Anda di halaman 1dari 6

UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa.

L)
MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN

Luluk Sulistiyo Budi1, Ma’ruf P.N.2


Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun
1)

2)
Mahasiswa Sekolah pascasarjana prodi Teknologi Industri pertanian IPB Bogor

Abstract
Increased production of rice can be reached with planting prospective models are Jajar
Legowo models. The research objective was to test the productivity of the land with the
Jajar Legowo Model in Madiun. Method of the research was used a random block design
in lowland Banjarejo village Taman Madiun In the season first planting in 2015. The
treatment models Jajar Legowo used 2: 1, 4: 1 with control (22cmx22cm). Results of the
test showed not significant difference in height plant parameters, number of productive
tiller, fresh and dry weight stover. But showed significant differences in the parameters of
dry unhusked, the average value of the highest achieved models Legowo row 2 : 1 of 7.4
tons / ha.

KeyWords :

production, Planting Model , jajar sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan


legowo, field paddy yaitu tempat dimana tanaman padi tersebut
di budidayakan, oleh karenanya penerapan
PENDAHULUAN teknologi antar wilayah sangatlah berbeda.
Kebutuhan akan pangan di suatu negara Demikian juga intensifikasi tanaman padi di
adalah sangat mutlak. Hal ini sangat ber­ Kota Madiun yang tentu saja akan berbeda
kaitan erat dengan stabilitas keamanan, dengan daerah lain. Dimana di Kota Madiun
ketentraman suatu negara. Bahan pangan tahun 2013 mempunyai luas areal sekitar 906
di Indonesia sangat didominasi oleh pangan Ha, dengan lokasi yang sangat beragam ada
utama beras, maka pemerintah berupaya yang beririgasi teknis, dan setengah teknis
untuk menyiapkan segala upaya agar (Deptan, 2014), dan hingga saat ini teknik
produksi padi dapat meningkat, bahkan dapat budidaya padi jajar legowo belum menjadi
mencapai swasembada beras. Telah banyak pilihan dalam usaha taninya.
upaya yang dilakukan guna peningkatan Kenyataan dilapang menunjukkan
produksi padi mulai dari pemilihan bibit bahwa produktifitas lahan sawah rata-rata
yang bersertifikat, penggunaan pupuk yang 6,55 ton/Ha (BPS 2015) sehingga masih
berimbang, model dan teknik pengolahan sangat memerlukan sentuhan teknologi
tanah, model pengairan dan pengendalian yaitu melakukan pola intensifikasi baik
hama dan penyakit. Namun demikian penggunaan benih yang unggul, formulasi
masing-masing upaya tersebut tentunya pemupukan, pengolahan tanah dan atau

AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi


Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN : 1411-5336
Luluk Sulistiyo Budi & Ma’ruf P.N.

