Anda di halaman 1dari 13

KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA NEONATUS

(BBLR, HIPOTERMIA, HIPOGLIKEMIA,


MASALAH PEMBERIAN MINUM)

1. Komplikasi dan Penyakit pada Neonatus serta Penanganannya :


1.1 Bayi Berat Lahir Rendah (IUGR, Prematur)
1.2 Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gr
tanpa memandang masa Gestasi. (Depkes, 2007)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499)..(Sarwono, 2009)
Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan dalam
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Berat Lahir 1500 – 2500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), Berat lahir < 1500 gr.
c. Byi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), Berat lahir < 1000 gr.(Sarwono,2009)

Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu


1) Prematuritas murni/premature
Adalah bayi lahir dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).(Dwi Maryanti,2011)
a. Ciri-ciri Prematuritas murni:
1. Berat badan kurang dari 2500 gr.
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 33 cm
5. Masa Gestasi kurang dari 37 cm
6 kulit transparan
7 Kepala lebih besar daripada badan
8 Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
9 Lemak subkutan kurang
10 Ubun-ubun dan sutura lebar
11 Bayi kecil
12 Pergerakan kurang dan lemah
13 Tangisan lemah
14 Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea
15 Reflexs tonus leher lemah, reflexs menghisap dan menelan serta reflexs batuk belum sempurna
Tulang rawan telinga belum terbentuk
16 Refleks-refleks masih lemah
17 Alat kelamin luar: pada perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki
belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
b. Beberapa Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:
a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (Pemyakit membrane hialin)
b. Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.
c. Perdarahan spontan dalan ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan
gangguan pernapasan )
d. Hiperbilirubinenemia, karena funsi hati belum matang.
e. Hipotermia

2) Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus
Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK)
a. Ciri- Ciri :
1. Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2. Kulit pucat atau bernoda mekonium
3. Kering keriput tipis
4. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
5. Bayi tamapk gesit, aktif dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

b. Beberapa Penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas :


a. Sindrom Aspirasi Mekonium
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Hipotermia
BBLR sangat rentan terhadap Hipotermia dan Infeksi
Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko kematian yang tinggi

2. Penyebab BBLR
a. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya : Perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia , 20- tahun, dan multi gravid yang jarak
kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan social ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan social ekonomi rendah.disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidxak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah
d. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotika.
b. Factor janin
Hidramnion, kehamilan : ganda dan kelainan kromosom
c. Factor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat zat racun.( Sarwono, 2007)

3. Manajemen Umum
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut:
1. Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
2. Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
3. Nilai segera kondisi bayi tetntang tanda vital: pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan
aktifitas.
4. Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas
5. Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan anto konvulsan
6. Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV.
7. Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya.

4. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan beratnya.
Maka bayi akan digolongkan dalam BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah) atau BBLSR (Bayi Baru
Lahir Sangat Rendah) dan Bayi Baru Lahir Ekstrem Rendah (BBLER).

5. Penanganan
a. Mempertahankan suhu dengan ketat.
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memgang bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu permberian nutrisi harus diberikan
dengan cermat.
d. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk sesegera munkin mencukupi
kebutuhan cairan/kalori.(Sarwono, 2007)
Tabel 1.1
Jumlah Cairan yang dibutuhkan Bayi (ml/kg)
Hari ke
Berat 1 2 34 5+
>1500 gr 60 80 100 120 150
>1500 gr 80 100 120 140 150

Tabel 1.2
Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
KRITERIA Berat lahir bayi < 2500 gr
KATEGORI Bayi Berat Lahir Sangat Bayi Berat Lahir Rendah
Rendah (BBLSR) (BBLR)
PENILAIAN Berat lahir < 1500 gr Berat lahir 1500-2500
gr
PENANGANAN
Puskesmas Keringkan secepatnya dengan handuk hangat.
Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat . Pertahankan tetap hangat.
Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak
kulit
Beri lampuy 60 watt, dengan jarak minimal 60
cm dari bayi
Kepala bayi ditutupi topi
Beri oksigen
Tali pusat dalam keadaan bersih
8. Tetesi ASI bila dapat Beri ASI
menelan. Bila tidak Bila tidak dapat
dapat menelan, menghisap, bila menelan
lansung dirujuk. langsung tetesi langsung
Rujuk ke Rumah dari putting.
Sakit Bila tidak dapat
,menelan langsung
dirujuk
Rumah Sakit Sama dengan diatas
Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
Bila tidak dapat menhisap putting susu/tidak
dapat menelan langsung/sesak /biru/tanda-tanda
hipotermia berat, terangkan kemungkinan akan
meninggal.
1.2 HIPOTERMIA
1.2.1 Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36,5 oC pada pengukuran suhu melalui ketiak dan
menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengab kegagalan fungsi jantung
, paru dan kematian.(Depkes, 2007).
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,50C -37,5oC pada suhu ketiak.(Dwi Maryanti,
2011)

1.2.2 Prinsip Dasar


a. Hipotermia sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu
tubuh bayi yang belum sempurna , permukaan tubuh bayi relative luas, lemampuan produksi dan
penyimpanan panas terbatas.(Depkes, 2007)
b. Gejala awal Hipotermia apabila suhu < 36 0C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.bila
seluruh tubuh bayi sudah terba dingin, maka bayi sudah mengalami hiptermia sedang (suhu
320C-360C). disebut dengan Hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32 0C. Untuk mengukur suhu
Hipotermia diperlukan termometeer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 0C.(Sarwono,
2009)
c. Hipotermia menyebabkan terjadinya:
1. Hipoglikemia, asidosis metabolic, karena vasokontriksi perifer dengan metabolism anaerob.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia)
3. Gangguan pembekuan sehingga pertumbuhan terganggu.
4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi
berat.
5. Shock
6. Apnea
7. Perdarahan intra verticel
8. Meningkatnya intake kalori.(Dwi Maryanti, 2011)

1.2.3 Mekanisme kehilangan panas pada Bayi Baru Lahir


a. RADIASI : dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. KONDUKSI : Panas tubuh bayi diambil oleh suatu permukaan Yang melekat di
tubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
c. KONVEKSI : penguapan dari tubuh ke udara
Contoh: angin disekitar tubuh bayi yang lahir.
d. EVAPORASI : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi yang baru lahir, tidak
cepat dikeringkan.(Sarwono, 2009)

1.2.4 Gejala Hipotermia pada Bayi Baru Lahir


1. Bayi tidak mau minum/ menetek
2. Bayi tampak lesu / mengantuk saja
3. Tubuh bayi teraba dingin
4. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(sklerema).
(Sarwono, 2009)

1.2.5 Tanda-Tanda Klinis Hipotermia


a. Hipotermia Sedang
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
320C-360C)
1. Kaki teraba dingin
2. Kemampuan menghisap lemah
3. Tangisan lemah
4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
b. Hipotermia Berat
1. Suhu tubuh < 320C
2. Sama dengan hipotermia sedang
3. Bunyi jantung lambat
4. Munkin timbul Hipoglikemia dan asisosis metabolic
c. Stadium lanjut Hipotermia
1. Muka ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
2. Bagian tugubh lainnya pucat
3. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
(Dwi Maryanti, 2011)

1.2.6 Manajemen
a. Hipotermia Berat
1. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila munkin
gunakan incubator atau ruangan hangat, bila perlu
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimut
dengan selimut hangat.
3. Pengelolaan menurut Dwi Maryanti (2011) yang dikutip dari Indarso,F (2001) menyatakan
bahwa pengelolaan bayi hipotermi :
a. Bayi cukup bulan
1. Letakkan BBL pada radiant warner.
2. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui Evaporasi
3. Tutup kepala
4. Bungkus tubuh segera
5. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
b. Bayi sakit
1. Seperti prosedur diatas
2. Tetap letakkan pada Radiant warner sampai stabil. Bayi kurang bulan (premature)
3. Seperti procedure diatas
4. Masukkan ke incubator dengan servo controle atauradiant warner dengan servo controle.
c. Bayi yang sangat kecil
1. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,50C. Tutup kepala, Kelembaban 40-
50%. Dapat diberi plastic pada radiant warner.
2. Dengan Servo controle suhu kulit abdomen 36,50C
3. Dengan dinding double
4. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sumber infeksi
dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperature sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan.
Temperature lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.(Dwi Maryanti, 2011)
Tabel 1.3
Temperatur yang dibutuhkan menurut umur dan berat badan neonatus

Berat Badan Neonatus


Umur
<1200 gr 1201-1500 gr 1501-2500 gr > 2500 gr
0
0-24 jam 34-35,4 C 33,3-34,4 31,8-33,8 31-33,8
24-48 jam 34-35 33-34,4 31,4-33,6 30,5-33
48-72 jam 34-35 33-34 31,2-33,4 30,1-33,2
72-96 jam 34-35 33-34 31,1-33,2 29,8-32,8
4-14 hari 32,6-34 31-33,2 29
2-3 minggu 32,2-34 30,5-33
3-4 minggu 31,6-33,6 30-32,2
4-5 minggu 31,2-33 29,5-32,2
5-6 minggu 30,6-32,3 29-31,831,4-33,6
Sumber : (Dwi Maryanti, dkk, 2011) yang dikutip dari Klaus,M ,H et al.(1998)

4. Menanganani Hipotermia
a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekalo meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu
bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayinya
senantiasa hangat.
b. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebihg dahulu
yang digunakan untuk menujtupi tubuh bayi dan ibu.lakukan berulang kali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh memakai buli buli panas, bahaya luka bakar.
c. Biasanya bayi hipotermia menderaita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit
sedikit dan sesering munkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri innfus glukos 10% sebanyak
60-80 ml/kg per hari.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)

1.2.7 Pencegahan
1. Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan
hangat. Dikamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas
tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut diberi penutup kepala
2. Pencegahan dan penanganan Hipotermia
a. Pemberian panas yang mendadak , Berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-10C tiap jam (pada bayi < 100 gram penghangatan
maksimal 0,60C).(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
b. Alat-alat incubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam incubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari incubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan
300C.
c. Radiant warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau nuntuk tindakan-
tindakan.
d. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo
controle(dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur
suhu yang dibutuhkan secara manual).(Manuaba, 1998)
3. Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi menurut indarso,F(2001) menyatakan
bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
a. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih
b. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang
kering dan bersih
c. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti
(Metode Kanguru)
d. Memberi ASI sedini mungkin segerasetelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex
dan bayi memperoleh kalori dengan :
1. Menyusui bayi
2. Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet.
Selama memberkan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat
e. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan
f. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri
g. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi
lahir sampai suhu tubuh normal.(Dwi Maryanti dkk, 2011)

1.3 HIPOGLIKEMIA
1.3.1 Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl
(2.6 mmol/L).(Depkes, 2007)

1.3.2 Patofisiologi
1. Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
2. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin maih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemia.
3. Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
4. Kejadian hipoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus.
5. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan
dan hari-hari pertama pasca lahir.
6. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)

1.3.3 Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia


1. Bayi dari ibu diabetes (IDM)
2. Yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
3. Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
4. Bayi prematur dan lewat bulan
5. Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
6. Bayi puasa
7. Bayi dengan polisitemia
8. Bayi dengan eritroblastosis
9. Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta simpatomimetik dan beta blocker
1.3.4 Gejala klinis/pemeriksaan fisik
Gejala Hipoglikemia :

1. tremor,
2. Bayi lemah.
3. Apatis,
4. keringat dingin,
5. letargi,
6. kejang,
7. sianosis
8. Apnu atasu nafas lambat, tidak teratur
9. Tangis melengking atau lemah merintih
10. Masalah minum. (Depkes, 2007)

1.3.5 Diagnosis banding


Insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas
metabolic (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).
(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
1.3.6 Penyulit
1. Hipoksia otak
2. Kerusakan sistem saraf pusat.(Sarwono, 2009)
1.3.7 Tatalaksana
1. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :
a. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam.
b. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan.
c. Kadar glukosa kurang dari 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
d. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai.
2. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
a. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit.
b. Pasang jalur IV D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infuse glukosa 6 – 8 mg/kg/menit.
Contoh : BB 3kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/menit = 18 mg/menit = 25920 mg/hari. Bila
dipakai D 10% artinya 10 g/100 cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9
g/ 10 g x 100 cc = 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan
vena sentral.
a. Untuk mencari kecepatan infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = Glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) =
Kecepatan cairan (cc/jam) x Konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam
GIR = 10 X 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6mg/kg/min
6 x 3 = 18
b. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam.
c. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti di atas.
d. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
1) Infus D10 diteruskan.
2) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam.
3) ASI diberikan bila bayi dapat minum.
e. Bila kadar glukosa lebih dari 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
1) Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal.
2) ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan.
3) Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba.
3. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :
a. ASI teruskan.
b. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti di atas.
c. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila:
1) Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemia.
2) Kadar 25 – 45 mg/dl naikkan frekuensi minum.
3) Kadar lebih dari 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)
4) Kadar glukosa normal :
a. IV teruskan.
b. Periksa kadar glukosa tiap 12 jam.
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas :
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan
dalam batas normal, pengukuran dihentikan.(Dwi Maryanti, dkk, 2011)

5) Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)


a. Konsultasi endokrin.
b. Terapi : kortikosteroid, hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednisone 2 mg/kg/hari per
oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
c. Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain :somatostatin, glukagon, diazoxide,
human growth hormon, pembedahan (jarang dilakukan).(Dwi Maryanti, dkk, 2011)

1.4 Masalah Pemberian Minum


Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir. Hal itu biasanya dihubungkan dengan
masalah teknik pemberian minum (paling sering pada pemberian ASI), bayi kecil (berat lahir <
2500 gram atau umur kehamialan < 37 minggu), atau kadang pada bayi sakit berat.

1.4.1 Masalah
a. Bayi yang semula minum baik menjadi tidak mau minum atau malas minum
b. bayi belum minum sejak lahir
c. Menurut ibu, berat badan bayinya tidak naik
d. Ibu cemas tentang cara pemberian minum
e. bayi kecil
f. bayi kembar
g. ibu penderita HIV positif

1.4.2 Diagnosis Banding


Tabel 1.4
Diagnosis Banding masalah pemberian minum
Anamnesis Pemeriksaan Kemungkinan Diagnosis
 Malas minum atau tidak Bayi tampak sakit kemungkinan besar sepsis
mau minum gangguan napas (frekuensi
 Bayi tidak mau minum, napas <60 kali/menit,
sebelumnya minum baik tarikan dinding dada,
 Timbul 6 jam atau lebih sianosis sentral, merintih
sesudah bayi lahir saat ekspirasi
 Riwayat ibu dengan infeksi suhu tubuh abnormal
intrauterine, demam yang iritabel
dicurigai sebagai infeksi berat, letargi
atau ketuban pecah >18 jam kejang atau tidak sadar
sebelum janin lahir
muntah
diare
 malas atau tidak mau Berat lahir < 2500 gram Bayi kecil
minum atau umur kehamilan <
 Waktu timbul sejak lahir 37 minggu
 Ibu tidak dapat Bayi kelihatan bugar Teknik pemberian minum
menyusui (missal bayi tidak salah
dapat menempel pada
payudara, tampak mencari-
cari putting tetapi tidak
mendapat ASI)
 Timbul pada hari ke-1 atau
lebih
 Ibu cemas dan khawatir Kecemasan pada ibu
tidak dapa menyusui
 Timbul pada hari ke-1 atau
lebih
 Bayi gumoh atau Keluar melalui celah Celah bibir atau langit langit
regurgitasi atau tersedak bibir atau celah antara
dan batuk saat diberi pelatum dengan mulut
minum dan hidung
 Timbul pada hari ke-1 atau
lebih
 Bayi regurgistasi sejak pipa lambung dapat Iritasi lambung
pertama minum masuk
 waktu timbul 1 hari bayi kelihatan bugar
 air ketuban bercampur
mekonium
 Bayi batuk, tersedak dan Pipa lambung tidak Kelainan bedah
regurgistasi sejak pertama dapat masuk
kali diberi minum Keluar air liur atau cairan
 Minum dimuntahkan dan dari mulut meskipun bayi
tidak dapat dicerna setiap tidak habis minum
kali minum
 Timbul sejak lahir

1.4.3 Manajemen Umum


1. Bila bayi belum bisa minum tanpa disertai batuk, tersedak atau regurgistasi sejak pertama kali
diberi minum sesudah lahir, lanjutkan dengan diagnosis banding
2. Bila bayi mengalami batuk, tersedak, ata regurgistasi sejak pertama diberi minum coba masukkan
pipa lambung :
 Bila tidak berhasil dan bayi batuk dan muntah segera setelah menelan, kemungkinan bayi
mengalami atresia esophagus atau fistula trakeo esofagealdan diperlukan tindakan operasi segera
 Bila pipa lambung berhasil , masuk pastikan pipa masuk ke lambung, lalu isap isi lambung dan
biarkan ujung pipa terbuka.

1.4.4 Manajemen Khusus


Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagai
berikut :
Kecemasan pada ibu
1. Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat
2. Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari
3. Menjelaskan dan bekerja sama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama 3 hari :
a. Yakinkan ibu bila cara ibu benar
b. Bila cara belum benar, nasehati ibu cara yang sesuai
c. Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram dalam 3 hari yakinkan bahwa ibu bahwa ASInya
cukup
d. Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai m inimal 60 gram dalam 3 hari, kelola sebagai
persangkaan berat tidak naik dengan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2003.” Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat, di
Rumah Sakit”. Jakarta : IDAI (UKK Perinnatologi), MNH-JHPIEGO, DEPKES RI.
Depkes. 2007.” Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar”. Jakarta : DepKes
RI.
Maryanti Dwi. 2011. “Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita“. Jakarta:Salemba Medika
Nanny Vivian. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”.Jakarta : Salemba Medika
Sarwono. 2009.” Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai