Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

M KHUSUSNYA
Ny. Y YANG MENDERITA HIPERTENSI DI DESA MUARA
LAPAO – PAO KECAMATAN WOLO
KABUPATEN KOLAKA

KARYA TULIS ILMIAH

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan(A.Md. Kep) Pada
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Sembilanbelas November Kolaka

OLEH:
GUNTUR ARIANTO
NIM : 16.14 16

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2018
Contents
BAB I .............................................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 4

1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................................................ 4

1.3 Metode Penelitian ........................................................................................................................ 5

1.4 Sistematika penulisan ................................................................................................................... 6

BAB II ............................................................................................................................................................. 7

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 7

2.1 Konsep Dasar Keluarga ................................................................................................................. 7

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ...................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan Keperawatan adalah suatu kegiatan dalam praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
proses keperawatan, pedoman standar keperawatan, serta landasan etika dan etiket
keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2012).
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Padila, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) Hipertensi terjadi apabila tekanan
darah diatas 160/95 mmHg, sementara itu (Smelttzer & Bare, 2012) mengemukakan bahwa
hipertensi merupakan tekanan darah persistem atau terus menerus hingga melebihi batas
normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastole 90 mmHg (Sarif La
Ode, 2012).
Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 persen penghuni bumi mengidap
hipertensi dengan perbandingan 26,6 persen pria dan 26,1 persen wanita. Angka ini
diprediksikan akan terus meningkat menjadi 29,2 persen di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang
berkembang termaksud indonesia. Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di
Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap 2017).
Kejadian penyakit jantung, dan pembuluh darah (Purwanto, 2012).
Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tercatat
jumlah kasus penderita hipertensi ditahun 2017 pada bulan Juli sampai dengan bulan
Oktober dan menempati urutan ke 2 dari 5 besar penyakit yang diderita oleh warga
Kecamatan Wolo (Puskesmas Wolo, 2017).
Data Hipertensi berfluktuasi dari bulan ke bulan, hal ini ditunjukkan dengan data
dari puskesmas Wolo, sepanjang tahun 2016 tercatat sebanyak 447 penderita hipertensi
sedangkan pada tahun 2017 mulai dari bulan Januari sampai dengan Oktober sebanyak 565
orang (Puskesmas Wolo, 2017).
Melihat data penyakit Hipertensi tersebut maka perlu dilakukan upaya kesehatan
termasuk pemberian pelayanan keperawatan komprehensip dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Penerapan proses keperawatan pada penderita hipertensi
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dan
mencegah terjadi komplikasi yang bisa mengancam jiwa penderita hipertensi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum peneliti Karya Tulis Ilmiah ini agar peneliti mampu melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga Tn. M yang menderita hipertensi di Desa Muara Lapao-Pao.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penulisan ini agar peneliti dapat:
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga Tn. M serta menganalisis data terhadap
keluarga klien dengan Hipertensi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan terhadap keluarga Tn. M yang menderita
Hipertensi.
c. Menyusun rencana Asuhan keperawatan/intervensi Keperawatan Keluarga Tn. M yang
menderita Hipertensi.
d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat terhadap
keluarga Tn. M yang menderita Hipertensi.
e. Mengadakan evaluasi sesuai apa yang telah dilakukan terhadap keluarga Tn. M yang
menderita Hipertensi.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga Tn. M yang menderita Hipertensi.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Akademik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan
referensi bagi mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Serta institusi khusunya dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
gangguan pada sistem kardiovaskular Hipertensi dan dalam bidang kepustakaan
1.3.2 Bagi Unit Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan dalam mengambil kebijakan
mengenai penanganan kasus hipertensi dan sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik.
1.3.3 Bagi Masyarakat/Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam menambah pengetahuan yang berkaitan
dengan masalah kesehatan khususnya pencegahan, pengobatan dan perawatan Hipertensi.
1.3.4 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan pada sistem kardiovaskular
Hipertensi.

1.3 Metode Penelitian


Metode penelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskripsi
yang dinarasikan dalam bentuk studi kasus, peneliti mengumpulkan data sebagai berikut :
1.3.5 Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaian dengan masalah
yang dihadapi oleh klien

1.3.6 Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
kepekaan alat panca indra. Mengobservasi tanda dan gejala yang dialami klien dan
observasi keberhasilan standar asuhan keperawatan keluarga.
1.3.7 Studi Kasus
Melakukan asuhan keperawatan keluarga secara langsung terhadap klien yang menderia
Hipertensi
1.3.8 Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari dan mengambil bahan dari buku tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan gangguan pada sistem kardiovaskular Hipertensi.

1.4 Sistematika penulisan


Untuk memudahkan pembahasan serta memperoleh gambaran dari karya tulis ilmiah
ini, maka peneliti membagi dalam lima BAB dengan susunan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini terdiri dari konsep keluarga dan konsep asuhan keperawatan keluarga serta
konsep dasar Hipertensi. dimana pada konsep keluarga membahas tentang definisi
keluarga, struktur keluarga, ciri-ciri struktur keluarga, tipe/bentuk keluarga,
tugas/fungsi keluarga dan tahap perkembangan keluarga. Sedangkan konsep dasar
asuhan keperawatan keluarga membahas tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi/ perencanaan, implementasi/tindakan keperawatan, dan evaluasi. Sedangkan
konsep dasar hipertensi membahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga
untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Padila,
2012).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantuangan (Depkes RI, 1988 dalam padila, 2012). Asuhan
Keperawatan Keluarga adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri (Suprajitno, 2012).
Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga
yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota
keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan
(Andarmoyo, 2012).
2.1.2 Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan.
a. Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti dan nuclear family, yaitu satu bentuk keluarga tradisional yang
dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang tinggal dalam satu rumah,
dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai pengurus rumah tangga
(Andarmoyo, 2012).
b) Keluarga tanpa anak atau dyadic nuclear, yaitu keluarga tanpa anak adalah
keluarga dimana suami istri sudah berumur, tetapi tidak mempunyai anak.
Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk menghasilan keturunan ataupun ketidak sanggupan untuk
mempunyai anak akibat kesibukan dari karirnya. Bisanya keluarga ini akan
mengadopsi anak (Andarmoyo, 2012).
c) Commuter family, yaitu keluarga dengan pasangan suami istri terpisah tempat
tinggal secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya
bertemu dalam satu rumah (Andarmoyo, 2012).
d) Reconstituted nuclear, yaitu pembentukan keluarga baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah dan
anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan
baru. Pada umumnya, bentuk keluarga ini terdiri dari ibu dengan anaknya dan
tinggal bersama ayah tiri (Andarmoyo, 2012).
e) Keluarga Besar atau The extanded family, yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah , misalnya kakek
nenek, paman, bibi, atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan (Muhlisin, 2012).
f) Single-parent (orang tua tunggal), yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
g) The single adult living alone/single adult family, yaitu rumah tangga yang
hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
(Muhlisin, 2012).
h) Blended family, yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya (Muhlisin,
2012).
i) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, dan lain-lain)
(Muhlisin, 2012).
j) Multigenerational family, yaitu beberapa keluarga yang beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah (Muhlisin,
2012).
k) Commuter family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekend”
(Muhlisin, 2012).
l) Keluarga Usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang
berusia lanjut dengan anak yang sudah memisahkan diri
(Muhlisin, 2012).
m) Composit family, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami & hidup
bersama (Muhlisin, 2012).
n) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita (Muhlisin, 2012).
b. Keluarga Non Tradisional
Keluarga non tradisional menurut (Susman, (1974) dan Macklin,(1988)
dalam Padila, 2012).
a) Keluarga dengan dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah,
biasanya ibu dan anak.
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).
d) Keluarga gay atau lesbian
e) Keluarga komuni, keluarga yang lebih dari satu pasangan monogami dengan
anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas sumber yang
sama.
(Menurut Muhlisin, 2012)
a) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) Commune family, yaitu beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, sosialisasi anak denggan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
c) The nonmarital heterosexsual cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup
bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
d) Gay and lesbian family, yaitu dua individu yang sejenis atau yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama dalam satu rumah tangga sebagaimana “marital
pathers”.
e) Cohabitating couple, yaitu dua orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
f) Group-marriage family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
g) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
h) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
i) Homeless family, yaitu keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan karena
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
j) Gang/togehter family, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupnnya.
2.1.3 Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, (1998) dalam Padila, 2012) mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga, yaitu:
1) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan
penghasilan keluarga. Juga di uraikan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan
sumber daya yang ada di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status
kesehatan.
2) Fungsi mendapatkan status sosial
Menjelaskan tentang upaya keluarga memperoleh status sosial di masyarakat
tempat tinggal keluarga.
3) Fungsi pendidikan
Menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain upaya
yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar.
4) Fungsi Sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang berlaku
dikeluarga dan masyarakat.
5) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Tujuan pengkajian yag berkaitan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan.
6) Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga diuraikan bagaiman keluarga
menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan
benar kepada anggota keluarganya.
7) Fungsi afektif
Perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam
keluarga dan bagimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2.1.4 Struktur Keluarga
Menurut (Padila, 2012) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut (Duvall dan Miller, (1985) dalam Muhlisin, 2012) membagi keluarga dalam
delapan tahap perkembangan, yaitu:
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui
keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan
meninggalkan keluarga disini bukanlah secara fisik. Namun secara psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
b. Keluarga “child bearing” (kelahiran anak pertama)
Keluaraga yang menentukan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
oleh pasangan suami istri melakukan beberapa tugas perkembangan yang
penting. Kelahiran anak pertama memberi perubahan yang besar bagi keluarga.
Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus
perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai dari kelahiran anak usia 2,5 tahun dan barakhir saat anak berusi
5 tahun. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dengan anak sangat
tergantung kepada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa sehingg kebutuhan anak, suami istri dan pekerjaan dapat
terpenuhi.
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas sekolah ,
masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang
tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepaskan anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa.
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yanga ada
dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalakan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase
ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpusahan, dengan anak dan
perasaan gagal sebagainorang tua.
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai dengan keduanya meninggal.
Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari
karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor
tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan.
2.1.6 Tugas Keluarga
Menurut (Achjar, 2013) tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kessehatan. Asuhan
keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi
atau penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah:
a. Mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab daan
persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Megambil keputusaan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga
menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap
akibat atau adakah sikap negatif dari kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui
keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya kebersihan sanitasi bagi keluarga,
upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan
lingkugan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang
baik yang dipersepsikan keluarga.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.7 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah
awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu
(yang digunakan setiap hari) lugas dan sederhana. (Suprajitno, 2012).
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu:

a. Membina hubungan yang baik


Hubungan yang baik antara perawat klien (keluarga) merupakan modal utama
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dalam
komunikasi terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan
kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa hal yang perlu
dilakukan:
1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
5) Menjelaskan kepada keluarga tim kesehatan yang lain yang menjadi jaringan
perawat.
b. Pengkajian Awal
Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari pemeriksaan secara rutin
kepada calon keluarga yang akan dilakukan penelitian
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang masih
lengkap sesuai kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal,
(Suprajitno, 2012)
Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :
a. Data Umum
a) Kepala Keluarga (KK), alamat dan telepon, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga serta komposisi keluarga yang terdiri dari atas nama atau inisial,
jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga, tanggal lahir atau umur,
pendidikan, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga dan
genogram (genogram tiga generasi).
b) Tipe Keluarga, menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga. Untuk
menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap kepala keluarganya.
Kemudian lakukan penentuan tipe/jenis.
c) Suku Bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat
digunakan untuk mengidentifikasi budaya/suku keluarga yang terkait dengan
kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh keluarga.
d) Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e) Status Sosial Ekonomi Keluarga, ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota
keluarga (orang tua maupun anak yang telah bekerja dan membantunya).
Ststus sosial ekonomi juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan barang yang
dimiliki oleh keluarga.
f) Aktivitas Rekreasi Keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya
bepergian keluar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi
tapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan dan juga
bercengkrama bersama.
b. Tahap perkembangan keluarga
Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Menurut (Sudiharto, 2012).
a) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah :
1) Menetapkan tujuan bersama.
2) Persiapan menjadi orang tua.
3) Membina hubungan intim yang memuaskan.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
b) Keluarga Dengan Anak Pertama < 30 bulan (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
bagi keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Menata ruang untuk anak.
2) Biaya atau dana child bearing.
3) Konseling KB post partum 6 minggu.
4) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
5) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
6) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
7) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
8) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap
bayi dengan memberikan sentuhan dan kehangatan).
c) Keluarga Dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Pembagian tanggung jawab.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Pemenuhan kebutuhan angota keluarga.
4) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
5) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
6) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d) Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai anggota keluarga
yang maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah :
1) Menyediakan aktifitas untuk anak.
2) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual.
3) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
4) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e) Keluarga Dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan
tahap ini adalah melepaskan anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memelihara komunikasi terbuka.
2) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
3) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
4) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa
muda yang mulai memiliki otonomi).
f) Keluarga Dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung
dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah :
1) Mempertahankan keintiman pasangan.
2) Berperan suami-istri, kakek dan nenek.
3) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
4) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
5) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
g) Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family)
Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah :
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Keakrapan dengan pasangan.
3) Mempersiapkan masa tua atau pensiun.
4) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
5) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluarga.
6) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat
sosial dan waktu santai.
h) Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Melakukan live review (merenungkan hidupnya).
2) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Penyesuain tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup.
5) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
6) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan.
7) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.

c. Data Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Menjelaskan tentang karakteristik rumah yang dihuni keluarga meliputi luas,
tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan sehari-hari
(mandi, cuci, dll), sarana air bersih dan air minum yang digunakan. Keadaan
rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah rumah.
Adapun beberapa yang perlu diperhatikan dalam rumah tangga yaitu :
1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Memahami karakter sampah yang dihasilkan juga sangat penting, karena
akan mempermudah dalam mengorganisasikan sampah, seperti reuse
recycle, reduce, maupun recover adalah hal-hal yang harus ditanamkan oleh
setiap anggota keluarga. Ketika anggota keluarga dari dalam rumah sendiri
sudah mencintai lingkungan, maka ketika keluar rumah akan terbawa untuk
tidak buang sampah sembarangan yakni dengan memahami karakteristik
sampah seperti sampah kerta, botol bekas, dan sampah sisa makanan adalah
sampah non organik sedangkan karakteristik sampah seperti rumput dan
dedaunan adalah sampah organik, sehingga keluarga dituntut untuk
membedakan ke dua sampahh tersebut dengan baik dan benar.
2) Keadaan Rumah
Agar (penghuni) rumah menjadi sehat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a) Ventiasi Udara
Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup, agar sirkulasi
udara lancar dan udara menjadi segar. Ventilasi udara membuat kadar
oksigen di dalam rumah tetap terjaga sekaligus menjaga kelembapan
rumah.

b) Pencahayaan
Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang cukup. Rumah
yang kekurangan cahaya matahari sangat lembap dan tidak nyaman
serta rawan terhadap bibit penyakit.
c) Lantai
Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa
beragam: ubin, semen, kayu, atau keramik. Lantai yang berdebu atau
becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit.
Pemilihan material lantai sangat penting. Misalnya, keramik lantai yang
licin dapat menyebabkan penghuni terpeleset. Dan juga Demikian pula
kita diharapkan selalu membersihkan lantai setiap hari agar parasit yang
ada lagi serangga seperti lalat, kecoa dan binatang pengerat seperti
tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya.
d) Atap dan Langit-langit
Genteng tanah liat terbilang paling cocok untuk rumah di daerah tropis
seperti Indonesia, karena lebih mampu menyerap panas matahari.
Sebaiknya hindari pengunaan atap seng atau asbes, karena dapat
menyebabkan hawa ruangan menjadi panas.
e) Air Bersih
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi para
penghuninya, yakni minimal 60 liter per hari per orang untuk minum,
mandi, mencuci, dan lain-lain.
3) Tempat Penyimpanan makanan
Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung
dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang berasal dari katering atau jasa
boga. Makanan tersebut memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama
bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi
makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
makanan matang adalah sebagai berikut:
a) Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas
60 derajat celcius
b) Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 4
derajat celsius
c) Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan
suhu dibawah 4 derajat celcius harus dipanaskan kembali sampai 60
derajat Celsius sebelum disajikan
d) Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat
penyajian harus dipertahankan
4) Benda-benda yang Rawan Terjadi Kecelakaan
a) Pastikan anak Anda jauh dari kompor
b) Taruh korek api atau pemantik sejauh mungkin dari jangkauan anak-
anak atau sembunyikan di tempat yang tak terjangkau anak-anak.
c) Selalu berhati-hati dengan minuman panas seperti kopi atau teh di
sekitar anak-anak. Jangan pernah memegang minuman atau makanan
yang panas sambil menggendong anak.
d) Awasi ketika anak Anda sedang di bak mandi, kolam renang, jangan
pernah tinggalkan mereka sendirian.
e) Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di meja tempat mengganti
popok, tempat tidur, sofa, kursi atau furnitur lainnya.
f) Jangan menaruh benda-benda tajam pada tempat-tempat yang sering di
lalui.
g) Jauhkan vitamin, obat-obat dan bahan-bahan pembersih rumah yang
mengandung kimia dari jangkauan anak-anak.
h) Hindari memasang colokan pada daerah dekat dengan air
i) Lantai yang licin dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan

5) Pengaturan Tempat Tidur


a) Kondisi fisik kamar tidur
Kondisi fisik kamar tidur yang baik adalah yang berbentuk persegi/bujur
sangkar, dengan atap rata (tidak miring), tidak ada kolom bangunan yang
menonjol, baik di sudut ruangan maupun di plafon, bersih, rapi, dan
sirkulasi udara lancar.
b) Letak kamar tidur dan pintu
Letak kamar tidur dan pintu yang baik tidak ditentukan oleh tanggal lahir
seseorang, namun ditentukan oleh peta energi bintang terbangnya. Kamar
tidur harus memiliki energi yang baik untuk siapa saja. Sementara letak
pintu yang tepat menjadikan energi di dalam kamar tidur tersebut
senantiasa prima.
c) Letak tempat tidur
Tempat tidur tidak boleh diletakkan berhadapan langsung dengan pintu
kamar. Posisinya juga tidak boleh membelakangi atau bersandar pada
jendela (harus dinding masif, tidak boleh membelakangi sudut kamar,
serta jangan berhadapan langsung dengan kloset. Selain itu, untuk
mendapatkan energi yang lebih sempurna lagi, data lahir seseorang
diperlukan untuk mengetahui posisi/arah tidur terbaik penghuni kamar
tidur tersebut.
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik tetangga dan komunitas setempat, yaitu
tempat keluarga bertempat tinggal meliputi kebiasaan seperti lingkungan fisik,
nilai atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografi keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin saja
keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh
dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktuyang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.
e) Sistem pendukung keluarga
Menjelaskan tentang anggota keluarga yangsehat dan fasilitas keluarga yang
mendukung kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).
Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan),dukungan
psikilogis anggota keluarga atau masyarakat dan fasilitas sosial yang ada
disekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
1) Komunikasi
Sekarang ini alat komunikasi bisa digolongkan ke dalam kebutuhan primer,
karena dengan adanya alat komunikasi tersebut, kita dapat dengan mudah
memberikan maupun mendapatkan informasi. Perkembangan alat
komunikasi pun semakin beragam, hasil perkembangan teknologi modern
yang paling sering kita gunakan untuk berkomunikasi adalah telepon selular.
Telepon selular pun sekarang berkembang dengan sangat pesat. Jika dulu
kita hanya bisa melakukan panggilan telepon dan mengirim pesan singkat,
namun sekarang dengan hadir nya telepon pintar kita tidak hanya bisa
melakukan panggilan maupun menerima dan mengirim pesan singkat saja
tapi segala hal bisa dilakukan melalui telepon pintar tersebut. Kita bisa
melakukan panggilan sambil saling menatap muka atau yang sering di sebut
video call. Ada juga berbagai macam aplikasi mengirim pesan yang sangat
simple dan juga kita bisa beraktivitas di media sosial. Fitur yang di tawarkan
oleh telepon pintar ini sangat beragam mulai dari kamera yang tergolong
canggih, pemutar video untuk menonton film, Game dan berbagai aplikasi
terbaru yang terus berdatangan. Di dukung oleh teknologi internet, telepon
pintar tidak hanya digunakan berkomunikasi tetapi bisa di gunakan untuk
belajar, bekerja dan berbelanja
2) Transportasi
Transportasi merupakan sarana penghubung suatu tempat yang ingin dituju,
dalam suatu keluarga transportasi sangat dibutuhkan sebagai alat penunjang
yang dapat mempermudah dalam melakukan kegiatan sehari-hari utamanya
dalam bekerja, berbelanja, mengantar anak kesekolah dan lain sebagainya.
Transportasi juga sebagai modal usaha jika sedang mengalami kesulitan
dibidang perekonomian.
d. Struktur Keluarga
a) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun
informal baik ddikeluaga maupun masyarakat.
b) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai dan norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa mengambil
keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi. Parlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga mempengaruhi
komunikasi keluarga.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
anggotakeluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
a) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan
penghasilan keluarga. Juga di uraikan kemampuan keluarga dalam
pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat sekitar untuk meningkatkan
status kesehatan.
b) Fungsi mendapatkan status sosial
Menjelaskan tentang upaya keluarga memperoleh status sosial di masyarakat
tempat tinggal keluarga.
c) Fungsi pendidikan
Menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain
upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar.
d) Fungsi Sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang
berlaku dikeluarga dan masyarakat.
e) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Tujuan pengkajian yag berkaitan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan.
f) Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga diuraikan bagaiman keluarga
menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan
benar kepada anggota keluarganya.
g) Fungsi afektif
Perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam
keluarga dan bagimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
f. Stress dan koping keluarga
Terdiri dari stresor jangka pendek dan stresor jangka panjang. Stresor jangka
pendek adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian
lebih kurang dari 6 bulan. Sedangkan stresor jangka panjang adalah stresor yang
dialami keluarga dan memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor mejelaskan bagaimana keluarga
berespon terhadap stresor yang ada.
Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme
pembelaan) terhadap stresor yang ada.
Disfungsi strategi mejelaskan tentang keluarga yang tidak adaptif ketika
mempunyai masalah.
g. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatn pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak
berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi
kebutuhan dasar individu, pemerikasaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
perlu.
h. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2.1.8 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data
secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2012).
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi:
a. Masalah (P : Problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b. Penyebab (E : Etiologi) adalah suatu pernyataan yang data menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Tanda (S : Sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung dan penyebab.
a) Topologi dari diagnosa perawatan adalah :
1) Diagnosa Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, dimana masalah yang dialami oleh keluarga memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosa aktual, faktor
yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
2) Diagnosa Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan
bantuan pencegahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor
resiko untuk diagnosa resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membedakan
klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang saama
yang mempunyai resiko.
3) Diagnosa Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. Diagnosa keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor
yang berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi
keluarga dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik.
b) Menentukan Etiologi
Menurut (Achjar, 2010) untuk menentukan panyebab atau etiologi dalam
perumusan diagnosa keperawatan diperlukan model single diagnosa diangkat dari
lima tugas keluarga antara lain:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, meliputi:
1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda dan gejala
4) Faktor penyebab
5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Masalah dirasakan keluarga
3) Kelurga menyerah terhadap masalah yang dialami
4) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
5) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
6) Informasi yang salah
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi:
1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
2) Pentingnya kebersihan sanitasi
3) Upaya pencegahan penyakit
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, meliputi:
1) Keberadaan fasilitas kesehatan
2) Keuntungan yang didapat
3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, kemungkinan
perawat menemukan lebih dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan
sumber yang dimiliki oleh keluarga maupun perawat, maka masalah-masalah
tersebut tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena itu, perawat kesehatan
masyarakat dapat menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga.
c) Diagnosa Keperawatan yang Muncul
Berdasarkan masalah (problem) pada pasien hipertensi dalam NANDA
NIC-NOC (2015) dan penyebab (etiologi) dalam diagnosa keperawatan keluarga
yang dapat muncul pada penderita hipertensi yaitu:
1) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan hipertensi
2) Ansietas (cemas) berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan
3) Nyeri (Akut/Kronik) berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
5) Resiko terhadap ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
6) Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
memodifikasi lingkungan yang sehat.
Tabel 2.1 : Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

No Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat Masalah
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Keadaan sejahterah 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah:
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak ada 0
3. Potensi masalah untuk
dicegah:
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah:
a. Masalah berat harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah tapi 1 1
tidak harus ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Sumber: Andarmoyo, 2012
Skoring:

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
x Bobot
Angka tertinggi

3. Jumlah skor untuk semua kriteria


Menurut (Andarmoyo, 2012) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan
prioritas masalah yaitu:
1) Sifat masalah
Dalam menetukan sifat masalah bobot yang paling besar diberikan kepada keadaan
sakit/aktual ada pada keluarga atau masalah yang mengancam kehidupan keluarga
kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang beresiko mengancam kesehatan
keluarga dan selanjutnya yang potensial yang mempengaruhi kehidupan keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dapat diubah:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
c) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalaam masyarakat
dan sokongan masyarakat, seperti Posyandu dan Polindes.
3) Potensial masalah dapat dicegah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah
adalah:
a) Kepelikan dari masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau
masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah.
b) Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah.
Lamanya masalah berhubungan dengan beratnya masalah yang menimpa
keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.
c) Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan-tindakan untuk
mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status
kesehatan keluarga.
d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok risiko tinggi dalam keluarga atau
kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Menonjolnya masalah
Perawatan perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang lebih dahulu dilakukan intervensi
keluarga.
2.1.9 Intervensi Keperawatan Keluarga
Setelah diagnosis keperawatan ditetapkan, langkah berikutnya adalah perumusan
rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan merupakan kesimpulan
tindakan yang ditentukan oleh perwat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan masalah atu diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan (Ali, 2010).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang mencakup
tujuan umum (untuk mengatasi problem/masalah pada individu yang sakit) dan tujuan
khusus (pemecahan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga dalam hal
kesehatan/keperawatan) serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar
merupakan pernyataan spesifik tentang hal yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan kasus yang ditetapkan (Muhlisin, 2012).
a. Klasifikasi intervensi keperawatan keluarga
Menurut (Freeman (1970) dalam Andarmoyo, 2012) mengklasifikasikan intrvensi
keperawatan keluarga sebagai berikut:

a) Suplemental
Perawat secara langsung memberikan pelayanan yang tidak dapat dilakukan oleh
keluarga.
b) Fasilitatif
Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi atau pelayanan perawatan
kesehatan dirumah.
c) Perkembangan
Perawatan membantu keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber keluarga dan
dukungan sosial sehingga tindakan keperawatan bersifat mandiri atua bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri.
b. Syarat Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut (Ali, 2010) rencana keperawatan yang baik harus memenuhi beberapa syarat
berikut ini:
a) Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun
dengan jelas dan benar.
b) Rencana tersebut realistis dan dapat dilaksanakan (ada sarana, metodelogi dan
sumber daya manusianya).
c) Rencana harus sesuaai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah
dan institusi layanan kesehatan tersebut.
d) Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengaan keluarga karena keluarga
sebagai objek dan subjek layanan. Keikutsertaan keluarga terutama dalam
menentukan kebutuhan kesehatan dan masalah kesehatan, menentukan prioritas,
memilih tindakan yang tepat, mengimplementasikan, mengevaluasi hasil tindakan.
e) Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain secara
berkesinambungan dan mudah dievaluasi.
f) Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang mencegah
masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi.
g) Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pada proses yang
sistematis.
h) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa yang
lalu.
i) Rencana asuahan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya.
j) Rencana asuhan keperawatan menampakkan strategi untuk mencapai tujuan
k) Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara
terus menerus.
2.1.10 Implementasi Keperawatan Keluarga
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Implementasi atau pelaksanaan merupakan salah satu tahap dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
antar lain:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
e. Menstimulasi keluarga untuk memenfaatkan fasilitas kesehatan (Mubarak, 2012).
2.1.11 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu
diperhatiakan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan
keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu sesuai dengan ketersediaan keluarga
(Andarmoyo, 2012).

2.3 Konsep Dasar Hipertensi


2.3.1 Pengertian
Menurut (World Health Organization) atau WHO, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau besar 95 mmHg (Nasrin, 2003 dalam Padila, 2013).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah sistoliknya lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua kali pengukuran atau
lebih (Brunner & Suddarth, 2014).
2.3.2 Etiologi
Menurut (Lany, (2001) dalam Padila, 2013). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi essensial (Hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita Hipertensi. Sedangkan 10%
sisanya disebabkan oleh Hipertensi sekunder belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya Hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar unik mendapatkan Hipertensi jika orang tuanya adalah penderita Hipertensi.
b) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan mempengaruhi timbulnya Hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit putih).

c) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya Hipertensi adalah komsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lainnya, misalnya merukok, minum alkohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin).
2.3.3 Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2005) dalam Wijaya & Putri (2013). Kepastian
mengenai patofisiologi Hipertensi masih dipenuhi ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien
(antara 2% dan 5 %) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat
diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai “Hipertensi essensial”. Sejumlah
mekanisme fisioligis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian
dapat turun berperan dalam terjadinya Hipertensi essensial.

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkiin juga turun serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien Hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap
individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin dan sistem parasimpatis. Pada
bebrapa tahun belakangan, faktor lainnya telah di evaluasi, termasuk genetik, disfungsi
endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nirat oksida).

Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras simpatis,
yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kulumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan esetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf paska ganglion kepembuluh darah, diana dengan
melepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinevrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga merangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah, vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
pencetus keadaan Hipertensi.
Perubahan struktural dan funsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam memengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan
perifer.
2.3.4 Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala
Menurut (Edward, (1995) dalam Padila, 2013) mengemukakan bahwa tanda dan gejala
pada Hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini bararti
Hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai Hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis (Padila, 2013).
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat daan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan: renogram, pielogram, intravena, arteriogram, renal, pemeriksaan
fungsi ginjal dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan, (Padila, 2013).
2.3.6 Komplikasi
Menurut (Suiraoka, 2012) Hipertensi harus dikendalikan, semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dan tubuh. Tempat-
tempat yang paling dipengaruhi Hipertensi adalah pembuluh darah, jantung, otak, ginjal
dan mata.
a. Sistem kardiovaskuler
a) Arterosklerosis
Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan dibawah lapisan
arteri ketika dinding dalam arteri rusak , sel-sel darah yang disebut trombosit akan
menggumpal pada daerah yang rusak, timbunan lemak akan melekat dan lama
kelamaan dinding akan menjadi berparut dan lemak menumpuk disana sehingga
terjadi penyempitan pembuluh darah arteri

b) Aneurisma
Adanya penggelembungan pada arteria akibat dari pembuluh darah yang tidak
elastis lagi, sering terjadi pada otak arteri otak atau aorta bagian bawah. Jika
kebocoran atau pecah sangat fatal. Akibatnya, gejala sakit kepala hebat.
c) Gagal Jantung
Jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung dengan cepat,
akibatnya di cairan terkumpul di paru-paru kaki dan jaringan lain sehingga terjadi
odema. Akibatnya sesak napas.
b. Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan terserang stroke. Stroke
disebut juga serangan otak, merupakan sejenis cidera otak yang disebabkan
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah ke otak tergantung.
c. Ginjal
Ginjal juga menghasilkan zat kimia yang mengontrol ukuran pembuluh darah dan
fungsinya, Hipertensi dapat mempengaruhi proses ini. Jika pembuluh darah dan ginjal
mengalami aterosklerosis karena tekanan darah yang tinggi maka aliran darah ke
nefron akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa
dalam darah lama kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi. Sebaiknya penurunan tekanan darah dapat
memperlambat laju penyakit ginjal dan mengurangi kemungkinan dilakukannya cuci
darah dan cangkok ginjal.
d. Mata
Hipertensi dapat mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata, bahkan
bisa menyebabkan kebutaan.
2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut (Padila, 2013) pengelolaan Hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk Hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada Hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a) Diet
Diet dianjurkan untuk menderita Hipertensi adalah:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
6) Diet tinggi kalsium
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
1) Macam olahrga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olahraga yang baik antara dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit dalam zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebanyak 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat Hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat, pengobatannya meliputi:
a) Step 1: Obat pilihan pertama diuretik, beta blocker, Ca Antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2: alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain daari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c) Step 3: alaaternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke 2 diganti
2) Ditambah obat ke 3 jenis lain
4) Step 4: altrnatif pemberian Obatnya
1) Ditambah obat ke 3 dan ke 4
2) Reevaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat dan dokter). Dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan, hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberi tahu hasil pengurangan tekanan
darahnya.
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya.
c) Diskusikan dengan penderita bahwa Hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur dengan memakai alat tensimeter.
e) Sedapat mungkin tindakan tetapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
f) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
g) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya dirumah.
h) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti Hipertensi misal 1 x sehari atau
2 x sehari.
i) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti Hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi.
j) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal.
k) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
l) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang yang diperlukan.
d. Terapi dengan Obat Tradisional
a) Mentimun
Dalam penelitian (Sonia, 2012), dengan mengkonsumsi mentimun dapat
menurunkan tekanan darah. Buah mentimun mengandung flavanoid yang sangat
terbukti dalam menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang
menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada
dinding pembuluh darah serta kandungan saponin yang dapat meningkatkan
absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida dan air) di tubulus
distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif hal ini yang mampu
menurunkan tekanan darah. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90%
air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya
dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.
Mentimun (Cucumis sativus) Dalam pengobatan hipertensi dengan mentimun
dikonsumsi 1-2 buah perhari. Dengan mengkonsumsi mentimun sebanyak 100
gram sehari selama 30 hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan darah pada
orang dewasa. Dapat dilakukan dengan cara :
Ambil 1-2 buah timun diparut, diblender, atau diperas, kemudian ambil airnya
diminum dapat juga dimakan secara langsung yaitu pada pagi dan sore hari.

Anda mungkin juga menyukai