Anda di halaman 1dari 66

SKRIPSI

ANALISIS PENDUGAAN KANDUNGAN NITROGEN PADA TANAMAN PADI


MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI

EVA NOVAYANTI
G011 19 1356

DEPARTEMEN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
HALAMAN SAMPUL

ANALISIS PENDUGAAN KANDUNGAN NITROGEN PADA TANAMAN PADI


MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI

EVA NOVAYANTI

ii
G011 19 1356

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar

DEPARTEMEN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Pendugaan Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi


Menggunakan Indeks Vegetasi
Nama : Eva Novayanti
Nim : G011 19 1356

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

iii
Dr. Ir. Muh. Jayadi, M.P Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.,Ph.D
Nip. 19590926 198601 1 001 Nip. 19631229 199002 1 001

Diketahui oleh :
Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Abd Haris B., M.Si


NIP. 19670811 1994903 1 003

Tanggal Lulus :

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Pendugaan Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi


Menggunakan Indeks Vegetasi
Nama : Eva Novayanti
Nim : G011 19 1356

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

iv
Dr. Ir. Muh. Jayadi, M.P Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.,Ph.D
Nip. 19590926 198601 1 001 Nip. 19631229 199002 1 001

Diketahui oleh :
Ketua Departemen Ilmu Tanah

Dr. Ir. Asmita Ahmad. S. T., M.Si


NIP. 19731216 200604 2 001

Tanggal Lulus :

DEKLARASI

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Eva Novayanti
Nomor Induk Mahasiswa : G011 19 1356
Program Studi : Agroteknologi
Jenjang : Strata-1 (S1)

Menyatakan dengan ini bahwa karya tulis saya berjudul

v
“Analisis Pendugaan Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi Menggunakan
Indeks Vegetasi”

Adalah karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan-alihan tulis orang lain bahwa
semua literatur yang saya kutip sudah tercantum dalam Daftar Pustaka, semua bantuan
yang saya terima telah saya ungkapkan dalam persantunan.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa, sebagian atau
keseluruhan skripsi ini adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atau perbuatan tersebut sesuai peraturan yang berlaku.

Makassar, Juni 2023


Yang menyatakan,

Eva Novayanti

ABSTRAK
EVA NOVAYANTI. Analisis Pendugaan Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi
Menggunakan Indeks Vegetasi. Pembimbing : MUH. JAYADI dan SUMBANGAN
BAJA.

Latar Belakang. Pemberian pupuk nitrogen secara tidak seimbang dapat menyebabkan
menurunnya produksi tanaman. Kebutuhan nitrogen pada tanaman padi dapat dilihat
dari warna daunnya. Salah satu metode yang dapat dilakukan sebagai alternatif dalam
menduga kadar nitrogen pada tanaman melalui warna daunnya seperti penerapan
teknologi yang memiliki potensi besar untuk menilai tingkat presisi tinggi dengan biaya
rendah. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendugaan kandungan N
pada tanaman padi dengan menggunakan indeks vegetasi. Metode. Penelitian ini

vi
dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pemberian perlakuan
pupuk urea yang berbeda yaitu N0 (tanpa pupuk), N1 (urea 100 kg/ha), N2 (urea 200
kg/ha), N3 (300 kg/ha), N4 (400 kg/ha) setiap perlakuan dan diulang 3 kali, masing-
masing ulangan 3 pot sehingga diperoleh 45 unit percobaan. Dan diberi pupuk dasar
berupa SP-36 dengan dosis anjuran 100 kg/ha (0,25 g/pot) dan KCl 100 kg/ha (0,25
g/pot) Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan per batang,
jumlah anakan produktif, berat basah, berat kering, nilai BWD, SPAD, indeks vegetasi,
N-Total dan N-Jaringan. Hasil. Perlakuan dosis pupuk urea berpengaruh nyata pada
parameter pertumbuhan tanaman padi, termasuk warna daun. Semakin tinggi takaran
pupuk urea maka warna daun semakin hijau, kadar nitrogen dalam jaringan, serta nilai
SPAD (klorofil total) semakin tinggi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan
linear antara indeks vegetasi dengan BWD (r=0,981), SPAD (r=0,932), serta Kjeldahl
(r=0,977). Kesimpulan. Hasil analisis indeks vegetasi bisa digunakan untuk menduga
kandungan nitrogen pada tanaman padi karena memiliki hubungan linear dengan
metode BWD, SPAD, Kjeldahl.

Kata Kunci : Nitrogen, Padi, Warna Daun.

ABSTRACT
EVA NOVAYANTI. Analysis of the Estimation Nitrogen Content in Rice Plants Using
the Vegetation Index. Advisor : MUH. JAYADI and SUMBANGAN BAJA.

Background. Unbalanced application of nitrogen fertilizers can lead to decreased crop


production. Nitrogen requirements in rice plants can be seen from the color of the
leaves. One method that can be done as an alternative in estimating nitrogen levels in
plants through the color of the leaves is the application of technology that has great
potential to assess high levels of precision at low cost. Objective. This study aims to
analyze the estimation of N content in rice plants using the vegetation index Method.
This research was conducted using a randomized block design (RAK) with different
treatments of urea fertilizer, namely N0 (without fertilizer), N1 (100 kg/ha urea), N2

vii
(200 kg/ha urea), N3 (300 kg/ha), N4 (400 kg/ha) for each treatment and repeated 3
times, each replicate 3 pots to obtain 45 experimental units. And given a basic fertilizer
in the form of SP-36 with a recommended dose of 100 kg/ha (0.25 g/pot) and KCl 100
kg/ha (0.25 g/pot). The parameters observed were plant height, number of tillers per
stem, number of productive tillers, fresh weight, dry weight, value of BWD, SPAD,
vegetation index, N-Total and N-Network. Results. Treatment of urea fertilizer doses
significantly affected the growth parameters of rice plants, including leaf color. The
higher the dose of urea fertilizer, the greener the leaf color, the higher the nitrogen
content in the tissues, and the higher the SPAD (total chlorophyll) value. The results of
the analysis show that there is a linear relationship between the vegetation index and
BWD (r=0.981), SPAD (r=0.932), and Kjeldahl (r=0.977). Conclusion. The results of
the analysis of the vegetation index can be used to estimate the nitrogen content in rice
plants because it has a linear relationship with the BWD, SPAD, Kjeldahl methods.

Keywords: Leaf Color, Nitrogen, Rice,.

PERSANTUNAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas nikmat cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendugaan Kandungan Nitrogen pada
Tanaman Padi Menggunakan Indeks Vegetasi” sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Skripsi ini
sebagai tanda bukti dan persembahan penulis kepada pihak yang selalu melanturkan
kata “kapan skripsimu selesai?”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Muh.
Jayadi, M.P dan Prof.Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.,Ph.D selaku dosen pembimbing
atas ilmu, motivasi, bimbingan dan waktu yang telah diberikan selama penelitian

viii
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Ahmad Fauzan Adzima, S.P., M.Sc selaku pembimbing akademik yang juga banyak
memberikan ilmu serta motivasi selama masa perkuliahan, dan juga pada Bapak dan Ibu
dosen serta staf Fakultas Pertanian khususnya Departemen Ilmu Tanah atas ilmu dan
layanan selama melaksanakan pendidikan di Universitas Hasanuddin.
Terima kasih kepada teman Agroteknologi 2019 khususnya di Ilmu tanah 2019
atas bantuan serta dukungannya. Terima kasih kepada sahabat Underground, Carkay
(Betina Baco) dan terkhusus kepada Nur Andini Arif, Hidayana Thamrin, Ayuni Dwitri
Sulaeman, Imam Rezky, Nur Laela P atas keterlibatan dan waktunya dalam
melaksanakan penelitian. Terima kasih kepada teman seperjuangan Inayah Maghfirah
Ramadhani yang telah menemani perjalanan beberapa semester lalu hingga disibukkan
dengan penelitian masing-masing. Terima kasih kepada sahabat Dwyne (Widya Nurul
Annisa, A.Md.Kep, Rahmayani, A.Md.RMIK, Siti Nur Aulia Jamal) telah menemani
healing dan memberikan semangat atas segala problematika yang dihadapi penulis
selama ini.
Terima kasih kepada orang tua dan keluarga atas segala doa, motivasi, dorongan
dan nasihat selama ini. Terima kasih juga kepada adik tercinta Farah Mutia yang selalu
menemani dalam suka dan duka. Serta terima kasih kepada kerabat lainnya yang
terlibat.
Waktu adalah hal yang paling berharga dalam hidup dan orang-orang yang rela
mengorbankan waktunya untuk orang lain pantas mendapatkan hormat dan terima
kasih. “Selalu ada harga dalam sebuah proses. Nikmati lelah-lelah itu. Lebarkan lagi
rasa sabar itu. Semua yang kau investasikan untuk menjadikan dirimu serupa yang kau
impikan, mungkin tidak akan selalu berjalan lancar. Tapi, gelombang-gelombang itu
nanti bisa kau ceritakan”(Boy Chandra).

Penulis,

Eva Novayanti

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................iii
DEKLARASI.................................................................................................................v
ABSTRAK.....................................................................................................................vi
ABSTRACT.....................................................................................................................vii
PERSANTUNAN...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xiii
1. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Kegunaan........................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................3
2.1 Tanaman Padi.....................................................................................................3
2.2 Pupuk Nitrogen..................................................................................................3
2.3 Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi.........................................................4
2.4 Metode Pengujian Nitrogen...............................................................................5
2.5 Kerangka Pemikiran...........................................................................................7
3. METODE PENELITIAN..........................................................................................9
3.1 Tempat dan Waktu.............................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................9
3.3 Metode Penelitian..............................................................................................9
3.4 Tahap Penelitian.................................................................................................10
3.4.1 Pengambilan Sampel Tanah Sebelum Penelitian.....................................10
3.4.2 Penyiapan Benih dan Media Tanam.........................................................10
3.4.3 Penanaman................................................................................................10
3.4.4 Pengaplikasian Pupuk...............................................................................10
3.4.6 Pemeliharaan............................................................................................10
3.4.6 Pengambilan Foto.....................................................................................10
3.4.7 Pengambilan Sampel Daun, Data SPAD dan Sampel Tanah Akhir......10
3.5 Parameter Pengamatan.......................................................................................11
3.6 Metode Analisis..................................................................................................11
3.7 Analisis Indeks Vegetasi....................................................................................11
3.8 Analisis Data......................................................................................................11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................12
4.1 Hasil....................................................................................................................12
4.1.1 Indeks Vegetasi......................................................................................12
4.1.2 Kadar N Jaringan....................................................................................12
4.1.3 Analisis Indeks Vegetasi dengan Kadar N Jaringan..............................13

ix
4.1.4
Tinggi Tanaman..................................................................................... 13
4.1.5
Jumlah Anakan per Rumpun.................................................................. 14
4.1.6
Jumlah Anakan Produktif per Rumpun.................................................. 15
4.1.7
Berat Basah............................................................................................. 15
4.1.8
Berat Kering........................................................................................... 16
4.1.9
Bagan Warna Daun................................................................................ 16
4.1.9.1 Validasi 1 : Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan
Skala Bagan Warna Daun
....................................................................................................
17
4.1.9.2 Validasi 2 : Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan N
Jaringan Tanaman
....................................................................................................
18
4.1.10 Klorofil Total.......................................................................................... 18
4.1.10.1 Validasi 3 : Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan
Bagan Warna Daun
.................................................................................................
19
4.1.11 N-Total Tanah........................................................................................ 19
4.1.11.1 Validasi 4 : Analisis Uji Korelasi N-Total Tanah dengan
Bagan Warna Daun
.................................................................................................
20
4.1.11.2 Validasi 5 : Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan N-
Total Tanah
.................................................................................................
21
4.2 Pembahasan........................................................................................................ 21
5. KESIMPULAN.......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 29
LAMPIRAN................................................................................................................... 35

x
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Rata-rata Nilai Indeks Vegetasi.................................................................. 12
Tabel 4-2 Rata-rata Kadar N dalam Jaringan.............................................................. 12
Tabel 4-3 Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Berbagai Konsentrasi Pupuk
Urea
.....................................................................................................................
14
Tabel 4-4 Rata-rata Jumlah Anakan Produktif (Malai) per Rumpun Berbagai
Konsentrasi Pupuk Urea
.....................................................................................................................
15
Tabel 4-5 Rata-rata Berat Basah................................................................................. 15
Tabel 4-6 Rata-rata Bagan Warna Daun..................................................................... 17
Tabel 4-7 Rata-rata Klorofil Total
.....................................................................................................................
18
Tabel 4-8 Rata-rata N-Total Tanah
.....................................................................................................................
20

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Kerangka Pemikiran................................................................................ 8
Gambar 3-1 Denah Penelitian...................................................................................... 9
Gambar 4-1 Grafik Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan N-Jaringan
..................................................................................................................
13
Gambar 4-2 Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman
..................................................................................................................
14
Gambar 4-3 Grafik Rata-rata Berat Kering Tanaman.................................................. 16
Gambar 4-4 Grafik Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan Skala Bagan
Warna Daun
..................................................................................................................
17
Gambar 4-5 Grafik Analisis Uji Korelasi N-Jaringan dengan Skala Bagan Warna
Daun
..................................................................................................................
18
Gambar 4-6 Grafik Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan Skala Bagan Warna
Daun
..................................................................................................................
19
Gambar 4-7 Grafik Analisis Uji Korelasi N-Total dengan Skala Bagan Warna Daun 20

xii
Gambar 4-8 Grafik Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan N-Total................... 21

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kriteria penilaian hasil analisis tanaman.................................................35
Lampiran 2 Deskripsi varietas M70D.........................................................................35
Lampiran 3 Nilai konstanta klorofil............................................................................36
Lampiran 4 Kategori nitrogen berdasarkan SPAD......................................................36
Lampiran 5 Kategori nilai BWD.................................................................................36
Lampiran 6 Pedoman derajat hubungan......................................................................36
Lampiran 7 Perhitungan dosis pupuk yang akan digunakan pada setiap ember
Pupuk Urea (N)........................................................................................
Lampiran 8 Olah data..................................................................................................39
Lampiran 9 Gambar dokumentasi penelitian..............................................................47

xiii
xiv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nitrogen merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman
akan lambat, jika kandungan nitrogennya kurang. Pentingnya nitrogen bagi tanaman
dipertegas dengan pernyataan bahwa nitrogen mempunyai peran penting bagi tanaman
padi seperti, mendorong pertumbuhan tanaman yang cepat, memperbaiki tingkat
kuantitas dan kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan serta pengembangan
luas daun (Kaya, 2013).
Pemberian pupuk nitrogen harus sesuai dengan kebutuhan nitrogen pada tanaman,
karena jika diberikan secara tidak seimbang ataupun berlebihan dapat menyebabkan
menurunnya produksi tanaman dan dapat meningkatkan biaya pembelian pupuk
(Pradana, 2021). Tanaman padi yang kekurangan nitrogen berdampak pada jumlah
anakan yang sedikit, pertumbuhannya kerdil, daun tampak berwarna hijau kekuning-
kuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar ke tengah helai daun.
Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan mengakibatkan kerugian yaitu;
melunakkan jerami, menyebabkan tanaman mudah rebah sehingga menurunkan kualitas
hasil tanaman. Hal ini memperkuat pernyataan bahwa kandungan N berpengaruh pada
produksi tanaman padi (Patti, 2013).
Kebutuhan nitrogen pada tanaman padi dapat dilihat dari warna daunnya. Analisis
jaringan dapat dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, yang juga
merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa
konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua
faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Hara yang
terdapat pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga menggambarkan
status hara aktual dalam tanaman. Selain itu daun merupakan jaringan yang selalu
tersedia untuk di analisis (Wijaya, 2008).
Salah satu tantangan dalam membangun pertanian adalah terjadinya fluktuasi
produksi padi. Keadaan yang dijumpai pada sektor pertanian di beberapa daerah sebagai
lumbung padi di Sulawesi Selatan, seperti masih menggunakan sistem pertanian secara
tradisional, penggunaan input pertanian modern sangat terbatas, dan alat-alat pertanian
yang digunakan masih tradisional. Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas sektor
pertanian masih rendah (Sitti Ruqaiyah Akbar, 2014). Berdasarkan data Badan Statistik
Sulawesi Selatan (2021), produksi padi di Luwu pada 2019 mencapai 56,441 ribu ha,
pada 2020 51,848 ribu ha, pada 2021 sebesar 53,901 ribu ha. Sedangkan di lokasi lain
seperti Sidrap mengalami kondisi yang sama dengan produksi padi pada tahun 2019
sebesar 93,080 ribu ha, 2020 sebesar 88,925 ha, 2021 sebesar 89,434 ribu ha.
Pada tahun 2020, diadakan penelitian unsur hara (nitrogen) dengan metode
analisis di labolatorium salah satunya yaitu metode Kjeldahl (Samsuar, 2020). Metode
Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen (Yusmayanti, 2019).
Selain itu, analisis kandungan nitrogen juga dapat dilakukan dengan menggunakan

1
Bagan Warna Daun (BWD). BWD merupakan alat sederhana yang mudah digunakan
dan murah, untuk menentukan waktu pemupukan N pada tanaman padi. Alat ini cocok
untuk mengoptimalkan penggunaan N, untuk berbagai sumber pupuk N yang diberikan.
Alat ini terdiri dari empat warna hijau, dari hijau kekuningan sampai hijau tua (Gani,
2013).
Perubahan menuju pertanian modern (pertanian 4.0), muncul berbagai terobosan
atau inovasi baru dalam menganalisis jaringan tanaman salah satunya dengan
menggunakan SPAD (soil plant analysis development) yaitu teknologi manual yang
dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan tanaman dengan memonitor warna daun
dan jumlah klorofil. SPAD menggunakan spektrum warna yang dipantulkan oleh daun.
Beberapa penelitian dilakukan pada jenis tanaman tertentu, menghasilkan nilai SPAD
yang berkorelasi tinggi dengan kandungan ekstrak klorofil (Darsan, 2018). Selain itu,
terdapat alat lain untuk menganalisis kandungan nitrogen melalui analisis tingkat
kehijauan tanaman (klorofil) yaitu Chlorophyll Content Meter (CCM) yang juga
merupakan alat untuk mengukur klorofil daun secara relatif. Hal ini dinyatakan juga
dalam penelitian Subrata (2018) bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui jumlah
klorofil daun adalah dengan mengukur tingkat kehijauan.
Berdasarkan uraian kondisi sektor pertanian tersebut, salah satu upaya yang dapat
dilakukan sebagai alternatif metode lain dalam menduga kadar nitrogen pada tanaman
seperti penerapan teknologi yang memiliki potensi besar untuk menilai tingkat presisi
tinggi dengan biaya rendah. Metode ini terbilang produktif, efektif dalam akuisisi atau
pengambilan data serta efisien dari segi waktu maupun biaya operasional. Termasuk
penerapan teknologi untuk mendapatkan informasi dari gambar yang mudah dan lebih
akurat seperti kondisi fisik tanaman (Widhihandoko, 2015). Oleh karena itu dilakukan
penelitian ini untuk menganalisis pendugaan nitrogen pada tanaman padi berdasarkan
informasi kondisi fisik tanaman yang diperoleh dari gambar dan dianalisis
menggunakan indeks vegetasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :
1. Apakah hasil analisis kandungan nitrogen menggunakan indeks vegetasi bisa
digunakan untuk mengetahui kadar nitrogen pada tanaman padi?
2. Apakah hasil analisis indeks vegetasi bisa dijadikan acuan dalam menduga
kandungan nitrogen pada tanaman padi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendugaan kandungan nitrogen pada
tanaman padi menggunakan indeks vegetasi.
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai bahan informasi kandungan nitrogen
pada tanaman padi.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman semusim termasuk golongan rumput-rumputan
dengan morfologi akar tunggang dan batang yang beruas serta helaian daun yang
berbentuk memanjang seperti pelepah daun yang menyelubungi batang. Padi merupakan
komoditas utama yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah dunia khususnya
masyarakat Indonesia (Anggraini, 2013).
Tanaman padi berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar 200 mm/bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki
per tahun sekitar 1.500 – 2.000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh pada dataran rendah
sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m
dpl dengan temperatur 22,5 0C – 26,5 0C sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh
baik pada ketinggian antara 650 – 1.500 mdpl dan membutuhkan temperatur berkisar
18,7 0C – 22,5 0C. Padi juga dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya
atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas
untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna
tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air
dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing mencapai nilai 25% (Saputra, 2013).

2.2 Pupuk Nitrogen


Pupuk merupakan salah satu masukan utama pada usaha tani padi, untuk meningkatkan
produksinya. Umumnya petani memberikan pupuk terutama urea dengan dosis
berlebihan, dan sebagian lainnya memberikan pupuk dengan dosis yang lebih rendah
dari kebutuhan tanaman sehingga produksi padi tidak optimal (Patti, 2013). Nitrogen
(N) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah paling
banyak oleh tanaman, yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan daun,
cabang, dan produksi buah (hasil dan kualitas). Nitrogen merupakan komponen dasar
dalam sintesis protein, enzim, asam amino, asam nukleat, dan bagian integral dari
klorofil, yang juga berperan dalam mengontrol semua reaksi metabolisme di dalam
tanaman. Umumnya unsur nitrogen menyusun sekitar 1-5% dari berat tubuh tanaman
(Stefanelli, 2010).
Pupuk nitrogen (N) memegang peranan penting dalam peningkatan produksi padi
sawah, sedangkan sumber pupuk nitrogen (N) yang utama adalah urea. Namun, tanaman
menyerap hanya 30% dari pupuk nitrogen (N) yang diberikan (Siregar et al., 2011).
Efisiensi pemakaian pupuk nitrogen (N) di lahan padi sawah dapat dimaksimalkan
dengan jalan pemupukan tepat waktu yaitu disesuaikan dengan tahapan pada
perkembangan tanaman padi dimana puncak kebutuhan nutrisi nitrogen (N) terjadi, dan
dengan cara penempatan pupuk dalam tanah (Mutert & Fairhurst, 2002 dalam Siregar et
al., 2011). Pemberian pupuk N yang tepat waktu, ke tanaman adalah suatu usaha yang

3
dapat meningkatkan efisiensi N, sedangkan tiga kali pemberian pupuk N padi sawah
biasa disarankan untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi (Patti, 2013).
Kondisi tanaman padi kekurangan air dan kekurangan nitrogen tidak jauh berbeda.
Tanaman padi yang kekurangan air tampak pada helaian daun yang menggulung,
berwarna kekuningan dan terlihat kering dengan batang yang mulai berwarna
kecoklatan (Banyo et al., 2013). Sedangkan gejala kekurangan N secara umum
menyebabkan daun menguning, pertumbuhan daun dan ranting terbatas, tanaman kerdil,
bunga mekar sedikit, dan produksi buah rendah (Hernita, 2012). Hal ini dapat terjadi
karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu
menguning karena nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah
ujung pertumbuhan. Daun bagian bawah tanaman yang mengalami defisiensi pada
awalnya menguning dibagian ujung dan gejala klorosisi cepat merambat melalui tulang
tengah daun menuju batang. Daun tepi dapat tetap hijau untuk beberapa saat. Bila
defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola
defisiensi serupa dan daun tertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna (Edi,
2018). Sedangkan tanaman yang kelebihan input pupuk urea akan kelebihan nitrogen
menghasilkan tunas muda yang lembek/lemah, mengasamkan reaksi tanah, menurunkan
pH tanah, dan merugikan tanaman sebab akan mengikat unsur hara lain sehingga akan
sulit diserap tanaman dan pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efesian
(Pristianingsih Sarif, 2015).

2.3 Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi


Kandungan Nitrogen tersedia bagi tanaman dalam bentuk ion NO 3- atau NH4+ dari
tanah. Tanaman padi mampu menyerap unsur N dari tanah sekitar 19 – 47 %.
Sedangkan penyerapan pupuk N yang diberikan ke tanaman hanyalah sekitar 40 - 50%,
Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering (Barus,
2012). Kandungan N pada proses pembentukan malai lebih tinggi dibandingkan dengan
proses lainnya. Hal ini dapat terjadi karena proses pembentukan malai merupakan
proses akhir vegetatif sehingga penyerapan N lebih ke daun tanaman (Patti, 2013).
Sedangkan pada fase panen, tanaman padi memiliki kandungan N yang sangat
rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada fase ini, tanaman lebih banyak menyerap N
untuk pengisian gabah. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Harjoko (2005), bahwa
Tanaman yang memiliki, kandungan klorofil tinggi diharapkan sangat efisien didalam
penggunaan energi radiasi matahari untuk melaksanakan proses fotosintesis. Menurut
Soplanit dan Nukuhaly (2012), bahwa penyediaan N yang cukup pada fase generatif
sangat penting juga dalam memperlambat proses penuaan daun mempertahankan
fotosintesis selama fase pengisian gabah dan peningkatan protein dalam gabah.
Balai Penelitian Tanah (2005) menyatakan status kadar N pada tanaman dikatakan
rendah jika berada pada rentang nilai 0,1% – 0,2% serta dikatakan sedang jika berada
pada angka 0,21% – 0,5%. Disamping itu, pendapat lain juga menyatakan pembagian
status kadar N pada tanaman yang lebih spesifik yaitu sangat rendah (<5), rendah (5-
10), sedang (11-15), tinggi (16-25), dan sangat tinggi (>25) (Harjowigeno, 1995).

4
Batas kritis nitrogen pada tanaman padi menggunakan klorofil meter (SPAD)
dengan nilai 35. Menurut Erythrina (2015), jika 6 atau lebih dari 10 daun yang diamati
warnanya berada dalam batas kritis, yaitu di bawah skala 4 BWD, maka tanaman perlu
segera diberi pupuk N.

2.4 Metode Pengujian Nitrogen


Pengujian nitrogen dilakukan untuk mengetahui kandungan nitrogen pada tanah
maupun tanaman. Beberapa metode yang dilakukan dalam pengujian nitrogen antara
lain:

2.4.1 Metode Kjeldahl


Pengujian nitrogen dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, dimana metode ini
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kadar nitrogen dalam senyawa
organik maupun senyawa anorganik. Metode kjeldhal dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap destruksi, destilasi dan titrasi (Illing, 2018).
Hal ini dinyatakan juga oleh Candra Purnama (2019) bahwa analisis nitrogen
dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl yang merupakan metode penetapan kadar
protein total dengan menghitung unsur nitrogen (N%) dalam sampel melalui tiga tahap
yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi. Metode Kjeldahl termasuk metode yang
cukup akurat dan cukup spesifik untuk menetukan jumlah protein dengan menentukan
kandungan nitrogen.

2.4.2 Metode Bagan Warna Daun (BWD)


Pengaturan waktu pemberian pupuk nitrogen yang tepat selama musim tanam, dapat
diperbaiki dengan cara mempelajari status kebutuhan nutrisi nitrogen tanaman
menggunakan skala warna, yang tersusun dari suatu seri warna hijau, dari hijau
kekuningan sampai hijau tua, sesuai dengan warna-warna daun di lapangan. Metode ini
menggunakan petunjuk Leaf Color Chart (LCC) atau (BWD) (Setiawan, 2018).
Bagan Warna Daun (BWD) adalah suatu alat sederhana yang terdiri dari empat
warna hijau, dari hijau kekuningan sampai hijau tua. Penggunaan BWD meningkatkan
efeisiensi pemupukan nitorgen pada tanaman padi (Gani, 2013). Namun, pembacaan
BWD tergantung pada persepsi warna seseorang. Dengan memudarnya warna grafik
pada BWD yang terjadi seiring penggunaanya, maupun disebabkan oleh salahnya
penyimpanan BWD (Bagan Warna Daun) tersebut , dapat berakibat adanya perbedaan
nilai yang dihasilkan (Risa Herdianto, 2018).

2.4.3 Metode SPAD


Klorofil meter (SPAD) merupakan alat yang dapat digunakan untuk memonitor warna
daun dan jumlah klorofil. Klorofil meter menggunakan spektrum warna yang
dipantulkan oleh daun. Nilai SPAD berkorelasi tinggi dengan kandungan ekstrak
klorofil telah dilaporkan untuk beberapa spesies tanaman (Uddling et al., 2007). Anand

5
dan Byju (2008) menambahkan SPAD dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan klorofil dan sebagai indikator N pada daun.
Hal ini diperkuat dengan penyataan bahwa salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kehijauan daun adalah SPAD-502. Alat ini secara digital
mencatat jumlah relatif dari molekul klorofil, sehingga sangat sensitif dan akurat (Gani,
2006). Salah satu penelitian pada tahun 2000 melaporkan nilai SPAD sebesar 35 bagi
daun paling atas yang telah mengembang sempurna digunakan sebagai suatu nilai batas
bagi kekurangan N (perlu diberi N) pada padi unggul yang pindah tanam (Hambali,
2015).

2.4.4 Metode Image Processing


Pada era modern ini, salah satu cara yang dapat dilakukan pengambilan data efektif dan
efisien adalah dengan pengolahan citra digital (image processing) yang merupakan
proses mengolah piksel-piksel dalam citra digital untuk suatu tujuan tertentu. Citra
digital berasal dari proses sebuah komputer, kamera, scanner atau perangkat elektronik
lainnya yang pengolahan datanya diproses dengan menggunakan algoritma (A'la 2016).
Teknik-teknik yang dilakukan dalam pengolahan gambar digunakan untuk
mentransformasi suatu gambar ke gambar yang lain, yang mana untuk perbaikan
informasi dilakukan oleh manusia melalui penyusunan algoritmanya. Algoritma
pengolahan gambar sangat berguna diawal perkembangan sistem visual, yang dapat
dilakukan untuk mengolah suatu gambar sebelum diolah atau dianalisis lebih jauh yakni
seperti penajaman gambar, menonjolkan fitur tertentu dari suatu gambar, mengompresi
gambar dan mengoreksi gambar yang tidak jelas atau blur (Putri, 2020). Adapun
keuntungan yang didapatkan dalam penerapan image processing adalah biaya yang
relative murah, setup program yang mudah, akurasi dan kecepatan dalam mengolah
sangat efisien (Maniswari et al., 2015).
Saat ini, image processing tidak hanya pencitraan medis saja, tetapi juga untuk
analisis gambar termasuk dalam bidang pertanian seperti identifikasi penyakit tanaman
dengan menggunakan data set gambar daun, serta analisis warna daun untuk mengetahui
kandungan klorofilnya (Rozaqi et al., 2021).
ImageJ atau yang biasa disebut dengan Fiji salah satu software yang dapat
digunakan dalam Image Processing. Fiji merupakan software pengolah citra/gambar
atau program verifikasi geometri yang dikembangkan oleh Wayne Rasband dari
National Intitutes of Health (NIH). Fiji ditulis menggunakan Java yang dapat dijalankan
pada sistem operasi linux, macintosh, dan windows serta dapat digunakan pada mode 32
bit dan 64 bit. Selain itu software ini dapat digunakan secara online maupun dipasang
pada komputer. Fiji memiliki keunggulan dibandingkan software pengolah gambar
lainnya yaitu merupakan software domain public yang artinya tidak ada batasan hak
cipta (Nofridianita, 2016).
Beberapa peneliti telah menggunakan Indeks vegetasi (Fiji) dalam pengolahan
citra digital. Salah satunya analisis kehijauan tanaman dengan menggunakan RGB (Red,
Green, Blue). Foto tanaman yang digunakan analisis kehijauan harus membingkai

6
dedaunan dengan latar belakang putih, menangkap gambar dengan keseimbangan
kamera setinggi mungkin, dan menyertakan objek berwarna merah dari area yang
diketahui di setiap gambar sebagai referensi kalibrasi. Fiji ini menggunakan plug-in
Color_Transformer.java untuk merekam warna di ruang CIELab populer yang
mengukur pantulan dan transmisi objek. Penggunaan ruang tersebut memungkinkan
untuk perbandingan warna antara perangkat yang menganalisis pewarnaan (Whan et al .,
2014).
Warna pada ruang RGB (Red, Green, Blue) didapatkan dari citra aslinya. Gambar
warna dipisahkan menjadi tiga saluran dengan perintah Make Composite, sebagai
alternatif gambar dapat diubah ke ruang CIELab (metode yang lebih umum dalam
colorimeter komersial), melalui transformasi RGB dengan komplemen Color
Transformer. Dalam kedua kasus tersebut, untuk setiap komponen warna, analisis
wilayah minat yang ditambahkan ke pengelola dijalankan ( roiManager (“ Ukur ”)).
Untuk setiap daun, nilai luas (cm2), panjang (cm), lebar (cm), keliling (cm), dan
lingkaran (0 a 1) dicatat, serta intensitas merah (R), hijau (G), biru (B) dan rata-rata
warna (RGB). Kumpulan pengamatan untuk setiap variabel disimpan dalam larik,
sehingga dapat digunakan setelahnya dalam tabel hasil yang dipersonalisasi (Carlos,
2017).
Nilai reflektansi spektrum RGB ternormalisasi sebagai interpretasi karakteristik
reflektansi warna tanaman padi. Sehingga dengan hasil tersebut dapat mengetahui
karakteristik kondisi fisik tanaman padi melalui informasi gambar daun. Nilai
reflektansi spektrum G (green) menyatakan kehijauan daun pada tanaman padi, yang
dihasilkan dari grafik color histogram (Cahyono et al., 2018).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hashim et al (2010) dan Lana et al
(2005) mengenai penerapan RGB untuk kondisi tanaman melalui perubahan warna,
aspek warna daun dinyatakan sebagai Merah (R), Hijau (G) dan Biru (B) nilai yang
diperoleh dari RGB gambar digital suatu foto daun. RGB digunakan karena komponen
warna yang terdapat pada daun adalah warna green yakni mewakili klorofil yang
terdapat pada daun. Dalam proses pengolahan gambar upaya yang dilakukan untuk
model perubahan aspek warna daun menerapkan faktor pergeseran biologis itu dipilih
pertama untuk bekerja dengan nilai-nilai RGB, di sini disebut primary color atau aspek
warna, menghindari transformasi tambahan untuk ruang warna lain. Hal tersebut berarti
setiap warna tertentu dalam sebuah gambar dapat diwakili oleh jumlah relatif RGB.

2.5 Kerangka Pemikiran


Analisis kandungan nitrogen terbagi menjadi dua yaitu kandungan nitrogen pada tanah
dan kandungan nitrogen pada jaringan tanaman. Analisis kandungan nitrogen pada
tanah menggunakan metode Kjeldahl yang masih membutuhkan waktu yang lama
dalam proses analisisnya. Sedangkan analisis kandungan nitrogen pada jaringan
tanaman menggunakan beberapa metode seperti menggunakan Bagan Warna Daun
(BWD), Soil Plant Analysis Development (SPAD) contohnya Chlorophyll Content
Meter (CCM). Namun metode diatas masih kurang efektif dan efisien, oleh karena itu

7
digunakan metode indeks vegetasi yang terbilang lebih efisien dan akurat. Sehingga
memudahkan dalam menduga kandungan nitrogen pada jaringan tanaman yang
berdampak pada terpenuhinya kebutuhan nitrogen tanaman. Berdasarkan uraian tersebut
maka dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 2-1 dibawah ini :

Analisis N

N Jaringan
N tanah Tanaman

Kjeldahl Indeks Vegetasi


(image processing)

Membutuhkan waktu
Efisien dan akurat
lama dalam analisis

Kebutuhan N
terpenuhi

Gambar 2-1 Kerangka Pemikiran

8
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Tahapan penanaman dilakukan di Green House Center of Excellence (CoE) yang
berlokasi di Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas hasanuddin. Untuk analisis sampel
tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan. Sedangkan untuk analisis
indeks vegetasi dilakukan di Laboratorium Geospasial dan Perencanaan Tata Guna
Lahan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu software indeks vegetasi, plastik sampel,
pot/ember, dan alat tulis, SPAD, kamera digital, serta seperangat alat untuk analisis
tanah; timbangan analitik, tabung digestion dan blok digestion, labu didih, gelas ukur,
erlenmeyer, buret, pengaduk, dan alat destilasi.
Bahan yang digunakan berupa benih padi varietas Super Genjah M70D, pupuk
Urea, SP-36 dan KCl, serta bahan untuk analisis sampel tanah di labolatorium; Sampel
tanah, sampel jaringan tanaman, asam sulfat pekat, NaOH, H2SO4, H3BO3, Aquades.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunaan metode dilaksakan dalam bentuk percobaan yang disusun
menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pemberian perlakuan pupuk urea
yang berbeda yaitu N0 (tanpa pupuk), N1 (urea 100 kg/ha), N2 (urea 200 kg/ha), N3
(300 kg/ha), N4 (400 kg/ha) setiap perlakuan dan diulang 3 kali, masing-masing
ulangan 3 pot sehingga diperoleh 45 unit percobaan. Dan diberi pupuk dasar berupa SP-
36 dengan dosis anjuran 100 kg/ha (0,25 g/pot) dan KCl 100 kg/ha (0,25 g/pot)
(Hanum,dkk.,2015).
Denah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3-1 dibawah ini :

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

N2 N1 N3

9
N4 N0 N1

N3 N2 N4

N0 N4 N2

N1 N3 N0

Gambar 3-1 Denah Penelitian

3.4 Tahap Penelitian


Tahapan penelitian dimulai dari pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan
analisis laboratorium dan analisis data.

3.4.1 Pengambilan Sampel Tanah Sebelum Penelitian


Pengambilan sampel tanah dilakukan sebelum tanaman padi di tanam. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan N yang ada didalam tanah sebelum diberikan perlakuan
dosis pupuk.

3.4.2 Penyiapan Benih dan Media Tanam


Benih yang digunakan adalah benih padi varietas Super Genja hM70D. Seminggu
sebelum penanaman, benih padi disemai. Sedangkan untuk media tanamnya berupa
tanah yang dilumpurkan dengan bobot 5 kg/pot.

3.4.3 Penanaman
Benih ditanam pada setiap pot perlakuan. Kondisi media tanam dalam keadaan jenuh
air. Dalam setiap pot, dibuatkan 3 lubang tanam, kemudian ditanami sekitar 3 – 5 benih
perlubang tanam.

3.4.4 Pengaplikasian Pupuk


Pemupukan pertama dilakukan saat padi berumur 7 HST yaitu dengan pengaplikasian
1/3 pupuk Urea yang diberikan sesuai dengan dosis perlakuan pada setiap unit
percobaan, pupuk SP-36 0,25 g/pot, dan pupuk KCl 0,25 g/pot. Pemupukan kedua
dengan pupuk urea sebanyak 2/3 dilakukan saat padi berumur 14 HST .

3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman dilakukan saat padi berumur 7 HST dengan mengganti padi yang mati atau
yang diduga akan mati dengan padi yang sehat. Penyiangan dilakukan secara mekanik
jika terdapat gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan gejala
serangan dan gejala penyakit yang didapati pada tanaman padi.

10
3.4.6 Pengambilan Foto
Pengambilan foto daun menggunakan kamera digital dengan menggunakan sampel daun
dewasa (antara daun muda dan daun tua) yang dipotong dari pangkal daun (dekat
batang). Pengambilan foto dilakukan dengan satu pencahayaan menggunakan LED
putih. Penerangan dari arah atas box berlatar putih atau hitam yang berisi sampel daun
dengan jarak minimal 50 cm. Pemotretan ini dilakukan pada masa generatif (58 HST).

3.4.7 Pengambilan Sampel Daun, Data SPAD dan Sampel Tanah Akhir
Pengambilan sampel daun dan Data SPAD mengikuti jadwal perekaman foto udara.
Sampel dan data yang diambil mewakili setiap perlakuan pada masing-masing ulangan.
Sedangkan untuk sampel tanah akhir dilakukan setelah penelitian (pemanenan).

3.5 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan pada penelitian ini, yaitu :
1. N-Total tanah
2. Kadar N dalam jaringan
3. Data SPAD, merupakan data yang berasal dari klorofil meter (CCM 200+) untuk
memperkirakan kandungan klorofil dan sebagai indikator N pada daun
4. Indeks vegetasi, diperoleh dari hasil analisis sampel daun pada Fiji yang
menunjukkan nilai Green pada daun.
5. Jumlah anakan, dengan cara menghitung jumlah anakan yang muncul per tanaman
per minggu.
6. Tinggi Tanaman
7. Berat Segar
8. Berat kering

3.6 Metode Analisis


Analisis tanah sebelum dan sesudah penelitian untuk mengetahui kandungan N yang
terdapat pada tanah sebelum dan setelah penanaman dilakukan dengan menggunakan
metode Kjeldahl. Selain itu analisis jaringan tanaman pada daun dilakukan untuk
mengecek berapa jumlah N yang diserap oleh tanaman.

3.7 Analisis Indeks Vegetasi


Analisis indeks vegetasi menggunakan aplikasi Fiji. Kegiatan ini diawali memasukkan
foto sampel daun yang akan diamati dengan menarik file foto ke dalam aplikasi.
Kemudian crop foto sampel daun saja untuk memberi batasan kepada sampel daun yang
akan diamati, setelah itu klik clear outside dengan tujuan menghilangkan objek diluar
sampel daun yang sudah di crop tadi. Kemudian, klik tools image dan pilih adjust
bagian color threshold untuk mengatur saturasi dan transformasi warna pada foto daun
dengan tujuan mengurangi interver pada sampel foto yang diambil. selanjutnya pada
layer akan tampil thresholding method yang berada dibawah pengaturan saturasi dan
pilih bagian triangle, untuk bagian color space gunakan HSB atau RGB. Setelah

11
mengatur saturasi, foto akan tertutupi dengan warna merah yang berarti foto sampel
daun sudah bisa untuk dianalisis. Selanjutnya, klik tools analyze bagian color histogram
untuk melihat hasil grafik dan nilai dari ketiga warna RGB. Terakhir, mencatat nilai
mean dari warna green yang tertera pada tabel yang muncul.

3.8 Analisis Data


Hasil pengamatan di analisis dengan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui adanya
pengaruh nyata pada perlakuan yang diberikan. Dan di uji lanjut untuk mengetahui
adanya perbedaan nyata pada perlakuan yang diberikan. Serta uji korelasi untuk
mengetahui hubungan antara metode.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Indeks Vegetasi
Hasil pengamatan rata-rata nilai indeks vegetasi serta sidik ragamnya disajikan pada
Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata nilai indeks vegetasi yang dapat
dilihat pada Tabel 4-1.
Tabel 4-1. Rata-rata nilai indeks vegetasi
Perlakuan rata-rata NP
N0 25.44a
N1 35.25b
N2 49.45c 5.65
N3 54.20cd
N4 66.92d
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-1 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata nilai indeks vegetasi tertinggi (66.92) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata nilai indeks vegetasi
terendah (25.44) yang berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk (N1, N2, N3, N4).

4.1.2 Kadar N dalam Jaringan


Hasil pengamatan rata-rata N-Jaringan tanaman dan sidik ragamnya yang disajikan pada
Lampiran 8 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata N-Jaringan tanaman yang dapat dilihat pada
Tabel 4-2.
Tabel 4-2 Rata-rata kadar N-Jaringan tanaman
Perlakuan rata-rata NP

12
N0 0.71a
N1 1.06b
N2 1.26c 0.09
N3 1.53d
N4 1.65e
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda
nyata menurut uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-2 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata kadar N-Jaringan tanaman padi tertinggi (1.65)
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata kadar N-Jaringan
tanaman terendah (0.71) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi
pupuk urea lainnya (N1, N2, N3, N4).

4.1.3 Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan N-Jaringan


Hasil pengamatan rata-rata indeks vegetasi dengan N-Jaringan serta sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata indeks vegetasi
dengan N-Jaringan. Grafik analisis uji korelasi indeks vegetasi dengan N-Jaringan dapat
dilihat pada Gambar 4-1.
80.00
70.00
60.00 f(x) = 42.0992121335347 x − 6.11801989411714
Indeks Vegetasi

R² = 0.955004253470336
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

Kadar N Jaringan (%)

Gambar 4-1. Grafik analisis uji korelasi Indeks vegetasi dan Kadar N Jaringan
Berdasarkan Gambar 4-1 hasil analisis uji korelasi antara Indeks Vegetasi
dengan Kadar N Jaringan yang telah dilakukan, mengindikasikan terjadinya hubungan
linier antara N-Jaringan dengan indeks vegetasi. N-Jaringan memiliki korelasi sempurna
dengan indeks vegetasi pada kisaran nilai pearson correlation 1. Sedangkan indeks
vegetasi berkorelasi sempurna dengan N-Jaringan pada kisaran nilai pearson
correlation 0,977.

4.1.4 Tinggi Tanaman

13
Data pengamatan tinggi tanaman padi umur 7, 14, 22, 30, dan 50 HST dapat dilihat
pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N (urea) tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman pada 7, 14, 22, dan 30 HST. Namun, berpengaruh sangat nyata
pada 50 HST. Grafik rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 4-2.
120.00
113.50
113.63
107.43 111.30
100.00 98.77
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

85.77 85.40
83.73 84.20
80.00 81.63
65.13 64.10
61.43 64.10
60.00 60.43
46.10 44.97
41.73 44.30
40.00 40.93

25.97
23.73
21.20 23.07
20.00 21.50

0.00
7 14 22 30 50 (Generatif)

N0 N1 N2 N3 N4

Gambar 4-2. Grafik rata rata tinggi tanaman dengan perlakuan konsentrasi pupuk N
(urea)
Berdasarkan Gambar 4-2 perlakuan konsentrasi pupuk urea yang berpengaruh
sangat nyata pada 50 HST menunjukkan bahwa perlakuan memberikan nilai tertinggi
untuk rata-rata tinggi tanaman yaitu pada N3 (300kg/ha) dengan nilai 113.63. Dan
terendah pada perlakuan N0 (tanpa pupuk urea) dengan nilai 98.77.

4.1.5 Jumlah Anakan per Rumpun


Hasil pengamatan rata-rata jumlah anakan per rumpun padi dan sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata jumlah anakan per
rumpun yang dapat dilihat pada Tabel 4-3.
Tabel 4-3. Rata-rata jumlah anakan per rumpun berbagai konsentrasi pupuk urea
Perlakuan rata-rata NP
N0 5.00a
N1 6.00a
N2 8.67b 1.04
N3 9.33b
N4 11.00c

14
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-3 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata jumlah anakan per rumpun terbanyak (11 batang)
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata jumlah anakan
terendah (5 batang) yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk urea sebanyak
100kg/ha (N1) dan berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk urea lainnya
(N2, N3, N4).

4.1.6 Jumlah Anakan Produktif per Rumpun


Hasil pengamatan rata-rata jumlah anakan produktif per rumpun padi dan sidik
ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata jumlah
anakan per rumpun yang dapat dilihat pada Tabel 4-4.
Tabel 4-4. Rata-rata jumlah anakan produktif (malai) per rumpun berbagai konsentrasi
pupuk urea
Perlakuan rata-rata NP
N0 2.67a
N1 4.00b
N2 4.67bc 0.72
N3 5.33c
N4 7.00d
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-4 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata jumlah anakan produktif per rumpun terbanyak (7
batang) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1,
N2, N3). Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata jumlah
anakan terendah (2.67 batang) yang berbeda nyata dengan seluruh perlakuan
konsentrasi pupuk urea (N1, N2, N3, N4).

4.1.7 Berat Basah


Hasil pengamatan rata-rata berat basah tanaman padi dan sidik ragamnya disajikan pada
Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea
memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata berat basah tanaman padi berbagai
konsentrasi pupuk urea yang dapat dilihat pada Tabel 4-5
Tabel 4-5 Rata-rata berat basah tanaman padi berbagai konsentrasi pupuk urea
Perlakuan rata-rata NP
N0 40.67a
14.16
N1 49.00a

15
N2 77.67b
N3 93.67c
N4 76.67b
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda
nyata menurut uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-5 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
300kg/ha (N3) memberikan rata-rata berat basah tanaman padi tertinggi (93.67g) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N4).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata berat basah terendah
(40.67g) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi pupuk urea 100kg/ha
(N1) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (N2, N3, N4).

4.1.8 Berat Kering


Hasil pengamatan rata-rata berat kering tanaman padi dan sidik ragamnya disajikan
pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering tanaman padi berbagai
konsentrasi pupuk urea yang dapat dilihat pada Gambar 4-3.
30.00

25.00

20.00
Berat Kering (g)

15.00

10.00

5.00

0.00
N0 N1 N2 N3 N4

Keterangan : N0 (tanpa pupuk urea), N1 (100kg/ha), N2 (200kg/ha), N3 (300kg/ha), N4


(400kg/ha).
Gambar 4-3. Grafik Rata-rata berat kering tanaman padi berbagai konsentrasi pupuk N
(urea)
Berdasarkan grafik perlakuan konsentrasi pupuk urea tidak berpengaruh nyata
tehadap berat kering tanaman padi. Namun dapat dilihat pada (Gambar 4-3) bahwa
perlakuan yang memberikan nilai tertinggi untuk rata-rata berat kering tanaman yaitu
pada perlakuan N3 (300kg/ha) dengan nilai 24.33. Nilai rata-rata terendah pada
perlakuan N0 (tanpa pupuk urea) dengan nilai 9.00.

4.1.9 Bagan Warna Daun


Hasil pengamatan rata-rata nilai Bagan Warna Daun serta sidik ragamnya disajikan
pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea

16
memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata nilai Bagan Warna Daun yang dapat
dilihat pada Tabel 4-6.

Tabel 4-6. Rata-rata nilai Bagan Warna Daun


Perlakuan rata-rata NP
N0 2.00a
N1 2.33b
N2 2.67c 0.23
N3 3.00d
N4 3.67e
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-6 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata nilai Bagan Warna Daun tertinggi (3.67) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata nilai Bagan Warna
Daun terendah (2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk (N1, N2, N3, N4).

4.1.9.1 Validasi 1 : Analisis Uji Korelasi Indeks Vegetasi dengan


Bagan Warna Daun
Hasil pengamatan rata-rata indeks vegetasi dan skala bagan warna daun serta sidik
ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata indeks
vegetasi, dan juga memberikan pengaruh nyata tehadap rata-rata skala bagan warna
daun. Grafik analisis uji korelasi indeks vegetasi dengan Bagan Warna Daun dapat
dilihat pada Gambar 4-4.
80.00
70.00
f(x) = 24.8476216216215 x − 21.6634324324322
60.00
Indeks Vegetasi

R² = 0.962578826077743
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

Bagan Warna Daun

17
Gambar 4-4. Grafik analisis uji korelasi indeks vegetasi dengan skala bagan warna
daun
Berdasarkan Gambar 4-4 hasil uji korelasi yang telah dilakukan,
mengindikasikan terjadinya korelasi antara indeks vegetasi (RGB) dengan skala Bagan
Warna Daun. Pada skala Bagan Warna Daun dan indeks vegetasi sama-sama memiliki
korelasi sempurna dengan masing-masing kisaran nilai pearson correlation secara
berturut-turut yakni 1 dan 0,981.

4.1.9.2 Validasi 2 : Analisis Uji Korelasi N-Jaringan dengan Bagan


Warna Daun
Hasil pengamatan rata-rata N-Jaringan tanaman dan skala Bagan Warna Daun serta
sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata N-
Jaringan tanaman, dan juga memberikan pengaruh nyata tehadap rata-rata skala Bagan
Warna Daun. Grafik uji kroelasi N-Jaringan dengan Bagan Warna Daun dapat dilihat
pada Gambar 4-5.
1.80
Kadar N-Jaringan (%)

1.60 f(x) = 0.560675675675671 x − 0.288513513513503


R² = 0.909562852732851
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

Bagan Warna Daun

Gambar 4-5. Grafik analisis uji korelasi kadar N-Jaringan tanaman dengan skala
bagan warna daun
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan pada Gambar 4-5,
mengindikasikan terjadinya korelasi antara skala bagan warna daun dengan N-Jaringan
tanaman. Pada skala bagan warna daun, memiliki korelasi sempurna dengan N-Jaringan
tanaman pada kisaran nilai pearson correlation 1. Sedangkan N-Jaringan berkorelasi
sempurna dengan skala bagan warna daun pada kisaran nilai pearson correlation 0,954.

4.1.10 Klorofil Total (SPAD)


Hasil pengamatan rata-rata nilai Klorofil Total serta sidik ragamnya disajikan pada
Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata nilai Klorofil Total yang dapat
dilihat pada Tabel 4-7.
Tabel 4-7. Rata-rata nilai Klorofil Total
Perlakuan rata-rata NP

18
N0 116.6a
N1 183.33b
N2 257.13c 17.43
N3 296.00d
N4 316.27e
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-7 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata nilai Klorofil Total tertinggi (316.27) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3).
Sedangkan perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata nilai Klorofil Total
terendah (116.6) yang berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk (N1, N2, N3, N4).

4.1.10.1 Validasi 3 : Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan Bagan


Warna Daun
Hasil pengamatan rata-rata klorofil total dan skala bagan warna daun serta sidik
ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata klorofil
total tanaman, dan juga memberikan pengaruh nyata tehadap rata-rata skala bagan
warna daun. Grafik analisis uji korelasi klorofil total dengan skala bagan warna daun
dapat dilihat pada Gambar 4-6.
350.0
f(x) = 120.486486486486 x − 95.463063063063
300.0 R² = 0.868189869726377
250.0
Klorofil Total

200.0
150.0
100.0
50.0
0.0
1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

Bagan Warna Daun

Gambar 4-6. Grafik analisis uji korelasi klorofil total dengan skala bagan warna daun
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan pada Gambar 4-6,
mengindikasikan terjadinya korelasi antara klorofil-total dengan skala bagan warna
daun. Pada skala bagan warna daun dan klorofil-total sama-sama memiliki korelasi
sempurna dengan masing-masing kisaran nilai pearson correlation secara berturut-turut
yakni 1 dan 0,932.

4.1.11 N-Total Tanah

19
Hasil pengamatan rata-rata N-Total tanah dan sidik ragamnya yang disajikan pada
Lampiran 8 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata N-Total tanah yang dapat dilihat pada Tabel 4-
8.

Tabel 4-8 Rata-rata N-Total Tanah


Perlakuan rata-rata NP
N0 0.12a
N1 0.14b
N2 0.15c 0.00
N3 0.21d
N4 0.24e
*angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (abc) berarti tidak berbeda
nyata menurut uji BNT taraf α = 0.05
Uji BNT 0.05 pada Tabel 4-8 mengonfirmasi bahwa konsentrasi pupuk urea
400kg/ha (N4) memberikan rata-rata nilai N-Total tanah tertinggi (0,24) yang berbeda
nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea (N0, N1, N2, N3). Sedangkan
perlakuan tanpa pupuk urea (N0) memberikan rata-rata nilai N-Total tanah terendah
(0.12) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi pupuk urea lainnya
(N1, N2, N3, N4).

4.1.11.1 Validasi 4 : Analisis Uji Korelasi N-Total dengan Bagan Warna


Daun
Hasil pengamatan rata-rata N-Total dan skala bagan warna daun serta sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata N-Total, dan juga
memberikan pengaruh nyata tehadap rata-rata skala Bagan Warna Daun. Grafik analisis
uji korelasi N-Total tanah dengan skala Bagan Warna Daun dapat dilihat pada Gambar
4-7.
0.30
0.25
N-Total Tanah

f(x) = 0.0774324324324321 x − 0.0403153153153144


0.20 R² = 0.93882318628404
0.15
0.10
0.05
0.00
1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

Bagan Warna Daun

20
Gambar 4-7. Grafik analisis uji korelasi N-Total tanah dengan skala bagan warna daun
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan pada Gambar 4-7,
mengindikasikan terjadinya korelasi antara N-Total dengan skala bagan warna daun.
Pada skala bagan warna daun, memiliki korelasi sempurna dengan N-Total tanah pada
kisaran nilai pearson correlation 1. Sedangkan N-Total tanah berkorelasi sempurna
dengan skala bagan warna daun pada kisaran nilai pearson correlation 0,969.

4.1.11.2 Validasi 5 : Analisis Uji Korelasi Klorofil Total dengan N-Total


Hasil pengamatan rata-rata Klorofil Total dan N-Total serta sidik ragamnya disajikan
pada Lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk urea
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rata-rata Klorofil Total dan N-Total.
Grafik analisis uji korelasi Klorofil Total dan N-Total tanah dapat dilihat pada Gambar
4-8.
0.30
0.25
N-Total Tanah

0.20 f(x) = 0.000557730807985949 x + 0.0408986883723529


R² = 0.814421514809955
0.15
0.10
0.05
0.00
100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0

Klorofil Total

Gambar 4-8. Grafik analisis uji korelasi Klorofil Total dan N-Total tanah
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan pada Gambar 4-8,
mengindikasikan terjadinya korelasi antara Klorofil Total dengan N-Total. N-Total
memiliki korelasi sempurna dengan Klorofil Total pada kisaran nilai pearson
correlation 1. Sedangkan Klorofil Total berkorelasi sempurna dengan N-Total pada
kisaran nilai pearson correlation 0,902.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil rataan pada Tabel 4-1 dan analisis sidik ragam indeks vegetasi yang
dicantumkan pada Lampiran 8 (Tabel 9a dan 9b), mengindikasikan bahwa perlakuan N0
memberikan rata-rata nilai terendah pada angka 25.44 sedangkan rata-rata nilai tertinggi
pada perlakuan N4 dengan nilai 66.92. Pemberian konsentrasi pupuk urea yang semakin
meningkat mempengaruhi kehijauan tanaman. Peningkatan taraf pemupukan N
menyebabkan peningkatan intensitas warna hijau pada daun. Hal ini sesuai dengan
pendapat Damanik (2011) bahwa warna daun yang diberi pupuk urea dengan jumlah
yang lebih tinggi tampak lebih hijau. Nitrogen berperan sebagai penyusun klorofil yang

21
menyebabkan daun berwarna hijau. Pendapat lain yang sejalan juga mengatakan bahwa
nilai indeks vegetasi berbanding lurus dengan kehijauan tanaman, semakin tinggi nilai
indeks vegetasi maka semakain tinggi warna hijau suatu tanaman dengan kata lain
kehijauan suatu tanaman lebih (Taufik et al, 2021).
Berdasarkan hasil rataan pada Tabel 4-2 dan analisis sidik ragam kandungan
nitrogen jaringan pada Lampiran 8 (Tabel 7a dan 7b), diketahui terjadi peningkatan
pada kandungan N-Jaringan tanaman. Pada perlakuan N4 (400kg/ha) mengindikasikan
rata-rata nilai tertinggi yaitu 1,65 dan rata-rata nilai terendah pada perlakuan N0 (tanpa
pupuk urea) yaitu 0,71. Peningkatan kandungan nitrogen pada jaringan tanaman
disebabkan oleh pemberian konsentrasi pupuk urea yang tinggi. Semakin banyak input
pupuk urea (N) maka semakin tinggi serapan nitrogen oleh tanaman. Hal ini sejalan
dengan pendapat Wijayanti (2013) bahwa penambahan pupuk urea menyebabkan
ketersediaan unsur hara tersebut semakin besar dalam tanah yang memungkinkan
tanaman akan lebih banyak menyerap nitrogen. Unsur nitrogen dalam pupuk urea
berperan membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl).
Berdasarkan hasil uji korelasi yang disajikan pada Gambar 4-1 menunjukkan
terjadinya hubungan linear antara N-Jaringan dengan indeks vegetasi pada persamaan
Y=42.099x-6.118. Nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0.977. Hal ini menandakan N-
Jaringan mempengaruhi hasil analisis indeks vegetasi. Proses Indeks vegetasi
menganalisis tanaman dengan daun sebagai sampel untuk mengetahui kandungan N
pada jaringan tanaman melalui warna daunnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Adzima
et al (2022) bahwa nilai indeks vegetasi juga selaras dengan warna pada daun tanaman.
Perbedaan warna daun mengindikasikan perbedaan nilai indeks vegetasi. Semakin hijau
daun tanaman, maka kandungan nitrogen pada jaringan yang dikandung sangat tinggi.
Sejalan dengan pendapat Prahasta (2008) bahwa indeks vegetasi dapat
merepresentasikan kerapatan (biomassa) atau tingkat kehijauan dihitung sebagai rasio
antara pantulan terukur dari band (RGB) pada spektrum gelombang elektromagnetik.
Band tersebut dipengaruhi oleh kandungan nitrogen pada jaringan tanaman. Salah satu
fungsi kandungan nitrogen pada tanaman padi untuk pembentukan klorofil dan
menentukan warna hijau pada daun. Semakin tinggi kandungan nitrogen semakin hijau
warna daun yang dinyatakan dengan tingginya nilai band G (green) pada indeks
vegetasi (Faozi et al., 2010).
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 4-2 menunjukkan hasil penelitian bahwa
perlakuan pupuk urea tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 7, 14, 22,
30 HST. Namun respon tanaman terhadap pemberian pupuk urea diperoleh hasil
tertinggi pada perlakuan N2 (200kg/ha) dengan nilai 85.77. Hal ini disebabkan kadar
pemberian unsur hara melalui pupuk pada tanaman sudah optimal. Pertumbuhan
tanaman akan optimal jika pemberian pupuk urea juga optimal, karena pertumbuhan
tanaman tergantung unsur hara yang diperoleh dari tanah. Sejalan dengan pendapat
Mutmainnah (2019) bahwa pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Jika diberikan dalam jumlah yang berlebih maka dapat menyebabkan tanaman

22
keracunan sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, namun pemberian dengan
dosis yang kecil tidak akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) yang menyatakan pemberian pupuk pada bibit
sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan namun jika pemberian
berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan. Sejalan dengan pendapat
Sinulingga et al (2015) bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman dapat disebabkan karena penggunaan dosis yang masih terlalu rendah
sehingga menyebabkan pengaruh yang diberikan kepada tanaman tidak maksimal. Hasil
penelitian perlakuan pupuk urea memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 50
HST yang memberikan rata-rata tinggi tanaman nilai rendah pada perlakuan N0 dengan
nilai 98.77 dan tertinggi pada perlakuan N3 dengan nilai 113.63. Hal ini dikarenakan
kandungan nitrogen dalam tanah sebelum pemupukan tergolong sedang sehingga pada
7, 14, 22, 30 HST tanaman menyerap unsur hara tanah awal tersebut. Pada 50 HST
kandungan N tanah awal sudah berkurang sehingga pemberian N dari pupuk urea sudah
berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Mengutip Amir (2017), nitrogen awal yang
tersedia sebelum pemupukan dapat memperbaiki tinggi tanaman. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Faozi et al (2010), Pupuk nitrogen berfungsi untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman terutama menambah ukuran daun, jumlah anakan, dan tinggi
tanaman. Sejalan dengan pendapat Made (2010) bahwa tersedianya nitrogen yang
berasal dari penambahan pupuk urea menyebabkan adanya keseimbangan rasio antara
daun dan akar yang berpengaruh pada tinggi tanaman.
Pada parameter jumlah anakan per rumpun, perlakuan konsentrasi pupuk urea
memberikan pengaruh sangat nyata. Berdasarkan analisis uji rataan (Tabel 4-3) rata-rata
jumlah anakan terbanyak (11 anakan) terdapat pada perlakuan N4 sedangkan rata-rata
jumlah anakan paling sedikit (5 anakan) pada perlakuan N0. Hal ini disebakan oleh
perbedaan konsentrasi pupuk urea yang diberikan mempengaruhi ketersediaan N dalam
tanah, sehingga berdampak pada jumlah anakan seperti pada perlakuan N4 (400kg/ha)
menghasilkan anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan N0 (tanpa pemberian
pupuk). Sejalan dengan pendapat Darwis (1979) bahwa pembentukan anakan hampir
selalu sebanding dengan ketersediaan nitrogen dalam tanah selama pembentukan
anakan. Menurut Endrizal dan Bobihoe (2004), pertumbuhan dan perkembangan jumlah
anakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan N dalam tanah. Hal tersebut juga sesuai
dengan penelitian Iqbal (2008), jumlah anakan yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor
genetika, juga banyaknya nitrogen yang diserap oleh tanaman.
Pada parameter jumlah anakan produktif per rumpun, perlakuan konsentrasi pupuk
urea memberikan pengaruh sangat nyata, sehingga dapat memberikan efek positif
terhadap peubah amatan. Berdasarkan analisis uji rataan (Tabel 4-4) rata-rata jumlah
anakan produktif terbanyak (7.00 malai) terdapat pada perlakuan N4, sedangkan rata-
rata jumlah anakan paling sedikit (2.67 malai) pada perlakuan N0. Hal ini sejalan
dengan penelitian Hepriyani et al. (2016) bahwa perlakuan pemberian pupuk dengan
dosis N tertinggi mampu mempengaruhi dan meningkatkan jumlah anakan produktif
lebih tinggi. Akan tetapi rata-rata anakan produktif tanaman padi pada penelitian yang

23
dilakukan masih belum optimal jika dibandingkan dengan anakan produktif pada data
deskripsi varietas padi varietas M70D (15-21 malai). Faktor yang mempengaruhi
jumlah anakan adalah pupuk, jarak tanam dan musim tanam. Pada waktu pembentukan
anakan, tanaman membutuhkan unsur hara N dan P dalam jumlah yang besar, sehingga
dosis NPK yang lebih tinggi menunjukan hasil yang terbaik. Tanaman padi memerlukan
unsur N dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan fase anakan untuk
memaksimalkan jumlah malai (Pertanian, 2010). Pernyataan ini diperkuat oleh Amilia
(2011) bahwa, unsur hara nitrogen N berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman,
menambah tinggi tanaman serta merangsang pertunasan.
Parameter berat basah menunjukkan massa tanaman dan jumlah air yang telah
diserap oleh tanaman. Parameter berat basah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mempelajari pertumbuhan tanaman dan mengetahui biomassa tanaman
atau akumulasi hasil fotosintesis serta kadar air yang terdapat pada jaringan tanaman.
Pada parameter berat basah per rumpun perlakuan konsentrasi pupuk urea memberikan
pengaruh sangat nyata, sehingga dapat memberikan efek positif terhadap peubah
amatan. Berdasarkan analisis uji rataan (Tabel 4-5) rata-rata berat basah per tanaman
tertinggi (93.67 gram) terdapat pada perlakuan N3 dan terendah (40.67 gram) terdapat
pada perlakuan N0. Tingginya nilai berat basah pada perlakuan N3 dapat dipengaruhi
oleh tingginya konsentrasi pupuk urea yang diberikan. Pupuk urea berpengaruh sangat
nyata terhadap berat basah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nico Supramudho (2013)
bahwa ketersediaan nitrogen setelah pembungaaan dapat meningkatkan berat 1000 biji.
Nitrogen berfungsi dalam pengisian biji, jika kebutuhan nitrogen dapat dipenuhi dengan
baik pada fase reproduksi awal maka berat 1000 biji akan meningkat. Sejalan dengan
pendapat Agustina (2004) bahwa apabila kebutuhan unsur N tercukupi maka tanaman
mampu membentuk protoplasma dalam jumlah yang lebih banyak sehingga akan
menghasilkan berat basah tanaman yang lebih tinggi pula. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Sudjana et al (1991) dalam Saputri et al (2018) tanaman yang tidak
diberikan perlakuan pemupukan umunya memiliki berat basah yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang diberikan pemupukan.
Parameter berat kering merupakan parameter yang menunjukkan massa tanaman
sesungguhnya sebagai hasil proses fotosintesis yang telah dilakukan tanaman. Tanaman
membutuhkan unsur hara dan energi yang cukup agar menghasilkan berat kering
tanaman yang optimal. Berdasarkan analisis uji rataan yang telah dilakukan (Gambar 4-
3) perlakuan konsentrasi pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering
tanaman. Rata-rata tertinggi (24.33 gram) terdapat pada perlakuan N3 dan terendah
(9.00 gram) pada perlakuan N0. Hal ini disebabkan proses fotosintesis yang kurang
maksimal dikarenakan oleh intensitas cahaya pada spot penelitian pada green house
masih cukup rendah jika dibandingkan dengan spot lain pada green house yang
menyebabkan tanaman tidak memperoleh intensitas cahaya yang optimal yang dapat
menunjang proses fotosintesisnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Utami (2018) bahwa
perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, berat kering
tanaman dan potensi hasil per hektar. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sarif (2015)

24
bahwa proses fotosintesis yang terjadi berlangsung baik/efesien dapat meningkatkan
bobot kering tanaman, berkaitan dengan adanya kondisi pertumbuhan tanaman yang
lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas metabolisme tanaman seperti fotosintesis.
Pada parameter skala bagan warna daun disajikan nilai rataan pada Tabel 4-6 dan
sidik ragam pada Lampiran 8 (Tabel 8a dan 8b), menunjukkan terjadinya peningkatan
kehijauan tanaman. Diketahui pada perlakuan N0 memberikan rata-rata nilai terendah
yaitu 2 dan rata-rata nilai tertinggi pada perlakuan N4 dengan nilai 3.67. Hal ini
disebabkan oleh pemberian pupuk urea yang berbeda-beda. Pemberian pupuk urea
tertinggi menghasilkan tanaman dengan kehijauan tinggi pula. Mengutip dari Nugroho
(2015) bahwa tanaman yang kekurangan unsur hara N, dapat menyebabkan daun
tanaman menguning. Sejalan dengan pendapat Li et al (2014) bahwa unsur nitrogen
merupakan salah satu unsur hara utama untuk pertumbuhan tanaman, sebagai komponen
utama klorofil dan protein yang terkait erat dengan warna daun, pertumbuhan, dan hasil
tanaman. Spektrum pemantulan daun tanaman atau kanopi berkolerasi dengan status N.
Rata-rata skala BWD yang diperoleh menggunakan bagan warna daun (BWD) pada
penelitian ini tergolong rendah hingga sedang (2,00 – 4,00).
Berdasarkan Gambar 4-4 menunjukkan terjadinya hubungan linear antara indeks
vegetasi dengan BWD pada persamaan Y=24.848x-21.663. Nilai koefisien korelasinya
(r) adalah 0.981. indeks vegetasi dan BWD menggunakan warna daun sebagai objek
untuk menentukan kandungan nitrogen dalam jaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Gani, 2013) bahwa BWD tersusun dari suatu seri warna hijau, dari hijau kekuningan
sampai hijau tua, sesuai dengan warna-warna daun yang digunakan untuk mengukur
warna daun. Bila suatu nilai warna daun lebih rendah dari batas kritis tertentu, maka
tanaman memerlukan pupuk N tambahan. Peneliti lain juga mengatakan imageJ
menentukan nilai RGB sebagai pengujian kadar klorofil dari analisis warna sampel daun
(Fadhila, 2023). Pada Gambar 4-5 menunjukkan N-Jaringan tanaman berhubungan
linear dengan skala bagan warna daun pada persamaan Y=0.5607x-0.2885. Nilai
koefisien korelasinya (r) adalah 0.954. Hal ini berarti terjadi hubungan antara kedua
parameter yaitu N-Jaringan dengan skala bagan warna daun. Peningkatan keeratan
hubungan N-Jaringan tanaman dengan BWD disebabkan kebutuhan N tanaman semakin
meningkat pada fase pertumbuhan lebih lanjut, sehingga semakin jelas perbedaan
intensitas kehijauan daun pada tanaman padi yang cukup hara dan kurang hara N
(Efendi et al, 2012). Nilai dari indeks vegetasi merupakan indikator tingkat kehijauan
tanaman yang menunjukan banyaknya konsentrasi klorofil yang terkandung dalam
daun, dengan validasi korelasi BWD yang merupakan metode penentuan kehijauan
daun menyatakan peningkatan kehijauan daun BWD diikuti dengan peningkatan nilai
indeks vegetasi sebagai metode penetapan kandungan nitrogen pada tanaman padi
(Pietersz et al., 2018).
Pada parameter klorofil total dapat dilihat nilai rataannya pada Tabel 4-7 dan sidik
ragamnya pada Lampiran 8 (Tabel 12a dan 12b), menunjukkan terjadinya peningkatan
klorofil total dari berbagai konsentrasi pupuk urea. Nilai rata-rata klorofil total terendah
dari perlakuan N0 yaitu 116.60, sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan N4 dengan

25
nilai 316.27. Pemberian pupuk urea ke dalam tanah akan melepaskan unsur hara seperti
nitrogen dan fosfor yang dapat mengoptimalkan pembentukan klorofil tanaman.
Sejalan dengan pendapat Augustine (2016) bahwa kandungan klorofil dipengaruhi oleh
unsur hara nitrogen dan fosfor. Unsur nitrogen dan fosfor berperan dalam pembentukan
sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti
asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP, dan ATP. Waluyo et al (2016) juga
mengatakan hal yang sama bahwa N merupakan salah satu elemen penting pembentuk
klorofil dan asam amino, sehingga mempengaruhi pembentukan kloroplas dan
akumulasi klorofil di dalamnya. Pada Gambar 4-6 mengindikasikan terjadinya
hubungan linear antara klorofil total dengan BWD pada persamaan Y=120.49x-95.463
Nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0.932. Korelasi yang tinggi ini menunjukkan
peluang kemungkinan untuk menduga kandungan N untuk menghasilkan nilai indeks
daun, kandungan protein dan klorofil yang diharapkan. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Hermanto et al (2011) bahwa meningkatnya kandungan taraf perlakuan urea yang
diberikan, memicu peningkatan kandungan klorofil. Hal ini terjadi karena klorofil terdiri
dari ikatan N yang berikatan dengan Mg dan membentuk ikatan cincin, sehingga
peningkatan N yang ada pada tanaman, akan meningkatkan kandungan klorofil daun.
Pada tanaman terdapat dua macam klorofil, yakni klorofil a (C 55H72O5N4Mg) yang
berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O5N4Mg) yang berwarna hijau muda.
Peningkatan intensitas hijau daun dicirikan oleh peningkatan persentase klorofil daun
dan kandungan N atau protein kasar pada hijauan (Wijayanti, 2013). Peningkatan
keeratan hubungan kandungan klorofil total dengan BWD secara tidak langsung
menunjukkan korelasi klorofil dengan indeks vegetasi yang telah dinyatakan pada
validasi 1 terkait hubungan linear antara BWD dengan indeks vegetasi, bahwa
kandungan klorofil total pada padi dinyatakan oleh nilai kehijauan daun yang dianalisis
menggunakan indeks vegetasi. Kandungan klorofil semakin jelas karena perbedaan
intensitas kehijaun daun padi. Hal ini menunjukkan bahwa indeks vegetasi dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengetahui klorofil total tanaman melalui
kandungan nitrogen yang dinyatakan oleh analisis warna pada indeks vegetasi (Efendi
et al., 2012).
Pada analisis sidik ragam N-Total yang dicantumkan pada Lampiran 8 (Tabel 6a
dan 6b), mengindikasikan bahwa perlakuan N0 memberikan rata-rata nilai terendah
pada angka 0,12 sedangkan rata-rata nilai tertinggi pada perlakuan N4 dengan nilai
0.24. Sedangkan nilai N awal tanah adalah 0,11 yang termasuk dalam kategori sedang.
Unsur hara yang terkandung dalam tanah ditentukan oleh konsentrasi pemberian pupuk
urea. Semakin besar konsentrasi pupuk yang diberikan semakin tinggi pula kandungan
N-Total tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Walida (2020) bahwa pemberian pupuk
pupuk urea cukup memberikan kontribusi bagi ketersediaan N-total tanah agar tidak
habis. Sejalan dengan pendapat yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk nitrogen
ke dalam tanah khususnya yang berasal dari Urea dan ZA (Amonium Sulfat) dapat
meningkatkan kandungan N-total di dalam tanah (Firmansyah et al, 2013). Berdasarkan
hasil uji korelasi yang disajikan pada Gambar 4-7 menunjukkan terjadinya hubungan

26
linear antara N-Total tanah dengan BWD pada persamaan Y=0.0774x-0.0403. Nilai
koefisien korelasinya (r) adalah 0.969. Hal ini menandakan N-Total yang berasal dari
input pemberian pupuk urea mempengaruhi warna pada daun. Sesuai dengan pendapat
Yusmayanti et al (2019) bahwa pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk
menambahkan unsur hara pada tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Salah satu unsur hara yang terkandung didalam pupuk yaitu unsur
hara nitrogen yang digunakan tumbuhan untuk pembentukan klorofil pada daun
sehingga menyebabkan daun lebih hijau dan lebih subur. Sejalan juga dengan pendapat
Firmansyah et al (2013) bahwa serapan N tanaman menunjukan pola yang sama dengan
N total tanah, dimana terjadi kenaikan serapan N tanaman pada setiap penambahan
pupuk urea ke tanah. pengambilan unsur N dalam tanah oleh akar berlangsung secara
aliran massa sehingga terjadi peningkatan aktivitas pengambilan unsur N oleh tanaman
menyebabkan daun berwarna hijau yang berbanding lurus dengan peningkatan
konsentrasi N yang diberikan ke dalam tanah. Dengan demikian kandungan N-Total
tanah cukup efektif dalam meningkatkan warna hijau daun pada tanaman. Hal ini terjadi
karena fungsi dari N-Total tanah salah satunya dapat mempengaruhi semua parameter
yang mendukung hasil warna daun. Jadi, penilaian dengan BWD menunjukkan
kehijauan tanaman sebagai hasil dari suplai kandungan N-Total tanah. Dengan adanya
adanya hasil validasi korelasi BWD dengan indeks vegetasi pada validasi 1,
menunjukkan bahwa indeks vegetasi dapat digunakan sebagai alternatif untuk
mengetahui N-Total tanaman melalui kandungan nitrogen yang dinyatakan oleh analisis
warna pada indeks vegetasi yang sejalan dengan peningkatan nilai kehijauan BWD
(Soplanit et al., 2012).
Berdasarkan hasil uji korelasi yang disajikan pada Gambar 4-8 menunjukkan
terjadinya hubungan linear antara klorofil total dengan N-Total tanah pada persamaan
Y=0.0006x-0.0409. Nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0.902. Hal ini menandakan N-
Total tanah mempengaruhi kandungan klorofil tanaman. Semakin tinggi kandungan N-
Total tanah maka semakin tinggi pula kandungan klorofil pada tanaman. Seperti pada
penelitian sebelumnya bahwa, N Total tanah meningkat secara signifikan ketika
pemberian pupuk kimia (N) ditambahkan. Sejalan dengan itu, peningkatan N-Total
tanah juga akan meningkatkan N-Jaringan pada tanaman yang mengakibatkan
pembentukan klorofil daun menjadi lebih banyak sehingga pertumbuhan dan hasil
tanaman akan lebih tinggi (Kaya, 2013). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nugroho
(2015) bahwa Penambahan unsur hara terutama N-Total berhubungan dengan
pembentukan klorofil daun yang memacu perkembangan daun. Jika daun tumbuh
dengan baik, cahaya yang diterima oleh daun juga akan berpengaruh terhadap
penyerapan hara pada tanaman terutama N yang menjadi unsur hara utama penyusun
klorofil.

27
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil analisis
indeks vegetasi bisa digunakan untuk menduga kandungan nitrogen pada tanaman padi
yang divalidasi dengan adanya hubungan linear antara indeks vegetasi dengan kadar N-
Jaringan tanaman pada persamaan Y=42.099x-6.118, nilai koefisien korelasinya (r)
adalah 0.977. Indeks vegetasi dengan BWD pada persamaan Y=24.848x-21.663, nilai
koefisien korelasinya (r) adalah 0.981. Hasil N-Jaringan tanaman berhubungan linear
dengan skala bagan warna daun pada persamaan Y=0.5607x-0.2885, nilai koefisien
korelasinya (r) adalah 0.954. Hasil klorofil total berhubungan linear dengan BWD pada
persamaan Y=120.49x-95.463, nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0.932. Hasil N-
Total tanah berhubungan linear dengan BWD pada persamaan Y=0.0774x-0.0403, nilai
koefisien korelasinya (r) adalah 0.969. Hasil klorofil total berhubungan linear dengan
N-Total tanah pada persamaan Y=0.0006x-0.0409, nilai koefisien korelasinya (r) adalah
0.902.

28
DAFTAR PUSTAKA

A'la, Fiddin Yusfida. 2016. Deteksi Retak Permukaan Jalan Raya Berbasis Pengolahan
Citra Menggunakan Metode Ekstraksi Ciri Wavelet. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Adzima, A, F., Rismaneswati, Laban, S., Jayadi, M., Anshori, M, F., Mubarak, H.,
Noviyanti, E., Muharram, N, Q, Z., Mallarangen, A, D., 2022. Analisis Indeks
Vegetasi Berbasis Drone untuk Menduga Kandungan Nitrogen pada Pertanaman
Padi. Jurnal Agritechno. 15(2).
Agustina L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
Akbar, S, R. 2014. Pengaruh Produksi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Barru. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Amilia, Y. 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis Penggunaan
Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Institute Pertanian
Bogor.
Amir, B., Naim, M., dan Sudartik, Eka,.2017. Aplikasi Limbah Kelapa Sawit
Pengaruhnya terhadap Pembentukan Bintil Akar dan Hasil Kacang Tunggak
(Vigna unguiculata L.) pada Lahan Tercekam Salinitas. Jurnal Pertanian
Berkelanjutan. (Perbal): 1 –10.
Amri, M, M. Sumiharto, R. 2019. Sistem Pengukuran Nitrogen, Fosfor, Kalium dengan
Local Binary Pattern dan Analisis Regresi. Indonesian Journal of Electronics and
Instrumentation Systems (IJEIS). 9(2).

29
Anand, M. H., and G. Byju. 2008. Chlorophyll meter and leaf colour chart to estimate
chlorophyll content, leaf colour, and yield of cassava. Photosynthetica, 46(4): 511-
516.
Anggraini, F. Suryanto, A. Aini, N. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman
Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 1. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2).
Augustine, N., dan Suhardjono, H. 2016. Peranan Berbagai Komposisi Media Tanam
Organik terhadap Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) di Polybag. Agritop Jurnal.
pp. 54-58
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis : Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air
dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Bogor.
Balai Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2021. Luas Panen Padi Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sulawesi Selatan (Ha), 2019-2021
Banyo, Y. E., Nio, A. S., Siahaan, P., & Tangapo, A. M. 2013. Konsentrasi klorofil daun
padi pada saat kekurangan air yang diinduksi dengan polietilen glikol. Jurnal
Ilmiah Sains, 1-8.
Barus, N. 2012. Kualitas Tanah di Lahan Sawah.
Cahyono, B. E., Nugroho, A. T., & Husen, J. 2018. Karakteristik Time Series
Reflektansi Tanaman Padi Varietas Ciherang dengan Analisis RGB Citra
Fotografi. Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung
Mangkurat, 15(1), 59-65.
Carlos. 2017. MACF-IJ, Metode Otomatis Untuk Mengukur Warna dan Luas Daun
Melalui Citra Digital. Agrociencia. 51(4).
Damanik M.B, Hasibuan B.E, Fauzi, Sarifuddin, Hanum H. 2011. Kesuburan anah dan
Pemupukan. USU Press. Medan. Hal 45-47.
Darsan, S. 2018. Efektivitas Pemberian Hara Mikro Melalui Media dan Daun pada
Tanaman Kangkung (Ipomea Reptans Poir). Agrin. 22(1).
Darwis, S.N. 1979. Agronomi Tanaman Padi. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.
Perwakilan Padang. Jilid 1: 86
Efendi,R., Suwardi., Syafruddin., Zubachtirodin. 2012. Penentuan Takaran Pupuk
Nitrogen pada Tanaman Jagung Hibrida Berdasarkan Klorofil Meter dan Bagan
Warna Daun. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31(1).
Endrizal dan J. Bobihoe. 2004. Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen dengan
Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sawah. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 7(2):118-124.
Erythrina. 2015. Bagan Warna Daun: Alat Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan
Nitrogen pada Tanaman Padi. J. Litbang Pert. 35(1): 1-10.

30
Fadhila, G. 2023. Kerapatan Stomata, Warna dan Kadar Klorofil Daun Kelakai
(Stenochlaena Palustris (Burm.F) Beddome) Berdasarkan Dua Lokasi Tumbuh
yang Berbeda dan Tingkat Umur Daun. Skripsi.
Faozi, K., Wijonarko, B, R. 2010. Serapan Nitrogen dan Beberapa Sifat Fisiologi
Tanaman Padi Sawah Dari Berbagai Umur Pemindahan Bibit (Nitrogen Uptake
And Several Physiological Characters Of Lowland Rice From Various Age
Seedlings). Jurnal Pembangunan Pedesaan. 10(2):93-101.
Firmansyah, I dan Sumarni, N. 2013 Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas Terhadap pH
Tanah, N-Total Tanah, Serapan N, dan Hasil Umbi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada Tanah Entisols-Brebes Jawa Tengah. J. Hort. 23(4):358-364
Gani, A. 2006. Bagan Warna Daun. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Gani, A. 2013. Bagan Warna Daun (BWD). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Geonvalces, E., Abreu, M., Brando, T., Silva, C. 2011. Gradation Kinetics of Colour,
Vitamin C and drip Loss in Frozen Brocoli (Brassica oleracea L. Ssp. Italica)
During Storage at Isothermal and Non-isothermal Conditions. IntRefrig. 34: 2136-
2144.
Hambali, A. Lubis, I. 2015. Evaluasi Produktivitas Beberapa Varietas Padi. Bul.
Agrohorti. 3(2): 137-145.
Hanum. 2015. Aplikasi Pupuk Urea Pupuk Kandang Kambing Untuk Meningkatkan N-
Total Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala Dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays L.). Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 3 (1) : 128- 135.
Harjoko, D. 2005. Hubungan Antara Dosis Pemupukan Nitrogen, Kadar Klorofil dan
Laju Fotosintesis pada Tanaman Padi Sawah.
Harjowigeno, S. 1995. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi 1. Akademikia
Presindo, Jakarta.
Hashim, N., R. Janius, L. Baranyai, M. Pflanz, C. Regen, M. Zude. 2010. Application of
RGB and Backscattering Imaging to Detect Chilling Injury Symptoms in Banana.
CIGR Workshop on Image Analysis in Agriculture, Budapest
Herdianto, R. 2018. Penggunaan Smartphone Android sebagai Alat Analisis Kebutuhan
Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi.
Hermanto, M. Ghulamadi, L.K. Darusman, A. Sutandi dan N. Bermawie. 2011.
Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK pada Jaringan Tanaman Pegagan.
Buletin Littro, 22(2): 186-197.
Hernita, D. Poerwanto, R. Susila. Anwar, S. 2012. Penentuan Status Hara Nitrogen pada
Bibit Duku. J. Hort. 22(1):29-36
Illing, I. Mardianah. 2018. Analisis Kadar Nitrogen Pupuk Organik Cair Limbah Kulit
Kakao dan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Starter Em-4. Jurnal Dinamika.
9(1): 29-37.

31
Iqbal, A. 2008a. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi Organik di
Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosia. Gadjah Mada 11(1):13-18.
Kaya, E. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan Serapan N Oleh
Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
Bagian Barat. Agrologia. 2(1):51-58.
Kaya E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami Dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia Tanah,
Serapan-N, Pertumbuhan, Dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L). Agrologia.
2(1):43–50.
Lana, M.M., Tijskens, L.M.M., Kooten, O.V,. 2005. Effects of Storage Temperature and
Stage of Ripening on RGB Colour Aspects of Fresh-Cut Tomato Using Video
Image Analysis. Wageningen University, Netherlands.
Li, F., Mistele, B., Hu, Y., Chen, X., Schmidhalter, U. 2014. Reflectance Estimation of
Canopy Nitrogen Content in Winter Wheat Using Optimized Hyperspectral
Indices and Partial Least Squares Regression. European Journal of Agronomi.
25:198-209
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeisguineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2. PPKS
RISPA. Medan.
Made, U. 2010. Respons Berbagai Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Urea. J. Agroland. 17 (2): 138 –
143.
Maniswari, S, D., Rusdinar, A., Purnama, B. 2015. Smart Traffic Light Menggunakan
Image Processing dan Metode Fuzzy Logic. E Proceeding of Engineering. 2(2):
2166.
Mutmainnah, and Lia Kusmita. 2019. “Uji Aktivitas Antioksidan Dan Formulasi Sediaan
Krim Ekstrak Kulit Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.).” Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta. 4(1).
Nico Supramudho, G. 2013. Efisiensi Serapan N Serta Hasil Tanaman Padi (Oryza
Sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik
di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret.
Nofridianita, S., PRASETIO, H., & PAWIRO, S. A. 2016. Perbandingan Verifikasi
Akurasi Posisi Pasien Radioterapi Secara Manual dan Semiotomatis Berbasis Citra
DRR/EPID. Indonesian Journal of Cancer, 10(3): 103-112.
Nugroho, W.S. 2015. Penetapan Standar Warna Daun Sebagai Upaya Identifikasi Status
Hara (N) Tanaman Jagung (Zea Mays L.) pada Tanah Regosol. Planta Tropica
Journal of Agro Science. 3 (1): 9-15
Patti. C, Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan
Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia. 2(1):51-58.

32
Pertanian, B. B. L. S. L. 2010. Peranan Unsur Hara N, P, K dalam Proses Metabolisme
Tanaman Padi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor, 22.
Pietersz, J. H., Matinahoru, J., & Loppies, R. 2018. Pendekatan Indeks Vegetasi Untuk
Mengevaluasi Kenyamanan Termal Menggunakan Data Satelit Landsat-Tm Di
Kota Ambon. Agrologia. 4(2). 288704.
Pradana, Y, D. Ewanto, D. Handayani. 2021. Implementasi Histogram Warna RGB dan
Fuzzy C-Means untuk Prediksi Kebutuhan Pupuk Nitrogen Tanaman Padi. Jurnal
Ilmiah Setrum. 10(2):1-12.
Prahasta, E. 2008. Remote Sensing. Informatika bandung.
Pristianingsih Sarif. Abd. Hadid. Imam Wahyudi. 2015. Pertumbuhan Hasil Tanaman
Sawi (Brassica Juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. e-J.
Agrotekbis. 3(5) : 585-591.
Purnama, C. Winahyu, D, A. Sari, D, S. 2019. Analisis Kadar Protein pada Tepung Kulit
Pisang Kepok (Musa Acuminate Balbisiana Colla) dengan Metode Kjeldahl.
Jurnal Analis Farmasi. 4(2): 77-83.
Putri, O, N. 2020. Implementasi Metode CNN dalam Klasifikasi Gambar Jamur pada
Analisis Image Processing (Studi Kasus: Gambar Jamur dengan Genus Agaricus
dan Amanita). Skripsi.
Samsuar. Sapsal, M, T. Achmad, M. Mubarak, H. Lestrai, N. 2020. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan Berbasis Spasial di Kec. Tanete
Riaja, Kab. Barru. Jurnal Agritechno. 13(2).
Saputra, E. 2013. Pengaruh Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa .L). Skripsi. Universitas
Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat.
Saputri, L., Hastuti, E, D., Budihastuti, R. 2018. Respon Pemberian Pupuk Urea dan
Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Minyak Atsiri
Tanaman Jahe Merah [Zingiber Officinale (L) Rosc var rubrum]. Jurnal Biologi.
7(1):1-7.
Sarif, P., Hadid, A., Wahyudi, I. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. e-J. Agrotekbis. 3 (5) :
585-591
Setiawan, E, B. 2018. Penggunaan Smartphone Android sebagai Alat Analisis
Kebutuhan Kandungan Nitrogen pada Tanaman Padi. JNTETI. 7(3).
Sinulingga, E, S, R., Ginting, J., Sabrina, T. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
Cair dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(3):1219 – 1225.
Siregar A, dan Marzuki, I. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N Dan
Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian.
7(2): 107-112.

33
Soplanit, R. dan S. Nukuhaly. 2012. Pengaruh Penggelolaan Hara NPK Terhadap
Ketersediaan N dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Waelo
Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 1(1)
Stefanelli. D, Goodwin. I, & Jones, R. 2010. Minimal Nitrogen and Water Use in
Horticulture: Effects on Quality and Content of Selected Nutrients. Food Research
International. (43) pp. 1833-43.
Subrata, B, A, G. Darsan, S. 2018. Efektivitas Pemberian Hara Mikro Melalui Media dan
Daun pada Tanaman Kangkung (Ipomea Reptans Poir). Agrin. 22(1).
Taufik, M., Hasan, A., Hidayat, S. H., Parawansa, A. K., & Tasrif, A. (2023). Penilaian
Keparahan Gejala Virus pada Capsicum Frutescens Berbasis Indeks Vegetasi dan
Pengamatan Visual di Lapangan. Jurnal Agrotek Tropika, 11(1): 7-14.
Uddling, J., J. Gelang-Alfredsson, K. Piikki, and H. Pleijel. 2007. Evaluating the
relationship between leaf chlorophyll concentration and SPAD-502 chlorophyll
meter readings. Photosynthesis Research. 91(1): 37 – 46
Utami, D.N. 2018. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Beberapa Varietas Pdi (Oryza sativa L.)
Waluyo, W, W, S., Suharti, S., Abdullah, L. 2016. Metode Cepat Pendugaan Kandungan
Protein Kasar pada Rumput Raja (Pennisetum Purpurhoides) Menggunakan Nilai
Indeks Warna Daun. Pastura. 5(2): 76 – 82.
Whan, AP, ABSmith, CRCavanagh, J.-PFRal, LM Shaw, CA Howitt, dan L. Bischof.
2014. GrainScan: Biaya rendah, metode cepat untuk ukuran butir dan pengukuran
warna. Metode Tanaman. 10: 23.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta:121
Widhihandoko. 2015. Pendaftaran Tanah di Indonesia.
Wijayanti,M., Hadi,M,S., Pramono,E. 2013. Pengaruh Pemberian Tiga Jenis Pupuk
Kandang dan Dosis Urea pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai
(Capssicum Annum L.). J. Agrotek Tropika. 1(2): 172-178.
Yusmayanti, M. Asmara, A, P. 2019. Analisis Kadar Nitrogen Pada Pupuk Urea, Pupuk
Cair dan Pupuk Kompos dengan Metode Kjeldahl. Amina. 1(1).

34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria penilaian hasil analisis tanaman
Nilai
Parameter tanah Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
rendah tinggi
C (%) <1 1-2 2-3 4-5 >5
N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
N2O5 HCl 25% (mg.100g-1) <15 15-20 21-40 41-60 >60
N2O5 Bray (mg.kg-1) <4 5-7 8-10 11-15 >15
N2O5 Olsen (mg.kg-1) <5 5-19 11-15 16-20 >20
K2O HCl 25% (mg.100g-1) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK/CEC (mg.100 g-1 tanah) <5 5-16 17-24 25-40 >40
susunan katiom
Ca (cmol.100 g-1 tanah) <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg (cmol.100 g-1 tanah) <0,3 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8
K (cmol.100 g-1 tanah) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1

35
Na (cmol.100 g-1 tanah) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1
Kejenuhan Basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80
Kejenuhan Aluminium (%) <20 20-40 41-60 61-80 <80
Cadangan Mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40
Salinitas/DHL (dS.m-1) <1 1-2 2-3 3-4 >4
Persentase natrium dapat <2 2-3 5-10 10-15 >15
tukar/ESP (%)

Lampiran 2. Deskripsi varietas M70D


Deskripsi Varietas Nilai/
Keterangan
Asal persilangan Padi Genjah Rawe Malang/Cempo Banyuwangi
Golongan Cere
Umur tanaman 70 hari
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 100 cm
Anakan produktif 21 malai
Gabah per malai 148 biji
Warna kaki Putih tulang
Warna batang Hijau
Warna daun telinga Hijau kekuningan
Muka daun Kasar
Posisi daun Tegak
Daun bendera Tegak
Bentuk gabah Ramping
Warna gabah Kuning
Kerontokan Lumayan mudah rontok
Rasa nasi/tekstur nasi Enak/pulen
Bobot 1000 butir gabah 28 g
Kadar amilosa 20,55%
Potensi hasil 9,6 ton/ha
Ketahanan terhadap hama tahan terhadap wereng
Tahan terhadap virus tungro
Ketahanan terhadap
penyakit
Dilepas tahun 2017
Lampiran 3. Nilai konstanta klorofil
y = a + b (CCI)c
Parameter
A B C
Chl a -421.3 375.02 0.1863
Chl b 38.23 4.03 0.88
Chl tot -283.2 296.96 0.27
A -3.5 3.69 0.027

36
Sumber: Goncalves, 2011

Lampiran 4. Kategori nitrogen berdasarkan SPAD


No Nilai SPAD Status
1 < 50 Rendah
2 50-53 Sedang
3 > 53 Tinggi

Lampiran 5. Kategori nilai BWD


No Nilai BWD Status
1 2-3 Rendah
2 3-4 Sedang
3 4-5 Tinggi

Lampiran 6. Pedoman derajat hubungan


No Nilai pearson correlation Kategori
1 0.00 s/d 0.20 tidak ada korelasi
2 0.21 s/d 0.40 korelasi lemah
3 0.41 s/d 0.60 korelasi sedang
4 0.61 s/d 0.80 korelasi kuat
5 0.81 s/d 1 korelasi sempurna

Lampiran 7. Perhitungan dosis pupuk yang akan digunakan pada setiap ember.
Pupuk Urea (N)
N1
 Konsentrasi pupuk : 100kg/ha
 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
100 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
100 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg

37
Dosis pupuk per polybag = 25 x 10−4 kg
Dosis pupuk per polybag = 0 , 25 g
N2

 Konsentrasi pupuk : 200kg/ha


 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
200 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
200 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg
Dosis pupuk per polybag = 5 x 10−4kg
Dosis pupuk per polybag = 0,5g
N3

 Konsentrasi pupuk : 300kg/ha


 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
300 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
300 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg
Dosis pupuk per polybag = 7 , 5 x 10−4kg
Dosis pupuk per polybag = 0 , 75 g
N4

