Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“ HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA “

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Ahmad Farhan (03021281823058)


2. Muhammad Gunardi (03021181823010)
3. Putri Indriyani S (03021181823030)

Dosen Pengampu : Septi Rotari, M.Pd

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk (ingezetenen) atau rakyat merupakan salah satu unsur untuk


memenuhi kriteria dari sebuah negara. Setiap warga negara suatu negara diberikan
status kewarganegaraan dari negara tersebut. Seorang Warga Negara mempunyai
kedudukan yang khusus yaitu hubungan timbal balik antara negara dengan warga
negaranya. Kewarganegaraan membawa implikasi pada kepemilikan hak dan
kewajiban. Negara wajib menjamin kepemilikan hak seorang warga negaranya
yang mencakup hak sipil, hak politik, hak asasi ekonomi, sosial dan budaya.

Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah


difahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang
beraneka ragam dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan
kewajibannya seringkali terlupakan. Dalam kehidupan kenegaraan kadang kala
hak warga negara berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang
kewajiban warga negara lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga negara
kurang mendapatkan perhatian.

Hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun


hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak
pernah dirumuskan secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis.
Artinya organisasi negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan manusia. Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia
berjalan seiring.

Hak dan kewajiban asasi marupakan konsekwensi logis dari pada hak dan
kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak asasinya
tanpa hidup dalam organisasi negara.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi
karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya
memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri.
Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu
dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara
harus tahu hak dan kewajibannya.
Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan
yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena
para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita
karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada
memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya.
Hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun
hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak
pernah dirumuskan secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis.
Artinya organisasi negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan manusia. Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia
berjalan seiring.
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat
penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi
hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya
kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan
sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi mnusia maupun hak dan kewajiban
warga negara dapat terjamin.
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini
menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi
hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya
kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan
sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi mnusia maupun hak dan kewajiban
warga negara dapat terjamin.
Pengaturan hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban warga negara
secara lebih operasional ke dalam pelbagai peraturan perundang-undangan amat
bermanfaat. Pengaturan demikian itu akan menjadi acuan bagi penyelenggara
negara agar terhindar dari tindakan sewenang-wenang tatkala
mengoptimalisasikan tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat/warga negara
hal itu merupakan pegangan/pedoman dalam mengaktualisasikan hak-haknya
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai
uraian apa saja hak dan kewajiban warga negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Warga Negara


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) hak memiliki pengertian
tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk
berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan
sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu,
derajat atau martabat.
Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga
negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundangundangan. Dengan
kata lain hak warga negara merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar
warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut.

2.2 Pengertian Kewajiban Warga Negara


Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
hal yang harus dilaksanakan). Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan
yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat
berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga negara dapat pula diartikan sebagai
suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara
sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.

2.3 Pengertian Warga Negara


Warga negara adalah orang-orang atau penduduk yang menetap dalam
suatu negara. Kaelan (2007) mendefinisikan warga negara adalah rakyat yang
menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara,
warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya
warga negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh
negara.73 Dengan demikian, yang menjadi warga suatu negara adalah orang yang
menetap dalam suatu negara. Namun perlu diperhatikan tidak semua orang yang
menetap dalam suatu negara menjadi warga negara.
Orang yang berada dalam negara terbagi pada dua, yaitu; penduduk dan
bukan penduduk (non-penduduk). Agar lebih mudah dalam memahami tentang

ini, dapat dilihat pada skema berikut:

Berdasarkan skema tersebut dapat jelaskan, penduduk adalah warga negara


asli dan orang asing sudah diakui oleh negara sebagai warga negara. Sementara
bukan penduduk (non-penduduk) adalah orang asing yang menetap dalam suatu
negara. Oleh karena demikian tidak semua orang yang berada di suatu negara
disebut sebagai warga negara.
Gambar
Orang atau penduduk yang 1 Skemawarga
menjadi Warga Negara
negara mempunyai hubungan
terhadap negara. Hubungan tersebut terkait dengan hak dan kewajiban warga
negara dari negara, kewajiban/hak negara dari warga negara.
Warga negara sering disebut pula dengan kata-kata penduduk, menurut
penulis kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu menunjukkan
pada status kewarganegaraan atau kependudukan seseorang. Namun, terkait istilah
kewarganegaran dalam bahasa asing disebut dengan citizenship, yang memiliki
arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara warga negara
dengan negara.
Mengacu pada istilah tersebut, maka yang menjadi penduduk suatu negara
adalah orang-orang menetap dalam suatu negara dan memiliki hubungan ikatan
antara warga negara dengan negara. Untuk menjawab pertanyaan siapa
sebenarnya warga negara Indonesia, hal ini dapat ditelusuri berdasarkan pasal 26
ayat (1) UUD 1945.
Penduduk menurut asal 26 ayat (1) UUD 1945 adalah warga negara
Indonesia dan orang yang bertempat tinggal di Indonesia. Sedangkan warga
negara menurut pasal 26 ayat (1) adalah orangorang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga
negara. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 62/1959 tentang
kewarganegaraan Indonesia menyatakan bahwa warga negara Republik Indonesia
adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku sejak
proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.75
Berdasarkan ketetapan undang-Undang tersebut di atas, maka yang
menjadi warga negara Indonesia adalah:
 Orang-orang bangsa Indonesia asli.
 Orang bangsa asing yang disahkan yang disahkan dengan Undang-
Undang.
 Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara
Republik Indonesia.

Menurut Syarbaini (2010), bahwa selama Indonesia merdeka telah berlaku


cukup lama Undang-Undang keawarganeragaan Indonesia No. 62 tahun1958 yang
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Warga negara Indonesia berdasarkan UU no. 12 tahun 2006, dapat
dirincikan sebagai berikut:
a) Orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b) Setiap orang yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan
atau berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
c) Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara Indonesia
d) Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara
Indonesia dan ibu asing
e) Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah asing dan ibu warga
negara Indonesia
f) Anak yang lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia dan ayah tidak mempunyai kewarganegaraan atau
hukum warga negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak itu.
g) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga
negara Indonesia
h) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu seorang
warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan tersebut dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan atau tidak kawin.
i) Anak yang lahir di wilayah negara Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara RI selama
ayah dan ibunya tidak diketahui
k) Anak yang lahir di wilayah negara RI dari seorang warga negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan
l) Anak dari seseorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibu
meninggal dunia sebelum mengucapkan atau menyatakan janji
setia.

UU. No. 12 tahun 2006, memberikan kemudahan namun tetap tegas dalam
menentukan atau memberikan pengakuan status kewarganegaraan Indonesia.

2.4 Hak Warga Negara Dalam UUD 1945


Dalam UUD 1945 Pasal 27 sampai dengan 34 telah dinyatakan, bahwa hak
warga negara adalah sebagai berikut :

a) Hak kesamaan kedudukan dihadapan hukum dan pemerintahan.


Tercantum dalam Pasal 27 ayat (1), yaitu: “tiap-tiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, yaitu: “tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.”
c) Hak berpendapat/kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945, yaitu: “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan
maupun tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.”
d) Kemerdekaan dalam memeluk agama, tercantum dalam Pasal 29
ayat (1) dan (2) UUD 1945, yaitu: ayat (1) menyatakan “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya
penjelasan UUD 1945 menyebutkan bahwa atas ini menyatakan
kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ayat (2) menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
e) Hak dan kewajiban membela negara, tercantum dalam Pasal 30
ayat (1) UUD 1945, yaitu: “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
f) Hak mendapatkan pengajaran/pendidikan, tercantum dalam Pasal
31 ayat (1) dan (2), yaitu: ayat (1) menetapkan “tiaptiap warga
negara berhak mendapat pendidikan.” Untuk itu, pemerintah
menyenggarakan Indonesia dan dipertegas sistemnya dengan ayat
(2) menetapkan “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang.”
g) Hak mengembangkan kebudayaan Nasional Indonesia, tercantum
dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, yaitu: “Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.”
h) Hak atas kesejahteraan sosial, tercantum dalam Pasal 33 terdiri dari
tiga ayat (1), (2), dan (3), yaitu:
 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
i) Hak untuk mendapatkan keadilan sosial, tercantum dalam Pasal 34
UUD 1945, yaitu: “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.”

Selain itu kitapun masih menemukan hak-hak warga negara yang diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain :

a) Hak perorangan atau kelompok untuk menyampaikan pendapat sebagai


perwujudan hak berdemokrasi (pasal 2 ayat I UndangUndang nomor 9
tahun 1998).
b) Hak untuk memilih wakilnya di MPR, DPR/DPRD.
c) Hak untuk dipilih sebagai wakil di MPR maupun DPR/DPRD.
d) Hak untuk berusaha.
e) Hak untuk memperoleh perlakuan yang baik.
f) Hak untuk meperoleh bantuan hokum.
g) Hak memilih tempat tinggl.
h) Hak untuk mendapatkan kepastian hokum.
i) Hak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah.
j) Hak memanfaatkan sarana hukum.
k) Hak untuk memperoleh perlindungan dari ancaman kekerasan dan
penyiksaan.

2.5 Kewajiban Warga Negara Dalam UUD 1945


Setelah memperoleh hak dari negara tentu terdapat pula kewajiban warga
negara terhadap negara. Adapun kewajiban tersebut sebagai berikut:
a) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
c) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain
d) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
e) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal
30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Di samping itu warga negara mempunyai kewajiban lain yang diatur dalam
aturan perundang-undangan seperti :
 Membayar pajak;
 Menghargai warga negara;
 Memenuhi panggilan aparat penegak hukum;
 Memelihara kelestarian lingkungan;
 Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa;
 Ikut memelihara fasilitas kepentingan umum.

Hak dan kewajiban warga negara sebagaimana tertuang dalam berbagai


peraturan perundang-undangan sudah tentu perlu dilaksanakan dan ditegakkan .
Tetapi bagaimana realitasnya akan tergantung kepada beberapa faktor berikut :
 Peraturan perundang-undangan itu sendiri .
 Penyelenggara negara.
 Kesadaran hukum warga negara .

Apabila salah satu diantara ketiga faktor tadi mengandun kelemahan maka
kemungkinan perwujudan HAM maupun hak dan kewajiban tersebut tidak dapat
tercapai dengan optimal.

2.6 Demokrasi dan Hak Warga Negara


Terdapat kecenderungan bahwa istilah demokrasi diterapkan dalam
kehidupan politik. Hal itu tampak dari pembicaraan tentang pemilu yang
melibatkan warga negara. Demokrasi merupakan suatu aturan main untuk
mendistribusikan kekuasaan secara adil diantara warga negara. Adil dalam arti ini
ialah semua warga negara memperoleh hak yang sama untuk berjuang
mendapatkan posisi dalam pemerintahan. Kecenderungan di atas saat ini kurang
dapat diterima. Pengertian demokrasi sebenarnya lebih luas dari pengertian politik
karena dapat diterapkan dalam kehidupan ekonomi dan sosial.
Keterlibatan warga negara dalam proses demokrasi khususnya dalam
pembuatan keputusan, merupakan kebutuhan dalam konteks sosial dan ekonomi.
Penerapan demokrasi dalam bidang ekonomi antara lain mengikut sertakan warga
negara (khususnya pekerja) dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kemajuan perusahaan, dan keterlibatan pekerja dalam proses produksi, keamanan
dan kesejahteraan dalam perusahaan. Hal ini yang dapat dilakukan yaitu
pemberian kesempatan kepada pekerja utnuk memiliki saham dalam perusahaan.
Sedangkan dalam bidang sosialpun demokrasi dapat diterapkan seperti tampak
dari issu persamaan kesempatan dan pelayanan. Misalnya perlakuan yang sama
terhadap warga negara. Dari paparan diatas nyatalah bahwa tuntutan penerapan
demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan amat relevan dengan eksistensi
warga negara sebagai mahluk sosial. Artinya setiap warga negara akan
membutuhkan warga lain dalam mengembangkan kehidupannya.

2.7 Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Era Ototnomi Daerah
Pemerintah mempunyai tanggung jawab mewujudkan keadilan dan
kemakmuran seluruh rakyat berdasar prinsip sentralisasi dan desentralisasi. Kedua
prinsip ini tidak dapat dipandang sebagai suatu yang dihitomis melainkan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Dalam penjelasan pasal 18 UUD
1945 ditegaskan bahwa oleh karena negara Indonesia itu suatu eenheidstaat maka
Indonesia tidak akan mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat
juga. Daerah Indonesia akan dibagi akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah
provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah itu bersifat
otonom atau administratif.
Di daerah otonom penyelenggaraan pemerintahan bersendikan demokrasi
karenanya eksistensi badan perwakilan rakyat yang pengisian keanggotaannya
melibatkan peran serta masyarakat dalam bidang politik, mutlak diperlukan.
Pemberian hak otonomi kepada derah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat, pada dasarnya merupakan konsekwensi dari prinsip desentralisasi dan
manipestasi konstitusi. Selain itu dimaksudkan memenuhi tuntutan masyarakat di
era reformasi dan globalisasi yang menyentuh segala segi kehidupan.
Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan Tap MPR nomor : XV/1998
jo UU nomor 22/1999 diperkokoh melalui perubahan kedua UUD 1945. Realita
ini makin meyakinkan kita bahwa masa kini dan terutama dimasa depan,
perwujudan hak-hak anggota masyarakat dalam konteks memberdayakan
masyarakat dan institusi penyelenggara pemerintahan tidak dapat ditawar-tawar
lagi. Hal ini cukup beralasan karena pada masa lampau prinsip otonomi daerah
cenderung merupakan kewajiban. UU nomor 22/1999 memuat beberapa hal
mendasar yang mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan
prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan
peran dan fungsi DPRD. Atas dasar pemikiran itu maka salah satu prinsip yang
harus dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan dan pemerataan.
Dengan prinsip itu diharapkan tujuan pemberian otonomi untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan
kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah maupun antar daerah dalam konteks negara
kesatuan RI, dapat terwujud. Dalam rangka pencapaian tujuan di maksud peranan
masyarakat cukup menentukan. Agar peran itu menjadi optimal, masyarakat harus
memahami dan melaksanakan apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
Adapun yang menjadi hak masyarakat antara lain :
a) Mengembangkan kehidupan demokrasi - menyampaikan saran &
pendapat secara bertanggung jawab - Ikut mewujudkan
penyelenggara negara yang bersih.
b) Mengembangkan usaha
c) Melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Indonesia.
d) Mendapatkan keadilan
e) Berhak atas perlindungan dan kepastian hukum
f) Mengembangkan budaya
g) Mendapatkan pelayanan
h) Menikmati hasil-hasil pembangunan.

Sedangkan kewajiban masyarakat meliputi antara lain :


a) Mentaati peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan
Daerah
b) Mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan
c) Memelihara persatuan dan kesatuan
d) Memelihara fasilitas-fasilitas/sarana kepentingan umum
e) Menyampaikan pengaduan wajib mewujudkan penyelenggaraan
negara yang bersih.

2.8 Contoh Pelanggaran Hak


Contoh pelanggaran hak warga negara yang sering terjadi dalam kehidupan
masyarakat sebagai berikut

a. Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa


berdasarkan hukum

b. Penerapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang


dianggap ekstrem yang dinilai oleh pemerintah mengganggu stabilitas
keamanan yang akan membahayakan kelangsungan pembangunan

c. Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP

d. Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luars terhadap pemerintah


karena takut dicuriagai sebagai oknum pengganggu stabilitas pemerintah

e. Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat


karena dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap pemerintah

2.9 Contoh Pengingkaran Kewajiban oleh Warga Negara

a. Mengemplang pajak atau bahkan tidak membayar pajak

b. Merusak fasilitas umum

c. Berkhianat pada negara

d. Berbuat zalim kepada masyarakat yang lain

e. Tidak bersedia berpatisipasi dalam usaha pembelaan negara

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
4. Antara hak azasi manusia dengan hak dan kewajiban warga negara
terdapat perbedaan namun tidak dapat dipisahkan. HAM bersumber dari
kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Esa, bersifat universal
dan abadi tidak tergantung kepada peraturan perundang-undangan.
Sedangkan hak dan kewajiban warga negara timbul karena adanya
peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan sebagai
bagian dari hukum positif yang menjamin perwujudan HAM dan yang
mengatur hak serta kewajiban warga negara amat diperlukan sebagai
kontrol dan pedoman penyelenggaraan negara serta aktivitas warga
Negara. Hak dan kewajiban negara sudah diatur dalam UUD 1945 Pasal
27 sampai dengan 34.
5. Hukum diharapkan akan mewujudkan pengadilan bagi manusia
(masyarakat) menuju masarakat yang aman dan tertib. Namun masih ada
ketimpangan di dalam beberapa kasus yang terdapat di Indonesia yang
kemudian bisa dikategorikan yaitu kasus hukuman bagi orang-orang kaya,
dan hukuman bagi kaum miskin. Dari sini sangat besar respon masyarakat
ketika melihat adanya perbedaan yang begitu besar perbandingannya.
Orang yang kaya, atau pemilik modal bisa dibilang orang yang
mempunyai kekuasaan mereka lebih kebal dengan hukum. Perlakuan
aparat penegak hukum semena-mena menganggap rakyat kecil itu sampah
Negara, padahal rakyat kecil ialah elemen kecil yang aktif sebagai
penggerak ekonomi suatu Negara
6. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki
kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali. Bagi
masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi.
Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan
sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum.

3.2 Saran

Hendaknya warga negara meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan


HAM, hak dan kewajibannya dengan mengacu pada seluruh peraturan perundang-
undangan serta Pemerintah memperlakukan semua rakyat atau masyarakatnya
dengan adil dan mendapatkan Hak perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di depan hukum. Karna Setiap orang memiliki
kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali seperti yang tercantum
dalam UUD 1945 tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dwiyono, dkk, Kewarganegaraan untuk Kelas 2 SMP. Cet. II. Jakarta:
Yudhistira, 2004.
Erwin, Muhammad. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Rebublik Indonesia.
Bandung: Refika Aditama.

Kaelan, dkk, Pendidikan kewarganegaraan. Cet. I. Yogyakarta: Paradigma,


2007.

Labib, Ahmad.2017. “Pemenuhan Hak Konstitusional”.(online).journal.um-


surabaya.ac.id>article>download

Winarno. 2014. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah


di Perguruan Tinggi. Ed. III. Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai