Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/262369346

HAMA DAN PREDATORNYA PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna


sinensis (L.) Savi Ex Has) DI PADANG, SUMATERA BARAT

Article · May 2010

CITATION READS

1 3,599

4 authors, including:

My Syahrawati
AndalasUniversity
15 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

entomopatogen View project

community service View project

All content following this page was uploaded by My Syahrawati on 16 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


HAMA DAN PREDATORNYA PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna
sinensis (L.) Savi Ex Has) DI PADANG, SUMATERA BARAT

Oleh:
My Syahrawati1, Afriadis Mariko Putra2, Munzir Busniah1, Yaherwandi1

ABSTRACT

Pest and Its Predator on Long Bean Field (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) in
Padang, West Sumatera. The research was done on April-Desember 2009 at Kuranji and
Koto Tangah Distric. The research used survey methods collecting insect directly and
also using yellowtrap, light trap, fittfall trap, and insect net. Based on the research, was
found 2 important species of pest insect, Myzus persicae and Aphis craccivora and 2
important predators, Lycosidae and Coccinellidae. Species richness of predatos was
higher than pests. Percentage and Intensity of attacking of pest insect within low with
species diversity was moderate (1,858).
Keywords: Long bean, diversity, pest insect, predator

PENDAHULUAN
Di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, tanaman kacang panjang merupakan
salah satu jenis tanaman penghasil sayuran yang paling banyak ditanam masyarakat
petani. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan
Kota Padang (2009), selama tahun 2007 Kota Padang telah memproduksi kacang
panjang sebanyak 778 ton. Dari jumlah tersebut, 42,16% diantaranya diproduksi oleh
Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, masing-masing dengan luas areal
tanam 41 ha dan 35 ha serta produksi rata-rata 4,37 ton/ha dan 4,26 ton/ha. Hasil
tersebut sebenarnya dapat lebih ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas, apabila
gangguan OPT, seperti hama, dapat ditekan.
Secara umum diketahui bahwa jenis serangga hama yang biasa menyerang
tanaman kacang panjang adalah ulat bunga/ penggerek polong (Maruca testulalis), lalat
kacang (Agromiza phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae),
kutu hitam (Aphis craccivora) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003), kepik polong
1
Dosen pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
2
Alumni Jurusan Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
2

(Riptortus linearis) (Irfan dan Sunarjono, 2003), kumbang penggerek biji (Callosobruchus
maculatus L) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003; Prabowo, 2008), dan ulat grayak
(Spodoptera litura F.) (Prabowo, 2008).
Pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif
pengendalian yang paling aman dan banyak direkomendasikan. Meskipun pengaruhnya
baru dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun mampu menjaga keseimbangan
ekosistem. Salah satu jenis musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
hama tumbuhan adalah predator. Keberadaan predator pada suatu kawasan sangat
terkait dengan keberadaan mangsanya. Hubungan antara predator dan mangsa sangat
erat kaitannya dengan perubahan kerapatan populasi. Perubahan populasi satu spesies
dapat mempengaruhi perubahan populasi spesies lain (Holling, 1961). Meningkatnya
populasi predator akan memberikan tekanan bagi populasi serangga hama (Coppel dan
Mertins, 1977).
Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, belum pernah dilaporkan
tentang serangga hama tanaman kacang panjang di Kota Padang. Oleh sebab itu,
dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang serangga hama tanaman kacang
panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir dan menganalisis keragaman
serangga hama tanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) di Kota Padang.

METODOLOGI
Penelitian lapangan dilaksanakan di dua kecamatan di Kota Padang Propinsi
Sumatera Barat yaitu Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, sedangkan
identifikasi serangga dilaksanakan di Laboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unand Padang. Waktu yang dialokasikan
untuk penelitian ini adalah selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2010.
Pengumpulan atau koleksi hama dan predator dilakukan satu kali seminggu
selama masa generatif kacang panjang yang diawali dengan pembentukan bunga sampai
panen. Pengambilan sampel dilaksanakan sebanyak 3 kali pengamatan. Pengumpulan
3

sampel dilakukan dengan cara langsung, menggunakan perangkap nampan kuning,


cahaya, botol jebak, dan jaring serangga.
Untuk mengetahui keanekaragaman hama dan predator serta pengelompokan-
nya, seluruh serangga yang diperoleh di lapangan diidentifikasi dengan memperhatikan
ciri-ciri morfologi dibawah mikroskop binokuler lalu dicocokkan dengan Kunci
Determinasi Serangga (Lilies, 2003), Hymenoptera of The World: An Identification Guide
to Families (Goulet dan Huber, 1993) dan Boror et al (1992).
Hama dan predator yang ditemukan di lapangan dihitung dengan menjumlahkan
seluruh individu yang berasal dari satu famili, dilanjutkan dengan mengelompokkan
sesuai posisinya yaitu sebagai hama atau predator, kemudian dihitung indeks
keragaman Shannnon-Wiener, kemerataan Simpson dan kekayaan spesies (Krebs, 1992).
Pengamatan terhadap tingkat serangan hama pada tanaman kacang panjang dilakukan
dengan menentukan persentase daun terserang dan intensitas serangan. Pengamatan
dilakukan pada saat pengamatan terakhir dilakukan di lapangan.

HASIL
Keanekaragaman Hama
Hama yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang sebanyak 4.001
individu yang tersebar dalam 5 ordo dan 13 famili. Dari jumlah tersebut 71,38 %
diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan 28,62 % dikoleksi dari Kecamatan Koto
Tangah. Hama yang paling banyak ditemukan berasal dari ordo Homoptera famili
Aphididae yaitu Myzus persicae dan Aphis craccivora (Tabel 1).

Persentase dan Intensitas Serangan


Berdasarkan pengamatan lapangan ditemukan hama M. persicae dan A.
craccivora dan kerusakan yang disebabkan pada tanaman kacang panjang. Serangan
A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dan M.persicae paling tinggi terjadi pada
daun. Serangan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan
Kecamatan Koto Tangah masing-masing 22,94% dan 14,71%, namun intensitas serangan
4

Tabel 1. Keanekaragaman hama pada pertanaman kacang panjang

Famili Kuranji Koto Tangah


Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Individu Spesies Individu Spesies
Coleoptera
Bruchidae 28 3 12 3
Bostrichidae 16 1 16 2
Scarabidae 20 3 18 1
Chrysomelidae 11 1 12 1
Meloidae 3 1 0 0
Homoptera
Aphidae 2652 2 1046 2
Cicadellidae 60 1 17 1
Diptera
Calliphoridae 0 0 4 1
Drosophilidae 31 1 1 1
Tephritidae 3 1 3 1
Agromyzidae 12 1 6 1
Hemiptera
Alydidae 10 1 1 1
Orthoptera
Acrididae 10 4 9 4
Jumlah 2856 20 1145 19

di Kecamatan Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Kuranji yakni 7,60% dan
2,88%. Serangan M.persicae lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan
Kecamatan Koto Tangah yakni masing-masing 30,63% dan 21,91%, dengan intensitas
serangannya yakni 10,05% dan 7,19%. Persentase dan intensitas serangan A.craccivora
dan M.persicae tergolong rendah (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Persentase serangan hama pada tanaman kacang panjang
No Lokasi Bagian Terserang A. craccivora (%) M. persicae (%)

Daun 7,39 30,63


1 Kuranji Polong 22,94 8,75
Bunga 4,17 8,34
Daun 12,23 21,91
2 Koto Tangah Polong 14,71 8,86
Bunga 14,71 8,86
5

Tabel 3. Intensitas serangan hama pada tanaman kacang panjang


No Lokasi Bagian Terserang A. craccivora (%) M. persicae (%)
Daun 4,29 10,05
1 Kuranji Polong 2,88 0,79
Bunga 0,50 0,25
Daun 5,02 7,19
2 Koto Tangah Polong 7,60 3,19
Bunga 3,13 0,00

Keanekaragaman Predator
Predator yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang sebanyak 5.411
individu yang tersebar dalam 8 ordo dan 18 famili, dimana 53,90% diantaranya dikoleksi
dari Kecamatan Kuranji dan 46,10% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah (Tabel 3).
Tabel 3. Keanekaragaman predator pada pertanaman kacang panjang
Famili Kuranji (Jumlah) Koto Tangah (Jumlah)
Individu Spesies Individu Spesies
Coleoptera
Carabidae 4 1 4 2
Cicindelidae 1 1 11 1
Cucujidae 6 1 0 0
Coccinellidae 47 2 61 2
Diptera
Syrphidae 1 1 1 1
Araneida
Oxyopidae 12 2 1 1
Lycosidae 65 7 38 5
Linyphiidae 36 2 12 3
Thomisidae 3 1 6 2
Tetragnathidae 5 1 0 0
Salticidae 3 1 5 2
Hemiptera
Reduviidae 2 2 0 0
Orthoptera
Gryllidae 26 3 2 1
Dermaptera
Forficulidae 0 0 2 1
Odonata
Aeshnidae 17 1 9 1
Coenagrionidae 12 1 16 1
Hymenoptera
Formicidae 2669 3 2314 4
Specidae 8 3 12 5
Jumlah 2917 33 2494 32
6

Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Kekayaan Spesies


Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies di Kota Padang
tergolong rendah. Keanekaragaman serangga predator lebih tinggi dibandingkan hama.
Indeks keanekaragaman hama di Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan di Kuranji,
sedangkan indeks keanekaragaman predator lebih tinggi di Kuranji dibandingkan di Koto
Tangah. Namun secara umum, indeks keanekaragaman di kedua lokasi tergolong
rendah. Indeks kemerataan hama di Kuranji lebih rendah dibandingkan di Koto Tangah,
sedangkan indeks kemerataan predator lebih tinggi di Kuranji dibandingkan di Koto
Tangah. Kekayaan spesies hama dan predator di Kuranji lebih tinggi dibandingkan
kekayaan spesies di Koto Tangah (Tabel 4).
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Kekayaan Spesies

No Hama dan Variabel uji Kuranji Koto Tangah


predator
Indeks Keanekaragaman 0,587 0,691
1 Hama Indeks Kemerataan 0,137 0,165
Kekayaan Spesies 20 19
Indeks Keanekaragaman 1,321 1,136
2 Predator Indeks Kemerataan 0,460 0,372
Kekayaan Spesies 33 32

PEMBAHASAN

Perbedaan sistem pertanian antara Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto


Tangah mempengaruhi terhadap keanekaragaman hama dan predator di areal
pertanaman kacang panjang. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa
keanekaragaman serangga tidak jauh berbeda di kedua lokasi. Indeks keanekaragaman
serangga hama dan predator di Kuranji dan Koto Tangah tergolong rendah karena kecil
dari 1,5, sedangkan indeks kemerataan rendah karena nilainya mendekati nol. Menurut
Landis dan Orr (2004) dan Yaherwandi (2005), tinggi rendahnya jumlah individu, spesies,
kemerataan spesies dan keanekaragaman pada suatu daerah dipengaruhi ekosistem
7

pertanian yang mengalami gangguan setiap musim tanam, karena aktifitas budidaya,
pembajakan, penanaman, dan aplikasi pemupukan serta panen yang akhirnya
menimbulkan kerusakan.
Populasi serangga hama dan predator di Kecamatan Kuranji lebih tinggi
dibandingkan di Kecamatan Koto Tangah dengan selisih perbedaan mendekati 22,68%.
Perbedaan yang terjadi kemungkinan besar terjadi karena Kuranji menerapkan pola
tanam polikultur, tanpa penyiangan gulma sedangkan Koto Tangah monokultur dan
melakukan penyiangan gulma. Gulma diduga berpengaruh terhadap populasi inang
alternatif bagi serangga hama dan predator untuk hidup dan berkembangbiak. Menurut
Quicke (1997), nilai kompleksitas suatu daerah dikatakan tinggi jika daerah itu disusun
oleh vegetasi yang beragam. Habitat yang beragam dalam pengertian memiliki jenis
tanaman yang banyak pada suatu daerah menyediakan sumber daya yang mendukung
kehidupan serangga. Tanaman yang beranekaragam pada suatu wilayah dapat
mengurangi persaingan antar spesies sehingga keberhasilan hidup serangga disuatu
wilayah lebih terjamin. Van Emden (1991) menyatakan peningkatan keragaman habitat
pada suatu kawasan pertanian dapat meningkatkan keragaman hama dan musuh
alaminya serta dapat mengurangi kerusakan tanaman oleh hama.
Tumbuhan liar seperti gulma merupakan komponen agroekosistem yang penting,
karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri
dan Nicholls, 2004). Tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar pertanaman tidak hanya
berfungsi sebagai tempat berlindung dan pengungsian musuh alami ketika kondisi
lingkungan tidak sesuai (van Emden, 1991), tetapi juga menyediakan inang alternatif dan
makanan tambahan seperti tepung sari dan nektar dari tumbuhan berbunga serta
embun madu yang dihasilkan oleh ordo Homoptera (Altieri dan Nicholls, 2004).
Hama yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Aphididae, yaitu M.
persicae dan A.craccivora. Serangan M. persicae dan A.craccivora dapt diamati dengan
jelas karena berada dalam jumlah yang sangat banyak, dan selalu berada pada bagian
tanaman yang terserang. Tingginya populasi hama ini diduga terkait erat dengan
8

tingginya keberadaan semut dari famili Formicidae ordo Hymenoptera yang bersimbiosis
dengan M. persicae dan A.craccivora. Borror et al (1992) menyatakan bahwa serangga
jenis Aphid dipelihara oleh semut. Nimfa hidup disarang semut dan dibawa semut ke
tanaman inangnya sehingga Aphid dengan mudah menemukan inangnya. Semut
mendapatkan hasil sekresi Aphid berupa embun madu. Akan tetapi Suputa et al (2007)
dan Shattoock (2009) menyatakan bahwa semut merupakan predator yang cukup efektif
mengendalikan telur lalat buah dan ulat daun.
Persentase bagian tanaman yang terserang dan intensitas serangan M. persicae
dan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Koto Tangah
dengan intensitas serangan beragam, namun serangan hama ini tergolong. Rendahnya
serangan ini diduga dipengaruhi oleh keanekaragaman predator yang lebih dominan
dibandingkan hama di lokasi penelitian. Menurut LaSalle dan Gauld (1997),
keanekaragaman musuh alami bermanfaat dalam pengendalian hayati karena masing-
masing jenis memiliki inang sasaran dan stadia yang berbeda sehingga tekanan terhadap
mangsa akan semakin tinggi.
Jenis predator penting di lokasi penelitian adalah dari famili Lycosidae, dan
Coccinellidae. Meskipun dari segi populasi berada dibawah Formicidae, namun kedua
jenis predator ini lebih berpotensi dalam mengendalikan serangga hama. (Laba, 2001)
melaporkan bahwa Arachnida atau laba-laba dikenal sebagai predator polifag sehingga
berperan penting dalam mengontrol populasi serangga. Lycosidae merupakan laba-laba
pemburu yang sangat aktif bergerak dan menggunakan banyak waktu untuk mencari
mangsanya (Calagher, 1990 dalam Marheni, 2004). Coccinellidae merupakan predator
yang memangsa berbagai jenis serangga antara lain dari famili Aphididae, Coccidae,
Diaspidae dan Aleyrodidae (Wagiman, 1997).

KESIMPULAN

Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies predator lebih tinggi


dibandingkan hama. Indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies tergolong rendah,
9

masing-masing kecil dari 1,4 dan 0,5. Kekayaan spesies predator lebih tinggi 37,73%
dibandingkan hama. Hama yang ditemukan di Kecamatan Kuranji sebanyak 20 spesies
dan Kecamatan Koto Tangah sebanyak 19 spesies, sedangkan predator di Kecamatan
Kuranji ditemukan sebanyak 33 spesies dan Koto Tangah sebanyak 32 spesies. Hama
utama adalah A.craccivora dan M.persicae dengan persentase dan intensitas serangan
tergolong rendah, masing-masing kecil dari 31% dan 11%. Predator utama berasal dari
famili Lycosidae dan Coccinellidae.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas
Andalas yang mendanai penelitian ini dengan nomor kontrak 088/H.16/PL/DIPA/I/2009.

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M.A and Nicholls, C.I. 2004. Biodiversity and Pest Management in
Agroecosystems. 2 nd ed. New York: The Haworth Press Inc.
Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.
Borror, D.J., C.A. Triplehorn., and N.F. Johnson. Pengenalan Serangga Ed.VI.
(terjemahan). GMUP. Yogyakarta.
Coppel, H.C and Mertins, J.W. 1977. Biological Insect Pest Suppression. Springer-Verlag.
Berlin, Heidelberg, New York.
CSIRO Australia. 1991. The Insect of Autralia: a textbook for student dan research
worker. Melbourne University Press. Australia.
Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009. Produksi
Sayur-sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman. http://www.padang.go.id/
v2/content/ view/1076/184/
Goulet, H and J.T. Huber. 1993. Hymenoptera of the World: An identification guide to
families. Centre for Land and Biological Resources Research. Ottawa.
Holling, C.S. 1961. Principles of Insect Predation. Ann. Rev. Entomol. 6 : 163-182.
Irfan dan Sunarjono, H. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology. Second Edition. New York; An Imprint of
Addition Wesley Longman, Inc.
10

Laba.I.W. 2001. Keanekaragaman Hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama
Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702)/ S3 Institut
Pertanian Bogor.
Lasalle J, Gauld, ID. 1997. Hymenoptera: Their diversity and their impact on the diversity
of other organism dalam LaSalle, Gauld (ed). Hymenoptera and Biodiversity.
Wallingford:CAB International.
Landis, D.A and Orr, D.B. 2004. Biological Control : Approach and Aplication, Http://
www. Ipmworld.umn.edu [20 April 2009]
Lilies, S.C. 2003. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.
Marheni. 2004. Kemampuan Beberapa Predator pada Pengendalian Wereng Batang
Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Jurnal Natur Indonesia. 6(2):84-86.
Prabowo, A.Y. 2008. Cara Cerdas Meningkatkan Produksi Kacang Panjang. http://indone
sia-agriculture. blogspot.com.
Quicke, D.L.J. 1997. Parasitic Wasps. Chapman & Hall.
Shattock, S.O. dan Barnett, N.J. 2009. Australian Ants Online: The Guide to The
Australian and Fauna. http://anic.ento.csiro.au/ants. [27 Januari 2011]
Suputa., Yamane, S., Martono, E., Hossain, Z., Arminudin, A.T. 2007. Odontoporera
denticulate (Hymenoptera: Formicidae): a Potential Biologycal Control Agent
for True Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Yogyakarta, Indonesia: Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia: 3 hal 351-356.
Van Emden, H.F. 1991. Plant Diversity and Natural Enemy Efficiency In Agroecosystem. in
: Mackkauer M, Ehler LE, Roland J, editor. Critical Issues in Biological Control.
Great Britain: Atheneum Press . Hal 63-80
Wagiman, F.X., S. Turnipseed, and W. Linser. 1987.An evaluation of soybean pests,
factor affecting heir abundance and recombination for integrated
pestmanagement in Java. Survey report. Department of Entomology and
Phytopathology, Fac. Of Agric. Gadjah madaUniv. Yogyakarta. 21p.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai