Guntur Kti Evonasus
Guntur Kti Evonasus
M KHUSUSNYA
Ny. Y YANG MENDERITA HIPERTENSI DI DESA MUARA
LAPAO – PAO KECAMATAN WOLO
KABUPATEN KOLAKA
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan(A.Md. Kep) Pada
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Sembilanbelas November Kolaka
OLEH:
GUNTUR ARIANTO
NIM : 16.14 16
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN
1.3.6 Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
kepekaan alat panca indra. Mengobservasi tanda dan gejala yang dialami klien dan
observasi keberhasilan standar asuhan keperawatan keluarga.
1.3.7 Studi Kasus
Melakukan asuhan keperawatan keluarga secara langsung terhadap klien yang menderia
Hipertensi
1.3.8 Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari dan mengambil bahan dari buku tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan gangguan pada sistem kardiovaskular Hipertensi.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Data Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Menjelaskan tentang karakteristik rumah yang dihuni keluarga meliputi luas,
tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan sehari-hari
(mandi, cuci, dll), sarana air bersih dan air minum yang digunakan. Keadaan
rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah rumah.
Adapun beberapa yang perlu diperhatikan dalam rumah tangga yaitu :
1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Memahami karakter sampah yang dihasilkan juga sangat penting, karena
akan mempermudah dalam mengorganisasikan sampah, seperti reuse
recycle, reduce, maupun recover adalah hal-hal yang harus ditanamkan oleh
setiap anggota keluarga. Ketika anggota keluarga dari dalam rumah sendiri
sudah mencintai lingkungan, maka ketika keluar rumah akan terbawa untuk
tidak buang sampah sembarangan yakni dengan memahami karakteristik
sampah seperti sampah kerta, botol bekas, dan sampah sisa makanan adalah
sampah non organik sedangkan karakteristik sampah seperti rumput dan
dedaunan adalah sampah organik, sehingga keluarga dituntut untuk
membedakan ke dua sampahh tersebut dengan baik dan benar.
2) Keadaan Rumah
Agar (penghuni) rumah menjadi sehat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a) Ventiasi Udara
Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup, agar sirkulasi
udara lancar dan udara menjadi segar. Ventilasi udara membuat kadar
oksigen di dalam rumah tetap terjaga sekaligus menjaga kelembapan
rumah.
b) Pencahayaan
Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang cukup. Rumah
yang kekurangan cahaya matahari sangat lembap dan tidak nyaman
serta rawan terhadap bibit penyakit.
c) Lantai
Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa
beragam: ubin, semen, kayu, atau keramik. Lantai yang berdebu atau
becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit.
Pemilihan material lantai sangat penting. Misalnya, keramik lantai yang
licin dapat menyebabkan penghuni terpeleset. Dan juga Demikian pula
kita diharapkan selalu membersihkan lantai setiap hari agar parasit yang
ada lagi serangga seperti lalat, kecoa dan binatang pengerat seperti
tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya.
d) Atap dan Langit-langit
Genteng tanah liat terbilang paling cocok untuk rumah di daerah tropis
seperti Indonesia, karena lebih mampu menyerap panas matahari.
Sebaiknya hindari pengunaan atap seng atau asbes, karena dapat
menyebabkan hawa ruangan menjadi panas.
e) Air Bersih
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi para
penghuninya, yakni minimal 60 liter per hari per orang untuk minum,
mandi, mencuci, dan lain-lain.
3) Tempat Penyimpanan makanan
Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung
dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang berasal dari katering atau jasa
boga. Makanan tersebut memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama
bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi
makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
makanan matang adalah sebagai berikut:
a) Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas
60 derajat celcius
b) Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 4
derajat celsius
c) Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan
suhu dibawah 4 derajat celcius harus dipanaskan kembali sampai 60
derajat Celsius sebelum disajikan
d) Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat
penyajian harus dipertahankan
4) Benda-benda yang Rawan Terjadi Kecelakaan
a) Pastikan anak Anda jauh dari kompor
b) Taruh korek api atau pemantik sejauh mungkin dari jangkauan anak-
anak atau sembunyikan di tempat yang tak terjangkau anak-anak.
c) Selalu berhati-hati dengan minuman panas seperti kopi atau teh di
sekitar anak-anak. Jangan pernah memegang minuman atau makanan
yang panas sambil menggendong anak.
d) Awasi ketika anak Anda sedang di bak mandi, kolam renang, jangan
pernah tinggalkan mereka sendirian.
e) Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di meja tempat mengganti
popok, tempat tidur, sofa, kursi atau furnitur lainnya.
f) Jangan menaruh benda-benda tajam pada tempat-tempat yang sering di
lalui.
g) Jauhkan vitamin, obat-obat dan bahan-bahan pembersih rumah yang
mengandung kimia dari jangkauan anak-anak.
h) Hindari memasang colokan pada daerah dekat dengan air
i) Lantai yang licin dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
a) Suplemental
Perawat secara langsung memberikan pelayanan yang tidak dapat dilakukan oleh
keluarga.
b) Fasilitatif
Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi atau pelayanan perawatan
kesehatan dirumah.
c) Perkembangan
Perawatan membantu keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber keluarga dan
dukungan sosial sehingga tindakan keperawatan bersifat mandiri atua bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri.
b. Syarat Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut (Ali, 2010) rencana keperawatan yang baik harus memenuhi beberapa syarat
berikut ini:
a) Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun
dengan jelas dan benar.
b) Rencana tersebut realistis dan dapat dilaksanakan (ada sarana, metodelogi dan
sumber daya manusianya).
c) Rencana harus sesuaai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah
dan institusi layanan kesehatan tersebut.
d) Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengaan keluarga karena keluarga
sebagai objek dan subjek layanan. Keikutsertaan keluarga terutama dalam
menentukan kebutuhan kesehatan dan masalah kesehatan, menentukan prioritas,
memilih tindakan yang tepat, mengimplementasikan, mengevaluasi hasil tindakan.
e) Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain secara
berkesinambungan dan mudah dievaluasi.
f) Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang mencegah
masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi.
g) Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pada proses yang
sistematis.
h) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa yang
lalu.
i) Rencana asuahan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya.
j) Rencana asuhan keperawatan menampakkan strategi untuk mencapai tujuan
k) Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara
terus menerus.
2.1.10 Implementasi Keperawatan Keluarga
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Implementasi atau pelaksanaan merupakan salah satu tahap dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
antar lain:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
e. Menstimulasi keluarga untuk memenfaatkan fasilitas kesehatan (Mubarak, 2012).
2.1.11 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu
diperhatiakan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan
keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu sesuai dengan ketersediaan keluarga
(Andarmoyo, 2012).
c) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya Hipertensi adalah komsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lainnya, misalnya merukok, minum alkohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin).
2.3.3 Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2005) dalam Wijaya & Putri (2013). Kepastian
mengenai patofisiologi Hipertensi masih dipenuhi ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien
(antara 2% dan 5 %) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat
diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai “Hipertensi essensial”. Sejumlah
mekanisme fisioligis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian
dapat turun berperan dalam terjadinya Hipertensi essensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkiin juga turun serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien Hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap
individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin dan sistem parasimpatis. Pada
bebrapa tahun belakangan, faktor lainnya telah di evaluasi, termasuk genetik, disfungsi
endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nirat oksida).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga merangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah, vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
pencetus keadaan Hipertensi.
Perubahan struktural dan funsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam memengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan
perifer.
2.3.4 Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala
Menurut (Edward, (1995) dalam Padila, 2013) mengemukakan bahwa tanda dan gejala
pada Hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini bararti
Hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai Hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis (Padila, 2013).
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat daan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan: renogram, pielogram, intravena, arteriogram, renal, pemeriksaan
fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan, (Padila, 2013).
2.3.6 Komplikasi
Menurut (Suiraoka, 2012) Hipertensi harus dikendalikan, semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dan tubuh. Tempat-
tempat yang paling dipengaruhi Hipertensi adalah pembuluh darah, jantung, otak, ginjal
dan mata.
a. Sistem kardiovaskuler
a) Arterosklerosis
Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan dibawah lapisan
arteri ketika dinding dalam arteri rusak , sel-sel darah yang disebut trombosit akan
menggumpal pada daerah yang rusak, timbunan lemak akan melekat dan lama
kelamaan dinding akan menjadi berparut dan lemak menumpuk disana sehingga
terjadi penyempitan pembuluh darah arteri
b) Aneurisma
Adanya penggelembungan pada arteria akibat dari pembuluh darah yang tidak
elastis lagi, sering terjadi pada otak arteri otak atau aorta bagian bawah. Jika
kebocoran atau pecah sangat fatal. Akibatnya, gejala sakit kepala hebat.
c) Gagal Jantung
Jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung dengan cepat,
akibatnya di cairan terkumpul di paru-paru kaki dan jaringan lain sehingga terjadi
odema. Akibatnya sesak napas.
b. Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan terserang stroke. Stroke
disebut juga serangan otak, merupakan sejenis cidera otak yang disebabkan
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah ke otak tergantung.
c. Ginjal
Ginjal juga menghasilkan zat kimia yang mengontrol ukuran pembuluh darah dan
fungsinya, Hipertensi dapat mempengaruhi proses ini. Jika pembuluh darah dan ginjal
mengalami aterosklerosis karena tekanan darah yang tinggi maka aliran darah ke
nefron akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa
dalam darah lama kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi. Sebaiknya penurunan tekanan darah dapat
memperlambat laju penyakit ginjal dan mengurangi kemungkinan dilakukannya cuci
darah dan cangkok ginjal.
d. Mata
Hipertensi dapat mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata, bahkan
bisa menyebabkan kebutaan.
2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut (Padila, 2013) pengelolaan Hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk Hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada Hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a) Diet
Diet dianjurkan untuk menderita Hipertensi adalah:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
6) Diet tinggi kalsium
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
1) Macam olahrga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olahraga yang baik antara dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit dalam zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebanyak 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat Hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat, pengobatannya meliputi:
a) Step 1: Obat pilihan pertama diuretik, beta blocker, Ca Antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2: alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain daari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c) Step 3: alaaternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke 2 diganti
2) Ditambah obat ke 3 jenis lain
4) Step 4: altrnatif pemberian Obatnya
1) Ditambah obat ke 3 dan ke 4
2) Reevaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat dan dokter). Dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan, hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberi tahu hasil pengurangan tekanan
darahnya.
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya.
c) Diskusikan dengan penderita bahwa Hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur dengan memakai alat tensimeter.
e) Sedapat mungkin tindakan tetapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
f) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
g) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya dirumah.
h) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti Hipertensi misal 1 x sehari atau
2 x sehari.
i) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti Hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi.
j) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal.
k) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
l) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang yang diperlukan.
d. Terapi dengan Obat Tradisional
a) Mentimun
Dalam penelitian (Sonia, 2012), dengan mengkonsumsi mentimun dapat
menurunkan tekanan darah. Buah mentimun mengandung flavanoid yang sangat
terbukti dalam menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang
menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada
dinding pembuluh darah serta kandungan saponin yang dapat meningkatkan
absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida dan air) di tubulus
distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif hal ini yang mampu
menurunkan tekanan darah. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90%
air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya
dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.
Mentimun (Cucumis sativus) Dalam pengobatan hipertensi dengan mentimun
dikonsumsi 1-2 buah perhari. Dengan mengkonsumsi mentimun sebanyak 100
gram sehari selama 30 hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan darah pada
orang dewasa. Dapat dilakukan dengan cara :
Ambil 1-2 buah timun diparut, diblender, atau diperas, kemudian ambil airnya
diminum dapat juga dimakan secara langsung yaitu pada pagi dan sore hari.