PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan1
Pneumonia hingga saat ini tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan
Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
tersebut adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah
(BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutris,
nasofaring, dan tinggi nya pajanan terhadap polusi udara ( polusi industry atau
asap rokok).
oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Pada pneumonia yang disebabkan oleh kuman,
menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari Pneumonia (virus atau bakteri).
mengalamai komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan
1
pneumonia bacterial dengan neumonia viral. Demikian pula pemeriksaan
pemeriksaan radiologis.
infeksius seperti bakteri,virus, jamur dan benda asing, yang ditandai dengan gejala
demam tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronki
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta
anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di
Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang yaitu 30-
45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22% per 1000 anak pada usia 5-9
tahun, dan 7- 16% per 1000 anak pada yang lebih tua.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia1
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pada pneumonia yang disebabkan
oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari pneumonia (virus
atau bakteri). Pneumonia sering kali dipercaya diawali oleh infeksi virus yang
kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit
distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam
umumnya sebagian besar pasien diberi antibiotik karena infeksi bakteri sekunder
3
(hospital-acquired pneumonia) bila infeksinya didapat di RS. Selain berbeda
dalam lokasi tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda
infeksi sekunder pada berbagai penyakit dasar yang sudah ada, sehingga spectrum
etiologinya berbeda dengan infeksi yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu,
gejala klinis, derajat beratnya penyakit, dan komplikasi yang timbul lebih
2.2 Bronkopneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi
primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley,
2008).
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
4
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, factor iatrogen
juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia,
walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh
2.3 Diagnosis
klinis bronkopneumonia WHO, dimana gejala yang muncul adalah sesak nafas
dengan nafas cuping hidung, riwayat demam batuk pilek, sianosis, dan dari
auskultasi didapatkan suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus nyaring.
bronchopneumonia WHO, dimana gejala yang muncul pada pasien ini adalah
sesak nafas dengan nafas cuping hidung, riwayat demam batuk pilek, sianosis, dan
dari auskultasi didapatkan suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus
5
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan.4
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat
muncul sebagai infeksi primer Insiden penyakit ini pada Negara berkembang
hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang
penyakit infeksi pada anak dibawah umur 2 tahun. Infeksi saluran napas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara
beberapa hari
6
f. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
predominan PMN
berdasarkan:
tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan
diberi antibiotik.
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
yang cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan;
>50 x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak
seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
pneumonia.
7
Identifikasi kuman penyebab dapat dilakukan melalui: (Depkes RI,2007)
nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi
secara hematogen.
paru. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
4. Refleks batuk
terinfeksi
immunoglobilin A (IgA).
8
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap
ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema
yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara,
warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit dan
9
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari).
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat
diselamatkan.
2.4 Etiologi1
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar.
Etiologi pneumonia pada neonates dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B
dan bakteri Gram negative seperti Ecolli. Pseudomonas sp atau Klebsiella sp.
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, Pneumonia sering disebabkan oleh
10
Staphylococcus aureus sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, dia
samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk. Melakukan
penelitian pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus saja sebanyak
32% campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%. Virus yang
berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak
lapangan paru (bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa
konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses- abses
kecil sering disebabkan oeh Staphylococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil,
11
produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak
lebih lanjut.
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut
terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang
kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. System
2.6 Epidemiologi
Menurut WHO (2006), pneumonia merupakan penyebab utama kematian
pada anak usia di bawah 5 tahun (balita), yaitu sekitar 19% atau sekitar 1,8 juta
balita tiap tahunnya meninggal karena pneumonia. Angka ini melebihi jumlah
akumulasi kematian akibat malaria, AIDS, dan campak. Diperkirakan lebih dari
150 juta kasus pneumonia terjadi setiap tahunnya pada balita di negara
berkembang, yaitu sekitar 95% dari semua kasus baru pneumonia di dunia
(UNICEF/WHO, 2006).
12
2.7 Manifestasi Klinik1
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas
noninfeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu,
tatalaksana pneumonia.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
Pada pemeriksaan fhsis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala
dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi
13
2.7.1 Pneumonia pada Neonatus dan bayi kecil
Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu- anak
dengan sumber infeksi dari ibu. misalnya melalui aspirasi mekonium cairan
amnion. atau dari serviks ib. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan
dokter. atau pasien lain; atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan
ventilator. Di samping itu, infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber
aureus. Oleh karena itu, pengobatannya meliputi antibiotik yang sensitif terhadap
amikasin. kecuali bila dicurigai adanya infeksi Chlamydia trachomatis yang tidak
Dan Listeria monocytogenes. Selain itu, RSV. virus Adeno, virus Parainfluenzaa,
virus Rino. dan virus Entero dapat juga menimbulkan pneumonia. Suatu
penelitian melaporkan bahwa 25% infeksi virus Adena pada bayi terjadi
bersamaan dengan infeksi RSV dan virus Parainfluenza, dan 67% bersamaan
14
Chlamydia trachomatis. Prognosis infeksi virus Adeno pada neonatus sangat
Gambaran klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas.
letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta,
dan demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut
sulit dibedakan dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada Pneumonia neonatus
dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam. Angka mortalitas sangat tinggi
negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu. Sétiap
kemungkinan adanya pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia di bawah 2
bayi mendapat infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port d' entree infeksi
meliputi mata, nasofaring, saluran reapiratori. dan vagina. Gejala baru timbul pada
usia 4-12 minggu, pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada usia 2 minggu,
tetapi jarang terjadi setelah usia 4 bulan. Awitan gejala timbul perlahanvlahan,
staccato (inspirasi diantara setiap satu kali batuk), kadang-kadang disertai muntah,
umumnya pasien tidak demam. Pada pasien seperti ini, panduan tatalaksana
adalah berobat jalan dengan terapi makrolid oral dan observasi yang ketat. Lebih
15
berat, dikenal juga sebagai sindrom pneumonitis, dan memerlukan perawatan.
Gejala klinis meliputi ronki atau merugi. takipnea, dan sianosis. Gambaran foto
rontgen toraks tidak khas umumnya terlihat tanda tanda hiperinflasi bilateral
anak yang lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumonia: merupakan etiologi
kadang. kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah dan diare. Secara klinis
napas cuping hidung, ronki dan sianosis. Penyakit ini sering ditemukan bersamaan
dengan konjungtivitis, Otitis media, faringitis. dan laringiris. Anak besar dengan
pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar. Retraksi dan
takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna. Bila terjadi efusi
pleura atau empiema, gerakan ekskursi dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan
dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi
pleura bertambah. sesak napas akan semakin bertambah. tetapi nyeri pleura
16
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus
mengalami distensi akibat dilatasi lambung yang disebabkan oleh aerofagi atau
ileus paralitik.Hati mungkin teraba karena tertekan oleh diafragma, atau memang
penyebab infeksi akut respiratori pada bayi melalui transmisi vertikal dari ibu
pada masa persalinan dan merupakan etiologi infeksi perinatal yang penting.
potensial infeksi respiratori dan pneumonia pada anak, terutama pada anak usia
17
Peningkatan kewaspadaan terhadap Mycoplasmma pneumoniae dan
asrama atau keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar. Masa inkubasi
lebih kurang 3 minggu. Penularan dalam rumah tangga dapat terjadi dalam jangka
waktu berbulan-bulan. Meskipun umumnya gejala klinis ringan. tetapi kasus berat
yang fatal dan mengancam jiwa dapat terjadi. Gambaran klinis pneumonia atipik
demam, malaise, sakit kepala. mialgia. tenggorokan gatal. dan batuk. Suhu tubuh
jarang mencapai lebih dari 38. 5 “C. Kadang-kadang dapat juga berlanjut menjadi
bronkitis. bronkolitis, dan pneumonia. Batuk terjadi 3-5 hari setelah awitan
kasus pneumonia mikoplasrna dan lebih sering ditemukan pada anak yang lebih
besar. Oleh karena itu. diagnosis klinis pneumonia mikoplasma tanpa pemeriksaan
infeksi Mycoplasma pneumonia. Hal ini dikarenakan uji mikrobiologis tidak dapat
dipakai sebagai alat diagnoscik. oleh karena itu tidak dikerjakan secara rutin.
Kultur memerlukan waktu 2 minggu dan uji serologis hanya bermanfaat bila telah
18
terjadi pembentukan antibodi, yaitu ketika penyakit telah sangat berkembang.
kadang-kadang dapat sembuh sendiri, tetapi kasus berat seperti severe necrotizing
pneumonitis dengan konsolidasi luas pada jaringan paru dan efusi pleura pernah
dilaporkan.
faringitis, rinosinusitis dan otitis. Akan tetapi, dapat juga menyebabkan bronkitis
dan pneumonia Gejala klinis awalnya berupa gejala seperti flu. yaitu batuk kering,
mialgia, sakit kepala. malaise, pilek, dan demam yang tidak tinggi. Pada
umumnya tidak mencolok. leukosit darah tepi biasanya normal. Gambaran foto
di daerah tropis. bersifat endemik dan epidemik dapat terjadi dengan interval 3-4
tahun. Umumnya perjalanan penyakit dan gejala klinis pneumonia Klamidia sulit
19
2.7.6 Peran makrolidona pada Pneumonia Apitik
pilihan utama pada pneumonia acipik. baik pneumonia pada anak besar dan
seperti klarirromisin menunjukkan efektivitas klinis yang baik, selain itu mampu
diberikan dua kali sehari dengan dosis 15 mg/kgBB untuk klarirromisin dan 5-10
dikemumukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi.
20
pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-
menunjukkan adanya New bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteri. dan
oleh hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP
secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL) 6, IL 1, dan tumor
necrosis factor (TNP) Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri. atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis
juga berarti edema infeksi terdahulu Untuk konlirmasi diperlukan serum fase akut
dan serum fase konvalesen (paired sera). Secara umum uji serologis tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi. untuk deteksi
infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia. serta beberapa virus
21
seperti RSV. Sitomegalo, campak Parainfiuenza 1.2 3, influenza A dan B, dan
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan
Fate rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan. hanya
sebelum timbul gejala klinis. Akan tetapi. resolusi infiltrat sering memerlukan
waktu yang lebih lama setelah gejala klinis menghilang. Pada pasien dengan
Ulangan foto rontgen toraks diperlukan bila gejala klinis menetap, penyakit
AP. Lynch dkk, mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral pada foto rontgen
pneumonia pada anak. Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada
pasien dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipnea. batuk,
22
dan ronki, dengan atau tanpa suara .napas yang melemah. Secara umum gambaran
Atau erlihat sebagai . melesi tunggal yang biaranya cukup besar. berbentuk
Sferis. berbatas yang tidak terlalu tegas. dan menyerupai lesi rumor paru.
paru. berupa bercak- bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
Gambaran foto rontgen torak pneumonia pada anak meliputi ilfiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian
ditemukan bahwa lesi pneumoni pada anak terbanyak berada di paru kanan.
terutama: di lobus aras. Bila ditemukan di paru kiri dan terbanyak di lobus bawah.
maka hal itu merupakan predikmr perjalanan penyakit. yang lebih berat dengan
kurang inspirasi.
23
Fakta: noninfeksi:
bayangngan timus
bayangan payudara
gambaran atelektasis.
kardiovaskular; web. atau ring) dan obstruksi bronkial intrinsik (benda asing,
Pada beberapa kasus terlihat sangat mirip dengan gambaran foto rontgen toraks
yang jarang. adalah konsolidasi segmen atau subsegmen. Biasanya lesi foto
rontgen toraks lebih berat daripada gambaran klinisnya. Meskipun tidak terdapat
gambaran foto rotgen toraks yang khas, tetapi bila terdapat gambaran
24
retikulonodular fokal pada satu lobus, hal ini cenderung . disebabkan oleh infeksi
Mikoplasma. Demikian pula bila terlihat gambaran perkabutan atau ground glass
umum gambaran foto rontgen toraks tidak dapat membedakan secara pasti anata:
1. Pneumonia berat :
2. Pneumonia :
untuk anak > l--5 tahun tidak perlu dirawat. diberikan antibiotik
oral.
3. Bukan pneumonia :
2.9 Tatalaksana1
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
pernapasan, tidak mau makan/minum. atau ada penyakit dasar yang lain.
25
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi
keseimbangan asamabasa, elektrolit. dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta
faktor epidemiologis.
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini pertama
berobat rawat jalan, dapat diberikan antibiotic tunggal oral dengan efektifitas
pneumonia rawat jalan, pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari
26
mempunyai efektifitas yang sama. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah
sulfametoksazol.
Terapi antibiotic diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi, meskipun tidak ada studi control mengenai lama terapi
Pada neonates dan bayi kecil terapi awal antibiotic intravena harus dimulai
sesegera mungkin. Oleh karena pada neonates dan bayi kecil sering terjadi sepsis
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotic yang direkomendasikan
adalah antibiotic betalaktam dengan/atau tanpa klavulanat; pada kasus yang lebih
intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau
keadaan sydah stabil antibiotic diganti dengan antibiotic oral dan berobat jalan.
27
Pada pneumonia rawat inap, berbagai rumah sakit di Indonesia memberikan
antibiotic pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotic yang
dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam) dan seftriakson intravena (50
Nutrisi.
2.10 Komplikasi1
pneumonia bakteri.
ventrikel kanan meningkat. kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang
cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena
28
miokarditis merupakan keadaan yang fatal. maka dianjurkan untuk melakukan
enzim.
2.11 Anemia
2.11.1 Pengertian5
Anemia dapat didefenisikan secara kuantitatif atau fungsional (secara
kadar hemoglobin pasien dengan nilai normal spesifik menurut usia dan jenis
kelamin. Data yang disajikan pada tabel memberikan kisaran nilai normal, dan
nilai hemoglobin di bawah kisaran dapat membuat defenisi anemia dapat diterima
hemoglobin berada dalam kisaran normal seperti pada penyakit jantung sianosis
atau paru bila terdapat hemoglobin dengan afinitas yang sangat tinggi terhadap
menonjolkan disfungsi organ lain. Defenisi anemia kuantitatif yng paling mudah
adalah setiap nilai untuk hemoglobin atau hematokrit adalah dua SD dibawah
(confidence limit 95%) nilai rerata untuk usia dan jenis kelamin. Diagnosis pada
anak sering kali memerlukan rujukan pada tabel yang memberikan nilai normal
yang bergantung pada usia. Kadar hemoglobin normal lebih tinggi pada laki-laki
sintesis eritrosit.
29
2.11.2 Patofisiologi5
aktifitas, nyeri kepala, tidur berlebihan (terutama pada bayi), malas makan,
sinkrop. Anemia kronik sering di toleransi sangan baik pada anak karena
pada orang dewasa dapat tidak menunjukan gejala pada anak kecil.
2.11.3 Etiologi5
diperkirakan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Bayi baru lahir
dengan adanya riwayat ikterus, pucat, saudara kandung yang sebelumnya terkena,
konsumsi obat oleh ibu, atau kehilangan darah yang berlebihan, pada waktu
bayi yang sangat muda, anamnesis diet yang cermat sangat penting. Riwayat
ikterus, kehilangan darah, konsumsi obat, atau penyakit akut atau kronik juga
menunjukkan kemungkinan penyebabnya anemia. Pada anak yang lebih tua dan
remaja, adanya gejala-gejala dasar, diet yang tidak bisa, konsumsi obat, atau
terdiagnosis. Riwayat konsumsi obat yang teliti sangat penting untuk mendeteksi
30
kelainan yang mungkin timbul akibat obat (suspresi sum-sum tulang atau
hemolisis yang di perantai antibody) defesiensi besi karna diet murni jarang
terjadi kecuali pada masa bayi, bila intoleransi protein susu sapi menyebabkan
kehilangan darah dari saluran cerna dan berpengaruh pada ambilan besi yang tidak
cukup.
berat badan yang buruk member kesan anemia karena penyakit kronik atau
kegagalan organ. Unsur yang esensial pada pemeriksaan fisik pasien dengan
anemia ditegakkan, persiapan harus mencakup jumlah darah total denga hitung
2.11.5 Klasifikasi5
Anemia defisiensi-besi
Anemia defesiensi besi akibat diet paling lazim terjadi pada bayi
31
susu. Mereka hanya memakan sedikit bahan-bahan yang
dan gangguan fungsi leukosit dan sel-T juga telah dicatat dalam
Talasemia minor
32
neonates (tetrameter γ4) atau dengan hemoglobin H (tetrameter β4)
pada anak yang lebih tua. Apusan darah tetap normal pada individu
hemoglobin A2 dan F.
hemolitik
2. Anemia normositik
33
cukup akibat penyakit sistemis. Sintesis eritrosit tidak terjadi karena
3. Anemia makrositik
4. Anemia hemolitik
retikulosit.
34
dan fungsi eritrosit. Sferositosis herediter tingkat keparahan
35
akibat kelainan structural spektrin. Istilah “piropoikilositosis”
merujuk pada instabilitas eritrosit yang tidak biasa bila sel tersebut
eritrosit
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kelompok risiko tinggi mengalami
dapat diberikan secara massal, mulai usia 2-23 bulan dengan dosis tunggal 2
mg/kgBB/hari. Bayi dengan berat lahir rendah memiliki risiko 10 kali lipat lebih
tinggi mengalami defisiensi besi. Pada dua tahun pertama kehidupannya, saat
bulan dan diteruskan sampai bayi mendapat susu formula yang difortifikasi atau
36
suplementasi besi 2-4 mg/kg/hari (maksimum 15 mg/hari) sejak usia 1 bulan,
diteruskan sampai usia 12 bulan.10 Pada bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR),
Pada bayi cukup bulan dan anak usia di bawah 2 tahun, suplementasi besi
diberikan jika prevalens anemia defisiensi besi tinggi (di atas 40%) atau tidak
mendapat makanan dengan fortifikasi. Suplementasi ini diberikan mulai usia 6-23
prevalens defisiensi besi pada bayi yang mendapat ASI usia 0-6 bulan hanya 6%,
Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan kemudian tidak
besi dengan dosis 1 mg/kg/hari. Untuk mencegah terjadinya defisiensi besi pada
tahun pertama kehidupan, pada bayi yang mendapatkan ASI perlu diberikan
suplementasi besi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif mulai usia 4 bulan
dengan dosis 1 mg/ kg/hari dilanjutkan sampai bayi mendapat makanan tambahan
yang mengandung cukup besi. Bayi yang mendapat ASI parsial (>50% asupannya
adalah ASI) atau tidak mendapat ASI serta tidak mendapatkan makanan tambahan
yang mengandung besi, suplementasi besi juga diberikan mulai usia 4 bulan
37
Pada anak usia balita dan usia sekolah, suplementasi besi tanpa skrining
diberikan jika prevalens anemia defisiensi besi lebih dari 40%. Suplementasi besi
bulan.
Suplementasi besi pada remaja lelaki dan perempuan diberikan dengan dosis
protoporphyrin (FEP). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan
AAP merekomendasikan suplementasi besi pada remaja lelaki hanya bila terdapat
besi yang masih tinggi di Indonesia sebaiknya suplementasi besi pada remaja
lelaki tetap diberikan. Penambahan asam folat pada remaja perempuan dengan
pertimbangan pencegahan terjadinya neural tube defect pada bayi yang akan
38
39