2. Ni Luh Ayu Widyadnyani (09) 3. Ni Made Krista Liyani (10) 4. Kadek Dian Prisma Yanthi (14) 5. Dea Mey Nara Shinta (19) 6. Ni Putu Eni Juniari (26)
Akuntansi Malam A 2016
Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar 4.1 Semakin Pentingnya Komunikasi Lintas Buadaya a. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah atau negara. Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang mengakibatkan kegagalan bisnis. b. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting. Pendek kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya. 4.2 Memahami Kebudayaan Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut kebudayaan, yaitu ; a. Unsur Kebudayaan Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Ada 7 unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. 1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius. 2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. 3. Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. 4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus 5. Sistem teknologi dan peralatan merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. 6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo longuens. 7. Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. b. Wujud Kebudayaan Ada dua wujud kebudayaan : 1. kebudayaan bendaniah (material) memiliki ciri dapat dilihat, diraba, dan dirasa sehingga lebih konkret atau mudah di pahami. 2. kebudayaan rohaniah ( spiritual ) memiliki ciri dapat di rasa saja. Oleh karena itu kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit di pahami. Koentjaraningrat dalam karyanya Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan menyebutkan paling sedikit ada 3 wujud kebudayaan, yaitu : 1. Sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan, dan sebagainya; 2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; 3. Sebagai benda – benda hasil kerja manusia. c. Sifat – sifat Kebudayaan Secara umum, akan di kemukakan 7 sifat kebudayaan yaitu ; 1. Kebudayaan beraneka ragam Disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena manusia tidak memiliki struktur anatomi secara khusus pada tubuhnya sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu kebudayaan yang di ciptakan pun disesuaikan dengan kebutuhan hidupnya. 2. Kebudayaan dapat di teruskan secara sosial dengan pelajaran Penerusan kebudayaan dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Penerusan secara horizontal dilakukan terhadap satu generasi dan biasanya secara lisan, sedangkan penerusan vertikal dilakukan antar generasi dengan jalan melalui tulisan ( literer ). 3. Kebudayaan di jabarkan dalam komponen – komponen biologi, psikologi, dan sosiologi. Biologi, psikologi, dan sosiologi merupakan tiga komponen yang membentuk pribadi manusia. Secara biologis manusia memiliki sifat – sifat yang di turunkan oleh orang tuanya ( hereditas ) yang di peroleh sewaktu dalam kandungan sebagai kodrat pertama ( primary nature ). Bersamaan dengan itu, manusia juga memiliki sifat – sifat psikologis yang sebagian di perolehnya dari orang tuanya sebagai dasar atau pembawaan. Manusia sebagai unsur masyarakat dalam lingkungan ikut serta dalam pembentukan kebudayaan. 4. Kebudayaan mempunyai struktur Cultural universal yang telah di kemukakan, unsur – unsurnya dapat di bagi dalam bagian – bagian kecil yang di sebut traits complex, lalu terbagi dalam traits,dan terbagi lagi dalam items. 5. Kebudayaan mempunyai nilai Nilai kebudayaan ( cultural value ) adalah relatif, bergantung pada siapa yang memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang di pergunakan. 6. Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis Kebudayaan dikatakan statis apabila suatu kebudayaan sangat sedikit perubahannya dalam tempo yang lama. Sebaliknya apabila kebudayaan cepat berubah dalam tempo singkat dikatakan kebudayaan itu dinamis. 7. Kebudayaan dapat di bagi dalam bermacam – macam bidang atau aspek Ada kebudayaan yang sifatnya rohani dan ada yang sifatnya kebendaan ( spiritual and material culture ). Ada kebudayaan darat dan ada kebudayaan maritim (terra and aqua culture ) dan ada kebudayaan menurut daerah ( kebudayaan suatu suku bangsa atau subsuku bangsa, areal cuture). 4.3 Mencapai Kepekaan Antar Budaya Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-kesalahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota),latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lainnya budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian seharusnya budaya menjadi salah satu faktor pemersatu. Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada dirinya. Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran” kultural atau bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang seringkali merupakan landasan bagi prasangka yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan untuk berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi tantangan. Setiap budaya memberi identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika kita ingin lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya tersebut paling tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing budaya tersebut yang antara lain terlihat pada: 1. Komunikasi dan Bahasa Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering berbeda secara lokal. 2. Pakaian dan Penampilan Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural. 3. Makanan dan Kebiasaan Makan Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran vegetarian. 4. Waktu dan Kesadaran akan waktu Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.Penghargaan dan Pengakuan Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas. 5. Hubungan-Hubungan Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan. 6. Nilai dan Norma Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total. 7. Rasa Diri dan Ruang Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya linnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah. 8. Proses mental dan belajar Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang- orang berpikir dan belajar. 9. Kepercayaan dan sikap Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.
4.4 Meningkatkan Komunikasi Dengan Audiansi Multibudaya
Menyesuaikan pesan bagi Audiensi Multibudaya. Sebagai komunikator bisnis, kita perlu memberikan perhatian khusus pada bidang-bidang komunikasi spesifik untuk meningkatkan efektifitas pesan antar budaya. 1. Saran bagi komunikator bisnis menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua yaitu pelajari ungkapan-ungkapan asing, gunakan bahasa inggris sederhana, berbicara dengan pelan dan ucapkan dengan jelas, amati pesan mata, dorong umpan balik akurat, sering-sering memeriksa pemahaman, terima kesalahan, dengarkan tanpa menyela, jangan lupa tersenyum, tindak lanjuti dalam tulisan. 2. Saran-saran menyampaikan pesan tertulis yaitu pakai format lokal, gunakan kalimat- kalimat singkat dan paragraf pendek, hindari ungkapan-ungkapan ambigu, usahakan kejelasan, gunakan tata bahasa yang benar, kutip angka dengan hati-hati sesuaikan organisasi, nada, dan gaya dengan pembaca. 3. Daftar periksa untuk meningkatkan kepekaan dan komunikasi antar budaya yaitu, pelajari budaya Anda sendiri, pelajari budaya lain, hindari etnosentrisme, hindari menghakimi, cari pijakan bersama, amati isyarat nonverbal dalam kebudayaan Anda, gunakan bahasa inggris yang sederhana, dorong umpan balik yang akurat, sesuaikan dengan preferensi lokal, membuat keputusan Etis litas Batas Memperluas pandangan anda, hindari penilaian spontan, tolak bisnis jika pilihannya melanggar dari nilai-nilai dasar Anda, jangan merasionalisasi keputusan yang curang, menentang strategi- strategi yang logistik. 4.5 Pesan Tertulis Menulis dianggap sebagai salah satu cara berkomunikasi. Misalnya, seorang sekretaris berkomunikasi dalam bentuk notulen, surat atau laporan hasil analisa. Penulis buku menyebarkan gagasan-gagasannya melalui buku-buku yang dia tulis. Seniman atau sastrawan menyampaikan pesan moral dan nilai kehidupan melalui puisi, novel maupun naskah drama. A. Kelebihan komunikasi tulis 1) Komunikasi tertulis lebih tahan lama. Komunikasi tertulis memiliki bentuk fisik baik berupa kertas, kulit binatang maupun prasasti batu. Komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi. Sehingga pesan atau informasi yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan meski pemberi pesan sendiri sudah meninggal. 2) Komunikasi tertulis berlangsung secara massive dan dinamis. Informasi dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih murah. Sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan mudah. Komunikasi lebih bisa direncanakan dan disusun ketika disampaikan melalui media tulisan. Komunikator dapat menyusun pesan, menggunakan kata-kata pilihan, memilih topik tertentu dan memperkirakan respon dari audience. Sehingga proses komunikasi bisa dievaluasi dan dikembangkan. 3) Ketika kita tidak memahami sesuatu hal dari apa yang kita baca atau kita menemui kata asing, kita bisa mengulangi beberapa paragraf sebelumnya, menggunakan kamus atau bertanya kepada seseorang untuk memahaminya. Berbeda dengan komunikasi lisan yang berlangsung hanya sekali, kita tentu tak bisa serta merta meminta pembicara untuk mengulangi kalimat yang tidak kita pahami. B. Kelemahan komunikasi tertulis 1) Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek atau perasaan. Tidak semua benda, peristiwa, perasaan dapat diwakili oleh kata yang berbeda. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan merupakan realitas itu sendiri. Kata hanya bisa mewakili sebagian dari realitas, bukan keseluruhan realitas. Keterbatasan bahasa dalam mewakili realitas tampak pada penggunaan kata sifat. 2) Kata bersifat ambigu dan kontekstual. Setiap kata (meskipun sama) berpotensi untuk dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Perbedaan makna tersebut dipengaruhi oleh latar belakang tiap orang yang tentunya berbeda. Pemaknaan kata juga perlu memperhatikan konteks kalimatnya. 3) Kata-kata mengandung bias budaya. Budaya sangat mempengaruhi bahasa. Menurut hipotesis Sapir-Whorf (Griffin, 2003:30) menyatakan bahwa struktur bahasa suatu budaya membentuk persepsi dan perilaku manusia. Oleh sebab itu, sangat mungkin terjadi kita tidak menemukan padanan yang tepat untuk kata tertentu dalam bahasa asing. 4.6 Menguasai Etika Antar Budaya a. Belajar tentang Budaya Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya. Lagipula, ketika merencanakan untuk tinggal di negara lain, ia tentunya juga sudah mempersiapkan bahasa yang harus dikuasainya. Di samping itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut juga sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Namun, memulai mengenal beberapa kata bahasa asing untuk suatu pergaulan di lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu dikembangkan. b. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda. c. Negosiasi Lintas Budaya Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun bervariasi. Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. 4.7 Memanfaatkan Keragaman Tenaga Kerja Keragaman tenaga kerja memiliki dua konsekuensi berlawanan. Di satu sisi dapat memperluas akses organisasi terhadap keahlian, kemampuan, dan ide-ide. Namun di sisi lain dapat muncul miskomunikasi, kesalahpahaman, dan perselisihan. Maka organisasi memerlukan manajemen keragaman yang efektif agar adapat mengenali dan memanfaatkan perbedaan pada tiap tenaga kerjanya. Keragaman yang ditemui di tempat kerja dapat dikategorikan dalam dua macam, yaitu :
1. Surface-level diversity adalah keragaman dalam hal karakteristik demografis / biografis –
seperti umur, agama, etnis, ras, dsb. 2. Deep-level diversity adalah keragaman dalam hal kepribadian dan nilai-nilai. Karakteristik Biografis Beberapa karakteristik yang umum dan dampaknya terhadap kinerja adalah: 1. Umur, Dalam hal persepsi, karyawan senior dilihat secara positif memiliki pengalaman, keputusan, etika kerja, dan komitmen terhadap kualitas. Namun karyawan senior juga dipandang kurang fleksibel dan sulit menerima teknologi baru. 2. Jenis Kelamin, Wanita cenderung lebih mudah sepakat dan patuh pada otoritas, sementara laki-laki lebih agresif dan lebih condong memiliki ekspektasi untuk sukses. 3. Ras dan Etnis, Ras merupakan warisan biologis untuk mengidentifikasi diri seseorang. Etnis adalah sekumpulan karakteristik budaya yang sering melekat pada ras. Dalam situasi kerja, individu cenderung mendukung sedikit lebih mendukung kolega dari sesama rasnya dalam evaluasi kinerja, promosi, dan kenaikan gaji. Perbandingan jumlah ras yang tidak seimbang juga mendorong tindakan affirmative. 4. Difabel, Kaum difabel adalah seseorang yang memiliki keterbatasan fisik atau mental yang membatasi satu atau lebih aktivitas hidup utama. Dalam situasi kerja, karyawan difabel mendapat evaluasi kinerja cenderung lebih tinggi, namun ekspektasi kerja terhadap mereka cenderung lebih rendah Konsep Pribadi Konsep pribadi (Self-Concept) adalah pandangan individu mengenai pribadi mereka sebagai insan fisikal, sosial, spiritual, dan moril. Konsep ini merupakan suatu cara untuk mengenali diri sebagai insan yang berbeda. 1. Kepribadian (Personality), Merupakan keseluruhan kombinasi karakteristik yang menangkap sifat unik dari seseorang saat orang tersebut berinteraksi dan bereaksi dengan orang lain. Kepribadian ditentukan oleh faktor 2 faktor, hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah faktor yang bawaan dari lahir dan membatasi sejauh mana kepribadian kita dapat dikembangkan.3 Batas untuk tiap karakteristik berbeda-beda, namun hampir seluruh karakteristik ditentukan oleh 50 – 50 hereditas-lingkungan. Faktor lingkungan mencakup aspek budaya, sosial, dan situasi. Aspek sosial seperti kehidupan keluarga, agama, dan grup pergaulan, aspek situasi penentu dalam membatasi dan mewujudkan karakteristik individu. 2. Nilai-nilai (Values) Preferensi umum individu terhadap cara bertindak dan hasil yang dianggap layak dan pantas.Nilai menjadi penentu rasa terhadap apa yang benar dan salah, atau apa yang seharusnya dilakukan. Nilai terbentuk sebagai hasil pembelajaran dan pengalaman yang dialami seseorang, dari berbagai sumber pada situasi kultural tempat tinggalnya.