DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
ABSTRACT
Transgenic tobacco 15-11-3 was used as a model plant to study the role of
aluminium (Al) tolerance gene, B11. Since the transgenic plant shows better roots
than that of its wild type, the transgenic tobacco might be used to study the role of
the gene in drought stress tolerance. The objective of the research was to
investigate the growth and physiological responses of the Al-tolerant transgenic
tobacco to osmotic stress. The research was conducted from January to August
2016 at the Laboratory of Plant Physiology and Molecular Biology and the
Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Biology, FMIPA IPB. This
research was a two factor experiment using completely randomized design with
three replications. The first factor were two genotypes of tobacco (Al tolerant
transgenic tobacco and its wild type). The second factor were 4 concentration of
PEG 6000 solution (0, 5, 10, 15%). The parameters observed were plant height,
root length, number of leaf, leaf area, fresh and dry weight biomass, chlorophyll
content, and leaf proline content. The results showed that osmotic stress
significantly reduced the growth responses of the transgenic tobacco and its wild
type and increased the levels of tobacco leaf proline. Osmotic stress did not
significantly affect the number of tobacco leaves. Both transgenic tobaccco and its
wild type were not significantly different on the growth and physiological observed
variables. The transgenic tobacco and its wild type were intolerant to osmotic
stress so that the B11 gene overexpression did not play a role in plant tolerance
againts osmotic stress.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi : Respon Tembakau Transgenik Toleran Aluminium terhadap
Cekaman Osmotik
Nama : Wilda Yuliana Syarip
NIM : G34120068
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
cekaman osmotik, dengan judul Respon Tembakau Transgenik Toleran Aluminium
terhadap Cekaman Osmotik. Penelitian ini dibiayai oleh Dana Hibah Penelitian
Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional dari Kemenristek Dikti Tahun
2016 No. Kontrak 374/IT3.11/PN/2016 atas nama Dr Ir Miftahudin, MSi.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Miftahudin, M.Si dan Mafrikhul Muttaqin, S.Si, M.Si atas segala
perhatian, pengarahan, dan masukan dalam membimbing penulis selama
melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Dr Tri Atmowidi sebagai Penguji atas segala pengarahan, dan masukan dalam
membimbing penulis selama penyelesaian skripsi
3. Bapak Asep selaku staf Laboratorium Fisiologi dan Biologi Molekuler, Ibu
Dewi selaku staf Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ibu Retno selaku staf
Laboratorium Terpadu di Departemen Biologi, FMIPA IPB atas bantuan yang
diberikan selama pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung
4. Kak Zulkifli, Kak Fendi, Kak Rio, Kak Turhadi, Kak Devi M, Kak Devi Eka,
Kak Diha, Diah Ulil albab dan Brian yang selalu memberikan dukungan dan
masukan kepada penulis selama melakukan penelitian
5. Fauziah Tri Aprilianti dan Ghina Waniar (Trio Tembakau) yang selalu
memberikan bantuan, dukungan dan masukan kepada penulis selama
melakukan penelitian
6. Ayah (Alm.), ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga besar yang senantiasa
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada
penulis
7. Gema Raspati Dananjaya, S.Pd yang senantiasa mendengarkan keluh kesah,
serta memberikan dukungan dan motivasi
8. Ratu, Fauziah, Sulfi, Dede dan Mulyani (Grup Chekii) yang senantiasa
mendengarkan keluh kesah, serta memberikan dukungan dan motivasi
9. Nurul Asri, Putri, Deni, Robbi, Febie, Suci, Devi, dan keluarga besar IPBers
SMANDAK, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini
10. Teman-teman Biologi 49 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih
atas motivasi dan kebersamaannya selama ini.
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Rancangan Percobaan 2
Pelaksanaan Percobaan 2
HASIL 4
Respon Pertumbuhan Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik 4
Respon Fisiologi Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik 7
PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Panjang akar dan tinggi tanaman tembakau tipe liar dan transgenik
pada cekaman osmotik yang berbeda 5
2 Luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda pada hari ke-7 setelah perlakuan 5
3 Jumlah dan luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda 6
4 Bobot basah biomassa dan bobot kering biomassa tembakau tipe liar
dan transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda 6
5 Kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total tembakau tipe liar
dan transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda 7
6 Kadar prolin tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda 8
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji tembakau transgenik
15-11-3 generasi T3, biji tembakau tipe liar, media Murashige and Skoog (MS)
lengkap (Lampiran 1), media perkecambahan biji dan media pengakaran
(Lampiran 2), poly-ethylene glycol (PEG) 6000, aseton 80%, asam asetat glasial,
asam sulfosalisilat 3%, asam ortofosfat, ninhidrin, prolin murni, dan toluene. Alat
yang digunakan antara lain adalah autoklaf, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
neraca analitik, oven, penangas air, perangkat lunak Image J, dan
spektrofotometer visible (Genesys 20, USA).
Rancangan Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
Analisis Data
Data dianalisis secara statistik dengan sidik ragam pada tingkat kepercayaan
95%. Jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada α= 0.05. Program aplikasi
yang digunakan adalah SPSS 16.0.
HASIL
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman tembakau transgenik dan tipe liarnya mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG yang diberikan (Tabel 1). Tembakau
transgenik cenderung lebih tinggi daripada tipe liarnya (Gambar 1). Namun tinggi
tanaman tersebut tidak berbeda nyata secara statistik antara tembakau transgenik
dan tipe liarnya (α>0.05).
1 2 1 2 1 2 1 2
a b c d
Gambar 1 Morfologi tembakau tipe liar dan transgenik 14 hari setelah perlakuan.
a) PEG 0% (0 MPa), b) PEG 5% (-0.03 MPa), c) PEG 10%
(-0.19 MPa), d) PEG 15% (-0.41 MPa), 1) Transgenik dan 2) Tipe
liar.
Panjang akar
Panjang akar terpanjang dicapai tanaman dengan perlakuan kontrol atau
PEG 0%. Panjang akar tembakau transgenik dan tipe liarnya mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG (Tabel 1). Hasil uji
statistik menunjukkan perbedaan konsentrasi PEG yang diberikan tidak
mengakibatkan perbedaan nyata panjang akar antara kedua genotipe tembakau.
Namun, tembakau transgenik cenderung memiliki akar yang lebih panjang
dibanding tipe liarnya (Gambar 1).
5
Tabel 1 Panjang akar dan tinggi tanaman tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Panjang akar (cm)
7 HSP 14 HSP 21 HSP 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 4.41 5.40 7.28 3.66 5.77 7.44
Transgenik 5.57 7.20 7.48 4.04 7.80 8.39
Konsentrasi PEG (%)
0 7.17 c 10.77 c 11.58 d 5.86 b 8.32 10.04
5 4.82 b 5.87 b 7.77 c 4.19 ab 7.36 7.25
10 4.17 ab 4.41 a 5.66 b 2.78 a 7.12 7.21
15 3.80 a 4.16 a 4.50 a 2.56 a 4.34 7.17
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
Luas daun
Hasil uji statistik terhadap luas daun ketiga menunjukkan bahwa faktor
konsentrasi PEG tidak menyebabkan perbedaan nyata luas daun antara kedua
genotipe pada 14 dan 21 HSP (Tabel 3). Luas daun ketiga terlebar dicapai
tanaman pada perlakuan kontrol atau PEG 0% dan semakin sempit seiring
meningkatnya konsentrasi PEG pada kedua genotipe tanaman tembakau. Terdapat
interaksi antar kedua faktor (PEG dan genotipe) yang menyebabkan perbedaan
nyata pada luas daun ketiga 7 HSP (Tabel 2). Luas daun ketiga terlebar dicapai
oleh tembakau transgenik dengan perlakuan kontrol atau PEG 0%. Pemberian
cekaman osmotik sebesar -0.03 MPa (PEG 5%) dapat menurunkan luas daun
ketiga tembakau transgenik sebesar 42%, sedangkan pada tembakau tipe liarnya
sebesar 48%.
Tabel 2 Luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda pada hari ke-7 setelah perlakuan
Konsetrasi PEG Luas daun ketiga (cm2)
(%) Tipe Liar Transgenik
0 1.85 b 3.21 c
5 0.98 ab 1.86 b
10 1.31 ab 0.91 ab
15 0.75 a 1.75 b
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. PEG 0% (0 MPa); PEG 5% (-0.03 MPa); PEG 10%
(0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
Jumlah daun
Jumlah daun tembakau tipe liar dan transgenik mengalami peningkatan setiap
minggunya (Tabel 3). Pemberian konsentrasi PEG yang berbeda tidak
menyebabkan perbedaan pada jumlah daun meskipun pada cekaman osmotik
terberat (PEG 15%). Hasil uji statistik menunjukkan faktor genotipe tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tembakau (α>0.05).
6
Tabel 3 Jumlah dan luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda
Jumlah daun Luas daun ketiga (cm2)
Perlakuan
7 HSP 14 HSP 21 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 10 12 14 1.61 1.61
Transgenik 10 12 13 2.01 2.09
Konsentrasi PEG (%)
0 11 13 14 4.19 b 3.96 b
5 10 12 14 1.18 a 1.56 a
10 10 11 13 0.97 a 1.16 a
15 10 12 13 0.88 a 0.71 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
Tabel 4 Bobot basah biomassa dan bobot kering biomassa tembakau tipe liar dan
transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan Bobot basah biomassa (g) Bobot kering biomassa (g)
7 HSP 14 HSP 21 HSP 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.205 0.455 0.631 0.014 0.029 0.053
Transgenik 0.303 0.508 0.553 0.019 0.036 0.057
Konsentrasi PEG (%)
0 0.438 b 0.758 b 0.884 b 0.022 0.047 0.073 b
5 0.211 a 0.453 a 0.470 a 0.013 0.031 0.050 a
10 0.192 a 0.438 a 0.481 a 0.014 0.027 0.047 a
15 0.175 a 0.402 a 0.532 a 0.017 0.024 0.050 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
7
Tabel 5 Kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total tembakau tipe liar dan
transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Klorofil a (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.090 0.085 0.130
Transgenik 0.095 0.105 0.145
Konsentrasi PEG (%)
0 0.105 0.140 b 0.155 bc
5 0.105 0.085 a 0.190 c
10 0.080 0.075 a 0.110 ab
15 0.075 0.080 a 0.095 a
Klorofil b (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.030 0.030 0.045
Transgenik 0.030 0.035 0.045
Konsentrasi PEG (%)
0 0.035 0.050 a 0.050 ab
5 0.035 0.030 b 0.070 b
10 0.025 0.025 b 0.030 a
15 0.025 0.030 b 0.030 a
Klorofil total (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.120 0.115 0.175
Transgenik 0.125 0.140 0.190
Konsentrasi PEG (%)
0 0.140 0.190 b 0.205 ab
5 0.145 0.115 a 0.260 b
10 0.110 0.100 a 0.145 a
15 0.100 0.110 a 0.125 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
8
Tabel 6 Kadar prolin tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman osmotik
yang berbeda
Kadar prolin (μmol/g daun)
Perlakuan
7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 33.848 75.632 46.661
Transgenik 25.985 53.195 53.070
Konsentrasi PEG (%)
0 10.198 a 18.894 a 16.428
5 23.803 ab 69.072 b 55.218
10 34.984 b 81.768 b 56.529
15 50.680 c 87.919 b 71.286
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
PEMBAHASAN
nyata secara statistik antara tembakau transgenik dan tipe liarnya. Hal tersebut
menunjukkan tembakau transgenik dan tipe liarnya memiliki kemampuan laju
fotosintesis yang tidak berbeda ketika tercekam kekeringan.
Kandungan klorofil daun dapat dipakai sebagai salah satu indikator toleransi
tanaman terhadap cekaman kekeringan (Ai dan Banyo 2011). Kandungan klorofil
a, b dan total dari tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata secara statistik (Tabel 5). Hal tersebut menunjukkan
kemampuan fotosintesis kedua genotipe tembakau tidak berbeda pada saat
tercekam kekeringan. Kandungan klorofil kedua genotipe tembakau menurun
seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG. Penurunan kandungan klorofil
pada saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat
fotosintesis yang dapat menurunkan laju fotosintesis tanaman. Menurut
Hendriyani dan Setiari (2009), kurangnya ketersediaan air akan menghambat
sintesis klorofil pada daun sehingga berakibat laju fotosintesis menurun. Selain itu
cekaman kekeringan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur pada
sel tanaman yang menyebabkan disintegrasi klorofil.
Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a
(C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang
berwarna hijau muda. Klorofil b merupakan hasil biosintesis dari klorofil a.
Klorofil a dan b membentuk kompleks protein klorofil yang beperan penting
dalam mengabsorpsi radiasi cahaya yang selanjutnya energi radiasi tersebut akan
ditransfer ke pusat reaksi fotosistem I dan II. Energi cahaya yang diperoleh
kemudian diubah menjadi energi kimia (Ai dan Banyo 2011). Oleh karena itu,
menurunnya kandungan klorofil a, b dan total akibat cekaman kekeringan dapat
menyebakan aktivitas fotosintesis pada tanaman menurun. Pada penelitian ini,
kandungan klorofil tembakau transgenik yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan tipe liarnya diduga karena tembakau transgenik lebih adaptif
terhadap cekaman kekeringan. Menurut Li et al. (2006) pada saat kekeringan
kandungan klorofil genotipe barley yang toleran kekeringan lebih tinggi daripada
kandungan klorofil genotipe yang sensitif terhadap kekeringan.
Kadar prolin tertinggi terdapat pada tembakau perlakuan PEG 15%. Kadar
prolin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG (Tabel 6). Hal ini
menunjukkan salah satu respon fisiologis tanaman dalam menghadapi cekaman
osmotik. Pada saat tanaman tercekam kekeringan, ekspresi gen P5CS meningkat
dan ekspresi gen ProDH dihambat. Gen P5CS merupakan gen yang berperan
dalam biosistesis prolin, sedangkan gen ProDH merupakan gen yang berperan
dalam metabolisme prolin (Yoshiba et al. 1997). Oleh karena itu kandungan
prolin pada tanaman akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
cekaman kekeringan yang terjadi.
Kadar prolin tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata secara statistik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan
penyesuaian osmotik sel pada saat tercekam kekeringan antara kedua genotipe
tembakau diduga tidak berbeda. Tanaman yang mengakumulasi prolin pada
kondisi tercekam kekeringan pada umumnya memiliki kenampakan morfologi
yang lebih baik serta memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada
tanaman yang tidak mengakumulasikannya (Hamim et al. 2008). Oleh karena itu
kadar prolin tanaman toleran kekeringan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang
peka kekeringan, seperti yang telah dilaporkan pada tanaman kedelai (Hamim et
11
al. 1996), padi (Effendi 2008), dan terung (Kurniawati et al. 2014). Senyawa
prolin berperan sebagai senyawa osmoprotektan dalam penyesuaian osmotik sel
(Mathius et al. 2001; Hamim et al. 2008) dan penetralisir senyawa toksik amina
(Mathius et al. 2001).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan tanaman tembakau dengan media
MS+PEG 5% selama 21 hari merupakan kondisi terbaik untuk mengkarakterisasi
toleransi tanaman tembakau terhadap cekaman kekeringan. Hal ini dikarenakan
pemberian media MS+PEG 5% secara nyata menunjukkan tanaman tembakau
tercekam kekeringan. Keseluruhan hasil pengamatan peubah pertumbuhan dan
fisiologi pada tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antara kedua genotipe tersebut. Hal tersebut menunjukkan tembakau
transgenik yang telah disisipi gen B11 overekspresi memiliki toleransi yang tidak
berbeda dengan tipe liarnya terhadap cekaman osmotik. Oleh karena itu
overekspresi gen B11 tidak berpengaruh terhadap toleransi tanaman tembakau
terhadap cekaman osmotik.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anjum SA, Xie XY, Wang LC, Saleem MF, Man C, Lei W. 2011. Morphological,
physiological and biochemical responses of plants to drought stress. Afr J
Agric Res. 6: 2026-2032.
Bates LS, Waldren RP, Teare ID. 1973. Rapid determination of free proline for
water-stress studies. J Plant and Soil. 39:205-207.
Effendi Y. 2008. Kajian resistensi beberapa varietas padi gogo (Oryza sativa L.)
terhadap cekaman kekeringan [tesis]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
Flexas J, Medrano. 2002. Drought inhibition of photosynthesis in c3 plants:
stomatal and non stomatal limitation revisited. Ann Bot. 89: 183-189.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Terjemahan dari:
Physiology of Crop Plants.
Hamim, Sopandie D, Jusuf M. 1996. Beberapa karakteristik morfologi dan
fisiologi kedelai toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan. Hayati.
3:30-34.
Hamim, Ashri K, Miftahudin, Triadiati. 2008. Analisis status air, prolin dan
aktivitas enzim antioksidan beberapa kedelai toleran dan peka kekeringan
serta kedelai liar. Agrivita. 30: 201-210.
Hardegree SP, Emmerich WE. 1992. Seed germination of four southwestern range
grasses to equilibration at subgermination matric potentials. Agron J.
84:994-998.
Hendriyani IS, Setiari N. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang
panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J Sains
Mat. 17: 145-150.
Kaufmann MR, Eckard AN. 1971. Evaluation of water stress control with
polyethylen glycols by analysis of guttation. Plant Physiol. 47: 453-456.
Kurniawati S, Khumaida N, Ardie SW, Hartati NS, Sudarmonowati E. 2014. Pola
akumulasi prolin dan poliamin beberapa aksesi tanaman terung pada
cekaman kekeringan. J Agron Ind. 42: 136-141.
Lehninger AI. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Li RH, Guo PG, Baum M, Stefania G, Salvatore C. 2006. Evaluation of
chlorophyll content and fluorescence parameters as indicators of drought
tolerance in barley. Agric Sci in China. 5:751-757.
Mathius NT, Wijana G, Guharja E, Aswindinnoor H, Sudirman Y, Subronto.
2001. Respon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap
cekaman kekeringan. Men Perkeb. 69: 29-45.
Michel BE, Kauffman MR. 1973. The osmotic potential of polyethylene glycol
6000. Plant Physiol. 51: 914-916.
Mostajeran A, Rahimi-Eichi V. 2009. Effects of drought stress on growth and
yield of rice (Oryza sativa L.) cultivars and accumulation of proline and
soluble sugars in sheath and blades of their different ages leaves. American-
Eurasian J Agric Environ Sci. 5:264-272.
Palupi ER, Dedywiryanto Y. 2008. Kajian karakter ketahanan terhadap cekaman
kekeringan pada beberapa genotipe bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.). Bul Agron. 36:24-32.
13
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP