Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH NAUNGAN SENGON (Falcataria moluccana L.

)
DAN PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
GANYONG PUTIH (Canna edulis Ker.)

SUYOGIA NUR AZIS

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Naungan


Sengon (Falcataria moluccana L.) dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Ganyong Putih (Canna edulis Ker.) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Suyogia Nur Azis


NIM E44090053
ABSTRAK
SUYOGIA NUR AZIS. Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.)
dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.).
Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO.

Hutan rakyat jenis sengon (Falcataria moluccana L.) masih banyak


dikembangkan dengan sistem monokultur. Solusi alternatif untuk optimalisasi
penggunaan lahan yaitu dengan sistem agroforestri sehingga memberikan
keuntungan pendapatan berupa hasil non kayu. Penelitian ini adalah pengaruh
naungan sengon dan pemupukan terhadap pertumbuhan ganyong putih (Canna
edulis Ker.). Perlakuan naungan meliputi tanpa naungan (intensitas naungan O%)
dan naungan sengon (intensitas naungan 42%). Perlakuan pupuk terdiri atas O0
(tanpa pupuk sebagai kontrol), O1 (pupuk organik cair/POC 350 mL/ha, 450 mL),
O2 (POC 700 mL/ha, 900 mL/ha), O3 (POC 1400 mL/ha, 1800 mL/ha) dan NPK.
Desain percobaan menggunakan rancangan petak tersarang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ganyong putih di bawah naungan sengon lebih tinggi
pertumbuhannya dibandingkan dengan tanpa naungan dilihat dari parameter tinggi
tanaman, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun dan biomassa tanaman.
Perlakuan naungan dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil umbi
ganyong putih.

Kata kunci: agroforestri, Canna edulis, Falcataria moluccana, naungan,


pemupukan

ABSTRACT

SUYOGIA NUR AZIS. Shading Influence of Sengon (Falcataria moluccana L.)


and Fertilization against White Ganyong Growth (Canna edulis Ker.). Supervised
by NURHENI WIJAYANTO.

Sengon (Falcataria moluccana L.) public forests still becoming custom by


Monoculture system. Alternative solution to optimalize the use of land is by
agroforestry system. Agroforestry system give income benefits that non timber
product. This research is shading influence of sengon and fertilization against
white ganyong growth (Canna edulis Ker.). The shading treatments consist of the
open area (shade intensity 0%) and sengon shaded area (shade intensity 42%).
The fertilizer treatments consist O0 (no fertilizer as control), O1 (POC 350 mL/ha,
450 mL/ha), O2 (POC 700 mL/ha, 900 mL/ha), O3 (POC 1400 mL/ha, 1800
mL/ha) and NPK. The experiment by nested design. The results showed that
growth of white ganyong on sengon shaded area is higher than open area to
parameters hight of plant, length of leaves, width of leaves and plant biomass.
Treatments of shading and fertilization did not significantly effect to tuber wights
of white ganyong.

Key words: agroforestry, Canna edulis, Falcataria moluccana, fertilization,


shading
PENGARUH NAUNGAN SENGON (Falcataria moluccana L.)
DAN PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
GANYONG PUTIH (Canna edulis Ker.)

SUYOGIA NUR AZIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan
Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis
Kef.)
Nama : Suyogia Nur Azis
NIM : E44090053

Disetujui oleh

7~
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

Pembimbing

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
30 JUL 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan
Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis
Ker.)
Nama : Suyogia Nur Azis
NIM : E44090053

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS


Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013
adalah Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan Pemupukan
terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.).
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Prof Dr Nurheni
Wijayanto, MS selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya. Selain
itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi
atas segala bantuan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta yang selalu
mendoakan dan teman-teman seperjuangan SVK 46 khususnya anggota PKM
“Fortunity” Abdullah Azzam M, Nuri Jelma M, Desi Ratnasari dan Ardiansyah
Purnama.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, sehingga diharapkan adanya masukan dan saran untuk penyempurnaan dari
semua pihak.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan kehidupan masyarakat.

Bogor, Juni 2013

Suyogia Nur Azis


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1 
Latar Belakang 1 
Perumusan Masalah 2 
Tujuan Penelitian 2 
Manfaat Penelitian 2 
METODE 2 
Waktu dan Tempat Penelitian 2  
Alat dan Bahan 2 
Prosedur Penelitian 3
Penentuan lokasi penelitian 3
Penyiapan benih ganyong putih 3
Persiapan lahan dan penanaman 3
Aplikasi pemupukan 3
Metode pengumpulan data 3
Analisis data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5 
Keadaan Umum 5 
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih 7 
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih 10
SIMPULAN DAN SARAN 11 
Simpulan 11 
Saran 12 
DAFTAR PUSTAKA 12 
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL

1 Sidik ragam pengaruh naungan dan pemupukan terhadap pertumbuhan


ganyong putih 7 
2 Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan ganyong putih 8 
3 Pengaruh naungan terhadap biomassa tanaman 9 
4 Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan ganyong putih di lahan
tanpa naungan 10 
5 Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan ganyong putih di bawah
naungan sengon 10 
 

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi lahan budidaya ganyong putih: (a) di bawah naungan sengon;


(b) di lahan tanpa naungan 6 
2 Perbedaan berat umbi basah pada masing-masing lokasi 9 
3 Pengaruh pupuk NPK (perlakuan NPK), O0 (tanpa perlakuan), O1
(POC 350 mL, 450 mL), O2 (POC 700 mL, 900 mL), O3 (POC1400
mL, 1800 mL) terhadap berat umbi basah ganyong putih 11 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengamatan suhu (T) dan kelembaban (RH) pada naungan dan
tanpa naungan 14 
2 Hasil analisis sifat tanah 15 
3 Pengukuran tajuk naungan sengon 16 
4 Analisis pemberian hara pada tanah 16 
5 Penyakit busuk batang (Sclerotium rolfsii) pada ganyong putih di lahan
tanpa naungan  17 
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas hutan di Indonesia semakin menurun karena tekanan dari berbagai


sektor seperti pemukiman, pertanian dan perkebunan. Peningkatan jumlah
penduduk berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan pangan sehingga
diperlukan ruang untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pertanian.
Ketahanan pangan merupakan salah satu program pembangunan nasional.
Ketahanan pangan diarahkan pada terpenuhinya pangan baik jumlah, mutu, aman,
merata dan terjangkau semua kalangan masyarakat (Kemenristek 2006).
Hutan tanaman sengon sudah dikembangkan secara luas di Jawa, khususnya
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sistem pengelolaan pada hutan tanaman sengon
umumnya masih menerapkan pola tanam monokultur. Pola tanam monokultur
berakibat hutan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu, pola
tanam monokultur menghasilkan pendapatan kurang optimal mengingat tidak
termanfaatkannya lahan di bawah tegakan.
Karbohidrat adalah kebutuhan pokok sebagai sumber energi manusia. Data
tahun 2002 menunjukkan bahwa sumber energi yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia sebesar 56.6% masih berasal dari padi-padian, terutama beras
(Kemenristek 2006). Padi-padian merupakan jenis tanaman C4 yang butuh cahaya
matahari secara langsung. Tanaman sumber energi lain yang pada saat ini mulai
dilupakan masyarakat adalah ganyong (Canna edulis). Varietas ganyong ada dua
yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong putih mempunyai karakteristik
kurang tahan terhadap intensitas cahaya tinggi tetapi tahan kekeringan. Ganyong
putih cocok dibudidayakan pada lahan di bawah tegakan karena cahaya matahari
terhambat oleh keberadaan tajuk pohon.
Pemupukan merupakan kegiatan penting dalam budidaya tanaman.
Suhartini dan Hadiatmi (2010) melakukan penelitian keanekaragaman karakter
ganyong merah dan putih dari berbagai aksesi menggunakan pupuk urea, KCl dan
SP36. Penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus dapat menurunkan
produktivitas lahan karena merusak struktur tanah, menurunkan mikroorganisme
tanah, menurunkan daya ikat tanah terhadap unsur hara dan berpengaruh negatif
terhadap sifat kimia tanah (Suwahyono 2011).
Solusi alternatif untuk mengatasi masalah kemungkinan dampak negatif
akibat pemakaian pupuk kimia adalah melalui pertanian organik (Sutanto 1992).
Pertanian organik atau budidaya organik sangat dianjurkan dalam pembangunan
pertanian di masa depan. Penggunaan bahan organik mampu memperbaiki status
kesuburan dan struktur tanah melalui aktivitas mikroorganisme tanah. Pupuk cair
organik diberikan ketika masa pertumbuhan tanaman karena dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman secara cepat dan tepat.
Informasi terkait pemanfaatan di lahan bawah tegakan sengon dengan
mengaplikasikan pupuk organik cair masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini
penting untuk dilakukan agar tercapai ketahanan pangan dan kelestarian lahan.
2

Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang berusaha untuk dicari
penyelesaiannya dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah naungan sengon berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ganyong
putih?
2. Apakah perbedaan jenis pupuk dan dosis pupuk organik cair berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman ganyong putih?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Untuk mengukur pengaruh naungan sengon terhadap pertumbuhan tanaman
ganyong putih.
2. Untuk mengukur pengaruh jenis pupuk dan dosis pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan tanaman ganyong putih.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk menyajikan data informasi kepada


masyarakat terkait perkembangan ilmu dalam sistem budidaya tanaman guna
tercapai ketahanan pangan. Selain itu, penelitian ini menyajikan informasi peluang
pemanfaatan lahan di bawah tegakan hutan rakyat khusunya jenis sengon melalui
sistem agroforestri.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember 2012


sampai dengan Mei 2013. Lokasi penelitian yaitu di lahan bawah tegakan sengon
dan lahan tanpa naungan milik masyarakat di Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu cangkul, golok, ajir,


meteran 20 meter, timbangan ketelitian 10-2, alat penyiram (sprayer), gelas ukur,
oven, densiometer, termometer dry-wet, penggaris, ring contoh, spidol permanen,
papan label, kamera dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian yaitu
benih ganyong putih sebagai tanaman budidaya, pupuk kompos, NPK dan pupuk
organik cair. Pupuk organik cair yang digunakan untuk penelitian mengandung
unsur hara makro dan mikro serta mikroorganisme seperti Lactobacillus sp. dan
3

Azotobacter sp. Mikroorganisme ini berperan membantu proses penguraian bahan


organik dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.

Prosedur Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dipilih dengan memperhatikan kondisi lahan yang datar,
antara kedua lahan masih satu hamparan dan dekat dengan jalan raya sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Lokasi dipilih di sekitar Kampus
IPB, yaitu di lahan bawah tegakan sengon umur 3 tahun dengan jarak tanam 3x3
m2 dan lahan tanpa naungan.

Penyiapan Benih Ganyong Putih


Perbanyakan tanaman ganyong putih dilakukan secara vegetatif melalui stek
umbi. Benih ganyong dipilih dari umbi yang berukuran sedang dengan tunas 1–2
(Suhartini dan Hadiatmi 2010). Benih ganyong diperoleh dari Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Genetika Cimanggu, Bogor.

Persiapan Lahan dan Penanaman


Persiapan lahan dilakukan 1 minggu sebelum penanaman, meliputi
pembersihan lahan, pengolahan lahan, pembuatan bedeng dan lubang tanam.
Bedengan berbentuk petak ukuran 100x150 cm2, tinggi bedeng 25 cm jarak antar
bedeng 30 cm dan jarak antar lubang tanam 50x50 cm2 (Lingga 1986).

Aplikasi Pemupukan
Pupuk kandang diberikan saat pengolahan lahan sebanyak 25–30 ton/ha.
Ganyong dipupuk dengan urea 45 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan SP36 50 kg/ha pada
saat penanaman. Setelah tanaman berumur 3.5 bulan, ganyong diberi urea 85
kg/ha dan KCl 100 kg/ha (Suhartini dan Hadiatmi 2010). Pupuk organik cair
(POC) diberikan sesuai anjuran produk pemakaian dalam budidaya umbi-umbian.
Dosis POC yang dianjurkan yaitu 700 mL/ha pada masa pertumbuhan dan 900
mL/ha pada masa pembuahan. Pemberian dilakukan dengan cara penyemprotan
langsung ke perakaran dan tubuh tanaman menggunakan sprayer (Setiadi et al.
2011).

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri atas dimensi tanaman ganyong putih, karakteristik sifat fisik dan
kimia tanah, serta pengamatan terhadap intensitas naungan, suhu dan kelembaban.
Data sekunder yang dibutuhkan yaitu terkait syarat benih yang ideal, persiapan
lahan, waktu panen dan data lain untuk mendukung penelitian. Data sekunder
diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat dan studi pustaka.
Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif ganyong dilakukan setiap 1
minggu sekali, meliputi pengukuran:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman mulai dari pangkal batang sampai ujung pucuk muda.
2. Panjang daun
4

Rata-rata panjang daun pada satu tanaman


3. Lebar daun
Rata-rata lebar daun pada satu tanaman.
4. Jumlah daun
Jumlah daun yang telah mekar sempurna pada batang utama.
5. Jumlah anakan
Jumlah anakan yang telah memiliki daun dan batang sempurna setiap
rumpunnya.
6. Panjang tangkai daun
Rata-rata panjang tangkai pada setiap daun.
Pengamatan destruktif dilakukan setelah panen, meliputi penghitungan:
1. Berat basah umbi
Berat umbi setelah dicuci bersih
2. Biomassa tanaman
Biomassa diperoleh dari hasil penjumlahan berat kering daun, batang dan
umbi. Pengeringan menggunakan oven pada suhu 105 oC selama 24 jam.
Kegiatan pengeringan dilakukan di Laboratorium PAU IPB.
Pengambilan sampel tanah menggunakan metode systematic sampling
(SyS). Pengambilan contoh tanah melalui dua metode yaitu metode tanah terusik
dan metode tanah utuh (ring contoh). Contoh tanah terusik diambil menggunakan
bor sedalam 0–20 cm. Contoh tanah ini digunakan untuk pengamatan sifat kimia
tanah dan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang diamati pada contoh tanah terusik
meliputi tekstur, struktur dan warna tanah. Sifat fisik tanah lainnya yang diamati
melalui metode tanah utuh yaitu bobot isi, porositas dan air tersedia. Pengamatan
terhadap sifat fisik tanah menggunakan metode yang dikembangkan oleh Balai
Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BLSDLP 2006). Sifat kimia tanah seperti
pH, KTK, kandungan nutrisi berupa C-organik, N, P tersedia, K dan unsur hara
lain dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB.
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan selama 3 hari berturut-turut
dengan catatan selama hari pengamatan tidak terjadi hujan. Pengamatan dilakukan
pada lahan dengan naungan dan tanpa naungan. Suhu dan kelembaban diukur 3
kali dalam sehari yaitu pagi hari (pukul 07.00–08.00), siang hari (pukul 12.00–
13.00) dan malam (pukul 19.00–20.00). Setiap pengamatan dilakukan sebanyak 3
ulangan. Pengukuran keadaan tajuk pohon dilakukan pada awal penelitian dan
menjelang panen. Pengukuran intensitas naungan menggunakan alat densiometer.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang (nested design) dua


faktor dan tiga ulangan. Faktor utama adalah naungan yang terdiri atas naungan
tegakan sengon (N) dan tanpa naungan (TN). Faktor kedua sebagai anak petak
adalah perlakuan pemupukan yang keragamannya terletak pada petak utama.
Faktor pemupukan terdiri atas:
O0 (kontrol) : tanpa pemupukan
O1 : perlakuan POC 350 mL/ha fase pertumbuhan, 450 mL/ha fase
pembuahan
5

O2 : perlakuan POC 700 mL/ha fase pertumbuhan, 900 mL/ha fase


pembuahan
O3 : perlakuan POC 1400 mL/ha fase pertumbuhan, 1800 mL/ha fase
pembuahan
NPK : pemberian urea 1.13 g/tanaman, KCl 1.25 g/tanaman dan SP36
1.25 g/tanaman ketika penanaman, umur 3.5 bulan diberikan urea
2.13 g/tanaman dan KCl 2.5 g/tanaman.
Setiap lingkungan terdapat 15 satuan percobaan, dengan masing-masing terdapat
5 tanaman.
Model statistik untuk analisis gabungan antar lokasi adalah:
Yijk = µ + αi + βi/j + γk + (αγ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk : variabel respon yang diamati
µ : nilai tengah sebenarnya
αi : pengaruh lingkungan ke-i
βi/j : pengaruh ulangan ke-j dalam lingkungan ke-i
γk : pengaruh pemupukan ke-k
(αγ)ik : pengaruh interaksi lingkungan ke-i pemupukan ke-k
εijk : pengaruh galat lingkungan ke-i, ulangan ke-j dan pemupukan ke-k.
Analisis data menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% untuk
melihat perbedaan antar perlakuan. Uji lanjut Duncan pada taraf 5% dilakukan
apabila terdapat pengaruh beda nyata terhadap peubah yang diamati (Mattjik dan
Sumertajaya 2002). Data diolah menggunakan program SAS 9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Lingkungan biofisik adalah faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan


dan hasil produksi dalam budidaya tanaman. Kondisi lingkungan yang perlu
diperhatikan meliputi vegetasi, tanah, suhu, kelembaban, intensitas cahaya
matahari dan curah hujan. Tegakan sengon lokasi penelitian berumur 3 tahun
dengan jarak tanam 3x3 m. Keadaan bawah tegakan berupa tumbuhan bawah
yang tumbuh secara liar dan tidak dimanfaatkan oleh pemilik lahan, meliputi
rumput-rumputan, kopi-kopian, paku-pakuan, lengkuas, ganyong merah dan lain-
lain. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata suhu udara di lahan tanpa naungan
sebesar 28.30 oC dengan kelembaban udara 80.20% (Lampiran 1). Pengukuran
tajuk pohon dilakukan untuk melihat seberapa besar tutupan terhadap lahan di
bawahnya menggunakan alat densiometer. Pengukuran tutupan tajuk sengon
dilakukan pada awal penelitian dan menjelang panen. Pengukuran tajuk juga
dilakukan pada pertengahan Januari karena adanya serangan ulat kantong
(Pteroma plagiophleps) sehingga tutupan tajuk pohon menjadi 17%. Tutupan
tajuk rata-rata selama penelitian yaitu 42%.
Pada lahan yang ternaungi tegakan sengon, suhu rata-rata harian lebih
rendah (28.00 oC) dengan kelembaban udara lebih tinggi (82.10%). Naungan
6

pohon memberikan dampak terhadap intensitas cahaya matahari yang diterima


kanopi daun di lapisan bawah lebih sedikit sehingga berpengaruh terhadap
aktivitas fotosintesis tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai respon yang
berbeda terhadap besar kecilnya intensitas cahaya untuk aktivitas fotosintesis.
Berdasarkan respon aktivitas fotosintesis terhadap intensitas cahaya matahari,
tanaman terbagi menjadi tiga jenis yaitu C3, C4 dan CAM. Jenis C3 merupakan
tanaman yang mampu melakukan aktivitas fotosintesis secara optimal pada
intensitas cahaya rendah (Gardner et al. 1991).

a b
Gambar 1 Kondisi lahan budidaya ganyong putih: (a) di bawah naungan sengon;
(b) di lahan tanpa naungan
Berdasarkan hasil analisis sifat tanah (Lampiran 2), pada kedua lahan
mempunyai keasaman tanah 4.0–6.0, C-organik sekitar 1% dan N sekitar 0,1%.
Kondisi kedua lahan menurut pH, C-organik dan N sangat baik untuk
pertumbuhan tanaman (Lubis 1992). Menurut Lubis (1992), kandungan P tersedia
pada kedua lahan dapat dikatakan baik karena lebih dari 3 ppm. Kandungan P
tersedia pada lahan di bawah naungan (6.30 ppm) lebih tinggi dari pada tanpa
naungan (4.50 ppm). Tingginya kandungan P di lahan ternaungi dipengaruhi oleh
pelapukan bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik seperti asam
humat dan sulfat (Utami dan Handayani 2003). Kandungan asam humat dan asam
sulfat memegang peran penting dalam pengikatan Al dan Fe sehingga P tersedia
lebih tinggi. Pada lahan ternaungi sengon kandungan unsur K (0.34 me/100g)
lebih rendah dari pada tanpa naungan (0.57 m/100g). Hal ini karena unsur K pada
lahan ternaungi sengon terserap oleh tumbuhan bawah dan tegakan sengon. Selain
itu, lahan tanpa naungan merupakan lahan percobaan milik IPB. Pada penelitian
sebelumnya, lahan tanpa naungan diberikan perlakuan pemupukan sehingga
kandungan unsur K lebih tinggi. KTK dan koloid tanah berperan penting dalam
mengikat unsur hara termasuk pemberian pupuk pada tanah. KTK tanah pada
lahan ternaungi sebesar 12.54%, sedangkan lahan bebas naungan sebesar 18.78%.
Menurut Setiadi (2012), kondisi KTK tanah pada lahan ternaungi kurang dari 16%
dapat mengakibatkan pemberian pupuk NPK tidak efisien. KTK pada lahan
ternaungi rendah disebabkan kondisi struktur yang kompak (liat dan debu lebih
dari 65%). Menurut Setiadi (2012), tanah yang kompak mengakibatkan KTK
menjadi rendah.
7

Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih

Ganyong putih tergolong tanaman yang tidak memerlukan syarat-syarat


iklim tertentu yang sulit terpenuhi dan toleran pada berbagai suhu udara (Lingga
1986). Keberadaan naungan mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk pada
lahan bawah tegakan pohon yang secara tidak langsung juga berpengaruh
terhadap iklim mikro. Naungan dapat mengurangi intensitas cahaya sekitar 30–
40%, mengurangi kecepatan angin, mengurangi laju evapotranspirasi pada kanopi
di bawahnya dan dapat meningkatkan ketersediaan air tanah bagi tanaman (Taiz
dan Zeiger 1991).
Pengukuran parameter pertumbuhan tanaman ganyong putih dilakukan
ketika tanaman berumur 1 minggu setelah penanaman dengan ditandai keluarnya
tunas. Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sampai ganyong putih siap dipanen.
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 1), faktor naungan berpengaruh nyata
terhadap parameter pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah daun dan biomassa tanaman. Perlakuan
pemupukan baik di lahan tanpa naungan maupun di bawah naungan sengon tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan ganyong putih kecuali
panjang tangkai daun.
Tabel 1 Sidik ragam pengaruh naungan dan pemupukan terhadap pertumbuhan
ganyong putih
F hitung
Parameter Pemupukan
Naungan
(dalam naungan)
Tinggi tanaman (cm) 309.38 * 1.40 tn
Panjang daun (cm) 136.84 * 1.28 tn
Lebar daun (cm) 201.09 * 1.17 tn
Tangkai daun (cm) 179.52 * 3.82 *
Jumlah daun 12.96 * 1.98 tn
Jumlah anakan 2.35 tn 0.42 tn
Berat umbi basah (ton/ha) 0.08 tn 0.37 tn
Biomassa tanaman (g/tanaman) 49.40 * 0.39 tn
a
Angka-angka dalam tabel adalah nilai F hitung; *= perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji
5%; tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%.

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 2), ganyong putih yang ditanam
pada lahan ternaungi sengon mempunyai rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman
lebih besar (berbeda nyata) dari pada tanpa naungan. Pertumbuhan tanaman
ganyong putih di bawah naungan sengon juga lebih tinggi pada parameter
panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun dan jumlah daun. Pertumbuhan
vegetatif di bawah naungan lebih tinggi disebabkan rendahnya cahaya yang
diterima tanaman ganyong putih, sehingga mendorong tanaman untuk
meningkatkan dimensi vegetatifnya. Hal ini merupakan bentuk adaptasi morfologi
tanaman untuk menangkap cahaya akibat di bawah naungan sengon. Selain itu,
kandungan P tersedia pada lahan ternaungi sengon lebih banyak. Unsur fosfor
berfungsi untuk membantu pembelahan sel sehingga pertumbuhan vegetatif
tanaman lebih tinggi (Munawar 2011). Naungan tidak berpengaruh terhadap
8

banyaknya anakan. Hal ini disebabkan jumlah anakan lebih dipengaruhi oleh
keadaan umbi. Besar kecilnya ukuran umbi menjadi faktor yang mempengaruhi
jumlah anakan pada satu rumpun tanaman.
Tabel 2 Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan ganyong putih
Parameter Naungan sengon Tanpa naungan
Tinggi (cm) 12.23 a 8.19 b
Panjang daun (cm) 2.91 a 2.38 b
Lebar daun (cm) 1.46 a 1.17 b
Tangkai daun (cm) 2.17 a 1.32 b
Jumlah daun 0.57 a 0.54 b
Jumlah anakan 0.49 a 0.54 a
a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Menurut Taiz dan Zeiger (1991), di negara-negara tropis, kelebihan


intensitas cahaya matahari adalah faktor pembatas pertumbuhan tanaman
khususnya C3. Salah satu cara untuk mengatasi masalah intensitas cahaya yang
terlalu tinggi yaitu dengan memberikan naungan. Rendahnya intensitas cahaya
matahari pada lahan ternaungi mengarahkan kloroplas tanaman ganyong putih
mengumpul pada lapisan epidermis, sehingga warna daun dan batang tanaman
lebih hijau. Menurut Sukaesih (2002), pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran
daun semakin meningkat dengan meningkatnya persentase naungan untuk
tanaman tahan naungan. Kecepatan fotosintesis tanaman tahan naungan semakin
menurun pada intensitas cahaya tinggi karena menutupnya mulut daun (Guslim
2007).
Keberadaan naungan mengakibatkan cahaya matahari yang diterima
tanaman lebih rendah sehingga mendorong pertumbuhan vegetatif yang lebih
besar dibandingkan tanpa naungan. Taiz dan Zeiger (1991) mengemukakan bahwa
tingkat intensitas cahaya menimbulkan respon fisiologis (aktivitas fotosintesis)
dan morfologis. Pada lahan tanpa naungan, intensitas cahaya matahari yang lebih
tinggi mengakibatkan perubahan warna daun dan batang menjadi kekuningan
serta mengering pada tepi daun. Warna hijau pada daun dan batang menunjukkan
seberapa banyak kandungan klorofil yang terdapat di kloroplas, sehingga dengan
menguningnya warna mengindikasikan menurunnya aktivitas fotosintesis tanaman
ganyong putih (Campbell dan Reece 2002).
Biomassa adalah berat kering dari bahan organik. Produksi bahan kering
organik tanaman dipengaruhi oleh penyekapan sinar matahari, CO2 dan air
melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa karbon organik (karbohidrat)
dimanfaatkan untuk aktivitas metabolisme tanaman dan sisanya disimpan dalam
bentuk biomassa seperti di batang, cabang, daun, akar, umbi dan buah. Sejalan
dengan perkembangan terkait dengan biomassa hutan, maka penghitungan
biomassa tanaman di bawah tegakan sangat penting diketahui (Sutaryo 2009).
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Verchot et al. (2010), bahwa
target Indonesia dalam pengurangan emisi karbon sebesar 26%, namun Indonesia
tidak akan dapat memenuhi proporsi target itu. Salah satu upaya untuk mencapai
target pengurangan emisi karbon secara signifikan yaitu melalui penanaman
pohon, namun terkendala luas lahan yang akan ditanami. Hutan rakyat yang
9

dikelola oleh masyarakat memiliki peluang penyerapan emisi karbon apabila


dikelola secara intensif melalui optimalisasi lahan.
Tabel 3 Pengaruh naungan terhadap biomassa tanaman
Lokasi Biomassa tanaman (g/tanaman)
Naungan sengon 506.82 a
Tanpa naungan 293.71 b
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Data biomassa tanaman dan berat umbi basah diperoleh setelah kegiatan
pemanenan tanaman ganyong putih. Pemanenan tidak memperhatikan parameter
umur berbunga, namun berdasarkan menguningnya batang dan daun (Tatit dan
Sukardi 1991). Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 3) menunjukkan bahwa biomassa
tanaman yang ternaungi lebih tinggi dari pada tanpa naungan. Biomassa tanaman
ganyong putih dalam optimalisasi lahan bawah tegakan sengon jauh lebih besar
dibandingkan dengan biomassa tanaman porang yang hanya 10.57 g/tanaman
pada naungan sengon 80% dan 92.20 g/tanaman pada naungan sengon 30%
(Wijayanto dan Pratiwi 2011).
Berat umbi basah merupakan parameter penting untuk menentukan nilai
ekonomi budidaya tanaman umbi-umbian termasuk ganyong putih. Gambar 2
menunjukkan perbedaan berat umbi basah ganyong putih di bawah naungan
sengon dan tanpa naungan. Pada tanpa naungan, intensitas cahaya matahari yang
lebih tinggi mengakibatkan hasil fotosintesis tanaman ganyong putih tidak
banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif namun disimpan pada umbinya.
Selain itu, kandungan unsur K pada lahan tanpa naungan lebih tinggi. K
dibutuhkan tanaman untuk produksi buah, umbi, biji dan cadangan makanan
lainnya supaya lebih berisi dan padat. Berat umbi basah pada penelitian ini masih
rendah dibandingkan dengan tanaman ganyong putih umur 8–10 tahun, yaitu 45
ton/ha (Forum Kerjasama Agribisnis 2008). Penelitian Suhartini dan Hadiatmi
(2010) menunjukkan hasil berbeda, berat umbi basah mencapai 76.20 ton/ha pada
umur 10 bulan.

28 27.77
Berat umbi basah

27.23
27
(ton/ha)

26

25
Naungan Tanpa naungan

Gambar 2 Perbedaan berat umbi basah pada masing-masing lokasi


10

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih

Peningkatan dosis pupuk baik berupa pupuk cair dan padat dapat
menyediakan unsur hara esensial lebih banyak bagi tanaman (Gardner et al.
1985). Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 4 dan Tabel 5) memperlihatkan bahwa
parlakuan pemupukan di lahan tanpa naungan dan di bawah naungan sengon tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ganyong putih. Hal ini disebabkan
kondisi lahan di kedua lokasi sudah subur (Lampiran 2). Panjang tangkai daun di
lahan tanpa naungan pada perlakuan O1, O2 dan O3 lebih rendah. Hal ini
disebabkan adanya serangan penyakit busuk batang (Sclerotium rolfsii) pada
perlakuan tersebut (Lampiran 5). Penyebab utama datangnya penyakit ini tidak
diketahui secara pasti. Patogen jenis Sclerotium rolfsii sulit ditanggulangi karena
mampu bertahan bertahun-tahun di dalam tanah dalam bentuk sklerotium dan
mempunyai kisaran inang yang luas (Punja 1985).
Tabel 4 Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan ganyong putih di lahan
tanpa naungan
Panjang Lebar Tangkai Biomassa
Tinggi Jumlah Jumlah
Perlakuan daun daun daun tanaman
(cm) daun anakan
(cm) (cm) (cm) (g/tanaman)
NPK 8.63 a 2.50 a 1.24 a 1.24 bc 0.53 a 0.58 a 329.03 a
O0 8.67 a 2.50 a 1.19 a 1.73 a 0.55 a 0.49 a 333.07 a
O1 7.97 a 2.33 a 1.14 a 1.37 b 0.52 a 0.45 a 280.48 a
O2 8.00 a 2.38 a 1.17 a 1.08 c 0.53 a 0.57 a 252.60 a
O3 7.70 a 2.21 a 1.10 a 1.19 bc 0.53 a 0.59 a 273.36 a
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); NPK= perlakuan NPK; O0= tanpa perlakuan; O1=
POC 350 mL, 450 mL; O2= POC 700 mL, 900 mL; O3= POC 1400 mL, 1800 mL.

Tabel 5 Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan ganyong putih di bawah


naungan sengon
Panjang Lebar Tangkai Biomassa
Tinggi Jumlah Jumlah
Perlakuan daun daun daun tanaman
(cm) daun anakan
(cm) (cm) (cm) (g/tanaman)
NPK 12.32 a 2.97 a 1.49 a 2.08 a 0.57 a 0.52 a 614.51 a
O0 11.98 a 2.82 a 1.42 a 2.24 a 0.56 a 0.51 a 522.60 a
O1 12.46 a 2.87 a 1.46 a 2.01 a 0.58 a 0.43 a 472.39 a
O2 11.90 a 2.99 a 1.50 a 2.25 a 0.58 a 0.48 a 436.41 a
O3 12.52 a 2.89 a 1.44 a 2.23 a 0.56 a 0.52 a 488.22 a
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); NPK= perlakuan NPK; O0= tanpa perlakuan; O1=
POC 350 mL, 450 mL; O2= POC 700 mL, 900 mL; O3= POC 1400 mL, 1800 mL.
11

35 Naungan Tanpa naungan


31.33
28.20 27.87
30 27.27 27.17 27.20 27.93
26.07 26.67
Berat umbi basah 25.26
(ton/ha) 25

20

15

10

0
NPK O0 O1 O2 O3
Perlakuan pemupukan
Gambar 3 Pengaruh pupuk NPK (perlakuan NPK), O0 (tanpa perlakuan), O1
(POC 350 mL, 450 mL), O2 (POC 700 mL, 900 mL), O3 (POC1400
mL, 1800 mL) terhadap berat umbi basah ganyong putih

Perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap berat umbi basah.


Pada Gambar 3 terlihat bahwa berat umbi basah ganyong putih pada perlakuan
pupuk NPK di lahan tanpa naungan adalah paling tinggi. hal ini karena KTK pada
lahan tanpa naungan memungkinkan NPK terserap oleh tanaman, sehingga berat
umbi basahnya lebih tinggi. Pada lahan di bawah naungan sengon, perlakuan
pupuk NPK tidak terlihat lebih tinggi karena KTK tanah kurang dari 16%.
Perbedaan dosis POC tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan berat
umbi basah ganyong putih. Hal ini karena POC yang diberikan mengandung unsur
N, P dan K sangat sedikit (Lampiran 4). POC mengandung unsur hara makro dan
mikro yang lebih lengkap dan secara bertahap dapat memperbaiki lahan karena
mengandung mikroorganisme (Sutanto 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ganyong putih yang ditanam pada lahan ternaungi sengon (intensitas


naungan 42%) lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan dengan ganyong putih
yang tidak ternaungi sengon dilihat dari parameter tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, panjang tangkai daun dan biomassa. Pengaruh naungan sengon tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil berat umbi basah ganyong putih.
Perbedaan pupuk dan dosis pupuk organik cair (POC) tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan berat umbi basah ganyong putih. Hal ini
disebabkan kondisi lahan yang sudah subur.
12

Saran

Budidaya tanaman ganyong putih perlu dikembangkan untuk optimalisasi


lahan bawah tegakan hutan rakyat sengon pada jarak tanam 3x3 m2 melalui
agroforestri. Perbedaan jenis pupuk dan dosis POC tidak dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil umbi basah tanaman ganyong putih di lapangan, sehingga
disarankan perlu ada analisis biologi tanah dalam penelitian selanjutnya
mengingat POC tidak banyak mengandung unsur N, P dan K, namun mengandung
mikroba yang dapat menyuburkan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

[BLSDLP] Balai Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2006. Sifat Fisik Tanah
dan Metode Analisisnya. Jakarta (ID): BLSDLP.
Campbell NA, Reece JB. 2002. Biology. 6th Ed. San Francisco (ID): Benjamin
Cummings Pub.
Forum Kerjasama Agribisnis. 2008. Dari ganyong ke “Queensland Arrowroot”
[internet]. [Waktu pembaharuan 12 Jan 2010]. [diunduh 2013 Jun 16]. Tersedia
pada: foragri.blogsome.com/dari-ganyong-ke-queensland-arrowroot/
Gardner FP, Pearce BR, Roger LM. 1985. Physiology of Crop Plants. Iowa (US):
The Iowa State University Pr.
Guslim. 2007. Agroklimatologi. Medan (ID): USU Pr.
[Kemenristek] Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
2006. Indonesia 2005-2025 Buku Putih Penelitian, Pengembangan, Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Ketahanan Pangan. Jakarata (ID):
Kemenristek.
Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Paraserianthes falcataria:
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR.
Lingga P. 1986. Bertanam Ubi-Ubian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Alaeis guineensis Jacq) di Indonesia. 2nd Ed.
Sumatera Selatan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. 2nd Ed. Bogor (ID): IPB Pr.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.
Punja ZK. 1985. The biology, ecology and control of Sclerotima rolfsii. Annu Rev
Phytopathol. 23(1):97-127.
Setiadi W, Kasno, Haneda NF. 2011. Penggunaan pupuk organik cair untuk
peningkatan produktivitas daun murbei (Morus sp.) sebagai pakan ulat sutra
(Bombyx moori L.). Jurnal Silvikultur Tropika 2(3):165-170.
Setiadi Y. 2012. Pembenahan Lahan Pasca Tambang. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan IPB.
Suhartini T, Hadiatmi. 2010. Keragaman Karakter Morfologi Tanaman Ganyong.
Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian.
13

Sukaesih E. 2002. Studi karakter iklim mikro pada berbagai tingkat naungan
pohon karet dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan 20 genotipe kedelai
(Glycine max (L.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian IPB.
Sutanto R. 1998. Inventarisasi Teknologi Alternatif dalam Mendukung Pertanian
Berkelanjutan. Yogayakarta (ID): Fakultas Pertanian UGM.
Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia
Programme.
Suwahyono U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif
dan Efisien. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Taiz L, Zeiger E. 1991. Plant Physiology. California (US): The Benjamin
Cummings Pub.
Tatit KB, Sukardi SR. 1991. Ekstraksi dan karakterisasi pati ganyong (Canna
edulis Ker.). Jurnal Teknologi Industri Pertanian 3(1):21-26.
Utami SNH, Handayani S. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian
organik chemical properties in organic and conventional farming system. Ilmu
Pertanian 3(10):63-69.
Verchot LV, Petkova E, Obidzinski K, Atmadja S, Yuliani EL, Dermawan A,
Murdiyarso D, Amira S. 2010. Mengurangi Emisi Kehutanan Indonesia. Bogor
(ID): CIFOR.
Wijayanto N, Pratiwi E. 2011. Pengaruh naungan dari tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria L.) terhadap pertumbuhan tanaman porang
(Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur Tropika 2(1):46-51.
14

Lampiran 1 Hasil pengamatan suhu (T) dan kelembaban (RH) pada naungan
dan tanpa naungan

Ulangan Rata- Rata-


1 2 3 rata rata
Lokasi Waktu
T RH T RH T RH T RH
o
(oC) (%) (oC) (%) (oC) (%) ( C) (%)
Naungan 1 Pagi 28.0 74.9 28.0 74.9 28.0 74.9 28.0 74.9
Siang 28.0 81.8 28.0 81.8 28.0 81.8 28.0 81.8
Malam 26.5 92.3 26.5 92.3 26.5 92.3 26.5 92.3
Rata-rata 27.5 83.0
2 Pagi 27.0 85.0 27.0 85.0 27.0 85.0 27.0 85.0
Siang 33.0 68.2 33.0 68.2 33.0 68.2 33.0 68.2
Malam 24.3 95.1 24.5 95.1 24.5 95.1 24.4 95.1
Rata-rata 28.1 82.7
3 Pagi 27.5 81.6 27.5 81.6 27.5 81.6 27.5 81.6
Siang 33.0 68.2 33.0 68.2 33.0 68.2 33.0 68.2
Malam 25.0 92.0 25.0 92.0 25.0 92.0 25.0 92.0
Rata-rata 28.5 80.6
Rata-rata pada naungan 28.0 82.1
Tanpa 1 Pagi 27.5 74.7 27.5 74.7 27.5 74.7 27.5 74.7
naungan Siang 27.5 88.7 27.5 88.7 28.0 88.7 27.7 88.7
Malam 28.0 78.3 27.8 78.3 27.8 78.3 27.9 78.3
Rata-rata 27.7 80.6
2 Pagi 27.0 81.4 27.0 81.4 27 81.4 27.0 81.4
Siang 34.25 68.9 34.5 68.9 34 68.9 34.3 68.9
Malam 24.5 91.9 24.5 91.9 24.5 91.9 24.5 91.9
Rata-rata 28.6 80.7
3 Pagi 27.0 77.9 27.0 77.9 27 77.9 27.0 77.9
Siang 34.0 68.8 34.0 68.8 34 68.8 34.0 68.8
Malam 24.5 91.9 24.5 91.9 24.5 91.9 24.5 91.9
Rata-rata 28.5 79.6
Rata-rata pada tanpa naungan 28.3 80.2
15

Lampiran 2 Hasil analisis sifat tanah

Parameter Naungan Tanpa naungan


pH 5.60 5.70
C-Org (%) 1.12 1.03
N (%) 0.11 0.10
P.tersedia (ppm) 6.30 4.50
P. Ha 25% (me/100g) 62.50 45.30
Ca (me/100g) 7.59 12.11
Mg (me/100g) 1.74 3.50
K (me/100g) 0.34 0.57
Na (me/100g) 0.25 0.30
KTK (%) 12.54 18.78
KB (me/100g) 79.11 87.70
AL (me/100g) tr tr
H (me/100g) 0.12 0.12
Fe (me/100g) 3.14 4.54
Cu (ppm) 1.94 2.46
Zn (ppm) 7.03 6.88
Mn (ppm) 143.75 137.37
pasir 7.48 13.39
debu 25.63 28.30
liat 66.89 58.31
16

Lampiran 3 Pengukuran tajuk naungan sengon

Waktu Ulangan Densiometer Naungan (%)


Awal 1 10.05 41,88
2 10.60 44,17
3 10.20 42,50
4 10.55 43.96
5 11.80 49.17
6 11.80 49.17
7 11.80 49.17
8 10.90 45.42
Rata-rata 10.96 45.68
Akibat 1 4.00 16.67
serangan ulat 2 5.00 20.83
kantong 3 4.00 16.67
4 3.00 12.50
5 4.00 16.67
6 4.00 16.67
7 4.00 16.67
8 4.00 16.67
Rata-rata 4.00 16.67
Akhir 1 19.00 79.17
2 15.00 62.50
3 12.50 52.08
4 14.00 58.33
5 15.13 63.02
6 15.00 62.50
7 16.00 66.67
8 16.00 66.67
Rata-rata 15.33 63.87
Rata-rata tutupan tajuk sengon selama penelitian 42.07

Lampiran 4 Analisis pemberian unsur hara pada tanah

Pupuk N (ppm) P (ppm) K (ppm)


NPK 1.20 x 10-3 4.50 x 10-4 1.35 x 10-3
POC O1 2.30 x 10-8 1.10 x 10-7 5.00 x 10-9
POC O2 4.60 x 10-8 2.20 x 10-7 1.00 x 10-8
POC O3 9.20 x 10-8 4.40 x 10-7 2.00 x 10-8
17

Lampiran 5 Penyakit busuk batang (Sclerotium rolfsii) pada ganyong putih di


lahan tanpa naungan
18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Grobogan, JawaTengah, pada tanggal 20 September


1990 sebagai anak terakhir dari dua bersaudara pasangan H Gagi, SPd dan Hj
Koti’ah. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA N 1 Purwodadi dan pada tahun
yang sama diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi dan
kepanitiaan, yaitu Ketua Komisi Kominfo DPM Fahutan IPB 2010-2011 dan
2011-2012, Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Purwodadi-Grobogan (2010),
Ketua Panitia Pemilihan Raya Fahutan (2011), Anggota Komisi Pemilihan Raya
Fahutan (2011), Anggota Panitia Pengawas Pemira KM IPB (2012), kepanitiaan
Bina Masyarakat Sejahtera (BEM Fahutan IPB) (2010). Di bidang akademik,
penulis mengabdi sebagai asisten Mata Kuliah Pengaruh Hutan (2012) dan
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-P) tahun
2012.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan
Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.)” di bawah
bimbingan Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS.

Anda mungkin juga menyukai