Anda di halaman 1dari 27

Culture Editorial

Analogers,
Lama kami merasa bahwa Indonesia merupakan negeri yang kaya dan makmur, bukan hanya
dari sumber daya alamnya saja, tetapi juga dati kultur dan budaya di dalamnya. Dapat kita lihat setiap
provinsi bahkan punya keunikan tersendiri. Kekayaan budaya negeri kita ini tidak hanya untuk
kepentingan estetik atau hiburan semata, tetapi juga sebagai bentuk tingginya kultur dan peradaban
Indonesia tercinta ini.

Karena terbiasa dengan pertunjukan dan praktek budaya, kami merefleksikan sari-sari kultur
negeri ini, menumbuhkan cinta mendalam terhadap kekayaaan budaya Indonesia. Salah satu bentuk
kecintaan kami adalah dengan mengabadikannya dengan kamera kami. Kami berharap kita bisa menjaga
dan melestarikan kekayaan budaya sendiri, dan juga bisa berprestasi di negeri orang. Maju terus
Indonesiaku!

Salam Jepret!

Redaksi Analogy @analogymagz


@alwanbrilian
Daftar Isi
#1 Editorial
@AlvChrist #2 Hipercat Lab
@ranalyh #4 Culture
#10 Theme Gallery
#13 Review : Leica IIIC
#15 DIY : Pinhole
@adityahrywn #17 Profile : Anggun Yulia
@itybocahrokok #20 Free Gallery
#22 Kodak Eastman
#24 Thanks & Ads

@nonakethjil

Hak cipta foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan. Dilarang menggunakan foto dalam
majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa izin pemiliknya. 1
Hipercat Lab
Halo teman-teman! Kali ini kami beruntung banget bisa mewawancarai Hipercat Lab,
yang diprakasai oleh Muhammad Fajar Hidayat, cekidot!

Q : Boleh dong ceritain awal mula Hipercat Lab terbentuk

A : Hampir 2 tahun yg lalu beberapa teman rekues untuk


memproses film BW mereka, dikarenakan mereka belum
ada akses untuk nyuci BW sendiri. Saat itu kami sudah
menekuni dunia fotografi analog dan sudah bisa
memproses film BW sendiri di rumah. Kami juga sering
berjualan kamera film, kamera dan aksesoris fotografi
analog. Baru di awal 2014 kami akhirnya memutuskan
membangun merk yg bisa saya pakai sebagai representasi
jasa cuci film dan jual-beli kamera/aksesoris, niatnya
biar bisa lebih terorganisir dan gampang diingat orang.

Q : Apasih yang customer bisa dapatkan di Hipercat Lab?

A : Sejauh ini hal utama yg Hipercat Lab tawarkan adalah


jasa cuci+scan film BW. Dengan banyaknya rekues
proses+scan film color maka kami menjalin kerjasama
dengan lab lokal yg ada di Bandung, sehingga teman-
teman yg diluar Bandung bisa mengirimkan ke kami film
colornya untuk diproses+scan di lab lokal tersebut.
Dengan adanya kerjasama ini kami berharap lab lokal yg
ada di Bandung bisa terus eksis, serta teman-teman
diluar Bandung juga punya akses cuci+scan film yg
berkualitas dan terjangkau. Kami juga menyediakan film
BW dan color walaupun tidak selalu ready stock. Kadang
kami menjual kamera analog dan aksesoris seperti filter,
negative sleeve, dev tank, dll. Oh ya, kami juga
menyediakan developer film BW, film color (pre-order)
dan film slide (pre-order). Dalam beberapa kesempatan
kami juga mengisi workshop develop film BW. Harapan
kami nantinya lebih banyak lagi pemakai kamera analog di
Indonesia yang juga mampu memproses filmnya sendiri.

2
Q : Ada pengalaman memakai kamera analog yang bisa dishare?
A : Awal belajar fotografi beruntung saya langsung menggunakan kamera film..haha. Terlalu banyak hal yg
bisa bikin jatuh cinta pada fotografi analog. Dan kita beruntung masih (dan semoga akan terus) menikmati
keindahan dan keunikan dari kamera analog dan hasil dari film. Saya teringat pertama kali membeli kamera
SLR film di Bandung (saat itu saya masih domisili Makassar), pilihan saya jatuh pada Canon AE-1P.
Alasannya simple, saya menyukai foto-foto Mary Robinson yg dia unggah di flickr. Dari sanalah saya makin
jatuh cinta pada fotografi analog, sampai sekarang.

Q : Kesan pesan buat kami sebagai pemakai kamera analog?


A : Pesan saya jangan terbatas cuma menyukai kamera analog dan hasilnya saja. Temukan style dan
interest kamu ada dimana, kemudian pelajari, dalami dan jadilah ahli di style itu. Dengan begitu karyamu
tidak mudah dilupakan. Selamat berkarya!

3
Piramida Culture
Oleh : Alwan B. D. (@alwanbrilian)

Beberapa bulan lalu, Indonesia mengalami pergulatan sengit yang


sangat memicu perhatian banyak masyarakatnya. Adanya pemilihan presiden,
yang terjadi pada 9 Juli silam membuat banyak polemik. Ada yang sangat
proaktif, ada yang hanya biasa saja menanggapi momen-momen seperti ini
dimana hanya terjadi 5 tahun sekali dalam satu periode. Bahkan ada pihak
yang mengada-ada dan mengkambing hitamkan kedua belah pihak.
Mini photo project ini berawal dari gagasan aya yang muncul saat
jauh sebelum pilpres. Saya ingin menyampaikan beberapa pendapat teman-
teman aya melalui sebuah foto ini yang sebenarnya ingin saya sampaikan pula
lewat pameran. Namun, dengan keterbatasan dana dan waktu yang saya
punya, akhirnya mini project ini sempat menjamur untuk beberapa bulan.
Pada hari-hari menjelang ributnya kedua belah pihak tentang
kebenarannya yang diungkap melalui banyak media, rasa ingin
mempublikasikan mini project ini menjadi sangat besar. Akhirnya, setelah
menembus banyak polemik, mini project ini dapat berbicara melalui fotonya
tentang keinginan teman-teman saya terhadap presiden baru mereka dalam
sebuah blog yang saya kelola sendiri. Ada yang menginginkan agar presiden
baru kita “Tegas”, “Bisa mengayomi”, “No Korupsi”, “Anti Kecu”(dalam bahasa
sehari-hari tidak pembohong) dan banyak yang menegaskan dalam
pembaharuan atau sebuah inisiatif baru dari kinerja presiden yang baru,
tidak hanya becermin pada tahun-tahun sebelumnya.

4
Culture

Dari banyaknya antusias teman-teman media sosial yang melihat postingan saya,
keinginan gila saya beranjak lagi untuk memamerkan karya ini dalam sebuah pameran.
Namun, sempat saya berkecil hati karena project ini mungkin sangat lemas dan tak kuat
dengan pondasi-pondasi gagasan yang kurang memadai untuk dipamerkan dalam pameran.
Setelah berbulan-bulan saya melupakan project ini, akhirnya saya mendapat
panggilan untuk berpartisipasi dalam sebuah pameran milik salah satu ekskul fotografi dari
salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Keinginan saya untuk memamerkan pun terwujud,
kesempatan ini tidak saya gunakan sia-sia, karena memang tujuan project ini dibuat adalah
untuk saya publikasikan ke public tentang harapan-harapan teman-teman saya untuk
presiden mereka kelak. Dalam hal lain, tujuan project ini pun juga secara tersirat
mengajak tema-teman sebaya untuk ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi dan
meninggalkan golput untuk pemilihan kali ini.
Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa project ini saya beri judul
“Piramida”? Karena bentuknya yang menyerupai piramida, dan harapan-harapan teman-
teman saya yang saya representasikan sebagai harapan masyarakat Indonesia yang ribuan
banyaknya atau dalam arti lain seorang presiden yang memiliki sifat dan karakter
tersebut, mempunyai satu tujuan yang utuh yaitu “Indonesia Jaya”. Coba kita tinjau lagi,
bentuk piramida ini juga sebagai pondasi terwujudnya “Indonesia Jaya” agar selalu kokoh
dan tidak runtuh walau ada guncangan sehebat apapun. Namun, piramida ini dapat runtuh
dan hancur lebur, ketika beberapa karakter atau sifat seorang pemimpin ini hilang dan
tujuan yang runcing yaitu “Indonesia Jaya” tak dapat lagi berada sebagai tujuan melainkan
sebagai reruntuhan harapan-harapan yang lainnya.
Maka, mini project ini saya harap dapat membuat kita sebagai remaja mengikuti
dan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi Indonesia pada tahun-tahun berikutnya.
Kemudian, tidak lagi golput dan tidak malu untuk selalu berharap. Karena presiden kita
berasal dari tanah yang sama: Indonesia.

5
Culture

Piramida, Print on Paper

6
Grebeg Syawal Culture
Oleh : Alva Christo (@AlvChrist)
Kamera : LC-A
Film : Fuji F-125, Era Pan 100
Expired 2009

Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta

Grebeg Syawal merupakan salah satu upacara Grebeg dari 3 kali

Grebeg yang diadakan dalam 1 tahun di Yogyakarta. Grebeg ini diadakan

pada tanggal 29 Juli 2014 bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1435 H

dalam perhitungan Keraton Yogyakarta. Gunungan yang diturunkan sendiri

menuju ke Masjid Gede Kauman, dimana sebelum itu ada beberapa ritual

mendoakan, arak-arakan pasukan, hingga tembakan salvo.

Menurut masyarakat sekitar sendiri, berebut gunungan adalah

sebuah berkah, sebagai bentuk syukur.


7
Culture

Saya
berkesempatan untuk
memotret prosesi
Grebeg sedari awal
hingga akhir, dimana
pada akhirnya saya
juga ikut berebut
gunungan. Prajurit
Wirobrojo, Dhaheng,
Patangpuluh,
Jogokaryo,
Prawirotomo,
Ketanggung,
Mantrijero, Nyutro,
Bugis, dan Surokarso
mengiringi jalannya
gunungan hingga ke
Masjid Gede Kauman.

8
sekitar 4 jam berpanas-panas ria, saya Culture
memotret prosesi jalannya Grebeg Syawal
Keraton Yogyakarta ini, yang pada akhirnya
terbayar juga segala pengorbanan menunggu
momen-momen prajurit lewat hingga Grebeg
gunungan itu sendiri.

9
Theme Gallery : Culture Gallery

Pertunjukan
"Si Cantik"
Fajar Adiputra
(@fadjaradiputra)
Kamera :
Nikon FM2N
Film :
Hipercat 400
(Kodak 2485)

“Ngeyel nih”
Faris A. A. F. (@faafidgaf)
Kamera : Yashica FX-3 2000
Film : Fujifilm Superia 200

10
Gallery
“Yosakoi”
Putu Maretana
Kamera : Nikon F80
Film : Fuji C200

“Festival”
Putu Maretana
Kamera : Nikon F80
Film : Fuji C200

“Yosakoi”
Putu Maretana
Kamera : Nikon F80
Film : Fuji C200

11
Gallery
Ardha Vashti
Kamera : Yashica 35-ME
Film : Lucky Super New
200

Ardha Vashti
Kamera : Yashica 35-ME
Film : Lucky Super New
200

“Wayangan”
Alva Christo
(@AlvChrist)
Kamera : Pentax K1000
Film : Fujifilm Superia X-
Tra 400 Expired 2010
Push 3 Stop (3200)

12
Leica IIIC Review
Oleh : Alva Christo (@AlvChrist)

Kamera ini diproduksi oleh Leica pada tahun 1940 sampai tahun

1951. Menggunakan format 35mm, rangefinder ini mempunyai body die-

cast, lebih ringan, namun tetap gagah dan kokoh. Lensanya pun tidak kalah

bagus, Summitar 5cm f/2, varian yang sangat tajam dengan bokeh spinny

yang unik. Saya mendapat kamera ini dengan kondisi yang lumayan bagus,

hanya saja karena faktor usia patch rangefindernya sudah pudar,

sehingga sangat susah untuk memfokuskan objek. Kekurangan kamera ini

menurut saya adalah tidak adanya lubang untuk shutter release,

viewfinder rangefinder yang terlampau kecil, bagian belakang yang tidak

bisa dibuka (susah untuk memasang film), juga sistem kamera lawas yang

mengharuskan kokang dulu baru mengganti shutter speed. Tetap overall,

kamera ini sangat gagah, lensanya pun tajam, dan jelas, Leica.

13
Review
Saya menguji coba kamera ini dengan film Fuji C200, menurut saya
hasilnya memang tak tertandingi, masih dalam proses ujicoba dengan roll
hitam-putih, namun hasil film color pun menurut saya sudah cukup memuaskan

14
Pinhole DIY
Oleh : Fitrana A. H. (@ranalyh)

“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia culture atau budaya memiliki arti sebagai hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat”. Dan berbicara mengenai hasil kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia,
sempatkah kalian berfikir bagaimana awal dari terciptanya dan perkembangan kamera analog?

Kamera lubang jarum merupakan cikal bakal teknologi photografi dimulai dari zaman
pra sejarah dan tercatat dalam sejarah sejak penulis Cina, Moti, pada abad ke-5 SM, Aristoteles
pada abad ke-3 SM, ilmuwan Arab ibnu al Haitam atau Al Hazen pada abad ke-10 M, Gemma Frisius
tahun 1554 mematenkannya dengan istilah Camera Obscura, lalu lahir teknologi fotografi analog
hingga teknologi digital. Lubang jarum adalah metode perekaman dasar dalam ilmu fotografi.
Kamera yang bekerja berdasarkan teori optis, cahaya yang lolos melalui lubang kecil, kemudian
diproyeksikan pada bidang datar, terbalik. Pada kamera ini fungsi lensa digantikan oleh lubang yang
sangat kecil. Lubang yang terlalu besar akan membuat bayangan menjadi kabur. Oleh karena lubang
besar jarum pada kamera ini hanya berfungsi melewatkan sedikit cahaya saja maka film pada
kamera ini membutuhkan pemaparan cahaya yang cukup lama. Maka, kamera ini hanya bisa digunakan
untuk sasaran yang diam dan terang saja.. Di sejumlah negara kamera lubang jarum (pinhole) ini
mempunyai banyak nama, seperti Stenops ( Perancis ), Utta Fotocamera Contorostenopieco ( Italia )
dan Obscura camera ( Skandinavia ). Di Indonesia diberi nama kamera lubang jarum. Kali ini,
Analogy akan memberikan tips bagaimana membuat kamera lubang jarum sendiri dengan alat-alat
yang biasa kita temui dirumah.

Alat dan bahan yang diperlukan:


- Template kerangka lubang jarum (bisa di download di
https://www.mediafire.com/?iwuvzg247o29bvw )
- Printable adhesive paper
- Gunting dan cutter
- Penggaris
- Lakban hitam
- Karet gelang
- Satu buah canister kosong dan satu roll film baru
15
DIY

Sumber : http://farm5.static.flickr.com/4038/4449546879_f8a47bc71c_z.jpg

16
Anggun Yulia Profile
Oleh : Aditya Haryawan (@adityahrywn)

Guys, kali ini teman kita


penggemar kamera analog dari Jakarta…
Cekidot yuk!

Q : Boleh dong kenalin diri ke Analogers…

A : Namaku Anggun Yulia dipanggil Anun, kuliah di


Universitas Indonesia jurusan Antropologi Sosial,
umurku 19 tahun.

Q : Sudah berapa lama pakai kamera analog dan


mengapa?
A : Aku sudah memakai kamera analog dari kelas 1
SMA, semacam toycam gitu, berbentuk kamera
yg bisa dipakai di dalam air, waktu dulu beli gara-
gara lihat di internet ternyata ketemu yang jual
Aquapix di online shop. Aku beli yang warna biru,
unyu gitu kan, tetep deh waktu SMA 100 ribu aja
susah ngeluarinnya, butuh 3 hari tidak jajan.
Terus cuma dipakai sekali aja, hasilnya belum di
cuci scan. Sampe pada akhirnya lulus SMA, pas
baru masuk kuliah, aku obrak-abrik lemari kakek,
eh ketemu analog punya kakek dulu, jadi aku cari-
cari lagi ke tempat barang jadul, aku beli deh
jenis kamera yang lain.

Q :Ada kesan tersendiri ketika menggunakan kamera analog?


A : Wih sedih pokoknya, dulu masih 17ribu beli film yang isinya 36. Sekarang sudah
ngorek 50ribu cuman dapet 1 roll film isi 36 dan harus nabung selama 3 hari dulu buat
belinya. Apalagi pas nyetak pertama kali nemu kamera kakek, dari 36 frame yang jadi
dan ‘lumayan’ oke cuma 13 frame. Sedih ya!

17
Profile

Berikut daftar bawaan saya saat hunting :


- Olympus AF 10
- Konica Auto S3
- Aquapix
- Agfa Color 100 Expired 2008
- Fujifilm Superia 200 Expired 2004
- Mitsubishi Color Film 200

18
Kamera : Olympus AF 10
Film : Fujifilm Superia 200 Expired 2008
Profile

19
Free Gallery Gallery

“Pantai”
Putu
Maretana
Kamera :
Nikon F80
Film : Fuji
C200

“Red Smile”
M. Wicaksono
Kamera :
Holga 135BC
Film : Kodak
Colorplus 200

20
Gallery

“Different Things”
Fitrana A. H.
(@ranalyh)
Kamera : Yashica
Auto Matic Motor
Film : Kodak
Colorplus 200

Satrio Aji
(@Why_Monday_)
Kamera : Pentax
MV1
Film : Fujifilm
Superia 200

21
Kodak Eastman
Oleh : Nurrizky Imani (@itybocahrokok)

Semua orang pasti mengenal Merk Kodak, dari anak-anak hingga kakek nenek
pasti mengenal merk ini. Bahkan pada zaman dulu banyak orang menyebut kamera
dengan nama Kodak. Kodak merupakan perusahaan yag didirikan oleh George Eastman.
Perusahaan ini merupakan kelanjutkan dari Eastman Dry plate company yang beroperasi
di New York pada tahun 1883 yang menciptakan film fotografi transparan pertama
seperti yang kita ketahui sekarang. Eastman Company mulai memperkenalkan camera
pertamanya pada tahun 1888 yaitu kamera “Kodak”dengan slogan “You press the button
– we do rest”.
Tahun 1892 perusahaan tersebut merubah nama menjadi Eastman Kodak
Company of New York. Sekitar tahun 1880 hingga 1929 Kodak banyak mengembangkan
inovasi dalam dunia fotografi film hingga pada 1929 Kodak menciptakan microfilm
pertama yang di perkenalkan oleh perusahaan Recordak yang merupakan perusahaan
anakan Kodak. Pada tahun 1930 hingga 1959 kodak banyak mengembangkan inovasi dalam
film antara lain Kodak Verichrome , Kodachrome yaitu film warna pertama milik Kodak ,
Kodakcolor Film yaitu film negative pertama milik Kodak, Kodak Ektachrome film warna
yang bisa diproses sendiri oleh fotographer, Kodak Tri-x film hitam putih yang memiliki
kecapatan tinggi dalam menangkap gambar dan Kodak High Speed Ektachrome yang
merupakan film warna paling cepat. Kodak tidak hanya mengembangkan teknologi film
dan kamera, tetapi juga mengembangkan printer, Proyektor dan juga alat-alat radiologi.

22
Kodak sangatlah terkenal dengan film fotografinya. Pada abad ke-20 Kodak
banyak mendominasi dalam film fotografinya dan pada 1976 kodak mendominasi hingga
905 pasar film di Amerika Serikat. Kodak mulai bermasalah dengan keuangannya di
tahun 1990 karena menurunnya penjualan film fotografi dan perpindahan penggunaan
analog ke digital. Kodak mulai focus ke fotografi digital dengan membuat kamera digital
seperti kamera Easyshare dan percetakan guna memulihkan keuangan perusahaan.
Namun tidak seperti perusahaan lain, kodak minim inovasi dan konsumen banyak beralih
ke merk lain. Pada tahun 2012 Kodak resmi mengajukan bab perlindungan kepailitan ke
pengadilan.
Pada tahun 2013 Kodak dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan Kodak banyak
menjual paten produknya yang berharga sekitar $525,000,000 ke grup suatu
perusahaan, termasuk apple, Google, Facebook, Amazon, Microsoft, Samsung, dan HTC.

Sumber : berbagai sumber

23
Thank You Very Much!
Kamera Analog Jogja
@AnalogJogja

Analog Ads
Alliance Photographs
https://www.facebook.com/AlliancePhotography

Typhotography
http://suratuntukpantai.blogspot.com/

Ruang Gelap Free Magz


https://www.facebook.com/ruanggelap

KalengHarapan
@pinholeshop

Hipercat Lab
https://www.facebook.com/hipercatlab

24
Keep Support Us!

Follow Our Twitter


@analogymagz
analogyteam@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai