Abstrak: PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) adalah salah satu tambang mineral yang beroperasi di
Indonesia dan berada di Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam menjalankan
operasinya, PTNNT melakukan program reklamasi terhadap lahan-lahan yang sudah tidak terganggu oleh
aktifitas pertambangan. Program reklamasi dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi hutan mirip dengan
kondisi awal dan menghindari erosi. Selain hal tersebut tentunya hutan reklamasi juga mempunyai fungsi
sebagai penyimpan cadangan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cadangan karbon pada areal
reklamasi PTNNT khususnya di wilayah tambang (pit). Metode yang digunakan adalah metode non- destructive
sampling dengan pendugaan cadangan karbon menggunakan persamaan allometrik yang dikembangkan oleh
Ketterings et al. Pendugaan cadangan karbon dibagi menjadi beberapa pool karbon yaitu biomassa pohon,
tiang dan pancang, dan biomassa tumbuhan bawah dan serasah. Dari hasil penelitian cadangan karbon di
hutan reklamasi PTNNT tahun tanam 2001-2008 ditemukan bahwa total rata-rata jumlah cadangan karbon di
tiga lokasi kegiatan reklamasi (Timbunan Timur, Timbunan Sejorong dan Timbunan Tongoloka) adalah
3.965,95 ton karbon atau 34,96 ton karbon/hektar. Selain itu jumlah ton karbon/hektar dipengaruhi oleh
pertumbuhan tanaman hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan cadangan karbon/hektar di tahun 2006
paling tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut didukung pula dengan hasil pemantauan
berkala yang dilakukan PTNNT jika pertumbuhan tanaman pada tahun tanam 2006 lebih baik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Kata kunci: cadangan karbon, non-destructive sampling, pool karbon, biomassa, reklamasi, dan PT Newmont
Nusa Tenggara.
Abstract: PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) is one of mineral mining operations in Indonesia and located
at West Sumbawa Regency of West Nusa Tenggara Province. In running its operation, PTNNT is conducting
reclamation program to the area that are not disturbed by mining activities. Reclamation program is intended to
restore the forest condition similar with the initial conditions and prevent from erosion. In addition, it is obvious
that the reclamation forest has also a function as carbon stock. This study aims to determine carbon stock in the
PTNNT’s reclamation area particularly in Pit. The method applied is non-destructive sampling methods with
estimation of carbon stock using the equations developed by Katterings et al. Estimation of carbon stock is
devided into some carbon pools which are biomass of tree, pole and stake, and plant biomass and litter. The
research found that the average of total carbon stock in three locations of PTNNT’s reclamation forest (East
Dump, Sejorong Dump, and Tongoloka Dump) planted in 2001-2008 is 3,965.95 tonnes carbon or 34.96 tonnes
carbon/hectar. In addition, the number of tons of carbon/hectare is influenced by plant growth and it is
evidenced by the highest result of carbon stock calculation in 2006 compared with the previous year. This is
supported also by the result of periodic monitoring conducted by PTNNT if the growth of plants planted in 2006
is better that the previous year.
Keywords: carbon stock, non-destructive sampling, carbon pools, biomass, reclamation, and PT Newmont Nusa
Tenggara.
1
Lingkungan Tropis, vol. 7, no.1, Maret 2013: 1-9
PENDAHULUAN
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) oleh jenis cepat tumbuh pada tahap awal. Hutan
merupakan perusahaan tambang mineral yang reklamasi pada lokasi timbunan yang dibangun
terletak di Kecamatan Sekongkang dan Maluk, PTNNT mulai tumbuh dan berkembang menuju
Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa hutan dengan jenis tanaman beragam dan
Tenggara Barat, yang mulai beroperasi penuh struktur pohon yang lengkap. Setidaknya
pada bulan Maret 2000 dengan melakukan terdapat 7 – 53 tanaman/ha pada strata pohon, 5
penambangan terbuka di Proyek Batu Hijau – 429 tanaman/ha strata tiang dan 90 – 2.720
untuk mengambil bijih yang mengandung tanaman/ha strata pancang (Anonim, 2011).
mineral tembaga-emas. Seiring berjalannya Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya
aktivitas penambangan dan pembukaan lahan, tanaman reklamasi maka tujuan reklamasi
PTNNT aktif melaksanakan program reklamasi PTNNT menjadi tercapai, bahkan memiliki peran
untuk mengurangi potensi erosi permukaan yang kompleks, diantaranya sebagai penghasil
timbunan dan menumbuhkan kembali vegetasi. kayu, pengatur tata air dan penyerap karbon-
Dampak positif potensial dari reklamasi dioksida.
timbunan batuan penutup adalah kembalinya Penyerapan dan penyimpanan karbon
hutan dan restorasi satwa liar (Anonim, 2012a). oleh tanaman sebanding dengan karbon organik
Tujuan reklamasi yang dilakukan yang terdapat pada tegakannya (Basuki, A. et al.,
PTNNT (Anonim, 2012a) adalah: (1) mengubah 2004) dalam Zulkifli, H. et al. (2011). Di
penggunaan lahan terganggu ke penggunaan jelaskan pula oleh Masripatin, N. et al., (2011)
yang produktif sesuai peruntukannya; (2) bahwa bila dilihat dari produktivitas
menstabilkan permukaan tanah, penambangan penyimpanan karbon (per satuan luas dan per
atau penimbunan batuan secepatnya; (3) satuan waktu) maka ada kemungkinan hutan
meminimalkan erosi dan sedimentasi lahan tanaman akan memiliki kemampuan menyimpan
reklamasi; (4) menumbuhkan kembali vegetasi karbon pada tegakannya dalam jumlah yang
asli yang lestari sesuai dengan struktur dan lebih besar dibandingkan di hutan alam karena
keragaman yang ada sebelum penambangan; (5) darnya lebih pendek penyerapan karbon pada
jika memungkinkan, membantu kembalinya jenis hutan tanaman berumur muda per satuan waktu
tanaman langka, berharga atau memiliki arti lebih besar daripada hutan alam.
penting bagi restorasi habitat satwa liar. Sejalan Berdasarkan uraian di atas, guna
dengan tujuan tersebut, sejak tahun 1998 hingga mendapatkan informasi tentang fungsi hutan
hingga akhir tahun 2011 telah direklamasi 694,04 reklamasi sebagai penyarapan dan penyimpanan
hektar lahan yang dominan tersebar di lokasi karbon maka perlu dilakukan penelitian dengan
Timbunan Timur, Timbunan Sejorong dan judul “Pendugaan Cadangan Karbon Areal
Timbunan Tongoloka. Reklamasi: Studi Kasus PT Newmont Nusa
Hutan reklamasi tambang memiliki Tenggara”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
karakteristik tersendiri, yang berbeda dengan mengetahui cadangan karbon areal reklamamasi
jenis hutan lainnya, namum memiliki aktivitas tiap lokasi dan tahun tanam; (2) mengetahui
yang mirip dengan hutan tanaman yaitu dibangun hubungan antara umur tanaman, pertumbuhan
melalui proses pembibitan dan penanaman serta dan perkembangan tanaman dan cadangan
pemeliharaan, juga memiliki kesamaan tipe karbon.
pohon dengan hutan sekunder yang didominasi
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di areal menggunakan metode survai dengan sistem
reklamasi PTNNT yang tersebar di lokasi sampling yang dilakukan bersamaan dengan
Timbunan Timur, Timbunan Sejorong dan pemantauan vegetasi untuk penilaian
Timbunan Tongoloka yang penanamannya keberhasilan reklamasi tahun 2012, sehingga
dilakukan tahun 2001 – 2008, mulai tanggal 18 sampel ditentukan secara sistematik dengan
April sampai dengan 28 Mei 2012. Penelitian ini Intesitas Sampling 5%, mengacu pada Peraturan
2
Pendugaan Cadangan Karbon (Bambang Supriadi)
3
Lingkungan Tropis, vol. 7, no.1, Maret 2013: 1-9
4
Pendugaan Cadangan Karbon (Bambang Supriadi)
Jenis tanaman di areal reklamasi sangat nudiflora. Lebih jelasnya tentang jenis tanaman
beragam, meliputi jenis cepat tumbuh dan jenis tersebut disajikan pada tabel 1. Dari keseluruhan
klimaks, di mana sebanyak 32 jenis dari 16 famili jenis pada tabel tersebut di atas diperoleh
telah berperan dalam penyerapan karbon untuk diameter batang berkisar 2,0 – 60,2 cm dengan
disimpan di pool karbon. Adapun jenis tanaman kerapatan tanaman 1.889 – 2.449 pohon/ha pada
yang ditemukan di areal reklamasi, antara lain: semua lokasi, sedangkan kerapatan tanaman
Albizia chinensis, Anthocephallus chinensis, berdasarkan tahun tanam berkisar 1.425 – 2.494
Duabanga moluccana, Lagerstroemia speciosa, pohon/ha. Lebih jelasnya tentang diameter dan
Macaranga tanarius, Senna siamea, kerapatan tanaman tiap lokasi dan tahun tanam
Pterocymbium tinctorium dan Tetrameles disajikan pada tabel 2.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa dilihat dari kerapatan tanaman pada strata
kerapatan tanaman tertinggi terdapat di lokasi tertinggi.
Timbunan Tongoloka, diikuti Timbunan Timur Pada tingkat umur tanaman diketahui
dan Timbunan Sejorong. Sementara jika dilihat bahwa kerapatan tanaman strata pohon tertinggi
berdasarkan umur tanaman atau tahun tanam, terdapat pada tanaman berumur 6 tahun (tahun
kerapatan tanaman tertinggi terdapat pada tahun tanam 2006) yaitu sebesar 131 pohon/ha, diikuti
tanam 2005 (umur 7 tahun) dan terendah rendah tanaman berumur 9 tahun (tahun tanam 2003)
pada tahun tanam 2003 (umur 9 tahun). Tinggi sebesar 114 pohon/ha dan terendah pada tanaman
rendahnya kerapatan tanaman lebih berumur 4 tahun (tahun tanam 2008) sebesar 8
menggambarkan pada kemampuan tanaman pohon/ha. Dari data tersebut dapat dinyatakan
untuk bertahan hidup (adaptasi) dan berkembang bahwa tinggi rendahnya kerapatan tanaman tidak
biak (regenerasi). tergantung dari umurnya (tahun tanam), namun
Dari kajian struktur vegetasi terlihat lebih pada kemampuannya untuk bertumbuh
bahwa semua lokasi dan umur tanaman menjadi tananam yang lebih besar yang
reklamasi telah membentuk hutan berstrata ditunjukkan dengan pertambahan tinggi dan
lengkap (horizontal), yang ditunjukkan dengan diameter batang. Hasil pemantauan vegetasi
terdapatnya tanaman dalam strata pohon. Namun untuk penilaian keberhasilan reklamasi tahun
tiap lokasi dan tahun tanam memiliki kecapatan 2012 juga menempatkan lokasi Timbunan
yang berbeda-beda untuk mencapai strata pohon. Sejorong dan tanaman yang berumur 6 tahun
Kecepatan tanaman untuk beralih tingkatan dapat memiliki kerapatan tanaman strata pohon paling
tinggi, yaitu masing-masing 93 pohon/ha dan 108
5
Lingkungan Tropis, vol. 7, no.1, Maret 2013: 1-9
pohon/ha (Anonim, 2012b). Lebih lanjut penutup atau tanaman tingkat semai menuju
Heriansyah (2005) menyebutkan bahwa jenis tingkat tanaman di atasnya. Tanaman berumur
tanaman, umur dan kerapatan tanaman akan tua cenderung menghasilkan serasah lebih
mempengaruhi potensi hutan tanaman dalam banyak, sementara tumbuhan bawah mulai
penyerapan CO2 dari atmosfir. tertekan karena kurang mendapatkan sinar
matahari untuk berfotosentesis. Namun berbeda
Berat Serasah dan Tumbuhan Bawah dengan hasil penelitian Windusari, Y. et al.
Serasah adalah kumpulan bahan organik (2011) di kawasan suksesi alami PT Freeport
di lantai hutan yang belum terdekomposisi secara Indonesia di mana biomassa tumbuhan bawah
sempurna yang ditandai dengan masih utuhnya lebih tinggi daripada serasah.
bentuk jaringan, sedangkan tumbuhan bawah
adalah vegetasi yang tumbuh di lantai hutan, Biomassa
dapat berupa herba, semak atau liana (BSN, Biomassa adalah total berat kering tanur
2011). Serasah yang merupakan salah satu pool vegetasi (BSN, 2011), yang terdiri atas biomassa
karbon dalam penelitian ini umumnya berupa atas permukaan dan biomassa bawah permukaan.
daun dan ranting pohon, bagian tanaman penutup Biomassa yang dimaksud dalam penelitian ini
(cover crop) yang berguguran di lantai hutan, adalah total keseluruhan biomassa atas
sedangkan tumbuhan bawah yang ditemukan permukaan yang meliputi seluruh organ tanaman
umumnya berupa tanaman penutup dan semak. bagian atas termasuk serasah di bawahnya dan
Rata-rata berat basah serasah dan tumbuhan biomassa bagian bawah permukaan yang terdapat
bawah daerah reklamasi adalah 9,81 ton/ha di bagian akar tanaman. Data biomassa areal
dengan kisaran 8,98 ton/ha – 10,25 ton/ha untuk reklamasi pada masing-masing lokasi dan umur
ketiga lokasi dan 7,11 ton/ha – 13,66 ton/ha pada tanaman (tahun tanam) dicantumkan pada tabel
tahun tanam 2001 – 2008. Selanjutnya dari data 3. Biomassa atas permukaan dihasilkan dari
serasah dan tumbuhan bawah diketahui bahwa metode allometrik Katterings et al. (2001),
tumbuhan bawah lebih ringan daripada serasah. selanjutnya biomassa bawah permukaan atau
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman areal bagian akar tanaman menggunakan metode
reklamasi telah melalui fase peralihan dari SNI:7792 (BSN, 2011).
tumbuhan bawah yang dominan tanaman
Tbh. Bawah +
Pancang Tiang Pohon Total
Uraian Serasah
(ton/ha) (ton/ha) (ton/ha) (ton/ha)
(ton/ha)
Timbunan Timur 2,03 20,95 22,16 12,41 57,55
Timbunan Sejorong 1,57 16,59 29,36 49,35 96,86
Lokasi Timbunan
1,45 23,43 41,54 27,30 93,73
Tongoloka
Rata-Rata 1,77 21,05 29,41 22,95 75,18
2001 1,93 25,24 20,34 22,69 70,20
2002 1,42 21,50 25,50 18,45 66,88
2003 2,56 16,71 33,20 40,30 92,77
2004 1,41 32,31 23,61 14,24 71,56
Tahun
2005 1,29 19,26 36,40 26,17 83,13
Tanam
2006 1,78 26,97 42,94 30,12 101,81
2007 1,24 16,88 38,31 7,45 63,88
2008 2,31 13,07 8,62 1,12 25,11
Rata-Rata 1,77 21,05 29,41 22,95 75,18
Pada tabel tersebut diketahui bahwa lokasi Timbunan Sejorong yaitu sebesar 96,86
biomassa areal reklamasi tertinggi terdapat di ton/ha dan pada areal reklamasi yang berumur 6
6
Pendugaan Cadangan Karbon (Bambang Supriadi)
Gambar 1. Cadangan Karbon Atas Permukaan Gambar 2. Cadangan Karbon Atas Permukaan
Areal Reklamasi Areal Reklamasi
Per Lokasi Tahun 20112. Per Tahun Tanam Tahun 20112
Pada gambar 1 terlihat bahwa cadangan tanaman terutama strata pohon. Hal ini didukung
karbon atas permukaan areal reklamasi tertinggi oleh Hairiah K. et.al. (2007) bahwa semakin
terdapat di lokasi Timbunan Sejorong (35,67 ton besar diameter pohon maka semakin besar
C/ha) diikuti Timbunan Tongoloka (34,53 ton cadangan karbon.
C/ha) dan terendah di Timbunan Timur (21,08 Cadangan karbon cenderung semakin
ton C/ha). Tingginya cadangan karbon di besar dengan meningkatnya umur tanaman
Timbunan Sejorong disebabkan oleh tingginya (Masripatin, N. et al., 2010). Pernyataan tersebut
kerapatan tanaman strata pohon atau tanaman tidak sejalan dengan temuan pada penelitian ini,
dengan diameter ≥ 20 cm yang terdapat di lokasi di mana umur tanaman tidak selalu berbanding
tersebut, yaitu sebesar 133 pohon/ha. Pernyataan lurus dengan cadangan karbon. Namun cadangan
ini memberi implikasi bahwa lokasi dengan karbon dominan dipengaruhi oleh pertumbuhan
kerapatan tanaman strata pohon di bawah 133 tanaman. Semakin baik pertumbuhan tanaman
pohon/ha menghasilkan cadangan karbon yang maka semakin besar cadangan karbonnya. Hal ini
lebih rendah. Terbukti, di Timbunan Tongoloka diperkuat oleh Ruasdiana, O. et.al. (2012) bahwa
yang kerapatan tanaman strata pohon 115 kerapatan dan perkembangan vegetasi dapat
pohon/ha diperoleh cadangan karbon 34,53 ton mempengaruhi simpanan karbon pada vegetasi
C/ha. Demikian juga dengan kerapatan tanaman tersebut. Hubungan antara tahun tanam dan
strata pohon sebesar 28 pohon/ha di Timbunan cadangan karbon terlihat pada gambar 2.
Timur telah menghasilkan cadangan karbon Pada gambar tersebut diketahui bahwa
sebesar 21,08 ton C/ha. Dengan demikian dapat cadangan karbon tertinggi terdapat pada tanaman
dikatakan bahwa cadangan karbon tiap lokasi yang berumur 6 tahun yaitu sebesar 37,48 ton
lokasi sangat dipengaruhi oleh kerapatan C/ha, diikuti tanaman berumur 9 tahun sebesar
7
Lingkungan Tropis, vol. 7, no.1, Maret 2013: 1-9
34,05 ton C/ha, sementara tanaman yang Gunung Bayan Pratama Coal menyimpulkan
umurnya paling tua (tahun tanam 2001) memiliki bahwa potensi karbon tersimpan pada area
cadangan karbon lebih rendah yaitu sebesar reklamasi perusahaan tersebut sebesar 22,351 ton
22,03 ton C/ha. Tingginya cadangan karbon C/ha. Cadangan karbon areal reklamasi PTNNT
tanaman berumur 6 tahun disebabkan oleh menjadi lebih tinggi, jika cadangan karbon yang
baiknya pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan tersimpan di bagian akar tanaman disertakan.
dengan tingginya kerapatan tanaman strata pohon Pengukuran cadangan karbon bagian akar
dan strata tiang masing-masing sebesar 131 tanaman diperoleh hasil sebesar 7,34 ton C/ha,
pohon/ha dan 588 tanaman/ha. Pertumbuhan sehingga total cadangan karbon areal reklamasi
tanaman reklamasi yang lebih baik pada tahun pada tahun 2012 adalah 3.964,95 ton atau sebesar
tanam 2006 dominan disebabkan oleh semakin 34,96 ton C/ha, masing-masing 1.549,74 ton
baik dan berkembangnya teknik revegetasi yang (26,62 ton C/ha) di Timbunan Tiumur, 736,21
diterapkan. Senada dengan pernyataan tersebut, ton (45,19 ton C/ha) di Timbunan Sejorong dan
Masripatin, N. et al., (2010) memaparkan bahwa 1.679,44 ton (43,75 ton C/ha) di Timbunan
kemampuan hutan tanaman dalam menyimpan Tongoloka. Sementara total cadangan karbon
karbon dipengaruhi oleh jenis tanaman, kondisi tertinggi berdasarkan tahun tanaman adalah
tempat tumbuh dan teknik silvikultur atau sebesar 862,69 ton (47,48 ton C/ha) dihasilkan
intensitas pemeliharaannya. Teknik revegetasi pada daerah reklamasi tahun tanam 2006 (umur 6
atau teknik silvikultur yang diterapkan PTNNT tahun).
menganut prinsip perbaikan berkelanjutan Total cadangan karbon daerah reklamasi
(continuous improvement). Perbaikan teknik akan sangat berperan dalam mengurangi
revegetasi tersebut meliputi pemilihan jenis, konsetrasi pelepasan karbon di atmosfir. Oleh
seleksi bibit, perbaikan sistem penanaman. karena itu semakin tinggi cadangan karbon
Cadangan karbon di atas permukaan daerah reklamasi akan semakin besar konsentrasi
areal reklamasi sebesar 27,63 ton C/ha tidaklah pelepasan karbon di atmosfir dapat dikurangi.
terlalu rendah mengingat umur tanaman masih Hardjana, A.K. et. al. (2011) menyebutkan
tergolong muda yaitu antara 4 – 11 tahun. bahwa pelepasan karbon ke atmosfir akibat
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa deforestasi dapat dikurangi melalui
cadangan karbon pada berbagai kelas penutupan pengembangan hutan tanaman depterokarpa
lahan di hutan alam berkisar antara 7,50 – 264,70 sehingga secara langsung dapat berfungsi sebagai
ton C/ha (Masripatin, N. et al., 2010). Sementara media pengisap emisi dalam rangka mengurangi
Lutfi, M. et al. (2011) dalam penelitiannya di PT dampak pemanasan global.
KESIMPULAN
Total cadangan karbon areal reklamasi pertumbuhan vegetasi, yang ditunjukkan dengan
PTNNT yang terdapat di lokasi Timbunan kecepatan perubahan vegetasi mencapai strata
Timur, Timbunan Sejorong dan Timbunan lengkap atau strata pohon, sehingga dalam
Tongoloka sebesar 3.964,95 ton atau 34,96 C/ha penelitian ini ditemukan korelasi positif antara
yang dihasilkan dari 32 jenis tanaman strata pertumbuhan tanaman dan cadangan karbon,
pohon, tiang dan pancang dengan kisaran bukan umur tanaman dan cadangan karbon.
diameter 2,0 – 60,2 cm serta tumbuhan bawah Dengan semakin bertambah luasan dan
dan serasah. Cadangan karbon paling tinggi berkembangnya hutan reklamasi diharpakan akan
terdapat di lokasi Timbunan Sejorong yaitu semakin berperan dalam mengurangi konsentrasi
sebesar 45,19 ton C/ha dan pada tanaman pelepasan karbon di atmosfir sehingga secara
berumur 6 tahun yaitu sebesar 47,48 ton C/ha. langsung dapat berfungsi sebagai media pengisap
Sementara umur tanaman tidak selalu berkorelasi emisi dalam rangka menguragi pemanasan
positif dengan cadangan karbon, di mana global.
cadangan karbon cenderung bertambah seiring
8
Pendugaan Cadangan Karbon (Bambang Supriadi)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Laporan Triwulan Pelaksanaan RKL/RPL.” Katterings, Q. M., R. Coe, M. Van Noordwijk, Y.
Triwulan Pertama, Januari – Maret 2012. PT Ambagau and C. Palm. “Reducing Uncertainty
Newmont Nusa Tenggara. Lombok, NTB, in the Use of Allometric Biomass Equation for
Indonesia, 2012. Predicting above-ground Tree Biomass in
Anonim. “Penilaian Keberhasilan Reklamasi Tahun Mixed Secondary Forest.” Forest Ecology and
2012.” Memorandum Report. Environmental Management 146 (2001): 199-209.
Department, PT Newmont Nusa Tenggara, 19 Lutfi, M., Harry T. Antono. “Estimasi Biomassa
Juli 2012. Hutan Sekunder dan daerah Reklamasi
Anonim. “Penilaian Keberhasilan Reklamasi Tahun Menggunakan Teknologi Indraja dan Sistem
2011.” Memorandum Report. Environmental Informasi Geografi.” Jurnal Teknologi
Department, PT Newmont Nusa Tenggara, 29 Mineral dan Batubara 7, 2 (2011): 54-62.
September 2011. Masripatin, N., Kristiadi Ginoga, Gustan Pari, Wayan
Anonim. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Susi Darmawan, Khairil Anwar Siregar, Ari
Indonesia Nomor: P.60/II/2009 Tentang Wibowo, Dyah Puspasari, Arief Setiyo Utomo,
“Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Niken Sakuntaladewi, Mega Lugina, Indartik,
Hutan.” 2009. Wening Wulandari, Saptadi Darmawan, Ika
Anonim. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Heryansah, N.M. Heriyanto, H. Haris
Mineral Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Seringoringo, Ratih Damayanti, Dian
Reklamasi dan Penutupan Tambang. 2008. Anggraeni, Haruni Krisnawati, Retno Maryani,
Badan Standardisasi Nasional. “Pengukuran dan Dana Apriyanto, Bayu Subekti “Cadangan
Penghitungan Cadangan Karbon – Pengukuran Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis
Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Tanaman di Indonesia.” Bogor: Pusat
Hutan (ground based forest carbon Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
accounting).” Badan Standardisasi Nasional – dan Kebijakan, Kampus Balitbang Kehutanan,
BSN, Jakarta, (2011) (2010)
Hairiah, K. dan S. Rahayu. “Pengukuran Karbon Rusdiana, O., Rinal Syahputra Lubis. “Pendugaan
Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Korelasi Antara Karakteristik Tanah Terhadap
Lahan.” World Agroforestry Center – ICRAF, Cadangan Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan
SEA Regional Office University of Brawijaya, Sekunder.” Jurnal Silvikultur Tropika 3, 1
Indonesia. 2007. (2012): 14-21.
Hardjana, A.K., Muhammad Fajri. “Kemampuan Windusari, Y., Nur A.P. Sari, Indra Yustian, Hilda
Tanaman Meranti (Shorea leprosura) Dalam Zulkifli. “Dugaan Cadangan Karbon Biomassa
Penyerapan Emisi Karbon (CO2) di Kawasan Tumbuhan bawah dan Serasah Kawasan
Hutan IUPHHK-HA PT ITCIKU Kalimantan Suksesi Alami Pada Area Pengendapan Tailing
Timur.” Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol. 5 PT Freeport Indonesia.” Biospecies 5, 1
No. 1 Juni 2011 (2012): 22-28.
Heriansyah, I., “Potensi Hutan Tanaman Industri Zulkifli, H., Yuanita Windusari, IndraYustian, dan
Dalam Mensequeter Karbon : Studi Kasus di Desly Herlinawati. Kandungan Cadangan
Hutan Tanaman Akasia dan Pinus.” Inovasi Karbon Industri Pertambangan di Papua:
Vol. 3/XVII/Mater 2005. Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. Prosiding
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan,
IPCC Guideline for National Greenhouse Gas Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian Badan Kerjasama
Inventories, Prepare by the National Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wilayah
Greenhouse Gas Inventories Program. Barat. Volume III, Palembang: Fakultas
Eggleston, H.S., Buendia, L., Miwa, K., Pertanian Universitas Sriwijaya, 2011.
Ngara, T. and Tanabe, K. (eds.) Japan: IGES,
2006.
9
Lingkungan Tropis, vol. 7, no.1, Maret 2013: 1-9
10