pengendalian hama dan penyakit. Disamping Kertas label dan koran, karung, Tali, mistar,
itu model tanam atau sistem tanam juga akan timbangan, dan oven
berpengaruh baik terhadap kelangsungan
Metode Penelitian
lingkungan dan produksi. Salah satu model
sistem tanam adalah menggunakan jajar Penelitian menggunakan rancangan acak
legowo. Sistem tanam legowo merupakan kelompok dengan faktor tunggal, yaitu model
cara tanam padi sawah dengan pola beberapa tanam tegel 22 X 22 (kontrol), Jajar legowo 2:1
barisan tanaman yang di selingi satu barisan (JL 2:1) dan jajar legowo 4:1 (JL 4:1), masing-
kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam masing perlakuan di ulang 3 kali. Parameter
pada barisan yang kosong dipindahkan pengamatan di lakukan pada parameter
sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah
Rekayasa teknik tanam padi dengan cara anakan, jumlah anakan produktif, berat basah
tanam Jajar Legowo 2:1 atau 4:1. Berdasarkan brangkasan, berat kering brangkasan, bobot
hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan 1000 butir gabah, berat kering sawah dan
produksi padi sebesar 12-22% (Bobihoe, berat kering giling. Analisis dilakukan dengan
2013). Sistem tanam jajar legowo untuk padi uji statistik BNJ 0,5%
sawah secara umum bisa dilakukan dengan Pelaksanaan Penelitian
berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1),
Pelaksanaan penelitian dilakukan me­
(5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil
liputi tahapan-tahapan kegiatan yaitu pem­
penelitian (Badan Litbang Pertanian, 2007)
buatan persemaian seluas 10% dari luas areal
Legowo 4:1 menghasilkan produksi gabah
penelitian
tertinggi, tetapi untuk mendapat bulir gabah
berkualitas benih lebih baik jika digunakan • Persiapan lahan dengan membersihkan
legowo 2:1. Legowo 2:1 mampu mengurangi sisa-sisa tanaman sebelumnya agar tidak
kehampaan akibat efek tanaman pinggir. mengganggu proses pengerjaan lahan
Hasil penelitian Abdulrachman et al (2011) dan lahan di airi/diberi air.
menunjukkan bahwa pada pertanaman • Menambahkan pupuk organik/bokasi
Legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) sesuai rekomendasi 3 ton/ha secara
cm mampu meningkatkan hasil antara 9,63- merata.
15,44% dibanding model tegel. • Pengolahan lahan/tanah dilakukan meng­
gunakan hand traktor dengan alat singkal
METODE PENELITIAN
dan garu sisir agar rata
Tempat dan Waktu • Setelah pengolahan tanah lahan digenangi
Penelitian dilaksanakan di lahan sawah sampai 7 hari agar biji-biji gulma tidak
teknis kelurahan Banjarejo Taman Madiun tumbuh serta lahan lebih berlumpur dan
Pada Bulan Agustus-Nopember 2015. lebih baik untuk media tumbuh.
• Sementara itu melakukan perawatan pada
Bahan dan Alat
persemaian agar bebas dari serangga
Bahan yang digunakan dalam penelitian hama dengan pengendalian terpadu.
meliputi Benih padi Rojo Lele bersertifikat,
• Persiapan penanaman dimulai dengan
pupuk UREA, Pupuk SP 36 dan KCL , Pupuk
Mencabut bibit pada dari persemaian
Organik, Pupuk Pelengkap Cair, Insektisida
yang telah berumur 17 hari.
dan Herbisida. Adapun alat yang digunakan
hand traktor, cangkul, Sabit, Treser, Terpal, • Penanaman dilakukan dengan model

2 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Uji Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa. L)

tegel 22 x 22 cm, dengan jajar legowo 2:1 sawah Kota Madiun terhadap parameter tinggi
dan jajar legowo 4:1, masing-masing di tanaman pada berbagai umur tidak berbeda
tanam 2 bibit pertananan. nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan tinggi
• Melakukan pemupukan pertama dengan tanaman berbagai umur selengkapnya
NPK yang 0,5 rekomendasi yaitu Urea 200 disajikan pada Gambar1.
kg/Ha, SP 36 15 kg/Ha dan KCL 100 kg/Ha
(Bobihoe, 2013)
• Pemupukan diberikan dalam baris antar
tanaman untuk jajar legowo sedang model
tegel/kontrol disebar secara merata.
• Penyiangan gulma sekaligus membuat
parit-parit antar baris tanaman dan peng­
endalian hama terpadu
• Melakukan pengamatan secara periodik
terhadap parameter pertumbuhan dan
produksi, pengamatan dilakukan setiap Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi
10 hari sekali. tanaman
• Pengamatan pertumbuhan dilakukan Terlihat pada Gambar 1, bahwa nilai rata-
menggunakaninstrumen yang telah di rata tinggi tanaman tertinggi di capi oleh
tentukan sebelumnya. model tegel (kontrol), meskipun tidak berbeda
• Parameter tinggi tanaman diukur mulai nyata dengan perlakuan JL 2:1 mauoun JL 4:1.
atas tanah sampai dengan ujung daun Muyasir (2012) menyatakan bahwa
bendera. pertambahan tinggi tanaman ini disebabkan
• Parameter jumlah anakan dihitung jumlah karena tajuk tanaman yang semakin merapat
anakan seluruhnya mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima
• Parameter jumlah anakan produktif menjadi menurun. Semakin rapat jarak tanam
dihitung pada semua anakan yang keluar yang dipakai maka pertumbuhan tinggi
malai. tanaman akan semakin cepat karena tanaman
• Panen dilakukan setelah tanaman tua saling berusaha mencari sinar matahari yang
ditandai dengan bulir menguning lebih banyak.
mencapai 80 %. Hasil analisis terhadap jumlah anakan
• Pengamatan parameter produksi dilaku­ menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai
kan pada saat panen meliputi jumlag rata-rata hasil pengamatan jumlah anakan
anakan produktif, berat basah brangkasan, disajikan sebagaimana Gambar 2.
berat kering brangkasan, prosentase
gabah berisi, dan prosentase gabah
hampa. Jumlah butir permalai, berat
kering sawah dan berat kering giling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis menunjukkan bahwa
perlakuan model tanam jajar legowo di lahan

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 3


Luluk Sulistiyo Budi & Ma’ruf P.N.

Sauki et al. (2014), jumlah anakan maksimum


akan berpengaruh terhadap jumlah anakan
produktif dan berkorelasi terhadap hasil.
Hasil analisis terhadap parameter
berat basah dan kering brangkasan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai
rata-rata hasil pengamatan berat basah dan
kering brangkasan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 2. Kurva jumlah anakan beberapa


umur pengamatan.
Terlihat pada gambar 2 di tunjukkan
bahwa jumlah anakan tertinggi di peroleh
model jajar legowo 2:1 sebesar 18,3 dan
berbeda nyata dengan model tegel/Kontrol,
namun tidak berbeda dengan model jajar
legowo 4:1.
Gambar 4. Histogram berat kering dan basah
Hasil analisis terhadap parameter jumlah
brangkasan.
anakan produkstif menunjukkan perbedaan
yang nyata, dimana rata-rata jumlah anakan Berat basah dan berat kering brangkasan
produktif tertinggi di capai oleh model jajar ini terkait dengan ketersedian hara dalam
legowo 2:1 dengan nilai mencapai 14,6 tanah, dan menunjukkan kondisi yang
meskipun tidak berbeda nyata dengan model homogen. Hal ini sesuai dengan pendapat
jajar legowo 4:1 sebesar 13,8 dan keduannya Distan (2011) bahwa ketersediaan hara bagi
berbeda nyata dengan model tegel atau tanaman dipengaruhi oleh kemampuan
kontrol. Nilai rata-rata hasil pengamatan tanah menyediakan hara seperti, Oksigen
jumkah anakan produktif sebagaimana di dalam tanah, suhu tanah, ketersediaan air dan
tunjukkan pada Gambar 3. kandungan bahan organik tanah
Selanjutnya hasil analisis terhadap
parameter gabah berisi dan gabah hampa
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
Nilai rata-rata hasil pengamatan gabah berisi
dan gabah hampa disajikan selengkapnya
pada Gambar 5.

Gambar 3. Histogram jumlah anakan


produkstif.
Model jajar legowo 2:1 memiliki ruang
tumbuh yang lebih lebar karena semua menjadi
tanaman pinggir dan akan berpengaruh besar
terhadap produksi. Hal ini sesuai pendapat

4 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Uji Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa. L)

Gambar 5. Histogram Gabah berisi dan Gabah Nilai rata-rata hasil pengamatan gabah
Hampa. kering sawah dan gabah kering giling
Terlihat pada gambar 5. Menunjukkan selengkapnya disajikan pada Gambar 7.
nilai rata-rata gabah berisi di atas 80% berarti
bahwa pengisian biji masih cukup bangus,
namun pengaruh model jajar legowo tidak
nyata. Namun demikian nilai tertinggi di capai
model jajar legowo 2:1 sebesar 86,2%, dan
terendah model tegel/kontrol sebesar 85,9%.
Hasil analisis terhadap bobot 1000 biji
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata,
Gambar 7. Histogram produksi Gabah kering
dimana nilai rata-rata bobot 1000 tertinggi di
sawah dan gabah kering giling
capai oleh model jajar legowo 2:1 sebesar 28,9
g. Nilai rata-rata bobot 1000 biji selengkapnya Terlihat pada Gambar 7, dimana model
disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut. jajar legowo 2:1 mencapai produksi tertinggi
baik gabah kering sawah maupun gabah kering
giling yaitu berturut-turut 8,9 Ton dan 7,4 Ton,
namun demikian tidak berbeda nyata dengan
model jajar legowo 4:1. Hal ini diduga bahwa
model jajar legowo merupakan Penerapan
peningkatkan populasi pertanaman, tetapi
terjaga kelancaran sirkulasi sinar matahari dan
udara disekeliling tanaman pingir sehingga
tanaman dapat berfotosintesa lebih baik
Gambar 6 Histogram bobot 1000 biji. (Abdulrachman et.al, 2013). Disamping itu
Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan
Bobot 1000 biji adalah merupakan hasil tanaman terluar memberikan ruang tumbuh
akumulasi proses fotosintesa yang dilakukan yang lebih longgar sekaligus populasi yang
daun selama proses pengisian biji atau lebih tinggi.
kemampuan untuk memanfaatkan nutrisi
yang tersedia (cahaya matahari, hara, air KESIMPULAN
dll) (Warjido et.al. 1990 dalam Ikhwani et al. Berdasarkan hasil pembahasan dapat di
2013) yang disebut dengan bahan kering. tarik kesimpulan bahwa:
Namun demikian faktor utama bobot 1000 1. Model jajar legowo di lahan sawah teknis
biji tergantung pada bentuk dan ukuran biji kelurahan banjarejo taman madiun
varietas, sebagaimana yang disampaikan oleh berpengaruh terhadap peningkatan
Rahimi, et al (2011), jika hal ini tidak terjadi produksi persatuan luas
perbedaan maka faktor utama yang berperan
2. Model jajar legowo 2:1 memberikan
adalah faktor genetik dan juga di tentukan
alternatif pilihan terbaik di bandingkan
oleh varietas (Chatura, 2013).
dengan jajar legowo 4:1 dan juga model
Hasil analisis terhadap produksi gabah tegel.
kering sawah dan gabah kering giling
3. Bahwa penerapan model jajar legowo
menunjukkan perbedaan yang nyata.
akan memberikan hasil yang optimal

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 5


Luluk Sulistiyo Budi & Ma’ruf P.N.

jika terpenuhi persaratan teknis yang Ikhwani, Pratiwi. G.R, Paturrohman.E. Dan
dipersyaratkan. Makarim. Ak. 2013. Peningkatan Produk­
tivitas Padi Melalui Penerapan Jarak
Saran
Tanam Jajar Legowo, Iptek Tanaman
Dari hasil penelitian ini masih diperlukan Pangan Vol. 8 No. 2 2013
penelitian lebih lanjut terkait dengan uji daya
Muyassir , 2012, Efek Jarak Tanam, Umur Dan
hasil model jajar legowo 2:1 atau jajar legowo
Jumlah Bibit Erhadap Hasil Padi Sawah
4:1 dengan berbagai varietas yang biasa di
(Oryza Sativa L.) Jurnal Manajemen
budidayakan di Kelurahan Banjarejo Taman
Sumberdaya Lahan, Volume 1, Nomor 2,
Madiun
Desember 2012: Hal. 207-212
DAFTAR PUSTAKA Rahimi, Z. Zuhry, E. Nurbaiti. 2011. Pengaruh
Abdulrachman, S., N. Agustiani, L.M. Zarwazi, Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
dan I. Syarifah. 2011. Peningkatan efisiensi Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)
penggunaan air pada padi sawah (>20%) Varietas Batang Piaman dengan Metode
melalui sistem aerobik. Laporan Hasil System of Rice Intensification (SRI) di
penelitian. Balai besar penelitian Tanaman Padang Marpoyan Pekanbaru. Jurnal.
Padi Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Hal 7.
Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Sauki. A, Nugroho. A dan Soelistyono.
teknis lapang pengelolaan tanaman E, 2014. Pengaruh Jarak Tanam Dan
terpadu(PTT) padi sawah irigasi. De­ Waktu Penggenangan Pada Metode Sri
partemen pertanian. Jakarta. 40 p (System Of Rice Intensification) Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi
Badan Pusat Statistik(BPS) 2015. http://www.
(Oryza sativa.L.). Jurnal Produksi Tanaman,
bps.go.id/subjek/view/id diakses tanggal
Volume 2, Nomor 2, Maret 2014, hlm.121-
29 April 2016
127
Deptan 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun
Wahyuni, S.U.S. Nugraha dan Soejadi.2004.
2009-2013, Pusat data dan Informasi
Karakteristik Dormansi Dan Metode
Pertanian, Sekretariat Jendral Kementrian
Efektif Untuk Pematahan Dormansi
Pertanian
Benih Plasmanutfah Padi. Jurnal Peneltian
Bobihoe.J, 2013 Sistem Tanam Padi Jajar
Tanaman Pangan. Hal 12.
Legowo, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (Bptp) Jambi Balai Besar Peng­
kajian Dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Badan Penelitian Dan Peng­
embangan Pertanian Kementerian
Pertanian
Distan. 2011. Kebijakan pembangunan per­
tanian tanaman pangan provinsi Bali.
Denpasar, dinas pertanian tanaman
pangan provinsi Bali

6 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai