Komplikasi Dan Penyakit Pada Neonatus BB
Komplikasi Dan Penyakit Pada Neonatus BB
2) Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus
Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK)
a. Ciri- Ciri :
1. Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2. Kulit pucat atau bernoda mekonium
3. Kering keriput tipis
4. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
5. Bayi tamapk gesit, aktif dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2. Penyebab BBLR
a. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya : Perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia , 20- tahun, dan multi gravid yang jarak
kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan social ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan social ekonomi rendah.disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidxak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah
d. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotika.
b. Factor janin
Hidramnion, kehamilan : ganda dan kelainan kromosom
c. Factor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat zat racun.( Sarwono, 2007)
3. Manajemen Umum
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut:
1. Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
2. Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
3. Nilai segera kondisi bayi tetntang tanda vital: pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan
aktifitas.
4. Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas
5. Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan anto konvulsan
6. Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV.
7. Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya.
4. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan beratnya.
Maka bayi akan digolongkan dalam BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah) atau BBLSR (Bayi Baru
Lahir Sangat Rendah) dan Bayi Baru Lahir Ekstrem Rendah (BBLER).
5. Penanganan
a. Mempertahankan suhu dengan ketat.
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memgang bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu permberian nutrisi harus diberikan
dengan cermat.
d. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk sesegera munkin mencukupi
kebutuhan cairan/kalori.(Sarwono, 2007)
Tabel 1.1
Jumlah Cairan yang dibutuhkan Bayi (ml/kg)
Hari ke
Berat 1 2 34 5+
>1500 gr 60 80 100 120 150
>1500 gr 80 100 120 140 150
Tabel 1.2
Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
KRITERIA Berat lahir bayi < 2500 gr
KATEGORI Bayi Berat Lahir Sangat Bayi Berat Lahir Rendah
Rendah (BBLSR) (BBLR)
PENILAIAN Berat lahir < 1500 gr Berat lahir 1500-2500
gr
PENANGANAN
Puskesmas Keringkan secepatnya dengan handuk hangat.
Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat . Pertahankan tetap hangat.
Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak
kulit
Beri lampuy 60 watt, dengan jarak minimal 60
cm dari bayi
Kepala bayi ditutupi topi
Beri oksigen
Tali pusat dalam keadaan bersih
8. Tetesi ASI bila dapat Beri ASI
menelan. Bila tidak Bila tidak dapat
dapat menelan, menghisap, bila menelan
lansung dirujuk. langsung tetesi langsung
Rujuk ke Rumah dari putting.
Sakit Bila tidak dapat
,menelan langsung
dirujuk
Rumah Sakit Sama dengan diatas
Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
Bila tidak dapat menhisap putting susu/tidak
dapat menelan langsung/sesak /biru/tanda-tanda
hipotermia berat, terangkan kemungkinan akan
meninggal.
1.2 HIPOTERMIA
1.2.1 Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36,5 oC pada pengukuran suhu melalui ketiak dan
menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengab kegagalan fungsi jantung
, paru dan kematian.(Depkes, 2007).
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,50C -37,5oC pada suhu ketiak.(Dwi Maryanti,
2011)
1.2.6 Manajemen
a. Hipotermia Berat
1. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila munkin
gunakan incubator atau ruangan hangat, bila perlu
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimut
dengan selimut hangat.
3. Pengelolaan menurut Dwi Maryanti (2011) yang dikutip dari Indarso,F (2001) menyatakan
bahwa pengelolaan bayi hipotermi :
a. Bayi cukup bulan
1. Letakkan BBL pada radiant warner.
2. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui Evaporasi
3. Tutup kepala
4. Bungkus tubuh segera
5. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
b. Bayi sakit
1. Seperti prosedur diatas
2. Tetap letakkan pada Radiant warner sampai stabil. Bayi kurang bulan (premature)
3. Seperti procedure diatas
4. Masukkan ke incubator dengan servo controle atauradiant warner dengan servo controle.
c. Bayi yang sangat kecil
1. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,50C. Tutup kepala, Kelembaban 40-
50%. Dapat diberi plastic pada radiant warner.
2. Dengan Servo controle suhu kulit abdomen 36,50C
3. Dengan dinding double
4. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sumber infeksi
dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperature sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan.
Temperature lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.(Dwi Maryanti, 2011)
Tabel 1.3
Temperatur yang dibutuhkan menurut umur dan berat badan neonatus
4. Menanganani Hipotermia
a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekalo meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu
bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayinya
senantiasa hangat.
b. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebihg dahulu
yang digunakan untuk menujtupi tubuh bayi dan ibu.lakukan berulang kali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh memakai buli buli panas, bahaya luka bakar.
c. Biasanya bayi hipotermia menderaita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit
sedikit dan sesering munkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri innfus glukos 10% sebanyak
60-80 ml/kg per hari.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
1.2.7 Pencegahan
1. Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan
hangat. Dikamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas
tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut diberi penutup kepala
2. Pencegahan dan penanganan Hipotermia
a. Pemberian panas yang mendadak , Berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-10C tiap jam (pada bayi < 100 gram penghangatan
maksimal 0,60C).(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
b. Alat-alat incubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam incubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari incubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan
300C.
c. Radiant warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau nuntuk tindakan-
tindakan.
d. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo
controle(dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur
suhu yang dibutuhkan secara manual).(Manuaba, 1998)
3. Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi menurut indarso,F(2001) menyatakan
bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
a. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih
b. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang
kering dan bersih
c. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti
(Metode Kanguru)
d. Memberi ASI sedini mungkin segerasetelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex
dan bayi memperoleh kalori dengan :
1. Menyusui bayi
2. Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet.
Selama memberkan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat
e. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan
f. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri
g. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi
lahir sampai suhu tubuh normal.(Dwi Maryanti dkk, 2011)
1.3 HIPOGLIKEMIA
1.3.1 Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl
(2.6 mmol/L).(Depkes, 2007)
1.3.2 Patofisiologi
1. Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
2. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin maih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemia.
3. Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
4. Kejadian hipoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus.
5. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan
dan hari-hari pertama pasca lahir.
6. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
1. tremor,
2. Bayi lemah.
3. Apatis,
4. keringat dingin,
5. letargi,
6. kejang,
7. sianosis
8. Apnu atasu nafas lambat, tidak teratur
9. Tangis melengking atau lemah merintih
10. Masalah minum. (Depkes, 2007)
1.4.1 Masalah
a. Bayi yang semula minum baik menjadi tidak mau minum atau malas minum
b. bayi belum minum sejak lahir
c. Menurut ibu, berat badan bayinya tidak naik
d. Ibu cemas tentang cara pemberian minum
e. bayi kecil
f. bayi kembar
g. ibu penderita HIV positif
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2003.” Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat, di
Rumah Sakit”. Jakarta : IDAI (UKK Perinnatologi), MNH-JHPIEGO, DEPKES RI.
Depkes. 2007.” Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar”. Jakarta : DepKes
RI.
Maryanti Dwi. 2011. “Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita“. Jakarta:Salemba Medika
Nanny Vivian. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”.Jakarta : Salemba Medika
Sarwono. 2009.” Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo