Anda di halaman 1dari 17

2.2.5.

Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi


Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, adapun
alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan identifikasi keberlanjutan lahan
dari segi aspek sosial ekonomi pada lokasi pengamatan sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan data sosial ekonomi
No. Alat FUngsi
1. Form wawancara Sebagai form pertanyaan
2. Alat tulis Mencatat hasil wawancara
3. Kamera Mendokumentasikan kegiatan wawancara
4. Handphone Merekam proses wawancara berupa audio
Identifikasi keberlanjutan lahan dari aspek sosial ekonomi yang dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu:

Menentukan lokasi yang akan diidentifikasi keberlanjutan lahannya

Menentukan sasaran identifikasi keberlanjutan lahan

Melakukan wawancara tentang identifikasi keberlnjutan lahan kepada


petani

Merekam hasil wawancara serta mencatat hasil wawancara

Mengidentifikasi hasil wawancara sesuai indikator sosial ekonomi


pertanian berlanjut
3.1.3. Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi
1. Economically viable
Economically viable adalah sistem budidaya pertanian yang mengacu pada
pertimbangan untung rugi atau ekonomi baik bagi petani maupun pihak yang
berkaitan dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang sehingga mampu
menghitung dan menentukan kelayakan usahatani komoditas yang dilakukan
(Salikin, 2003).
1. Plot 1 (Hutan)
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan dengan Bapak Suwarno
berumur 55 tahun yang memiliki lahan hutan produksi seluas ½ hektar didaoatkan
hasil pendapatannya. Lahan yang dikelola oleh Bapak Suwarno ditanamai oleh
tanaman kopi, alpukat, pisang, durian dan rumput gajah dengan tanaman
utamanya adalah tanaman kopi. Lahan yang dimiliki Bapak Suwarno adalah lahan
sewa yang dibayar setiap tahunnya sebesar Rp 250.000. Dalam budidaya tanaman
kopi di hutan produksi, memerlukan alata yang digunakan untuk menunjang
pengolahan lahan seperti cangkul dan sabit dengan biaya penyusutan sebesar Rp
33.000 untuk cangkul dan Rp 8.000 untuk sabit sehingga didapatkan total biaya
penyusutan sebesar Rp 41.000. selain alat yang dibutuhkan, juga tenaga kerja
untuk pengolahan lahan seperti 2 tenaga kerja laki-laki untuk perawatan dengan
upah Rp 70.000, 5 tenaga kerja laki-laki untuk pemanenan dengan upah Rp
300.000 dan 3 tenaga kerja perempuan dengan upah 105.000 dengan jumlah biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 475.000. Biaya angkut dala hal ini juga
diperhitungkan sebesar Rp 280.000. Berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan,
maka dapat dihasilkan perhitungan pendapatan dan kelayakan usahatani yang
dilakukan petani sebagai berikut:
Tabel X. Rincian Biaya Penyusutan Alat
Uraian Jumlah Harga Harga Umur Biaya
(unit) Awal Per Akhir Per Ekonomis Penyusutan
Unit (Rp) Unit (Rp) (tahun) (Rp)
Cangkul 3 150.000 40.000 10 33.000
Sabit 2 45.000 25.000 5 8.000
Total 41.000

Tabel X. Rincian Biaya Tetap


No. Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa lahan (retribusi) 5000 m2 250.000 250.000
2. Penyusutan alat 41.000 41.000
Total 291.000

Tabel X. Rincian Biaya Tenaga Kerja


Jumlah Jumlah Jumlah Upah/
Keterangan HOK Total (Rp)
Orang Hari Jam/Hari HOK
Tenaga kerja laki-laki
Perawatan 2 1 8 2 35.000 70.000
Pemanenan 5 1 8 5 60.000 300.000
Sub Total 370.000
Tenaga kerja perempuan
Pemanenan 3 1 8 2,1 50.000 105.000
Sub Total 105.000
Total 475.000

Tabel X. Rincian Biaya Variabel


Jumlah Harga Per Satuan
No. Uraian Biaya (Rp)
(Unit) (Rp)
1. Angkut 28 10.000 280.000
2. Tenaga kerja 10 475.000
Total 755.000

Tabel. Rincian Total Biaya


No. Keterangan Jumlah (Rp)
1. Biaya tetap 291.000
2. Biaya variabel 755.000
Total 1.046.000

Tabel. Penerimaan dalam Usahatani


Harga Per Kg
No. Uraian Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Kopi 2.000 kg 5.000 10.000.000
Total 10.000.000

Tabel. Pendapatan Usahatani


No. Keterangan Jumlah
1. Penerimaan (TR) 10.000.000
2. Biaya (TC) 1.046.000
Pendapatan (TR-TC) 8.954.000

1. R/C rasio
R/C rasio = TR/TC = 10.000.000/1.046.000 = 9,56
2. BEP Harga (Rp)
BEP = TC/Q
= 1.046.000/2.000
= Rp 523
3. BEP Produksi (Unit)
BEP = TFC/P - (TVC/Q)
= 291.000/ 5.000 - (755.000/2.000)
= 62,953
4. BEP Penerimaan (Rp)
BEP = TFC/1 - (TVC/TR)
= 291.000 / (1 - (755.000/10.000.000))
= Rp 314.764,737
Berdasarkan hasil analisis usahatani kopi milik Bapak Suwarno yang
beurmur 55 tahun dengan penggunaan lahan hutan produksi kopi, pendapatan atau
keuntungan yang diterima petani sebesar Rp. 8.954.000 dengan total biaya
usahatani sebesar Rp. 1.046.000. Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa nilai R/C ratio sebesar 9,56 yang artinya > 1 yang dapat diartikan bahwa
setiap setiap pengeluaran Rp 1 mendapatkan penerimaan sebesar Rp 9,56
sehingga budidaya tanaman kopi layak untuk dibudidayakan.
2. Plot 2 (Agroforestri)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada pengamatan plot 2 dengan
penggunaan jenis lahan agroforestri yang dimilik oleh bapak Trisilo yang berumur
53 tahun dengan luas lahan 3.800 m2. Lahan yang digunakan untuk budidaya
agroforestri adalah lahan milik sendiri yang didapatkan dari nenek bapak Trisilo
dengan usahatani tanaman kopi dan ada beberapa tanaman durian yang ditanam,
namun fokus utamanya pada kopi serta terdapat juga lahan sawah yang dimiliki
yaitu lahan jagung dengan modal berasal dari keluarga karena lahan turun
temurun. Usaha tani tanaman kopi yang dilakukan petani dijual dengan harga
Rp.5.000/kg dalam bentuk kopi basah dan harga Rp.24.000/kg berupa kopi kering
kepada tengkulak dengan hasil produksi sebesar 1,5 ton. Proses perawatan
tanaman kopi robusta yang dilakukan yaitu dengan pembibitan dengan harga bibit
Rp.1.500/bibit. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang yang dihasilkan dari
kotoran sapi dicampur dengan kulit kopi, sehingga tidak pernah menggunakan
pupuk kimia dan pemupukan dilakukan selama 1 tahun sekali. Perawatan juga
menggunakan sabit dengan harga Rp.35.000 dan cangkul dengan harga
Rp.95.000. Lahan jagung yang dimiliki petani seluas 200m 2dengan harga bibit 1
kg Rp.49.000 dan yang biasa digunakan sebanyak 2kg bibit pertiwi. Harga jagung
yang dijual Rp.2.500/jagung dan biasanya menghasilkan 5 kwintal.
Pengendalian OPT tanaman kopi tidak dil menggunakan pestisida atau bahan
kimia lain karena tidak terdapat banyak hama dan penyakit. Petani melakukan
budidaya dengan menggunakan tenaga sendiri, namun terkadang membutuhkan
tenaga lain yang biasanya menggunakan tenaga kerja lain seperti teman petani
sendiri yang biasanya dibutuhkan 2 tenaga kerja untuk perawatan (pembabatan)
dan saat pemanenan dibutuhkan satu tenaga perempuan. Upah yang didapatkan
oleh tenaga kerja laki-laki sebesar Rp.35.000 dalam satu hari dan Rp.30.000 untuk
perempuan dalam sehari.

Tabel. Rincian Biaya Penyusutan Alat


Harga Harga Akhir Umur
Jumlah Biaya
Uraian Awal Per Per Unit Ekonomis
(unit) Penyusutan
Unit (Rp) (Rp) (tahun)
Cangkul 1 95.000 40.000 5 tahun 11.000
Sabit 3 45.000 20.000 5 tahun 15.000
Total 26.000
Tabel. Rincian Biaya Tetap
No. Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Penyusutan alat 26.000 26.000
Total 26.000

Tabel. Rincian Biaya Tenaga Kerja


Jumlah Jumlah Jumlah Upah/
Keterangan HOK Total (Rp)
Orang Hari Jam/Hari HOK
Tenaga kerja laki-laki
Perawatan 2 1 7 1,5 35.000 75.000
Total 75.000
Tenaga kerja perempuan
Pemanenan 1 1 7 1,5 30.000 30.000
Total 30.000

Tabel. Rincian Biaya Variabel


Jumlah Harga Per Satuan
No. Uraian Biaya (Rp)
(Unit) (Rp)
1. Tenaga kerja 3 35.000(laki-laki) 105.000
30.000 (perempuan)
Total 105.000

Tabel. Rincian Total Biaya


No. Keterangan Jumlah (Rp)
1. Biaya tetap 26.000
2. Biaya variabel 105.000
Total 131.000

Tabel. Penerimaan dalam Usahatani


Harga Per Kg
No. Uraian Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Kopi 1,5 ton 24.000 (kering) 36.000.000
Total 36.000.000

Tabel. Pendapatan Usahatani


No. Keterangan Jumlah
1. Penerimaan (TR) 36.000.000
2. Biaya (TC) 131.000
Pendapatan (TR-TC) 35.869.000

1. R/C rasio
R/C rasio = TR/TC = 36.000.000/131.000 = 274,8
2. BEP Harga (Rp)
BEP = TC/Q
= 131.000/1.500 kg
= Rp. 87,3
3. BEP Produksi (Unit)
BEP = TFC/ P- (TVC/Q)
= 26.000/ 24.000 -(105.000/1.500)
= 26.000/ 24.000-70
= 26.000/ 23.930
= 1,086
4. BEP Penerimaan (Rp)
BEP = TFC/ 1-(TVC/TR)
= 26.000/ 1-(105.000/36.000.000)
= Rp. 26.078, 23

Berdasarkan hasil analisis usahatani kopi milik Bapak Trisilo, pendapatan


atau keuntungan yang diterima yaitu Rp. 35.869.000 dengan total biaya usahatani
sebesar Rp. 131.000. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai R/C ratio
sebesar 274,8 yang artinya > 1 yang dapat diartikan bahwa setiap setiap
pengeluaran Rp 1 mendapatkan penerimaan sebesar Rp 275,8 sehingga budidaya
tanaman kopi layak untuk dibudidayakan.
3. Plot 3 (Tanaman Semusim)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dnegan Bapak Juwari berumur
59 tahun yang dilakukan di lahan dengan penggunaan lahan semusim dengan
komoditas yang ditanam yaitu tanaman kubis didapatkan hasil pendapatan yang
diperoleh petani. Lahan yang dimiliki yaitu lahan semusim dengan luas ½ hektar
dengan biaya sewa lahan sebesar Rp.3.000.000 dalam satu tahun. Pengelolahan
lahan memerlukan alat yang digunakan untuk mempermudah pengolahannya
seperti cangkul dan alat penyemprot dengan harga penyusutan masing-masing
adalah Rp. 30.000 dan Rp.55.000 sehingga jumlah biaya penyusutannya sebesar
Rp.85.000. Selain memerlukan alat untuk pengelolahan lahan, juga dibutuhkan
tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu 2 tenaga kerja laki-laki untuk pengolahan
tanah dengan total sebesar Rp.87.500, 2 tenaga kerja laki-laki untuk menanam
sebesar Rp. 43.750, dan 3 tenaga kerja laki-laki yang membutuhkan upah sebesar
Rp. 65.625 dengan total biaya untuk tenaga kerja sebesar Rp. 196.875. Benih
yang dibutuhkan dalam budidaya di lahan tersebut yaitu sebanyak 15 pack dengan
harga per pack Rp.100.000 sehingga total biaya yang dikeluarkam sebesar
Rp.1.500.000. pupuk yang digunakan untuk pemupukan pada lahan kubis tersebut
yaitu pupuk urea dengan harga Rp.525.000/5 karung, pupuk phonska 250.000/2
karung, pupuk KCL RP.350.000/1 karung, pupuk NPK Rp.480.000/1 karung, dan
pupuk kandang Rp.1.150.000/50 karung. Sedangkan pestisida yang digunakan
unruk mengurangi hama dan penyakit terdapat di lahan menggunakan pestisida
Antrakol dengan harga Rp.196.875/3 buah.

Tabel. Rincian Biaya Penyusutan Alat


Harga Harga Umur
Jumlah Biaya
Keterangan awal per Akhir per Ekonomis
(unit) Penyusutan
Unit (Rp) unit (Rp) (tahun)
Cangkul 2 150.000 0 10 30.000
Alat 1 650.000 100.000 10 55.000
penyemprot
Total 85.000

Tabel. Rincian Biaya Tetap


Keterangan Unit Harga/unit (Rp) Total biaya (Rp)
Sewa lahan 5000 m2 3.000.000 3.000.000
Penyusutan alat 85.000 85.000
Total 3.085.000

Tabel. Rincian Biaya Tenaga Kerja


Jumlah Jumlah Jumlah Upah/HOK Total
Keterangan HOK
orang hari jam/hari (RP) (Rp)
Tenaga kerja laki-laki
Pengolahan 2 2 5 2,5 35.000 87.500
tanah
Menanam 2 1 5 1,25 35.000 43.750
Memanen 3 1 5 1,875 35.000 65.625
Total 196.875

Tabel. Rincian Biaya Variabel


Harga per
No Keterangan Jumlah (Unit) Biaya(Rp)
Unit (Rp)
1 Benih Kubis 15 pack 100.000 1.500.000
2 Pupuk Urea 5 karung 105.000 525.000
3 Pupuk Phonska 2 karung 125.000 250.000
4 Pupuk KCL 1 karung 350.000 350.000
5 Pupuk NPK 1 karung 480.000 480.000
6 Pupuk Kandang 50 karung 23.000 1.150.000
7 Pestisida Antrakol 3 buah 125.000 375.000
8 Tenaga kerja 7 35.000 196.875
Total 4.826.875

Tabel. Rincian Total Biaya


No. Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya tetap 3.085.000
2 Biaya variabel 4.826.875
Total 7.911.875

Tabel. Penerimaan dalam usaha tani


No. Keterangan Jumlah (kg) Harga per Kg (Rp) Total (Rp)
1 Kubis 15000 2000 30.000.000
Total 30.000.000

Tabel. Pendapatan
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Penerimaan (TR) 30.000.000
2 Biaya total (TC) 7.911.875
Pendapatan (TR-TC) 22.088.125

1. R/C Rasio = TR/TC


= 30.000.000/7.911.875
=3.8
2. BEP Harga (Rp) = TC/Q
= 7.911.875/15000
= 527.45
3. BEP Produksi (unit) = TFC/P - (TVC/Q)
= 3.085.000/2000 - (4.826.875/15000)
= 1542.5 - 321.7917
= 1220.708
4. BEP Penerimaan (Rp) = TFC/1 – (TVC/TR)
= 3.085.000/1 – (4.826.875/ 30.000.000)
= 3.085.000 – 0.16
= 3.084.999,84
Berdasarkan hasil analisis usahatani milik Bapak Juwari yang beurmur 59
tahun dengan penggunaan lahan tanaman semusim kubis, pendapatan atau
keuntungan yang diterima petani sebesar Rp. 22.088.125 dengan total biaya
usahatani sebesar Rp. 7.911.875. Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa nilai R/C ratio sebesar 3,8 yang artinya > 1 yang dapat diartikan bahwa
setiap setiap pengeluaran Rp 1 mendapatkan penerimaan sebesar Rp 3,8 sehingga
budidaya tanaman kubis layak untuk dibudidayakan.
4. Plot 4 (Pemukiman Tanaman Semusim)
Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada plot 4 dengan penggunaan
lahan pemuiman-tanaman semusim yang dilakukan wawancara dengan Bapak
Wibowo berumur 58 bahwa pekerjaan utama Bapak Wibowo adalah sebagai
petani tanaman semusim yaitu tanaman jagumg dengan varietas talenta yang
ditumpangsarikan dengan tanaman kacang hiaju. Sebelumnya lahan tersebut
ditaman oleh lahan kubis dimana lahan yang dimiliki petani tersebut seluas ¼
hektar dimana lahan tersebut adalah lahan sewa. Bapak Wibowo juga memiliki
lahan tegal yang ditanami tanaman kopi, pisang seluas 1/3 hektar yang merupakan
lahan milik sendiri. Harga sewa lahan yang dikelola sebesar Rp. 1.750.000 dengan
pajak lahan Rp. 35.000. Budidaya lahan pertanian menggunakan alat seperti
cangkul, sabit, dan trkator dimana mempunyai biaya penyusutan sebesar
Rp.424.0000 dan tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan usahatani yaitu 2
tenaga kerja laki laki untuk panen dan 1 tenaga kerja laki-laki untuk penanaman
dengan upah Rp.35.000/hari. Pupuk yang digunakan dalam usahatani tanaman
jagung oleh Bapak Wibowo yaitu pupuk urea dengan harga Rp.110.000/kwintal,
pupuk ZA Rp.180.000/kwintal, dan pupuk SP36 Rp.240.000/0,5 kwintal. Adapun
pestisida yang digunakan yaitu seharga Rp.60.000 dan benih jagung yang
digunakan adalah Rp.300.000 sebanyak ¼ kg.

Tabel. Rincian Biaya Penyusutan Alat


Harga Awal Harga Umur
Jumlah Biaya
Uraian Per Unit Akhir Per Ekonomis
(unit) Penyusutan
(Rp) Unit (Rp) (tahun)
Cangkul 2 150.000 60.000 10 18.000
Sabit 3 50.000 30.000 10 6.000
Traktor 1 14.000.000 10.000.000 10 400.000
Total 424.000

Tabel. Rincian Biaya Tetap


No. Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa lahan 2500 m2 1.750.000 1.750.000
2. Penyusutan alat 424.000 424.000
3. Pajak lahan sendiri 3.333 m2 35.000 35.000
Total 2.209.000

Tabel. Rincian Biaya Tenaga Kerja


Jumlah Jumlah Jumlah Upah/ Total
Keterangan HOK
Orang Hari Jam/Hari HOK (Rp)
Tenaga kerja pria
Panen 2 1 6 1,5 35.000 52.500
Penanaman 1 1 6 0,75 35.000 26.250
Total 78.750

Tabel. Rincian Biaya Variabel


Jumlah Harga Per Satuan
No. Uraian Biaya (Rp)
(Unit) (Rp)
1. Pupuk Urea 1 kwintal 110.000 110.000
2. Pupuk ZA 1 kwintal 180.000 180.000
3. Pupuk SP-36 0,5 kwintal 240.000 240.000
4. Pestisida 1 60.000 60.000
5. Tenaga kerja 5 35.000 78.750
6. Benih jagung 1/4 kg 75.000 300.000
Total 968.750

Tabel. Rincian Total Biaya


No. Keterangan Jumlah (Rp)
1. Biaya tetap 2.209.000
2. Biaya variabel 968.750
Total 3.177.750
Tabel. Penerimaan dalam Usahatani
Harga Per Kg
No. Uraian Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Jagung 4.000 kg 1.000 4.000.000
Total 4.000.000

Tabel. Pendapatan Usahatani


No. Keterangan Jumlah
1. Penerimaan (TR) 4.000.000
2. Biaya (TC) 3.177.750
Pendapatan (TR-TC) 822.250

1. R/C rasio = TR/TC


= 4.000.000/3.177.750 = 1,26
2. BEP Harga (Rp) = TC/Q
= 3.177.750/4.000
= Rp. 794
3. BEP Produksi (Unit) = TFC/ P- (TVC/Q)
= 2.209.000/ 1.000-(995.000/4.000)
= 2.940,43
4. BEP Penerimaan (Rp) = TFC/ 1-(TVC/TR)
= 2.209.000/ 1 – (995.000/4.000.000)
= Rp. 2.945.333
Berdasarkan hasil analisis usahatani jagung milik Bapak Wibowo,
pendapatan atau keuntungan yang diterima beliau Rp. 822.250 dengan total biaya
usahatani sebesar Rp. 3.17.750. Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa nilai R/C ratio sebesar 1,26 yang artinya > 1 yang dapat diartikan bahwa
setiap setiap pengeluaran Rp 1 mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,26
sehingga budidaya tanaman jagung layak untuk dibudidayakan.
2. Ecologically sound
Ecologically sound adalah sistem budidaya pertanian yang tidak
diperbolehkan menyimpang dari sistem ekologis yang ada dimana harus ada
indikator harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh
hukum alam sehingga dapat mendukung sistem pertanian dan meningkatkan
keberhasilan sistem pertaian yang dilakukan (Salikin, 2003).
a. Plot 1
Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Suwarno dengan
lahan hutan produksi yang dimiliki sebesar 0,5 hektar didapatkan hasil ekologi
sebagai berikut:
1. Kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan
dan ditingkatkan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didaptkan hasil
bahwa lahan hutan produksi tersebut terdapat tanaman kopi, alpukat,
pisang, durian dan rumput gajah. Agroekosistem masih terjaga karena
dalam budidaya tidak melakukan pembukaan lahan hutan serta hasil
produksi untuk tanaman budidayanya cukup tinggi dan dapat memenuhi
kebutuhan kebutuhan sehari-hari petani. Adanya beberpaa tanaman yang
dibudidayakan dapat menjaga bahkan meningkatkan keragaman yang
terdapat pada lahan sehingga organisme tanah juga dapat terjaga dan
pertumbuhan tanaman terjaga baik.
2. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan dan keragaman
hayati (biodiversitas)
Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan dan
keragaman hayati (biodiversitas) telah diterapkan di lahan hutan produksi
ini karena penggunaan pupuk organik dan pupuk hijau dilakukan tanpa
menggunakan pupuk kimia sama sekali. Penggunaan pupuk organik dan
pupuk hijau dapat menjaga dan mempertahankan biodiversitas agar tidak
terjadi penurunan dan menjaga lingkungan sekitar tetap ramah lingkungan
serta tidak tercemar.
3. Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Pelestarian yang dilakukan adalah dengan tetap menjaga tanaman
di sekeliling lahan dimana hutan produksi tidak perlu pengolahan intensif
sehingga pelestarian seperti tidak merusak pohon-pohon yang ada pada
sekitar hutan produksi. Selain itu penggunaan seresah yang digunakan
untuk kesuburan tanah termasuk pelestarian sumberdaya alam. Pelestarian
seumberdaya alam lainnya yaitu tetap menjaga kesuburan tanah di lahan
hutan produksi dengan tanpa menggunakan bahan kimia sehingga keadaan
tanah tetap terjaga dan lestari.
4. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Pada lahan hutan produksi pada dasarnya tidak perlu dilakukan
pengelolaan secara intensif dibandingkan dengan lahan pertanian semusim
sehingga kualitas tanah masih terjaga secara alami oleh adanya seresah
yang jatuh keatas permukaan lahan. Seresah yang ada dapat mengurangi
dampak kerusakan tanah sehingga dapat mengurangi terjadinya longsor
pada lahan dataraan tinggi. Penggunaan pupuk organik dan mengurangi
penggunaan pupukk kimia juga dilakukan untuk meminimalisasi resiko-
resiko alam yang akan terjadi.
b. Plot 2
Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Trisilo dengan luas
lahan 3.800 m2 dengan penggunaan lahan agroforestry dilihat dari aspek
ekologinya didapatkan hasil seperti berikut:
1. Kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan
dan ditingkatkan
Sistem budidaya agroforestri yang diamati terdapat komoditas
kopi, pisang, durian, dan sengon. Lahan tersebut masih terdapat beberapa
komoditas yang berarti masih terdapat campur tanagn manusia karena
komoditas tersebut dibudidayakan, dilakukan pengolahan dan perawatan
sehingga kemampuan egroekosistemnya tidak sudah tidak terbentuk secara
alami. Campur tangan manusia yang dilakukan tidak terlalu intensif karena
tanaman utama kopi yang ditanam di lahan tersebut panen selama 1 tahun
sekali dan diberi pupuk selama 1 tahun sekali.
2. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman hayati
(biodiversitas)
Lahan agroforestri dengan komoditas kopi ini menggunakan pupuk
kandang sapi yang didapatkan dari kotoran sapi hasil ternak Bapak Trisilo
yang dicampur dengan kulit kopi kemudian didiamkan secara terbuka di
lahan kopi tersebut. Pemupukan dilakukan 1 tahun sekali karena tanah
yang digunakan untuk menanam tanaman kopi termasuk tanah subur.
Tidak digunakan pupuk kimia dalam pemupukan tanaman kopi di lahan
tersebut karena pemupukan secara organik saja sudah mampu
menghasilkan produktfitas yang tinggi. Pemupukan yang dilakukan pada
lahan ini menunjukkan bahwa lingkungan lahan agroforestri tanaman kopi
tersebut masih terjaga dan ramah lingkungan sehingga biodiversitasnya
terjaga.
3. Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Pelestarian sumberdaya alam yang terdapat pada penggunaan lahan
agroforestri oleh masyarakat dilakukan yaitu seperti pelestarian tanah agar
tidak tercemar bahan kimia tidak menggunakan pupukkimia dan pestisida
kimia namun menggunakan pupuk organik dan cara manual untuk
mengurangi hama dan penyakit sehingga menjaga kebersihan lingkungan.
4. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Budidaya pada lahan agroforestri tanaman kopi menunjukkan
bahwa pengelolahan yang dilakukan sangat minim seperti pengolahan
tanah, pemupukan yang dilakukan hanya satu tahun sekali dan
menggunakan pupuk organik. Hal ini menunjukkan bahwa lahan tersebut
dapat meminimalisir resiki-resiko alamiah yang mungkin akan terjadi di
lahan seperti kurangnya penyerapan unsur hara tanaman, pencemaran
lingkungan dan mengubah agregat tanah serta mencegah terjadinya
bencana alam seperti longsor, banjir karena dareha lahan yang digunakan
terdapat di dataran tinggi.
c. Plot 3
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Juwari berumur
59 tahun dengan lahan yang dimiliki merupakan lahan semusim dengan tanaman
kubis dengan luas ½ hektar didaptkan hasil ekologi sebagai berikut:
1. Kualitas &kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan
dan ditingkatkan
Penggunaan laha semusim yang diamati pada plot 3 terdapat
tanaman semusim kubis dan biasnya ditanami padi saat musim hujan.
Berdasarkan tanaman yang ditanam dan pengolahan yang dilakukan maka
dapat dikatakan bahwa lahan tersebut terdapat campur tangan manusia
sehingga dilakukan pegolahan yang intensif. Pengolahan diperlukan untuk
meningkatkan peran tanah untuk tumbuhan dan bagi organisme tanah.
Tanpa adanya campur tangan manusia maka agroekosistem tidak berjalan
baik, namu pengolahan juga harus dilakukan dengan tepat.
2. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman hayati
(biodiversitas)
Berdasarkan data yang didapatkan, bahwa penggunaan lahan
semusim ini dilakukan pengolahan lahan dan tanah untuk menjaga kualitas
tanah untuk tanaman. Orientasi menuju ramah lingkungan dapat dikatakan
rendah karena petani masih menggunakan pupuk kimia yang berjumlah
banyak seperti pupuk urea 5 karung, pupuk phonska 2 karung, pupuk KCL
1 karung dan pupuk NPK 1 karung serta tetap menggunakan pupuk
kandang sebanyak 50 karung, namun penggunaan pupuk kimia sangat
banyak. Selain penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia juga
digunakan untuk mengurangi hama dan penyakit yang ada di lahan.
Penggunaan bahan kimia yang berlebih dalam pengolahan suatu lagan
dapat menyebabkan penurunan biodiversitas dan pencemaran lingkungan.
3. Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Pelestarian dilakukan dengan tetap menjaga dan mempertahankan
tanaman-tanaman disekeliling lahan yang sudah ada. Pengurangan
penggunaan bahan kimia juga merupakan pelestarian eumberdaya alam
seperti menjaga tanah agar tetap tidak tercemar, udara, dan tanaman lain
yang nantinya terkena efek negatif pemupukan kimia atau pestisida kimia.
Efek negatifnya seperti resistensi dan resurgency yang dapat menurunkan
pelerstarian sumberdaya alam yang ada disekitar lingkungan lahan.
4. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Resiko-resiko yang terjadi pada lahan tanaman semusim dapat
dilakukan berbagai upaya dilakukan oleh petani seperti halnya pengaturan
jarak tanam, pengurangan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia.
Penggunaan pestisida yang tepat dan efesien sesuai kebutuhan tanaman,
pemafaatan pestisida nabati dan musuh alami juga dapat membantu dalam
menekan biaya pengeluaran pada suatu sistem usaha tani sehingga petani
dapat meminimalisir risiko yang terjadi di lahan.
d. Plot 4
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Wibowo
yang berumur 58 tahun dengan penggunaan lahan yang dimiliki yaitu tanaman
pemukiman tanaman semusim yang ditanami tanaman jagung denga luas lahan ¼
hektar, didapatkan hasil ekologi seperti berikut:
1. Kualitas &kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan
dan ditingkatkan
Penggunaan lahan di plot 4 yaitu penggunaan lahan pemukiman-
tanaman semusim yang ditanami tanaman jagung sudah menerapkan
terhadap orientasi ke pertanian berlanjut karena sudah dilakukan
pengolahan tanah yang tepat dan adanya penggunaan pupuk organik
meskipun juga menggunakan pupuk kimia namun tidak berlebihan.
Penggunaan bahan kimia yang berlebih disekitar lahan tersebut dapat
menyebabkan menurunnya atau berkurangnya biodiversitas yang terdapat
di lahan. Selain itu dapat mengancam penurunan produksi yang dilakukan
pada lahan tersebut.
2. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman hayati
(biodiversitas)
Bapak Wibowo menerapkan penggunaan pupuk organik,
melakukan tumpangsari dan melakukan pergiliran tanaman seperti
tanaman jagung dan kubis. Tetapi ada beberapa hal yang belum
menunjukkan penerapan sistem pertanian berlanjut oleh petani di lahan
seperti masih digunakannya pestisida kimia untuk mengendalikan hama
dan penyakit pada tanaman. Penggunaan bahan-bahan kimia yang
penggunaannya tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan
agroekosistem seperti munculnya resistensi dan resurgency hama. Jika
bahan-bahan kimia terakumulasi di tanah akan menimbulkan residu dan
mengganggu aktifitas mikroorganisme dalam tanah sehingga dapat
dikatakan bahawa menuju pertaniat berlanjut, masih harus diperhatikan
dan diperbaiki dan memikirkan dampak yang timbul jangka pendek
maupun jangka panjangnya sehingga dapat meingkatkan produksi juga.
3. Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Pelestarian yang dilakukan adalah menjaga kondisi lingkungan
tetap bersih dan terhindar dari pencemaran lingkungan. Selain itu menjaga
pohon-pohon selain budidaya yang sejak dahulu sudah tumbuh sehingga
mengurangi dampak lingkungan atau kondisi bahaya bagi pertanian
maupun masyarakat sekitar lahan.
4. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan, untuk mengurangi
atau meminimalisir resiko-resiko yang ada dapat dilakukan dengan
mengurangi penggunaan pupuk pestisida kimia dan lebih menggunakan
pengedalian yang organik atau ramah lingkungan dan meningkatkat sistem
PH untuk menjaga biodiversitas yang terdapat pada lahan tersebut. selain
itu dengan meminimalisasi risiko-risiko dapat meningkatkan kondisi
agroekosistem agar tetap berjalan dengan baik. Penggunaan pupuk
yangorganik untuk tanaman dapat juga meminimalisir serta pengolahan
tanah yang tepat, tidan terlalu intensif.
3. Socially Just
a. Plot 1 Hutan
Pada plot 1 lahan dikelolah oleh bapak Suwono dengan luas lahan 0,5 ha
dengan status penguasaan lahan tegal adalah sewa. Tanaman yang
dibudidayakan adalah tanaman kopi, pisang, durian, rumput gajah, dan alpukat.
Lahan yang ada termasuk lahan milik perhutani dan warga boleh menyewa
lahan tersebut asalkan tidak merusaknya yaitu dengan cara menebang pohon
yang ada disana. Menurut pak Suwono, usaha tani yang dilakukannya sudah
memperhatikan aspek lingkungan yaitu dengan cara menggunakan pupuk
organik dan pupuk hijau. Selain dari pertanian, Pak Suwono mendapatkan
sumber penghasilan dari peternakan dan juga berdagang.
Pada saat petani ingin menanam tanaman budidaya, petani masih
menggunakan pronoto mongso yaitu pada saat musim penghujan ditanami padi
dan pada saat musim kemarau ditanami tanaman sayuran. Para petani juga
memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong yaitu dengan pembuatan
pelebaran jalan. Di desa Tulungrejo juga terdapat 2 kelompok tani yaitu Rukun
Makmur untuk sawah dan Wonosari untuk hutan. Hasil panen yang didapat
dijual kepada tengkulak dengan harga Rp. 5000/kg dan mendapatkan nilai hasil
produksi Rp. 10.000,000. Bibit yang digunakan diperoleh dari membuat sendiri
dengan modal pribadi.
b. Plot 2 Agroforestri
Pada plot 2 lahan dikelolah oleh bapak Trisilo yang berumur 53 tahun
dengan luas lahan 0,38 ha dengan status kepemilikan lahan kopi dan jagung
milik pribadi. Kopi yang di budidayakan adalah kopi jenis robusta dan jagung
jenis pertiwi. Pada lahan tersebut, terdapat komoditas tanaman semusim yaitu
jagung dan tahunan yaitu kopi, durian, sengon, waru, dan pisang. Dalam
memelihara tanamannya, Pak Trisilo menggunakan pupuk organik yaitu pupuk
kandang yang diperoleh dari kotoran hewan ternak sapi dicampur dengan kulit
kopi dan pupuk kimia yaitu urea dan Za. Modal yang digunakan untuk
melakukan budidaya tanaman menggunakan modaal pribadi dan bibit yang
digunakan untuk menanam dibuat sendiri. Pada desa Tulungrejo juga terdapat
lahan milik perhutani dan warga setempat diperbolehkan untuk menyewa lahan
tersebut dengan syarat tidak boleh menebang pohon yang ada sembarangan dan
jika melanggar maka akan mendapat hukuman penjara.
Petani di Desa Tulungrejo memperoleh akses informasi harga pasar pada
tiap komuditas pertanian cukup mudah yaitu dari para tengkulak. Petani
menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan taraf yang wajar. Sebagai
contoh Pak Trisilo menjual hasil panen kopinya kepada tengkulak dengan
harga Rp.5000/kg untuk kopi basah dan Rp. 24.000/kg untuk kopi kering. Para
petani salin bekerja sama dalam bentuk gotong royong yaitu dengan bersih
desa yang dilakukan 1 tahun sekali dan para petani juga suka melakukan
musyarawah bersama. Para petani juga memiliki rasa saling menghargai satu
sama lain terutama kepada para sesepuh yang ada di desa.
c. Plot 3 (Semusim)
Pada plot 3 terdapat lahan milik Bapak Juwari yang berusia 59 tahun
memiliki luas lahan 0.5 ha berupa lahan sewa dengan harga sewa 23 juta/tahun.
Tanaman yang di budidayakan adalah tanaman kubis, atau bawang merah dan
padi pada saat musim hujan. Bapak juwari juga memiliki hewan ternak
sebanyak 3 ekor kambing. Pak juwari menjual hasil panennya langsung kepada
tengkulak dengan harga yang sesuai dengan harga pasar. Dalam
membudidayakan tanamannya, pak juwari bermodal 6 juta yang diperoleh dari
diri sendiri dan juga pinjaman dari koperasi yang dibayar setelah panen.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, pupuk phonska, pupuk
kandang, dan pestisida. Setiap kali produksi, pak juwari mendapatkan hasil
sebesar 15 ton. Menurut bapak Juwari, petani di desa Tulungrejo banyak
pendatang dari Madura, Jawa Tengah, dan Jakarta. Tidak ada peraturan
mengenai pemanfaatan di desa Tulungrejo ini, petani bebas mengatur lahan
mereka masing-masing asalkan tidak merusak alam.
d. Plot 4 (Pemukiman-Tanaman Semusim)
Pada plot 4 terdapat lahan milik Pak Wibowo, dengan luas lahan yang
dimiliki 1/3 ha milik sendiri dan ¼ ha lahan sewa. Tanaman yang
dibudidayakan adalah tanaman jagung manis tumpangsari dengan kacang ijo,
padi, kopi, pisang, dll. Sama seperti petani yang lain, Pak Wibowo menjual
hasil panennya kepada tengkulak yang kemudian para tengkulak
mendistribusikan ke pasar-pasar besar maupun pasar daerah. Produksi
pertanian yang di budidayakan dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Para petani
pernah di tawari kredit bank, akan tetapi petani tidak tertarik karena bunga nya
terlalu tinggi.
Pupuk yang digunakan dalam membudidayakan tanamanya, Pak Wibowo
menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia seperti pupuk urea, ZA, SP-36,
dan phonska. Untuk membudidayakan tanaman kopi, pak wibowo membuat
sendiri bibitnya, akan tetapi dalam membudidayakan jagung bibit di beli dari
orang lain dengan modal pribadi. Selain dari hasil pertanian, Pak Wibowo
mendapatkan penghasilan dari peternakan, buruh traktor, dan bangunan.
4. Culturally Acceptable
Hasil wawancara yang telah dilakukan, kearifan lokal yang terdapat di
Desa Tulungrejo adalah adanya tempat yang dikeramatkan yang disebut dengan
punden. Tempat ini biasa digunakan untuk upacara adat atau perayaan untuk
menyambut musim tanam. Selain itu, para petani juga masih menggunakan
pronoto mongso yitu menggunakan tanda-tanda alam untuk memulai aktivitas
pertaniannya. Para petani juga saling menghargai antar satu sama lain, juga saling
bergotong royong. Tokoh masyarakat menjadi panutan dalam melakukan
budidaya pertanian yaitu pihak penyuluh dan perangkat desa.
Kegiatan bersih desa yang dilakukan setiap satu bulan sekali merupakan
kegiatan rutin yang berguna untuk lebih mengeratkan hubungan antar warga.
Terdapat HIPA yang berfungsi untuk mengatur pergiliran air irigasi yang diatur
tanpa dipungut biaya dan juga terdapat gapoktan yang berfungsi untuk penyalur
bibit bersubsidi dari pemerintah. Kelembagaan yang terdapat di Desa Tulungrejo
adalah kelompok tani, koperasi, dan lembaga keuangan.

Anda mungkin juga menyukai