur ulang-an sampah


Seperti yang disebutkan diatas, sekarang ini sampah sudah banyak di daur
ulang oleh masyarakat. Dengan adanya pemisahan sampah ini, masyarakat dapat
lebih mudah mendapatkan bahan pendaur ulang-an sampah. Mereka tidak harus
memilah-milah di tumpukan sampah yang bercampur jadi satu. Hal ini menjadi
salah satu cara peng-efisiensian dalam pemilahan sampah.

3. Pengurangan kuota sampah


Seperti yang kita tahu, sampah-sampah banyak menumpuk di tempat
pembuangan akhir. Sebenarnya kita masih bingung cara mengurangi tumpukan
sampah tersebut sementara konsumsi masyarakat semakin meningkat. Dengan
pemisahan ini secara tidak langsung dapat membantu masalah tersebut. Sampah-
sampah organik akan lebih cepat membusuk jika dikelompokkan sesamanya.
Kalau sampah-sampah anorganik, dengan pengelompokkan sampah yang
demikian sampah menjadi lebih bersih dan mendorong masyarakat untuk lebih
bersemangat memanfaaatkan sampah unutuk di daur ulang contohnya plastik.
Dengan begitu karna pemanfaatan sampah yang semakin banyak dapat
mengurangi penimbunan sampah di dunia.

4. Menambah pengetahuan
Dengan adanya pemisahan tersebut, secara tidak langsung itu merupakan
suatu pembelajaran baru bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang mungkin
tidak tahu perbedaan sampah organik dan anorganik. Dengan cara seperti itu
masyarakat bisa mengetahui perbedaan nya, alasan pemisahan sampah, dampak
nya dan banyak hal lain yang mejadi pengetahuan baru bagi mereka.

2.3 Bentuk Penerapan Etika Lingkungan dalam Pemisahan Sampah pada Bank
Sampah UNESA

Pada bank sampah di UNESA, bank sampah akan menyediakan penukaran


sampah yang dapat dilakukan secara tunai, jika ditabung maka penukar akan
mendapatkan kartu semacam buku tabungan secara cuma-cuma.

Siapa saja boleh menukarkan sampah pada bank sampah, dimana proses
awal adalah dilakukan proses pemisahan sampah antara sampah organik dan
anorganik. Untuk penukaran sampah, sampah kertas dihargai Rp1.700 per
kilogram. Selain sampah, ada 50 item yang bisa dijual, seperti sampah kertas,
sampah botol, dan sampah besi. Setelah sampah dikumpulkan sampah akan
dibawa ke mitra, yaitu pabrik.

Begitu pula untuk rumah kompos, di sini juga menyediakan kompos


dengan harga yang lebih terjangkau. Di mana sumber kompos sendiri diperoleh
dari sampah basah seperti daun dan hasil sampah praktikum. Dengan tema eco
campus ini kedepan unesa akan menjadi pelopor sekaligus dapat membuka jalan
bagi para pegiat lingkungan yang ada di Surabaya khususunya untuk memperoleh
hasil material melalui bank sampah ini tentunya.
Program bank sampah UNESA merupakan salah satu bentuk penerapan
etika lingkungan. Etika lingkungan sendiri adalah pedoman tantang cara berpikir,
bersikap, dan bertindak yang didasari atas nilai-nilai positif untuk
mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan. Dalam proses adanya etika
lingkungan terdapat beberapa tahapan yakni egoisme, humanisme, sentientisme,
vitalisme dan altruisme. Program Bank Sampah UNESA sendiri memiliki tahapan
adanya etika lingkungan dalam kearifan manusia, antara lain:
4
1. Humanisme : dalam bank sampah, masyarakat saling membantu dalam
mengolah sampah. Mulai dari memperoleh, memilah, dan mengolah
sampah. Bahkan, mahasiswa juga berperan besar dalam kelangsungan
program bank sampah ini.

2. Vitalisme : bank sampah menyediakan pengolahan bagi sampah


organik di rumah kompos untuk menjadikannya sebagai pupuk kompos,
dimana dapat dimanfaatkan oleh pertumbuhan tumbuhan.

3. Altruisme : suatu tahapan yang menunjukkan bahwa kita peduli pada


ciptaan Tuhan YME baik hayati dan non hayati, dengan kita memilah
sampah maka kita membantu agar lingkungan menjadi lebih indah.
Sehingga makhluk hidup tidak akan terganggu akan adanya aktivitas
manusia berupa produksi sampah, bahkan masyarakat menjadikan sampah
tersebut sebagai penunjang untuk kelangsungan hidup.

4. Sentrientisme : bentuk kepedulian kita terhadap makhluk hidup lain yang


memiliki perasaan dalam pemilahan sampah yaitu bahwa kita dapat
memanfaatkan sampah yang berpotensi sebagai polusi menjadi penunjang
kelangsungan hidup. Contohnya pengurangan sampah yang dapat
mencemari laut, sehingga ikan maupun biota laut lainnya tidak terganggu
akan sampah tersebut.

Dalam etika lingkungan terdapat sembilan prinsip yakni :

1. Sikap hormat terhadap alam

2. Sikap tanggung jawab


3. Sikap Solidaritas

4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian

5. Tidak merugikan alam

6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam

7. Prinsip keadilan
5
8. Prinsip demokrasi

9. Prinsip integritas moral

Program ini juga sesuai dengan beberapa prinsip-prinsip etika lingkungan yakni :

1. Sikap hormat terhadap alam.

Wujud dari penghormatan terhadap alam adalah manusia


hendaknya memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan
alam beserta seluruh isinya. Dengan adanya program Bank Sampah
UNESA ini masyarakat termasuk mahasiswa telah berupaya
menghornmati alam dengan membantu memelihara dan merawat
kebersihan alam sekitar dari sampah.

2. Sikap tanggung jawab

Semua orang harus bertanggung jawab memelihara alam sekitar


beserta isinya. Program bank sampah UNESA ini berupaya memunculkan
sikap tanggung jawab dalam pribadi masyarakat sekitar khususnya
mahasiswa. Melalui pengumpulan dan pengolahan sampah di bank
sampah UNESA ini masyarakat telah berupaya untuk bertanggung jawab
atas sampah yang mereka hasilkan agar sampah yang mereka hasilkan
tidak menimbulkan dampak buruk terhadap alam sekitar

3. Kasih Sayang dan Kepedulian Tehadap Alam


Program bank sampah UNESA ini merupakan salah satu cerminan
prinsip kasih sayang dan kepedulian tehadap alam. Dimana setiap orang
yang terlibat dalam program ini berarti telah menyayangi dan peduli
terhadap kelestarian alam sekitar. Mereka berupaya agar kelestarian alam
sekitarnya tidak rusak dengan adanya sampah yang mereka hasilkan.

4. Tidak merugikan alam


6
Dalam prinsip ini manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan
yang merugikan makhluk hidup lainnya dan lingkungan. Sampah
khusunya anorganik pada umumnya dapat merugikan makhluk hidup lain
dan lingkungan sekitar. Program Bank Sampah UNESA ini telah berupaya
mengolah kembali sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna,
sehingga tidak merugikan makhluk hidup lainnya dan lingkungan.

Selain itu program bank sampah UNESA ini sudah sesuai dengan salah
satu dasar pemikiran “sustainable ethic” yang dikemukakan oleh Chiras (1991)
dalam Hamzah (2013) yakni limbah adalah sesuatu yang tidak dapat ditoleran
sehingga setiap limbah harus diolah agar berguna. Dalam program Bank Sampah
ini setelah dilakukan pemisahan antara limbah organik dan anorganik selanjutnya
akan diolah lebih lanjut sehingga menghasilkan produk yang berguna bagi alam
sekitar dan kehidupan di dalamnya. Dengan begitu limbah di lingkungan sekitar
dapat diupayakan seminimal mungkin keberadaanya dan dampak negatifnya bagi
lingkungan. Misalnya, dalam program bank sampah UNESA terdapat pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos di rumah kompos. Program ini dapat
mengubah sampah organik yang pada awalnya tidak memiliki nilai jual menjadi
produk pupuk kompos yang dapat diperjual belikan. Pupuk yang dihasilkan juga
dapat menyuburkan tanah dan tanaman. Disamping itu, kegiatan ini juga akan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah organik terhadap
lingkungan sekitar seperti timbulnya bau dan berkembangnya mikroorganisme
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.
BAB III
7

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri). Berdasarkan komposisinya,
sampah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Salah satu contoh
bentuk penanganan sampah adalah pemisahan sampah pada Bank Sampah
UNESA. Dalam kegiatannya program ini sudah menerapkan etika terhadap
lingkungan. Ditandai dengan terdapatnya proses tentang adanya etika lingkungan
bentuk kearifan manusia yakni humanisme, sentientisme, vitalisme serta
altruisme. Program pemisahan sampah pada Bank Sampah UNESA sesuai dengan
dengan prinsip etika lingkungan dan juga sesuai dengan salah satu dasar
pemikiran “sustainable ethic” yang dikemukakan oleh Chiras (1991).
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/prinsip-etika-lingkungan
Diakses pada 8 April 2018

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/tag/7606/bank-sampah
Diakses pada 9 April 2018

https://wartapalaindonesia.com/bank-sampah-unesa-menuju-eco-campus/
Diakses pada 9 April 2018

https://www.unesa.ac.id/mahasiswa-unesa-pelopori-bank-sampah-di-kampung
Diakses pada 9 April 2018

https://www.unesa.ac.id/eco-campus-fmipa-bernisiatif-dirikan-bank-sampah
Diakses pada 9 April 2018

Rachmadiarti, Fida, dkk. 2017.Buku Ajar Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Surabaya : Unesa

Anda mungkin juga menyukai