 Konsentrasi pupuk : 300kg/ha

38
 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
400 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
400 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg
Dosis pupuk per polybag = 1 x 10−3 kg
Dosis pupuk per polybag = 1g
SP-36

 Konsentrasi pupuk : 100kg/ha


 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
100 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
100 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg
Dosis pupuk per polybag = 2 , 5 x 10−4 kg
Dosis pupuk per polybag = 0 , 25 g
KCL

 Konsentrasi pupuk : 100kg/ha


 Bobot tanah per polybag : 5 kg
 Bobot tanah 1 ha (asumsi bulk density tanah 1 g.cm-3)
= Volume tanah 1 ha x bulk density
= 2 x 109 cm3 x 1 g.cm-3
= 2 x 109 g

39
= 2 x 106 kg
 Dosis pupuk NPK per polybag adalah
Rekomendasi pupuk per ha Dosis pupuk per polybag
=
Bobot tanah per ha Bobot tanah per polybag
−1
100 kg . ha Dosis pupuk per polybag
6
=
2 x 10 kg 5 kg
−1
100 kg . ha x 5 kg
Dosis pupuk per polybag = 6
2 x 10 kg
Dosis pupuk per polybag = 2 , 5 x 10−4
Dosis pupuk per polybag = 0 , 25 g
Lampiran 8. Olah data
Tabel 1a.a. Tinggi tanaman (cm) 7 HST
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 20 21.6 22 63.6 21.20
N1 19.6 19.3 25.6 64.5 21.50
N2 24.6 24 22.6 71.2 23.73
N3 20.6 21.3 36 77.9 25.97
N4 20.3 24.6 24.3 69.2 23.07
Total 105.1 110.8 130.5 346.4
Rata-rata 21.02 22.16 26.1 23.09

Tabel 1b.a. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 HST


Sumber F.Hitun F Tabel
db JK KT
Keragaman g 5% 1%
8.64911
2 71,049 35,525 2,342 TN 4.45897
Kelompok 1
3.83785 7.00607
4 44,369 11,092 0,731 TN
P 3 7
121,33
8 15
Galat 1
Total 14
KK 17%

Tabel 1a.b. Tinggi tanaman (cm) 14 HST


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 40.6 41.6 40.6 122.8 40.93
N1 40 39.6 45.6 125.2 41.73

40
N2 48 45 45.3 138.3 46.10
N3 41.6 43.3 48 132.9 44.30
N4 41 45.6 48.3 134.9 44.97
Total 211.2 215.1 227.8 654.1
Rata-rata 42.24 43.02 45.56 43.61

Tabel 1b.b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 14 HST


Sumber F.Hitun F Tabel
db JK KT
Keragaman g 5% 1%
8.64911
2 30,137 15,069 2,526 TN 4.45897
Kelompok 1
3.83785 7.00607
4 57,609 14,402 2,414 TN
P 3 7
Galat 8 47,723 5.965
Total 14
KK 6%

Tabel 1a.c. Tinggi tanaman (cm) 22 HST


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 59.3 62 60 181.3 60.43
N1 58.3 60.3 65.7 184.3 61.43
N2 65 65.7 64.7 195.4 65.13
N3 61.3 63 68 192.3 64.10
N4 62 63.6 66.7 192.3 64.10
Total 305.9 314.6 325.1 945.6
Rata-rata 61.18 62.92 65.02 63.04

Tabel 1b.c. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 22 HST


Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 2 36,972 18,486 4,555 * 4.45897 8.649111
P 4 48,016 12,004 2,958 TN 3.837853 7.006077
Galat 8 32,468 4
Total 14
KK 3%

Tabel 1a.d. Tinggi tanaman (cm) 30 HST


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 81.3 82.6 81 244.9 81.63

41
N1 82.6 82.6 86 251.2 83.73
N2 88 85 84.3 257.3 85.77
N3 81.3 83.3 88 252.6 84.20
N4 81.3 85.6 89.3 256.2 85.40
Total 414.5 419.1 428.6 1262.2
Rata-rata 82.9 83.82 85.72 84.15

Tabel 1b.d. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 30 HST


Sumber F.Hitun F Tabel
db JK KT
Keragaman g
4.4589 8.6491
2 20,681 10,341 1,593 TN
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 32,057 8,014 1,235 TN
P 5 8
Galat 8 51,919 6
Total 14
KK 3%

Tabel 1a.e. Tinggi tanaman (cm) 50 HST (Generatif)


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 102.3 96 98 296.3 98.77
N1 109 107 106.3 322.3 107.43
N2 112.3 113.6 114.6 340.5 113.50
N3 109.3 115.6 116 340.9 113.63
N4 111 109.6 113.3 333.9 111.30
Total 543.9 541.8 548.2 1633.9
Rata-rata 108.78 108.36 109.64 108.93

Tabel 1b.e. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 50 HST (Generatif)


Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 2 4,257 2,129 0,292 TN 4.45897 8.64911
P 4 462,469 115,617 15,870 ** 3.83785 7.00608
Galat 8 58,283 7
Total 14
KK 2%

Tabel 2a. Jumlah anakan per rumpun


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3

42
N0 7 4 4 15 5.00
N1 7 5 6 18 6.00
N2 10 8 8 26 8.67
N3 13 9 6 28 9.33
N4 12 10 11 33 11.00
Total 49 36 35 120
Rata-rata 9.8 7.2 7 8

Tabel 2b. Sidik ragam jumlah anakan per rumpun


Sumber F.Hitun F Tabel
Db JK KT
Keragaman g 5% 1%
4.4589 8.6491
2 24.400 12.200 7.55 *
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 72.667 18.167 11.24 **
P 5 8
Galat 8 12.933 1.617
Total 14
KK 16%

Tabel 3a. Jumlah anakan produktif per rumpun (malai)


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 4 2 2 8 2.67
N1 4 4 4 12 4.00
N2 5 4 5 14 4.67
N3 7 5 4 16 5.33
N4 7 8 6 21 7.00
Total 27 23 21 71
Rata-rata 5.4 4.6 4.2 4.73

Tabel 3b. Sidik ragam jumlah anakan produktif per rumpun (malai)
Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 2 3,733 1.87 2,383 TN 4.45897 8.64911
P 4 30,933 7.73 9,876 ** 3.83785 7.00608
Galat 8 6,267 0.78
Total 14
KK 19%

Tabel 4a. Berat basah


Perlakuan Ulangan Total Rata-Rata

43
1 2 3
N0 39 39 44 122 40.67
N1 43 43 61 147 49.00
N2 73 93 67 233 77.67
N3 69 90 122 281 93.67
N4 94 74 62 230 76.67
Total 318 339 356 1013
Rata-rata 63.6 67.8 71.2 67.53

Tabel 4b. Sidik ragam berat basah


Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 2 145 72.5 0,241 TN 4.45897 8.64911
P 4 5,803 1,450.8 4,824 * 3.83785 7.00608
Galat 8 2,406 300.7
Total 14 8,354
KK 26%

Tabel 5a. Berat kering


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 9 8 10 27 9.00
N1 9 9 13 31 10.33
N2 20 22 15 57 19.00
N3 16 21 36 73 24.33
N4 22 15 13 50 16.67
Total 76 75 87 238
Rata-rata 15.2 15 17.4 15.87

Tabel 5b. Sidik ragam berat kering


F.Hitun F Tabel
Sumber db JK KT
Keragaman g 5% 1%
4.4589 8.6491
2 18 8.87 0,251 TN
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 480 119.93 3,399 TN
P 5 8
Galat 8 282 35.28
Total 14 46
KK 37%

Tabel 6a. N-Total

44
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 0.12 0.12 0.12 0.36 0.12
N1 0.12 0.14 0.15 0.41 0.14
N2 0.17 0.13 0.15 0.45 0.15
N3 0.25 0.19 0.19 0.63 0.21
N4 0.27 0.23 0.22 0.72 0.24
Total 0.93 0.81 0.83 2.57
Rata-rata 0.19 0.16 0.17 0.17

Tabel 6b. Sidik ragam N-Total


Sumber F.Hitun
db JK KT F Tabel
Keragaman g
5% 1%
4.4589 8.6491
2 0,002 0,001 1,938 TN
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 0,032 0,008 18,461 **
P 5 8
Galat 8 0,003 0,0004
Total 14
KK 4%

Tabel 7a. N-Jaringan


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 0.68 0.68 0.78 2.14 0.71
N1 0.96 1.02 1.19 3.17 1.06
N2 1.25 1.39 1.15 3.79 1.26
N3 1.53 1.59 1.48 4.60 1.53
N4 1.50 1.81 1.65 4.96 1.65
Total 5.92 6.49 6.25 18.66
Rata-rata 1.18 1.30 1.25 1.24

Tabel 7b. Sidik ragam N-Jaringan


Sumber F.Hitun
db JK KT F Tabel
Keragaman g
5% 1%
4.4589 8.6491
2 0,033 0,016 1,531 TN
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 1,705 0,426 39,849 **
P 5 8
Galat 8 0,086 0

45
Total 14
KK 8%

Tabel 8a. BWD


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 2 2 2 6 2.00
N1 3 2 2 7 2.33
N2 2 3 3 8 2.67
N3 3 3 3 9 3.00
N4 4 4 3 11 3.67
Total 14 14 13 41
Rata-rata 2.8 2.8 2.6 2.73

Tabel 8b. Sidik ragam BWD


Sumber F.Hitun F Tabel
db JK KT
Keragaman g 5% 1%
4.4589 8.6491
2 0.133 0.067 0.286 TN
Kelompok 7 1
3.8378 7.0060
4 4.933 1.233 5.286 *
P 5 8
Galat 8 1.867 0.233
Total 14
KK 18%

Tabel 9a. Indeks vegetasi


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 32.127 25.431 18.776 76.33 25.44
N1 35.009 29.463 41.273 105.75 35.25
N2 44.183 46.280 57.881 148.34 49.45
N3 59.638 48.783 54.187 162.61 54.20
N4 79.174 58.415 63.181 200.77 66.92
Total 250.13 208.37 235.30 693.80
Rata-rata 50.03 41.67 47.06 46.25

Tabel 9b. Sidik ragam indeks vegetasi


Sumber
db JK KT F.Hitung F Tabel
Keragaman
5% 1%
Kelompok 2 179,256 89,628 1,867 TN 4.45897 8.64911
P 4 3,164,272 791,068 16,482 ** 3.83785 7.00608

46
Galat 8 383,956 48
Total 14
KK 15%

Tabel 10a. Klorofil a


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 38.6 98 63.7 200.3 66.77
N1 157.8 117.7 84.6 360.1 120.03
N2 137.5 213.1 178.4 529 176.33
N3 187.4 222.3 205.9 615.6 205.20
N4 237.6 227.8 194.1 659.5 219.83
Total 758.9 878.9 726.7 2364.5
Rata-rata 151.78 175.78 145.34 157.63

Tabel 10b. Sidik ragam klorofil a


Sumber F.Hitun F Tabel
db JK KT
Keragaman g 5% 1%
4.4589 8.6491
2 2.573,445 1.286,723 1 TN
Kelompok 7 1
48.454,88 12.113,72 3.8378 7.0060
4 15 **
P 7 2 5 8
Galat 8 6.407,281 801
Total 14
KK 18%

Tabel 11a. Klorofil b


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 48.8 57 51.8 157.6 52.53
N1 69.6 60.6 54.8 185 61.67
N2 64.8 86.5 75.3 226.6 75.53
N3 78 89.9 84 251.9 83.97
N4 96 92.1 80.1 268.2 89.40
Total 357.2 386.1 346 1089.3
Rata-rata 71.44 77.22 69.2 72.62

Tabel 11b. Sidik ragam klorofil b


Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 2 171.24 85.62 1.64 TN 4.45897 8.64911

47
P 4 2.826,757 706.69 13.52 ** 3.83785 7.00608
Galat 8 418.08 52.26
Total 14
KK 10%

Tabel 12a. Klorofil total


Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
N0 82.4 154.8 112.6 349.8 116.60
N1 232 179.8 138.2 550 183.33
N2 205.3 306.7 259.4 771.4 257.13
N3 271.6 319.6 296.8 888 296.00
N4 341 327.2 280.6 948.8 316.27
Total 1132.3 1288.1 1087.6 3508
Rata-rata 226.46 257.62 217.52 233.87

Tabel 12b. Sidik ragam klorofil total


Sumber F Tabel
db JK KT F.Hitung
Keragaman 5% 1%
8.6491
2 4.431,465 2.215,733 2 TN 4.45897
Kelompok 1
7.0060
4 82.490,213 20.622,553 15 ** 3.83785
P 8
Galat 8 10.936,395 1,367.0
Total 14
KK 16%

Lampiran 9. Gambar dokumentasi penelitian.

(a) (b)
Lampiran Gambar 1. Pengayakan tanah (a), Pengisian tanah ke ember (b)

48
(a) (b)
Lampiran Gambar 2. Penyemaian benih padi (a), semaian benih berumur 7 hari (b)

Lampiran Gambar 3. Pindah tanam saat benih berumur 10 hari

(a) (b) (c)


Lampiran Gambar 4. Penimbangan pupuk (a), Pemupukan 7 HST (b), Pemupukan 14
HST (c)

(a) (b) (c)


Lampiran Gambar 5. 7 HST (a), 14 HST (b), 22 HST (c)

49
(a) (b)
Lampiran Gambar 6. 30 HST (a), 50 HST (b)

(a) (b)
Lampiran Gambar 7. Pengukuran BWD (a), Pengukuran SPAD/CCM (b)

(a) (b)
Lampiran Gambar 8. Foto sampel daun untuk image processing (a), Analisis indeks
vegetasi (image processing)

50
(a) (b) (c)
Lampiran Gambar 9. Pengambilan sampel tanah akhir (a), Penimbangan berat basah
(b), Penimbangan berat kering (c)

(a) (b)
Lampiran Gambar 10. Analisis N-Total (a), Analisis N-Jaringan (b)

(a) (b) (c)


Lampiran Gambar 11. Destruksi (a), Destilasi (b), Titrasi (c)

51

Anda mungkin juga menyukai