Sumber : http://media.photobucket.com
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada Sisi kepala. Pinna membantu
mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian
medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE
adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka
dan menutup mulut.
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai
malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.
b. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang
meliputi :
c. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani,
antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini
berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum di dalam tulang temporalis.
telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus fasialis)
dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani,
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan lurus membran timpani dan
tingkap lonjong.
Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe
pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan membrantektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
ini meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus, kanalis auditorius
eksternus dan membran timpani. Pinna merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Kanalis
auditorius eksternus memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial.
Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga oleh factor genetic
seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi
klinis yang tampak adalah daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia sehingga
tindakan yang dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan memperbaiki
fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.
Gambar Mikrotia
Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum deformitas pinna
berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga tengah dalam derajat yang dapat
diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum
anak berinteraksi di lingkungan sekolah.
c. Fistula Preaurikular
Sumber : www . cechin.com.ar
Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan tenang tampak muara
fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dan dari muara tersebut sering keluar
secret yang berasal dari kelenjar sebasea.
Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak lebih lebar dan lebih
berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika.
2) Trauma
Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan
kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :
a. Laserasi
Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok telinga dengan jari atau
penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan
b. Frostbite
Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin
dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti dengan mengguyur telinga yang terkena
dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF sampai terlihat tanda-tanda pencairan.
c. Hematoma
Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan darah
diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak
diobati, oleh karena itu perlunya tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti
dengan pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau petinju perlunya
memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.
3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus
a. Serumen
Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagia kartilaginosa liang telinga yang
diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan
dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan
pembentukan fisura pada epidermis.
Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi
akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga
akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan gangguan
pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan mengembang sehingga
menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran. Interfensi kolaboratif yang dianjurkan
adalah :
1. Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti minyak mineral, H2O2 3%,
2. Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H2O2 3%, dalam melakukan irigasi
ini harus berhati-hati agar tidak merusak membrane timpani dan jika tidak dapat memastikan keutuhan
membrane timpaniu sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
3. Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya dilakukan penghisapan dengan
menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.
b. Benda Asing
Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :
2. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral ?(kacang kacangan, karet
penghapusan, potongan korek api, dll)
Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien dengan dokter , karena
usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri seringkali akan mendorong benda asing lebih ke
dalam. Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :
a. Bila benda asing berupa serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu sebelum serangga
dikeluarkan, dengan memasukan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan misalkan larutan
rivanol ke liang telinga selama 10 menit, lalu lakukan irigasi dengan air sesuai suhu tubuh untuk
mengeluar-kannya.
b. Bila benda asing berupa kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang berguna untuk
melunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi dengan air untuk mengeluarkannya.
c. Bila benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang kecil dapat diambil
dengan kunam atau pengait.
c. Otitis Eksternus
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,
inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41
%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).
A. Pengertian
· Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit.
· Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun
jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di
liang telinga dan kecenderungan untuk
kambuhan.
Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis Autikus Eksternal atau Aurikula.
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi
c. Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara berlebihan.
B. Etiologi
Ø Pseudomonas Aeruginosa
Ø Streptococcus
Ø Staphylococcus
Ø Aspergillus
Ø Hair spray
Ø Earphone
Ø Anting-anting
C. Patoflow diagram
Agen infeksus
bengkak
obstruksi pada kanal auditorius eksternus konductive hearing loss Ggn Persepsi
Sensory Pendengaran
Ø Otitis Eksterna Akut meliputi Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel) dan Otitis Eksterna Difusi
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)/Bisul adalah infeksi bakteri (Staphylococcus) pada folikel
rambut, biasanya lokasi pada ½ bagian luar dari kanal eksternal. Keluhan klien yang dapat muncul adalah
nyeri, area bengkak dan kemerahan, kemungkinan ditemukan cairan purulen bila didapatkan
furunkelpecah dan lambat laun terjadi gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal. Intervensi
yang diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan tampon yang diberi tetes
telinga yang mengandung antibiotika.
Otitis Eksterna Difusi adalah infeksi bakteri (Pseudomonas) yang biasanya terjadi pada cuaca yang panas
dan lembab, disebut juga ‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan tragus, kulit
liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang berbau, edema dengan tidak jelas batasnya
serta tidak terdapat furunkel. Intervensi yang diberikan adalah dengan memasukan tampon yang
mengandung antibiotica ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang
meradang, juga dapat pula diberikan obat antibiotika sistemik.
Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut (sikatrik). Intervensi
kolaboratif adalah dengan cara operasi rekonstruksi liang telinga.
E. Insiden
1. Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orang menikmati olahraga air (berenang di danau,
laut atau kolam renang)
2. Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikus eksterna akan lebih mudah
mengalami infeksi.
F. Penatalaksanaan
2. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.
4. Terapi analgetik
2. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
- Perubahan pendengaran
adalah:
- Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien?
- Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang di laut, kolam renang ataukah didanau?
- Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan?
- Apakah klien pernah mengalami trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan
sebelumnya?
- Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami trauma pada telinganya?
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga b.d reaksi inflamasi, reaksi infeksi pada telinga.
2. Perubahan persepsi sensory : pendengaran b.d obstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat
infeksi oleh agen bakteri dan allergen.
C. Intervensi
Prinsip intervensi untuk Otitis Eksterna adalah mengurangi peradangan (infeksi) dan mengurangi edema
serta nyeri yang dirasakan oleh klien, dengan cara :
1. Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan menggunakan handuk dan air hangat.
2. Istirahat klien
4. Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep telinga
5. Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya, penyebab terjadinya penyakit tersebut dan
kemungkianan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.
6. Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usaha atau intervensi yang harus dilakukan
bagi kesembuhannya.
7. Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlah Earwick, dengan teknik : kassa yang
sudah diberi tetes telinga antibiotika dimasukkan ke kanalis, dilakukan oleh dokter THT.
9. Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acidm (Aspirin Entrophen) dan Acetaminophen
(Tylenol,Abenol).
D. Evaluasi
4) Neoplasma
Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang telinga. Osteoma
adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan
bundar yang menempel pada sepertiga bagian dalam telinga.
Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertropik (biasanya multiple
dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat disebabkan oleh karena sering
berenang dalam air dingin.
Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang telinga dapat segera
disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara dini demikian juga dengan karsinoma
sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih adalah eksisi bedah.
v
v ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila dilihat dari arah liang telinga
berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncaknya, umbo, mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempat melekatnya tangkai
maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan, prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu lubang yang menghubungkan
daerah nasopharing dengan telinga tengah.
Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti beberapa penelitian
menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum terutama pada anak-anak. Yang
termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya:
Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang berarti cahaya dari
luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran timpani terjadi secara primer yaitu
berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit yang mendahuluinya
seperti Otitis Media dan Mastoiditis.
Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercak putih tebal akibat
timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagai akibat peradangan terdahulu
(timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau
dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis media
kronis dengan keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.
Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes telinga antibiotika
seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau
vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi.
Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan sepertiga bagian
lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua pertiga medial adalah
fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi, drainage secret dan menghalangi
masuknya secret dari nasopharing ke telinga tengah.
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan
udara luar, ini dapat dibuktikan :
· Perasat Valsava
Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat serta mulut ditutup.
Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang menekan membrane
timpani kearah lateral seperti “meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada
jalan nafas.
· Perasat Tyonbee
Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba
terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.
Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi normal. Jika tuba
tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah, sumbatan yang lama dapat
mengarah pada peningkatan produksi cairan yang akan memperberat masalah klien. Bila tidak dapat
diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan
dapat didrainage melalui kanalis akustikus eksternus.
Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan terbuka apabila oksigen diperlukan
masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.
Karena selalu tertutup inilah maka tuba eustakhius dapat melindungi telinga tengah dari kontaminasi
sekrei telinga tengah dan organism patologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara lain berupa Tuba
Terbuka Abnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi Tuba.
· Barotrauma
Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di
pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah
kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan
cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas pendengarannya, autofonia,
perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.
a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.
b. Terapi dekongestan.
c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka dianjurkan untuk
tindakan miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa ventilasi (Grommet).
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau
melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.
Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri dari maleus, inkus
dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke fenestra yang dapat disebabkan
oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat menghambat transmisi suara ke tempat lainnya.
Kelainan Kongenital
Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara congenital, bentuk yang
paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak
berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara
fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.
Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan sebelum anak masuk sekolah serta perunya alat
Bantu mendengar yang menempel pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.
· Otosklerosis
1. Pengertian
Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis si daerah kaki stapes,
sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.
2. Patofisiologi
Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh pembentukan tulang spongius
yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis yang mengakibatkan fiksasi stapes yang menyebabkan
kehilangan pendengaran konduktif.
3. Etiologi
Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja dengan bentuk dominant
autosomal yang diwariskan.
4. Insiden
Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat mem perberat kehamilan.
c. Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karena terjadi peningakatan
vaskularisasi dari telinga tengah.
6. Penatalaksanaan
a. Pengkajian :
Fungsi pendengaran :
- Vertigo
- Tinitus
DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelah operasi stapedektomy.
c. Intervensi :
- Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan kepalanya ke samping dengan
telinga yang dioperasi menghadap ke atas untuk menjaga posisi protese.
· Otitits Media
a. Pengertian
Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid.
Disini akan dijelaskan Proses Keperawatan pada klien dengan Otitis Media secara komperhensip.
1. Pengertian
Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudath. 1997 :2050)
Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri
dalam telinga bagian tengah. (CharleneJ.Reevas.2001:16)
2. Etiologi
b. Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas,
inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis Alergika)
3. Patofisiologi
Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid mengalami peradangan akut.
Mukopus terkumpul di dalam telinga dan sel-sel udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat,
gendang telinga meradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus kemudian keluar ke telinga
luar.
Gendang telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi. Peradangan biasanya sembuh
dengan pengobataan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi
kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.
- Otlagia
- Kurang pendengaran
a. Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi spontan membrane
timpani.
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinitus
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :
a. Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan
negative di dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi
tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane
timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya
eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang
telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan
pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa.
Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan
terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur
membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini
anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini
disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka secret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka
resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.
7. Insiden
Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umum ditemukan pada anak-anak berumur
kurang dari 4 tahun.
8. Komplikasi
a. Sukar menyembuh
d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf
facialis, komplikasi intracranial (meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.
9. Tes diagnostic
c. Kultur organism
10. Penatalaksanaan
a. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di telinga
tengah hilang. Pemberian obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12
tahun) sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman bukan
virus atau alergi
b. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani terlihat hiperemis difus
dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
c. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk
menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
d. Stadium resolusi
1. Pengkajian
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik seperti di bawah ini :
a. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien
mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan
pendengaran.
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telinga tengah, proses infeksi/inflamasi
pada telinga bagian tengah.
Intervensi :
R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis medi tidak sama dengan otitis eksternal.
- Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atau asetaminofen setiap 4 kali sehari
sesuai kebutuhan untuk menghilangkan nyeri dan panas.
R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantu menghilangkan inflamasi dari telinga.
R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan reabsorbsi dari cairan dan
mengurangi bengkak.
- Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan primer.
R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari membran timpani dengan
tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.
Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan, penyebab dan pencegahan dan
pengobatan spesifik yang direkomendasikan atau diperintahkan. Diskusikan masalah dibawah ini dengan
klien dan keluarga :
1. Pengertian
OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan
karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath. 1997 : 2052).
OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran pus dan
kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla
Lemone. 2001 : 1496).
2. Etiologi
- Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan
disfungsi tuba akustikus.
3. Patofisiologi
Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dan tulang pendengaran,
luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit tersebut kambuh. Prosesus longus
inkus menderita paling dini karena aliran darah ke bagian ini kurang. Klien tidak pernah mendapatkan
suatu komplikasi yang berat.
a. Kehilangan Pendengaran
5. Test Diagnostik
a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat terihat sebagai massa
putih dibelakang membrane timpani
6. Penatalaksanaan
a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap,
pemberian antibiotika tetes
b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi tengah,
mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran
lubang perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan yang lebih intensif struktur
telinga tengah
d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan menciptakan
telinga yang aman, kering dan sehat
7. Kopmplikasi
e. Meningitis
a. Pengertian
Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid yang diikuti dengan rupturnya membrane
tympani dan biasanya terdapat secret yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah ke telinga bagian
luar.
OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan secret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa
nanah. (Dr Efiaty dan Prof Nurbaity Sp. THT)
b. Patofisiologi
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila prosesnya
sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi
yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene
buruk. Otitis Media Akut perforasi biasanya disebabkan karena adanya komplikasi dari infeksi saluran
pernafasan bagian atas. Sekresi dan inflamasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas ini dapat
menyebabkan terjadnya oklusi tuba Eustachii.
Normalnya, mukosa dari telinga bagian tengah mengabsorpsi udara di liang telinga bagian tengah. Jika
udara tersebut tidak terabsorpsi karena adanya obstruksi tuba Eustachii, maka akan timbul suatu
tekanan negative yang menyebabkan terjadinya suatu produksi secret yang serous. Sekret di telinga
bagian tengah ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba. Dan dengan
adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas, memudahkan masuknya virus atau bakteri ke telinga
tengah. Jika pertumbuhannya cepat, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya infeksi telinga bagian
tengah. Jika infeksi dan inflamasi ini terjadi secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan perforasi
pada membran thympani.
c. Insiden
Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkina pada pasien yang
menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam
- Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha membuka.
e. Test Diagnostik
- Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik (tidak terisi sel udara dan mungkin terdapat
rongga dalam tulang akibat erosi oleh kolesteoma)
f. Penatalaksanaan
- Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah
menimbulkan masalah bagi pasien
- Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema tuba eustakhius pada kasus barotraumas
v MASTOIDITIS
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi
akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga
tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara
berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).
1. Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel udara
mastoid (Lemone 2004 : 1496)
2. Patofisiologi
Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan sel bergabung untuk
membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis,
dapat menyebabkan sebuah abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid.
Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat tips
memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini jarang terjadi sejak pemberian
antibiotika yang efektif untuk therapy otitis media.
Infeksi kronik
Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu setelah episode dari
otitis media akut dan termasuk :
a. Sakit telinga
b. Kehilangan pendengaran
d. Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari normal (retroaurikula).
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatan yang berhubungan
dengan mastoiditis.
b. Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegah mastoiditis pada tingkat awal.
c. Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan pengeluaran untuk
membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.
d. Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh, tergantung pada luasnya
operasi.
e. Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.
f. Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan pendengaran klien dan
menggunakan tekhnik komunikasi yang sesuai.
g. Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo biasanya mengikuti
pembedahan.
i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi Mastoidektomi, bersama
dennganTimpanoplasti.
j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindari karena dapat meningkatkan
tekanan pada telinga bagian tengah.
6. Perawatan di rumah
a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian terapi antibiotika dan
menganjurkan untuk follow up.
b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigak untuk perawatan primer.
1. Pengkajian
b. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau cairan yang keluar
2. Diagnose Keperawatan
Intervensi :
- Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology pada pasien termasuk
anastesi, lokasi insisi dan hasil pembedahan.
- Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan
Intervensi :
Evaluasi :
c. DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah terhadap
jaringan dan struktur di sekitarnya
Intervensi :
- Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antibiotika sebelum dipasang
- Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis auditorius eksternus selama 2
minggu
- Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan di telinga
Evaluasi ;
- Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika berbicara, berbicara jelas dan
tegas tanpa berteriak, memberikan pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.
e. DK : Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode pascaoperasi segera
- Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft
- Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan asuhan pascaoperatif dan
harapan
v KOLESTEATOMA
a. Pengertian
b. Patofisiologi
Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista yang merusak struktur
telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara dini
pada otitis media dengan memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma
sangat berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran.
c. Etiologi
d. Penatalaksanaan
e. Komplikasi
- Labirinitis
- Meningitis
- Abses otak
1. Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis (Brunner & Suddath: 1999;2056)
2. Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis (Brunner & Suddath: 1999;2056)
3. Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping darah (Kristal
kolesterol) di dalam telinga tengah (Brunner & Suddath: 1999;2056)
4. Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga tengah yang dapat
mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang
b. Penatalaksanaan
Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa melalui pembedahan, dan jika tidak
memungkinkan pembedahan digunakan erapi radiasi.
Kesimpulan
Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi kehidupan
manusia. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus, kanalis
auditorius eksternus dan membran timpani. Sedangkan Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari
membrane timpani, bila dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga
adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan
Wicara. Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung.
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa : Agung Waluyo dkk.
EGC. Jakarta.
http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
Posting Lama
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2011 (10)
▼ Januari (10)
APGAR SKOR
Mengenai Saya
chixtrovert
be my self,,, !
Template Picture Window. Gambar template oleh linearcurves. Diberdayakan oleh Blogger.