Anda di halaman 1dari 27

RESPON TEMBAKAU TRANSGENIK TOLERAN

ALUMINIUM TERHADAP CEKAMAN OSMOTIK

WILDA YULIANA SYARIP

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Tembakau


Transgenik Toleran Aluminium terhadap Cekaman Osmotik adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017

Wilda Yuliana Syarip


NIM G34120068
ABSTRAK
WILDA YULIANA SYARIP. Respon Tembakau Transgenik Toleran Aluminium
terhadap Cekaman Osmotik. Dibimbing oleh MIFTAHUDIN dan MAFRIKHUL
MUTTAQIN.

Tembakau transgenik nomor 15-11-3 merupakan tanaman tembakau yang


digunakan sebagai tanaman model untuk mempelajari peran gen B11 terhadap
toleransi aluminium (Al). Tembakau transgenik menunjukkan perakaran yang lebih
baik dibanding tipe liarnya. Oleh karena itu, tembakau tersebut dapat digunakan
untuk mempelajari peran gen B11 dalam toleransinya terhadap cekaman osmotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuan dan fisiologi dari
tembakau transgenik toleran Al terhadap cekaman osmotik. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2016 di Laboratorium Fisiologi dan
Biologi Molekular Tumbuhan, dan Laboratorium Penelitian Kultur Jaringan
Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap 2 faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
genotipe tembakau (tembakau transgenik toleran Al dan tipe liarnya). Faktor kedua
adalah cekaman osmotik dengan menggunakan larutan PEG 6000 (0, 5, 10, 15%).
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun, luas daun
ketiga, bobot basah dan kering biomassa tanaman, kandungan klorofil, dan kadar
prolin daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman osmotik secara nyata
menurunkan respon pertumbuhan tembakau tipe liar dan transgenik serta
meningkatkan kadar prolin daun tembakau. Cekaman osmotik tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun tembakau. Tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua respon peubah pertumbuhan dan
fisiologi yang diamati. Tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak toleran terhadap
cekaman osmotik sehingga overekspresi gen B11 tidak berperan dalam toleransi
tanaman terhadap cekaman osmotik.

Kata kunci: cekaman osmotik, klorofil, PEG 6000, prolin

ABSTRACT

WILDA YULIANA SYARIP. Aluminium Tolerant Transgenic Tobacco Responses


to Osmotic Stress. Supervised by MIFTAHUDIN and MAFRIKHUL MUTTAQIN.

Transgenic tobacco 15-11-3 was used as a model plant to study the role of
aluminium (Al) tolerance gene, B11. Since the transgenic plant shows better roots
than that of its wild type, the transgenic tobacco might be used to study the role of
the gene in drought stress tolerance. The objective of the research was to
investigate the growth and physiological responses of the Al-tolerant transgenic
tobacco to osmotic stress. The research was conducted from January to August
2016 at the Laboratory of Plant Physiology and Molecular Biology and the
Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Biology, FMIPA IPB. This
research was a two factor experiment using completely randomized design with
three replications. The first factor were two genotypes of tobacco (Al tolerant
transgenic tobacco and its wild type). The second factor were 4 concentration of
PEG 6000 solution (0, 5, 10, 15%). The parameters observed were plant height,
root length, number of leaf, leaf area, fresh and dry weight biomass, chlorophyll
content, and leaf proline content. The results showed that osmotic stress
significantly reduced the growth responses of the transgenic tobacco and its wild
type and increased the levels of tobacco leaf proline. Osmotic stress did not
significantly affect the number of tobacco leaves. Both transgenic tobaccco and its
wild type were not significantly different on the growth and physiological observed
variables. The transgenic tobacco and its wild type were intolerant to osmotic
stress so that the B11 gene overexpression did not play a role in plant tolerance
againts osmotic stress.

Keywords: osmotic stress, chlorophyll, PEG 6000, proline


RESPON TEMBAKAU TRANSGENIK TOLERAN
ALUMINIUM TERHADAP CEKAMAN OSMOTIK

WILDA YULIANA SYARIP

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi : Respon Tembakau Transgenik Toleran Aluminium terhadap
Cekaman Osmotik
Nama : Wilda Yuliana Syarip
NIM : G34120068

Disetujui oleh

Dr Ir Miftahudin, M.Si Mafrikhul Muttaqin, S.Si, M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, M.Si


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
cekaman osmotik, dengan judul Respon Tembakau Transgenik Toleran Aluminium
terhadap Cekaman Osmotik. Penelitian ini dibiayai oleh Dana Hibah Penelitian
Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional dari Kemenristek Dikti Tahun
2016 No. Kontrak 374/IT3.11/PN/2016 atas nama Dr Ir Miftahudin, MSi.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Miftahudin, M.Si dan Mafrikhul Muttaqin, S.Si, M.Si atas segala
perhatian, pengarahan, dan masukan dalam membimbing penulis selama
melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Dr Tri Atmowidi sebagai Penguji atas segala pengarahan, dan masukan dalam
membimbing penulis selama penyelesaian skripsi
3. Bapak Asep selaku staf Laboratorium Fisiologi dan Biologi Molekuler, Ibu
Dewi selaku staf Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ibu Retno selaku staf
Laboratorium Terpadu di Departemen Biologi, FMIPA IPB atas bantuan yang
diberikan selama pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung
4. Kak Zulkifli, Kak Fendi, Kak Rio, Kak Turhadi, Kak Devi M, Kak Devi Eka,
Kak Diha, Diah Ulil albab dan Brian yang selalu memberikan dukungan dan
masukan kepada penulis selama melakukan penelitian
5. Fauziah Tri Aprilianti dan Ghina Waniar (Trio Tembakau) yang selalu
memberikan bantuan, dukungan dan masukan kepada penulis selama
melakukan penelitian
6. Ayah (Alm.), ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga besar yang senantiasa
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada
penulis
7. Gema Raspati Dananjaya, S.Pd yang senantiasa mendengarkan keluh kesah,
serta memberikan dukungan dan motivasi
8. Ratu, Fauziah, Sulfi, Dede dan Mulyani (Grup Chekii) yang senantiasa
mendengarkan keluh kesah, serta memberikan dukungan dan motivasi
9. Nurul Asri, Putri, Deni, Robbi, Febie, Suci, Devi, dan keluarga besar IPBers
SMANDAK, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini
10. Teman-teman Biologi 49 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih
atas motivasi dan kebersamaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2017

Wilda Yuliana Syarip


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Rancangan Percobaan 2
Pelaksanaan Percobaan 2
HASIL 4
Respon Pertumbuhan Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik 4
Respon Fisiologi Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik 7
PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL

1 Panjang akar dan tinggi tanaman tembakau tipe liar dan transgenik
pada cekaman osmotik yang berbeda 5
2 Luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda pada hari ke-7 setelah perlakuan 5
3 Jumlah dan luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda 6
4 Bobot basah biomassa dan bobot kering biomassa tembakau tipe liar
dan transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda 6
5 Kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total tembakau tipe liar
dan transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda 7
6 Kadar prolin tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi media Murashige-Skoog dan vitamin B5 14


2 Media pertumbuhan tembakau 14
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cekaman osmotik dapat menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk


pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara khusus, dengan menggunakan
senyawa PEG, kurangnya air akan mengakibatkan pengurangan volume sel,
penurunan luas daun, penebalan daun, adanya trikoma pada daun, meningkatnya
resistensi akar untuk mencegah kehilangan air akibat penyerapan oleh tanah
kering (Salisbury dan Ross 1995), penyusutan tinggi tanaman, dan penurunan
bobot kering biomassa tanaman (Sunaryo 2002; Palupi dan Dediwiryanto 2008).
Kurangnya air juga dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi klorofil daun
(Hendriyani dan Setiari 2009; Ai dan Banyo 2010), serta terjadinya sintesis dan
akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sel seperti
prolin (Hamim et al. 2008).
Prolin merupakan salah satu asam amino dengan gugus R non polar atau
hidrofobik (Lehninger 1982). Pada kondisi cekaman osmotik, prolin banyak
disintesis dari glutamin melalui jalur glutamat pada daun. Peningkatan konsentrasi
prolin pada daun menyebabkan potensial osmotik sel menurun, potensial turgor
sel meningkat, sehingga turgiditas sel pada pucuk terjaga dan daun tidak layu
(Salisbury and Ross 1995).
Cekaman osmotik pada skala lab dapat menggunakan senyawa poly-
ethylene glycol (PEG). PEG merupakan senyawa yang larut dalam air dan dapat
menyebabkan penurunan potensial air secara homogen sehingga dapat digunakan
untuk meniru cekaman air pada larutan tanah (Michel dan Kauffman 1973).
Larutan PEG 6000 dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%, yang berturut-turut setara
dengan -0.03, -0.19, dan -0.41 Mega Pascal (MPa), telah digunakan untuk
memberikan cekaman osmotik pada tanaman kedelai (Glycine max L Merill)
(Sunaryo 2002). Menurut Kauffman dan Eckard (1971), PEG dengan berat
molekul 6000 lebih baik digunakan pada tanaman dibandingkan dengan PEG
dengan bobot molekul yang lebih rendah. PEG 6000 tidak akan masuk ke jaringan
tanaman karena dinding sel tanaman tidak dapat dilalui oleh molekul dengan
bobot molekul ≥ 6000 (Hardegree dan Emmerich 1992).
Roslim (2011) telah mengisolasi gen toleran aluminium (Al), gen B11, dari
tanaman padi var. Hawara Bunar toleran Al. Selanjutnya gen B11 tersebut
diintroduksikan ke tanaman tembakau untuk membuat tanaman transgenik yang
bersifat toleran terhadap Al (Zulkifli 2015). Gen B11 diduga pula berperan dalam
toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan karena var. Hawara Bunar
temasuk kelompok padi gogo yang tumbuh di lahan kering asam dan dapat
beradaptasi terhadap Al yang tinggi, pH yang rendah, serta kekeringan. Selain itu,
tembakau transgenik yang dihasilkan menghasilkan perakaran yang banyak
(Roslim 2011). Perkembangan akar yang baik mengindikasikan toleransi tanaman
terhadap cekaman kekeringan (Effendi 2008; Palupi dan Dedywiryanto 2008).
Oleh karena itu, perlu dipelajari respon tembakau transgenik tersebut terhadap
cekaman osmotik.
2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tembakau transgenik


toleran Al terhadap cekaman osmotik melalui pengamatan peubah pertumbuhan
dan fisiologi.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2016 di


Laboratorium Fisiologi dan Biologi Molekular Tumbuhan dan Laboratorium
Penelitian Kultur Jaringan Tumbuhan Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji tembakau transgenik
15-11-3 generasi T3, biji tembakau tipe liar, media Murashige and Skoog (MS)
lengkap (Lampiran 1), media perkecambahan biji dan media pengakaran
(Lampiran 2), poly-ethylene glycol (PEG) 6000, aseton 80%, asam asetat glasial,
asam sulfosalisilat 3%, asam ortofosfat, ninhidrin, prolin murni, dan toluene. Alat
yang digunakan antara lain adalah autoklaf, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
neraca analitik, oven, penangas air, perangkat lunak Image J, dan
spektrofotometer visible (Genesys 20, USA).

Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap dua faktor yaitu


genotipe tembakau (tembakau transgenik toleran Al dan tipe liarnya) dan cekaman
osmotik (konsentrasi PEG 6000 0, 5, 10, 15% atau berturut-turut setara dengan
-0.03, -0.19, dan -0.41 MPa) dengan tiga ulangan. Konsentrasi PEG 0% adalah
media MS tanpa penambahan PEG 6000.

Pelaksanaan Percobaan

Sterilisasi dan Penanaman Biji Tembakau


Sterilisasi biji tembakau mengikuti metode sterilisasi biji tembakau yang
telah dilakukan Roslim (2011). Biji tembakau direndam akuades sebanyak 3 kali
masing-masing selama 1 menit. Biji kemudian direndam etanol 70% selama 1
menit. Setelah itu, biji direndam dalam natrium hipoklorit 1.57% selama 7 menit
dan dibilas akuades steril sebanyak 4 kali. Biji yang sudah steril selanjutnya
diletakkan pada tisu kering dan kemudian dikecambahkan pada cawan berisi
media perkecambahan biji selama 45 hari.
3

Pengakaran dan Perlakuan Cekaman Osmotik


Setelah tanaman tembakau berumur 45 hari, akar tanaman dibuang dan
tanaman dipindahkan ke botol kultur berisi media ¼ MS selama 7 hari.
Penggunaan ¼ MS bertujuan memberikan media yang tidak terlalu kaya sehingga
ketika diberi perlakuan cekaman osmotik tanaman memberikan respon yang
diharapkan. Setelah pengakaran, tanaman dipindahkan ke botol kultur berisi MS
lengkap dengan penambahan PEG 6000 sesuai perlakuan selama 7, 14, dan 21
hari.

Pengamatan Peubah Pertumbuhan


Peubah pertumbuhan yang diamati antara lain tinggi tanaman, panjang akar,
jumlah daun, luas daun, serta bobot basah dan bobot kering biomassa. Pengukuran
tinggi tanaman dan panjang akar dilakukan menggunakan penggaris.
Penghitungan jumlah daun dilakukan secara manual. Pengukuran luas daun ketiga
dilakukan menggunakan aplikasi Image J (Sheffield 2007). Pengukuran bobot
basah biomassa dilakukan dengan menimbang tanaman menggunakan neraca
analitik. Tanaman selanjutnya dikeringkan pada oven selama 72 jam dengan suhu
80°C. Bobot kering biomassa tanaman selanjutnya ditimbang dengan neraca
analitik.

Analisis Kandungan Klorofil


Kandungan klorofil pada daun tembakau diukur menggunakan metode
Arnon modifikasi (Srivasta dan Prasad 2010). Sebanyak 0.2 g potongan daun
digerus menggunakan mortar sampai halus. Ekstrak daun ditambahkan aseton
80% sebanyak 5 ml, disaring dengan kertas saring dalam labu ukur dan
ditambahkan aseton 80% hingga 25 ml. Ekstrak klorofil diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer visible (Genesys 20, USA) pada panjang gelombang 645
nm dan 663 nm. Konsentrasi klorofil dihitung berdasarkan persamaan berikut.
Klorofil a: Ca = [(12.7 × A663) - (2.69 × A645) × V/1000 × W
Klorofil b: Cb = [(22.9 × A645) - (4.68 × A663) × V/1000 × W
Klorofil total: C = [(8.02 × A663) - (20.2 × A645) × V/1000 × W
Keterangan:
V = total volume sampel dalam medium ekstraksi
W= berat sampel (g)

Analisis Kadar Prolin


Kadar prolin dianalisis dengan metode Bates et al. (1973) modifikasi.
Sebanyak 0.1 g daun segar dihomogenkan dalam 2 ml asam sulfosalisilat 3% (b/v)
yang telah didinginkan sebelumnya dalam lemari pendingin. Sebanyak 0.5 ml
filtrat kemudian direaksikan dengan 0.5 ml ninhidrin asam (1.25 g ninhidrin
dalam 30 ml asam asetat glasial dan 20 ml asam ortofosfat 6 M) dan 0.5 ml asam
asetat glasial. Filtrat kemudian dipanaskan pada suhu 90-100°C selama 1 jam dan
reaksi diakhiri dalam bak berisi air es selama 5 menit. Campuran diekstraksi
dengan 0.75 ml toluene lalu diaduk dengan vorteks selama 15-20 detik. Kromofor
yang mengandung toluene dikeluarkan dari fase air, kemudian kromofor
dihangatkan pada suhu kamar. Selanjutnya diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer visible (Genesys 20, USA) pada panjang gelombang 520 nm.
Kadar prolin ditentukan ditentukan dengan kurva standar prolin.
4

Analisis Data
Data dianalisis secara statistik dengan sidik ragam pada tingkat kepercayaan
95%. Jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada α= 0.05. Program aplikasi
yang digunakan adalah SPSS 16.0.

HASIL

Respon Pertumbuhan Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik

Hasil percobaan menunjukkan bahwa cekaman osmotik berpengaruh


terhadap respon pertumbuhan kedua genotipe tembakau. Namun respon yang
diberikan tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara tembakau
transgenik dan tipe liarnya. Hasil uji DMRT menunjukkan adanya interaksi antara
genotipe tembakau dengan pemberian konsentrasi PEG yang berbeda pada luas
daun 7 hari setelah perlakuan (HSP).

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman tembakau transgenik dan tipe liarnya mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG yang diberikan (Tabel 1). Tembakau
transgenik cenderung lebih tinggi daripada tipe liarnya (Gambar 1). Namun tinggi
tanaman tersebut tidak berbeda nyata secara statistik antara tembakau transgenik
dan tipe liarnya (α>0.05).

1 2 1 2 1 2 1 2

a b c d

Gambar 1 Morfologi tembakau tipe liar dan transgenik 14 hari setelah perlakuan.
a) PEG 0% (0 MPa), b) PEG 5% (-0.03 MPa), c) PEG 10%
(-0.19 MPa), d) PEG 15% (-0.41 MPa), 1) Transgenik dan 2) Tipe
liar.

Panjang akar
Panjang akar terpanjang dicapai tanaman dengan perlakuan kontrol atau
PEG 0%. Panjang akar tembakau transgenik dan tipe liarnya mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG (Tabel 1). Hasil uji
statistik menunjukkan perbedaan konsentrasi PEG yang diberikan tidak
mengakibatkan perbedaan nyata panjang akar antara kedua genotipe tembakau.
Namun, tembakau transgenik cenderung memiliki akar yang lebih panjang
dibanding tipe liarnya (Gambar 1).
5

Tabel 1 Panjang akar dan tinggi tanaman tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Panjang akar (cm)
7 HSP 14 HSP 21 HSP 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 4.41 5.40 7.28 3.66 5.77 7.44
Transgenik 5.57 7.20 7.48 4.04 7.80 8.39
Konsentrasi PEG (%)
0 7.17 c 10.77 c 11.58 d 5.86 b 8.32 10.04
5 4.82 b 5.87 b 7.77 c 4.19 ab 7.36 7.25
10 4.17 ab 4.41 a 5.66 b 2.78 a 7.12 7.21
15 3.80 a 4.16 a 4.50 a 2.56 a 4.34 7.17
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).

Luas daun
Hasil uji statistik terhadap luas daun ketiga menunjukkan bahwa faktor
konsentrasi PEG tidak menyebabkan perbedaan nyata luas daun antara kedua
genotipe pada 14 dan 21 HSP (Tabel 3). Luas daun ketiga terlebar dicapai
tanaman pada perlakuan kontrol atau PEG 0% dan semakin sempit seiring
meningkatnya konsentrasi PEG pada kedua genotipe tanaman tembakau. Terdapat
interaksi antar kedua faktor (PEG dan genotipe) yang menyebabkan perbedaan
nyata pada luas daun ketiga 7 HSP (Tabel 2). Luas daun ketiga terlebar dicapai
oleh tembakau transgenik dengan perlakuan kontrol atau PEG 0%. Pemberian
cekaman osmotik sebesar -0.03 MPa (PEG 5%) dapat menurunkan luas daun
ketiga tembakau transgenik sebesar 42%, sedangkan pada tembakau tipe liarnya
sebesar 48%.

Tabel 2 Luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman
osmotik yang berbeda pada hari ke-7 setelah perlakuan
Konsetrasi PEG Luas daun ketiga (cm2)
(%) Tipe Liar Transgenik
0 1.85 b 3.21 c
5 0.98 ab 1.86 b
10 1.31 ab 0.91 ab
15 0.75 a 1.75 b
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. PEG 0% (0 MPa); PEG 5% (-0.03 MPa); PEG 10%
(0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).

Jumlah daun
Jumlah daun tembakau tipe liar dan transgenik mengalami peningkatan setiap
minggunya (Tabel 3). Pemberian konsentrasi PEG yang berbeda tidak
menyebabkan perbedaan pada jumlah daun meskipun pada cekaman osmotik
terberat (PEG 15%). Hasil uji statistik menunjukkan faktor genotipe tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tembakau (α>0.05).
6

Tabel 3 Jumlah dan luas daun ketiga tembakau tipe liar dan transgenik pada
cekaman osmotik yang berbeda
Jumlah daun Luas daun ketiga (cm2)
Perlakuan
7 HSP 14 HSP 21 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 10 12 14 1.61 1.61
Transgenik 10 12 13 2.01 2.09
Konsentrasi PEG (%)
0 11 13 14 4.19 b 3.96 b
5 10 12 14 1.18 a 1.56 a
10 10 11 13 0.97 a 1.16 a
15 10 12 13 0.88 a 0.71 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).

Bobot basah biomassa


Bobot basah biomassa terbesar dicapai tanaman dengan perlakuan kontrol
atau PEG 0% dan semakin kecil dengan meningkatnya konsentrasi PEG pada
kedua genotipe tembakau (Tabel 4). Bobot basah biomassa tembakau transgenik
cenderung lebih besar daripada tipe liarnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
konsentrasi PEG yang berbeda-beda tidak menyebabkan perbedaan bobot basah
biomassa yang nyata antara kedua genotipe tembakau (α>0.05).

Bobot kering biomassa


Bobot kering biomassa tembakau tipe liar dan transgenik tidak berbeda
nyata secara statistik pada semua pengamatan (Tabel 4). Tetapi bobot kering
biomassa tembakau transgenik cenderung lebih besar dibandingkan tipe liarnya.
Bobot kering biomassa terbesar dicapai kedua tanaman pada perlakuan kontrol
(PEG 0%) dan semakin kecil dengan meningkatnya konsentrasi PEG.

Tabel 4 Bobot basah biomassa dan bobot kering biomassa tembakau tipe liar dan
transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan Bobot basah biomassa (g) Bobot kering biomassa (g)
7 HSP 14 HSP 21 HSP 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.205 0.455 0.631 0.014 0.029 0.053
Transgenik 0.303 0.508 0.553 0.019 0.036 0.057
Konsentrasi PEG (%)
0 0.438 b 0.758 b 0.884 b 0.022 0.047 0.073 b
5 0.211 a 0.453 a 0.470 a 0.013 0.031 0.050 a
10 0.192 a 0.438 a 0.481 a 0.014 0.027 0.047 a
15 0.175 a 0.402 a 0.532 a 0.017 0.024 0.050 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
7

Respon Fisiologi Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Osmotik

Hasil percobaan menunjukkan bahwa cekaman osmotik berpengaruh


terhadap respon fisiologi kedua genotipe tembakau. Namun tidak terdapat
perbedaan respon fisiologi yang nyata antara tembakau transgenik dan tipe
liarnya.

Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tembakau


Hasil percobaan menunjukkan kandungan klorofil a, klorofil b, dan
klorofil total mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG
(Tabel 5). Hasil uji statistik menunjukkan kandungan klorofil a, klorofil b, dan
total tidak berbeda nyata antara kedua genotipe tembakau, tetapi tembakau
transgenik cenderung memiliki kandungan klorofil lebih tinggi dibanding tipe
liarnya.

Tabel 5 Kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total tembakau tipe liar dan
transgenik pada cekaman osmotik yang berbeda
Perlakuan 7 HSP 14 HSP 21 HSP
Klorofil a (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.090 0.085 0.130
Transgenik 0.095 0.105 0.145
Konsentrasi PEG (%)
0 0.105 0.140 b 0.155 bc
5 0.105 0.085 a 0.190 c
10 0.080 0.075 a 0.110 ab
15 0.075 0.080 a 0.095 a
Klorofil b (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.030 0.030 0.045
Transgenik 0.030 0.035 0.045
Konsentrasi PEG (%)
0 0.035 0.050 a 0.050 ab
5 0.035 0.030 b 0.070 b
10 0.025 0.025 b 0.030 a
15 0.025 0.030 b 0.030 a
Klorofil total (mg/g daun)
Genotipe tembakau
Tipe liar 0.120 0.115 0.175
Transgenik 0.125 0.140 0.190
Konsentrasi PEG (%)
0 0.140 0.190 b 0.205 ab
5 0.145 0.115 a 0.260 b
10 0.110 0.100 a 0.145 a
15 0.100 0.110 a 0.125 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).
8

Kadar Prolin Daun Tanaman Tembakau


Kadar prolin tertinggi dicapai tanaman pada perlakuan PEG 15% dan
semakin kecil dengan menurunnya tingkat cekaman osmotik pada kedua genotipe
tembakau (Tabel 6). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan
kadar prolin yang nyata antara tembakau tipe liar dan transgenik.

Tabel 6 Kadar prolin tembakau tipe liar dan transgenik pada cekaman osmotik
yang berbeda
Kadar prolin (μmol/g daun)
Perlakuan
7 HSP 14 HSP 21 HSP
Genotipe tembakau
Tipe liar 33.848 75.632 46.661
Transgenik 25.985 53.195 53.070
Konsentrasi PEG (%)
0 10.198 a 18.894 a 16.428
5 23.803 ab 69.072 b 55.218
10 34.984 b 81.768 b 56.529
15 50.680 c 87.919 b 71.286
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT. HSP: Hari setelah perlakuan. PEG 0% (0 MPa); PEG 5%
(-0.03 MPa); PEG 10% (0.19 MPa); PEG 15% (-0.41 MPa).

PEMBAHASAN

Tembakau transgenik 15-11-03 merupakan tembakau yang telah


diintroduksikan gen B11 overekspresi dari tanaman padi var. Hawara Bunar.
Overekspresi atau ekspresi yang berlebih dari suatu gen merupakan salah satu
teknik untuk mempelajari atau mengeksplorasi fungsi sebuah gen (Prelich 2012).
Teknik ini dilakukan dengan cara mengisolasi sebuah gen yang sudah diketahui
fungsinya. Dalam penelitian ini, gen yang dimaksud adalah gen B11 yang sudah
diketahui berperan dalam toleransi tanaman terhadap Al. Kemudian gen tersebut
diletakkan di bawah kendali promotor konstitutif CaMV 35S yang memungkinkan
gen akan terekspresi terus-menerus. Selanjutnya gen tersebut ditransformasikan ke
tembakau.
Cekaman osmotik yang diberikan pada media tumbuh menyebabkan suplai
air yang diperlukan tanaman di daerah perakaran tidak sesuai dengan permintaan
air yang dibutuhkan tanaman untuk evapotranspirasi. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan. Oleh karena itu tanaman
akan melakukan mekanisme adaptasi seperti perubahan fisiologi dan morfologi
tanaman (Salibury dan Ross 1995). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh
tanaman untuk merespon kekurangan air, antara lain: dengan menutup stomata
daun untuk mengurangi transpirasi, kemudian diikuti dengan penurunan
metabolisme (Flexas dan Medrano 2002); penurunan pertumbuhan tanaman,
mengembangkan sistem perakaran (Palupi dan Dedywiryanto 2008); dan
akumulasi senyawa biokimia, seperti prolin, total gula, pati, sorbitol, vitamin C,
9

asam organik, aspargin, glisin-betain, dan ion K yang bertujuan untuk


menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi fungsi enzim (Ai et al. 2011).
Tinggi tanaman tembakau transgenik dan tipe liarnya mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG yang diberikan (Gambar 1, Tabel 1).
Penurunan tinggi tanaman yang terjadi diduga berkaitan dengan penghambatan
pembesaran dan pemanjangan sel karena penurunan tekanan turgor sel akibat
kurangnya air yang tersedia (Salisbury dan Ross 1995). Tinggi tanaman tembakau
transgenik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tipe liarnya meskipun
perbedaan ini tidak berbeda nyata. Tembakau transgenik yang cenderung lebih
tinggi disebabkan oleh faktor genotipe yang berbeda. Menurut Roslim (2011),
tembakau transgenik memiliki fenotipe tajuk yang lebih tinggi daripada tipe
liarnya. Tembakau transgenik yang dihasilkan memiliki tinggi 150-205 cm,
sedangkan tembakau tipe liar memiliki tinggi kurang dari 150 cm.
Panjang akar tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (Tabel 1). Hal ini menunjukkan kemampuan kedua genotipe
tembakau tidak berbeda dalam mengabsorpsi air ketika tercekam kekeringan.
Namun, rata-rata panjang akar menunjukkan tembakau transgenik (15-11-3) lebih
panjang dari tipe liarnya (var. Samsuri). Hal tersebut diduga merupakan salah satu
mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pengembangan
perakaran dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air
sehingga mempertahankan status air tetap tinggi di dalam tanaman (Palupi dan
Dedywiryanto 2008). Oleh karena itu, tanaman yang bersifat toleran terhadap
kekeringan akan memiliki perakaran yang lebih panjang dibandingkan tanaman
yang peka terhadap kekeringan.
Pemberian konsentrasi PEG yang berbeda tidak bepengaruh terhadap jumlah
daun tembakau tipe liar dan transgenik namun luasan daun ketiga dari kedua
genotipe diketahui mengalami penurunan seiring meningkatnya konsentrasi PEG
(Tabel 3). Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa berkurangnya total luas daun
merupakan mekanisme adaptasi tumbuhan terhadap cekaman lingkungan yang
sangat efektif untuk mencegah penguapan air. Oleh karena itu, tanaman yang
tercekam kekeringan melakukan penyesuaian untuk mengurangi transpirasi dan
mencegah penguapan air yang terlalu banyak dengan tidak menambah luasan
daun. Selain itu, luas daun yang kecil merupakan akibat dari tekanan turgor sel
pada daun yang menurun. Menurunnya tekanan turgor sel di daun menyebabkan
pembesaran sel pada daun terhambat dan luasan daun pun menurun seiring dengan
peningkatan cekaman osmotik yang diberikan.
Bobot basah dan kering biomassa terbesar dicapai kedua tanaman pada
perlakuan kontrol (PEG 0%) dan semakin kecil seiring meningkatnya konsentrasi
PEG (Tabel 4). Cekaman kekeringan mengurangi jumlah stomata yang diikuti
dengan menutupnya stomata karena penimbunan asam absisat (ABA) dan
menurunnya serapan CO2 pada daun (Anjum et al. 2011). Hal tersebut
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis serta fotosintat yang dihasilkan. Hasil
fotosintat yang menurun ditandai oleh menurunnya bobot basah dan kering
biomassa tanaman. Selain itu, ketika tanaman mengalami cekaman kekeringan,
karbohidrat dan bahan organik lain akan dirombak untuk mempertahankan
potensial osmotik lebih negatif (Mostajeran dan Rahimi-Eichi 2009), yang akan
menurunkan bobot basah dan bobot kering biomassa. Pemberian PEG yang
berbeda tidak menyebabkan perbedaan bobot basah dan kering biomassa yang
10

nyata secara statistik antara tembakau transgenik dan tipe liarnya. Hal tersebut
menunjukkan tembakau transgenik dan tipe liarnya memiliki kemampuan laju
fotosintesis yang tidak berbeda ketika tercekam kekeringan.
Kandungan klorofil daun dapat dipakai sebagai salah satu indikator toleransi
tanaman terhadap cekaman kekeringan (Ai dan Banyo 2011). Kandungan klorofil
a, b dan total dari tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata secara statistik (Tabel 5). Hal tersebut menunjukkan
kemampuan fotosintesis kedua genotipe tembakau tidak berbeda pada saat
tercekam kekeringan. Kandungan klorofil kedua genotipe tembakau menurun
seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG. Penurunan kandungan klorofil
pada saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat
fotosintesis yang dapat menurunkan laju fotosintesis tanaman. Menurut
Hendriyani dan Setiari (2009), kurangnya ketersediaan air akan menghambat
sintesis klorofil pada daun sehingga berakibat laju fotosintesis menurun. Selain itu
cekaman kekeringan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur pada
sel tanaman yang menyebabkan disintegrasi klorofil.
Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a
(C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang
berwarna hijau muda. Klorofil b merupakan hasil biosintesis dari klorofil a.
Klorofil a dan b membentuk kompleks protein klorofil yang beperan penting
dalam mengabsorpsi radiasi cahaya yang selanjutnya energi radiasi tersebut akan
ditransfer ke pusat reaksi fotosistem I dan II. Energi cahaya yang diperoleh
kemudian diubah menjadi energi kimia (Ai dan Banyo 2011). Oleh karena itu,
menurunnya kandungan klorofil a, b dan total akibat cekaman kekeringan dapat
menyebakan aktivitas fotosintesis pada tanaman menurun. Pada penelitian ini,
kandungan klorofil tembakau transgenik yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan tipe liarnya diduga karena tembakau transgenik lebih adaptif
terhadap cekaman kekeringan. Menurut Li et al. (2006) pada saat kekeringan
kandungan klorofil genotipe barley yang toleran kekeringan lebih tinggi daripada
kandungan klorofil genotipe yang sensitif terhadap kekeringan.
Kadar prolin tertinggi terdapat pada tembakau perlakuan PEG 15%. Kadar
prolin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG (Tabel 6). Hal ini
menunjukkan salah satu respon fisiologis tanaman dalam menghadapi cekaman
osmotik. Pada saat tanaman tercekam kekeringan, ekspresi gen P5CS meningkat
dan ekspresi gen ProDH dihambat. Gen P5CS merupakan gen yang berperan
dalam biosistesis prolin, sedangkan gen ProDH merupakan gen yang berperan
dalam metabolisme prolin (Yoshiba et al. 1997). Oleh karena itu kandungan
prolin pada tanaman akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
cekaman kekeringan yang terjadi.
Kadar prolin tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata secara statistik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan
penyesuaian osmotik sel pada saat tercekam kekeringan antara kedua genotipe
tembakau diduga tidak berbeda. Tanaman yang mengakumulasi prolin pada
kondisi tercekam kekeringan pada umumnya memiliki kenampakan morfologi
yang lebih baik serta memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada
tanaman yang tidak mengakumulasikannya (Hamim et al. 2008). Oleh karena itu
kadar prolin tanaman toleran kekeringan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang
peka kekeringan, seperti yang telah dilaporkan pada tanaman kedelai (Hamim et
11

al. 1996), padi (Effendi 2008), dan terung (Kurniawati et al. 2014). Senyawa
prolin berperan sebagai senyawa osmoprotektan dalam penyesuaian osmotik sel
(Mathius et al. 2001; Hamim et al. 2008) dan penetralisir senyawa toksik amina
(Mathius et al. 2001).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan tanaman tembakau dengan media
MS+PEG 5% selama 21 hari merupakan kondisi terbaik untuk mengkarakterisasi
toleransi tanaman tembakau terhadap cekaman kekeringan. Hal ini dikarenakan
pemberian media MS+PEG 5% secara nyata menunjukkan tanaman tembakau
tercekam kekeringan. Keseluruhan hasil pengamatan peubah pertumbuhan dan
fisiologi pada tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antara kedua genotipe tersebut. Hal tersebut menunjukkan tembakau
transgenik yang telah disisipi gen B11 overekspresi memiliki toleransi yang tidak
berbeda dengan tipe liarnya terhadap cekaman osmotik. Oleh karena itu
overekspresi gen B11 tidak berpengaruh terhadap toleransi tanaman tembakau
terhadap cekaman osmotik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Cekaman osmotik secara nyata menurunkan respon pertumbuhan


tembakau tipe liar dan transgenik serta meningkatkan kadar prolin daun tembakau.
Cekaman osmotik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tembakau.
Tembakau transgenik dan tipe liarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
pada semua respon peubah pertumbuhan dan fisiologi yang diamati. Tembakau
transgenik dan tipe liarnya tidak toleran terhadap cekaman osmotik sehingga
overekspresi gen B11 tidak berperan dalam toleransi tanaman terhadap cekaman
osmotik.

Saran

Sebaiknya untuk penelitian cekaman osmotik selanjutnya menggunakan


media MS+PEG 5% dengan lama perlakuan selama 21 hari agar penelitian lebih
efisien dan ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Ai NS, Banyo Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan


air pada tanaman. J Ilmu Sains.11: 166-173.
Ai NS, Cawthray GR, Wade LJ. Colmer TD. 2011. Pattern of solutes accumulated
during leaf osmotic adjustment as related to duration of water for wheat at
the reproductive stage. Plant Physiol Biochem. 49: 1126-1137.
12

Anjum SA, Xie XY, Wang LC, Saleem MF, Man C, Lei W. 2011. Morphological,
physiological and biochemical responses of plants to drought stress. Afr J
Agric Res. 6: 2026-2032.
Bates LS, Waldren RP, Teare ID. 1973. Rapid determination of free proline for
water-stress studies. J Plant and Soil. 39:205-207.
Effendi Y. 2008. Kajian resistensi beberapa varietas padi gogo (Oryza sativa L.)
terhadap cekaman kekeringan [tesis]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
Flexas J, Medrano. 2002. Drought inhibition of photosynthesis in c3 plants:
stomatal and non stomatal limitation revisited. Ann Bot. 89: 183-189.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Terjemahan dari:
Physiology of Crop Plants.
Hamim, Sopandie D, Jusuf M. 1996. Beberapa karakteristik morfologi dan
fisiologi kedelai toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan. Hayati.
3:30-34.
Hamim, Ashri K, Miftahudin, Triadiati. 2008. Analisis status air, prolin dan
aktivitas enzim antioksidan beberapa kedelai toleran dan peka kekeringan
serta kedelai liar. Agrivita. 30: 201-210.
Hardegree SP, Emmerich WE. 1992. Seed germination of four southwestern range
grasses to equilibration at subgermination matric potentials. Agron J.
84:994-998.
Hendriyani IS, Setiari N. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang
panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J Sains
Mat. 17: 145-150.
Kaufmann MR, Eckard AN. 1971. Evaluation of water stress control with
polyethylen glycols by analysis of guttation. Plant Physiol. 47: 453-456.
Kurniawati S, Khumaida N, Ardie SW, Hartati NS, Sudarmonowati E. 2014. Pola
akumulasi prolin dan poliamin beberapa aksesi tanaman terung pada
cekaman kekeringan. J Agron Ind. 42: 136-141.
Lehninger AI. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Li RH, Guo PG, Baum M, Stefania G, Salvatore C. 2006. Evaluation of
chlorophyll content and fluorescence parameters as indicators of drought
tolerance in barley. Agric Sci in China. 5:751-757.
Mathius NT, Wijana G, Guharja E, Aswindinnoor H, Sudirman Y, Subronto.
2001. Respon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap
cekaman kekeringan. Men Perkeb. 69: 29-45.
Michel BE, Kauffman MR. 1973. The osmotic potential of polyethylene glycol
6000. Plant Physiol. 51: 914-916.
Mostajeran A, Rahimi-Eichi V. 2009. Effects of drought stress on growth and
yield of rice (Oryza sativa L.) cultivars and accumulation of proline and
soluble sugars in sheath and blades of their different ages leaves. American-
Eurasian J Agric Environ Sci. 5:264-272.
Palupi ER, Dedywiryanto Y. 2008. Kajian karakter ketahanan terhadap cekaman
kekeringan pada beberapa genotipe bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.). Bul Agron. 36:24-32.
13

Prelich G. 2012. Gene overexpression: Uses, mechanisms, and interpretation.


Genetics. 190: 841-854.
Roslim DI. 2011. Isolasi dan karaterisasi gen toleran aluminium dari tanaman padi
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Lukman DR dan Sumaryono.
penerjemah. Bandung (ID). Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari:
Plant Physiology.
Sheffield JB. 2007. Image J: A useful tool for biological image processing and
analysis. Microsc Microanal. 13: 200-201.
Sunaryo W. 2002. Regenerasi dan evaluasi variasi somaklonal kedelai (Glycine
max L Merill) hasil kultur jaringan serta seleksi terhadap cekaman
kekeringan menggunakan simulasi polyethylene glycol (peg) [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Srivasta GC, Prasad NK. 2010. Modern Methods in Plant Physiology. New Delhi
(IN): New India Publishing Agency.
Yoshiba Y, Kiyosue T, Nakashima K, Yamaguchi-Shinozaki K, Shinozaki K.
1997. Regulation of leveles of proline as an osmolyte in plants under water
stress. Plant Cell Physiol. 38:1095-1102.
Zulkifli A. 2015. Respon fisiologi dan morfologi tembakau transgenik pembawa
kandidat gen toleran aluminium terhadap cekaman alumuium [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Komposisi larutan Murashige-Skoog dan vitamin B5


Kode Senyawa Konsentrasi stok (mg/L) Final konsentrasi (mg/L)
A NH4NO3 82500 1650
B KNO3 95000 1900
C CaCl2.2H2O 88000 440
D H3BO3 1240 6.2
KH2PO4 34000 170
CoCl2.6H2O 5.2 0.026
Na2MoO4.2H2O 50 0.25
KI 166 0.83
E MgSO4.7H2O 74000 370
MnSO4.4H2O 3010.8 22.3
ZnSO4.7H2O 1720 8.6
CuSO4.5H2O 5.2 0.025
F Na-EDTA 74.4 37.2
FeSO4.7H2O 5.56 27.8
Vitamin Myo-inositol 10000 100
Thiamine-HCl 1000 10
Nicotinic acid 100 1
Piridoxine-HCl 100 1

Lampiran 2 Media pertumbuhan tembakau


Nama Media Komponen
Perkecambahan Biji MS+vitamin B5+30 g/L gula+3 g/L gellan gum
Pengakaran ¼ MS+ ¼ vitamin B5+7,5 g/L gula
15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi, 03 Maret 1994. Penulis merupakan anak


ketiga dari empat bersaudara dari pasangan (alm.) Syarip Unus dan Yuliani.
Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 2 Babakan Jaya (2000-2006),
SMP Negeri 1 Cicurug (2006-2009), SMA Negeri 1 Cibadak (2009-2012).
Penulis lulus dalam seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
SNMPTN undangan dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis aktif pada berbagai kegiatan di Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMABIO) diantaranya bendahara divisi INFOKOM (2014-2015), kepanitiaan
seminar nasional BIONIC (2014), kepanitiaan MORFOLOGI (2015), dan anggota
teater BACILUS (2014-2015). Penulis juga aktif sebagai asisten Praktikum
Biologi TPB (2016) dan Praktikum Fisiologi Tumbuhan (2016), serta kepanitian
Pesta Sains Nasional (2014). Selama perkuliahan penulis mendapatkan Beasiswa
Bidikmisi (2012-2016).

Anda mungkin juga menyukai