Anda di halaman 1dari 26

7.

Analisis Batubara
7.1. Jenis dan Kualitas Batubara di Tambang Batubara Taiheiyo
Lapisan batubara di Tambang Batubara Taiheiyo, merupakan lapisan dari masa
Kenozoikum jaman Tersier (kira-kira 45 juta tahun yang lalu), dengan formasi Harutori
sebagai formasi pembawa batubara (coal bearing formation). Dari lapisan ini, batubara
yang dihasilkan berupa batubara boiler (steam coal) bersifat sub-bituminous yang kaya
akan zat terbang (volatile matter). Nilai kualitas rata-rata batubara bersih yang dihasilkan
adalah: nilai kalori sekitar 6000 kcal/kg atau 25.116 kJ/kg, kandungan total sulfur 0,2-
0,3%, dan kandungan zat terbang lebih dari 40%. Secara umum, kandungan zat terbang
akan semakin kecil sejalan dengan tingkat pembatubaraan (degree of coalification).

7.2. Analisis Batubara dan Tujuan Sampling


Di unit preparasi Tambang Batubara Taiheiyo, dilakukan pengelolaan mutu dalam
kegiatan pengoperasian sehari-hari, sebagai usaha untuk menghasilkan batubara bersih
yang mampu memenuhi tuntutan konsumen. Dalam konteks ini, secara harian atau berkala
dilakukan sampling terhadap batubara, yang diambil dari berbagai tempat di dalam lokasi
unit preparasi batubara. Sampling dilakukan dengan maksud sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap batubara mentah.
2. Mempertahankan kondisi kestabilan pada proses preparasi batubara.
3. Mendapatkan perolehan hasil yang maksimal.
4. Menjaga kualitas batubara bersih yang dihasilkan.

Dalam pelaksanaannya, sampling dilakukan terhadap batubara mentah, produk


tengahan (middling), batubara bersih, dan bahkan batu buangan. Sampel yang diambil
harus dapat menunjukkan karakteristik dari kelompok yang diwakilinya, karena terhadap
sampel ini akan dilakukan analisis dan pengukuran. Metode pengambilan sampel, analisis
dan sebagainya, telah ditetapkan dalam suatu Standard Industri Jepang (Japan Industrial
Standard = JIS), sehingga keseluruhan proses dari sampling hingga analisis harus
dilakukan dengan mengikuti standard yang ada.
Di unit preparasi batubara, berbagai macam pengujian dan analisis dilakukan setiap
hari atau secara berkala. Contoh uji dan analisis yang dilakukan antara lain analisis
proksimat untuk mengetahui kadar kandungan abu, air, zat terbang dan lain-lain dalam
batubara, uji dan analisis ukuran butir batubara, uji apung-endap, serta berbagai
pengukuran terhadap air buangan untuk mengetahui kualitas airnya. Data dari berbagai
macam uji dan analisis ini, dipakai sebagai acuan dalam pengoperasian di lapangan,
sehingga produksi yang lebih efisien dan kualitas batubara bersih yang lebih stabil dapat
dicapai. Berikut ini, akan dijelaskan mengenai berbagai macam analisis batubara dan
metode pengoperasian yang dilakukan di unit preparasi batubara.
7.3. Jenis-jenis Analisis Batubara
(1) Sampling harian
Dalam upaya melakukan kontrol pengoperasian sehari-hari, dilakukan sampling tiap
shift untuk mengetahui kondisi pengoperasian di masing-masing shift, dan juga
sampling untuk mengetahui kualitas batubara bersih yang dihasilkan. Sampel-sampel
ini lalu dianalisis, untuk mendapatkan data dari masing-masing sampel berupa nilai
kandungan abu, nilai kalori, kandungan air, ukuran butir, dan sebagainya. Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan sampling yang dilakukan di unit preparasi Tambang
Batubara Taiheiyo.
Frekuensi Sampling harian dan Tempat Pengambilan Sampel
Frekuensi
Sampel Tempat Pengambilan Catatan
Pengambilan
Shin Tokuchu 1 / H / hari Fine Discharge SC
Poket Batubara
Nichu idem
Bersih
Poket Batubara
idem Auto sampler
62 Fun Bersih
1 / H / shift Special Fine LHS
1 / H / hari No.1 BC, atas Auto sampler
Nifun
1 / H / shift No.1 BC, atas Auto sampler
Saifun 1 / H / hari No.2 BC, atas
Batubara Mentah, Jig idem No.4 BC, atas Auto sampler
Batubara Mentah, Rewash idem No.2 BC, atas Auto sampler
Rewash sink coal SC,
Batu, Media Berat 1 / minggu
atas
Masing-masing Jig
Batu, Jig 1 / H / hari
Utama, chute
Batu, Rewash idem Jig Rewash, chute
1 / H / 2
Cairan Umpan, Spiral Pipa umpan Spiral
seminggu
Cairan C idem Traf bawah Spiral
Cairan R idem idem
Cake, Centrifuge 1 / H / hari No.5 BC, atas
(2) Pengujian Berkala
Di Tambang Batubara Taiheiyo, dilakukan uji berkala berupa uji ukuran butir terhadap
masing-masing produk dengan frekuensi 4 kali dalam setahun. Selain uji ukuran butir
(size analysis), dilakukan pula pengukuran terhadap kandungan abu dan nilai kalori.
Semua hal ini, disamping untuk mengetahui kualitas batubara menurut ukuran butirnya,
juga dipakai sebagai pengecekan terhadap ketelitian pemisahan batubara hasil, yang
terefleksikan dalam pengoperasian preparasi.
(3) Analisis Batubara saat Pemuatan ke Kapal
Batubara bersih yang dihasilkan oleh Tambang Batubara Taiheiyo, hampir semuanya
dibeli oleh perusahaan pembangkit listrik, dan pengiriman dengan kapal ditujukan ke
pulau Honshu. Di Perusahaan Perdagangan dan Transportasi Batubara Taiheiyo, sampel
diambil dari masing-masing kapal, lalu dibawa ke unit preparasi batubara untuk
dilakukan analisis kualitas, yang hasilnya berupa nilai kalori, kandungan abu,
kandungan air, dan lain-lain.

(4) Analisis Batubara Heading dan Drilling


Lapisan batubara yang menjadi obyek penambangan di Tambang Batubara Taiheiyo
berjumlah 3 lapisan, dengan sifat-sifat berupa nilai kalori, kandungan belerang dan
lain-lain, agak berbeda antara satu lapisan dengan lapisan lainnya. Karena itu, pada
kegiatan heading (penggalian lubang bukaan) yang menembus lapisan batubara, atau
saat dilakukan drilling (pengeboran), pengambilan sampel dan analisis batubara juga
dilakukan. Analisis batubara yang dilakukan, meliputi kandungan air, abu, nilai kalori,
dan berat jenis. Selain itu, adakalanya dilakukan juga pengukuran terhadap kandungan
nitrogen, belerang, dan lain-lain tergantung lokasi penambangannya.

7.4. Persiapan Analisis


Di dalam ruang persiapan analisis dan pengujian, sampel yang diambil dari lapangan
dikeringkan, diremuk, dibagi/direduksi dan lain-lain, sebelum dilakukan pengujian dan
analisis. Beberapa contoh prosedur dan kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan
sampel uji, akan diterangkan sebagai berikut.

(1) Penyiapan sampel harian


Sampel yang diambil dari dalam pabrik, lalu diaduk dan dicampur merata dengan
menggunakan sekop kecil. Kemudian sampel direduksi dengan metode kerucut bagi
empat (coning and quartering).
Coning and Quartering Sampling Method

(2) Reduksi Sampel batubara Mentah, Batubara Bersih, dan Batu Buangan
Sampel yang telah dikeringkan dan dibagi/ direduksi dengan metode kerucut bagi
empat, masih direduksi lagi dengan menggunakan riffle divider (pembagi dua) untuk
mendapatkan jumlah yang diperlukan bagi keperluan analisis dan pengujian. Untuk
sampel yang ukurannya masih terlalu besar, diremuk terlebih dahulu dengan
menggunakan jaw crusher.

Riffle Divider (No.10)

(3) Peremukan (pengecilan ukuran) Sampel


1. Jaw Crusher. Agar dapat diremuk dengan optimal oleh double roll crusher,
batubara kasar diremuk dengan jaw crusher hingga berukuran kurang dari 25mm.
2. Double Roll Crusher. Alat ini digunakan untuk meremuk/ menggerus sampel
hingga mencapai ukuran yang optimal untuk penggerusan dengan mesin penggerus
Brown (Brown mill), yaitu hingga kurang dari 3mm.
3. Mesin Penggerus Brown. Alat ini menggerus sampel hingga mencapai ukuran
butir yang ditentukan oleh standard (-0,25mm) untuk keperluan pengukuran
kandungan abu, nilai kalori, dan lain-lain.
Jaw Crusher Brown Mill

7.5. Sifat-sifat Kimia Batubara


Secara umum, sifat-sifat kimia batubara dapat ditunjukkan melalui hasil analisis
proksimat, analisis ultimat, nilai kalori dan lain-lain.
(1) Analisis Proksimat
Sejak dahulu batubara telah dikenal penggunaannya, baik untuk pembakaran maupun
karbonisasi. Untuk itu, kondisi bara api, ada tidaknya asap buangan, jumlah abu dan
lain-lain menjadi suatu hal yang penting. Untuk karbonisasi, agar dapat memperkirakan
jumlah dan tingkat kualitas dari kokas, tar, maupun gas, maka perlu diketahui dengan
sebaik-baiknya karakteristik dari batubara yang dipakai. Dengan tujuan inilah dilakukan
suatu metode analisis yang disebut dengan analisis proksimat.
Dalam analisis ini, sampel mendapat perlakuan panas, atau dibakar dengan persyaratan-
persyaratan tertentu yang telah ditentukan. Di Jepang, persyaratan ini ditentukan
melalui suatu standard industri yang disebut JIS (Japan Industrial Standard).
Dalam analisis proksimat, kandungan air, kandungan abu, dan kandungan zat terbang
(volatile matter) merupakan hasil pengukuran dari analisis yang dilakukan, sedangkan
nilai karbon tetap (fixed carbon) dihitung dari angka 100% dikurangi nilai pengukuran
kandungan air, abu, dan zat terbang dalam %.

(2) Analisis Ultimat


Analisis proksimat yang dilakukan seperti penjelasan terdahulu, merupakan analisis
terhadap karakteristik batubara dari sisi pemakaiannya, sedangkan analisis ultimat
dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah kandungan unsur-unsur yang terdapat
dalam batubara. Dengan mengetahui jenis dan jumlah kandungannya, tidak saja hal ini
akan membantu dalam mengenal karakteristik dan struktur kimia batubara, namun dari
sudut pandang pengelolaan panas (thermal management), hal ini sangat membantu
dalam menghitung jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran dan sebagainya.
Selain abu sebagai zat inorganik dan air, kandungan unsur-unsur pada batubara tidak
berbeda dengan zat organik lainnya, yaitu berupa karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), nitrogen (N), belerang (S), dan juga fosfor (P).
Metode analisis ultimat terhadap batubara telah ditetapkan pula di dalam JIS (Japan
Industrial Standard). Hasil analisis ultimat menunjukkan kandungan karbon, hidrogen,
oksigen, belerang terbakar (combustible sulfur), (total sulfur – non combustible sulfur)
dan nitrogen, yang dinyatakan dalam dry basis. Untuk kandungan abu, perhitungan
dilakukan dengan mengkonversi persen berat abu pada equivalent humidity basis yang
didapat dari hasil analisis proksimat ke dalam dry basis.

7.6. Nilai Kalori


Nilai kalori adalah jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna satu unit
kuantitas bahan bakar pada kondisi standard yang ditetapkan. Besar kecilnya nilai kalori
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan nilai batubara itu sendiri.
Nilai kalori dapat digolongkan menjadi dua, yaitu nilai kalori total (gross heating
value) yang memasukkan perhitungan nilai kalor laten (tersembunyi) dari uap air yang
terbentuk dalam gas buang saat dilakukan pembakaran sempurna, dan nilai kalori murni
(net heating value) yang tidak mengikutsertakan nilai kalor laten uap air. Pada umumnya,
nilai kalori batubara dinyatakan dalam nilai kalori total. Nilai kalori total sering disebut
juga dengan nilai kalori atas (higher heating value), sedangkan nilai kalori murni disebut
juga dengan nilai kalori bawah (lower heating value). Satuan nilai kalori batubara yang
sejak dulu umum dipakai di Jepang adalah kcal/kg. Sekarang ini, dengan meningkatnya
penggunaan sistem satuan internasional (SI), nilai kalori batubara dinyatakan juga dalam
satuan kJ/kg.
Tingkat pembatubaraan yang tinggi, akan memberikan pengaruh berupa nilai kalori
batubara yang semakin tinggi. Secara umum, nilai kalori batubara berkisar antara 5000 ~
7000 kcal/kg.

7.7. Titik Leleh Abu


Tingkat ketahanan api dari abu, bila dilihat dari sudut pandang teknik pembakaran,
berhubungan erat dengan pembentukan klinker (clinker). Dengan kata lain, bila titik leleh
abu cukup rendah, maka akn mudah terbentuk klinker, dimana hal ini dapat menyebabkan
timbulnya berbagai masalah. Secara umum, bila temperatur suatu padatan murni kita
naikkan, maka pada suatu titik temperatur tertentu, padatan tersebut akan mulai meleleh.
Tetapi karena abu merupakan suatu campuran dari berbagai zat dengan aneka bentuk yang
beragam, maka hal ini menyebabkan tidak adanya titik leleh yang jelas.
Metode pengukuran titik leleh abu batubara, biasanya dilakukan dengan menggerus
abu batubara terlebih dahulu hingga menjadi ukuran yang sangat halus, yaitu kurang dari
0,075mm, lalu dibentuk menjadi piramida segitiga. Piramida abu batubara ini lalu
dimasukkan ke dalam tungku, kemudian dilakukan pengamatan sambil temperaturnya
dinaikkan. Pada suatu temperatur tertentu, akan terlihat bahwa piramida abu batubara akan
mulai berubah bentuk karena meleleh. Titik ini dinamakan titik pelunakan (softening
point). Berikutnya, pada temperatur yang lebih tinggi, piramida abu batubara akan terus
meleleh hingga berbentuk menyerupai setengah bola. Titik temperatur ini disebut dengan
titik leleh (melting point). Bila temperatur terus dinaikkan, abu batubara akan meleleh
sempurna. Titik ini dinamakan titik cair atau titik leleh sempurna.
Peranan titik leleh abu menjadi sangat penting saat menggunakan batubara untuk
keperluan industri, dikarenakan pengaruhnya yang cukup besar terhadap kinerja
pengoperasian generator, blast furnace dan sebagainya. Untuk tungku slag-tap, titik leleh
abu yang rendah masih dapat diterima. Namun secara umum, titik leleh abu yang optimal
adalah diatas 1300°C. Titik leleh abu biasanya berkisar antara 1000-1500°C, dan nilai ini
berhubungan erat dengan komposisi yang dikandungnya. Dengan kata lain, abu yang
banyak mengandung unsur-unsur bersifat asam seperti asam silikat (SiO2) atau alumina
(Al2O3) memiliki sifat ketahanan api yang tinggi, sedangkan yang banyak mengandung
unsur-unsur basa seperti besi(III) oksida (Fe2O3), batu kapur (CaO), magnesium oksida
(MgO) atau kalium oksida (K2O) memiliki sifat ketahanan api yang rendah.

7.8. Ketergerusan (Grindability)


Biasanya, tingkat ketergerusan batubara akan naik sejalan dengan semakin tingginya
tingkat pembatubaraan. Nilai ini menjadi maksimum (paling tinggi) pada batubara
bituminous yang juga memiliki tingkat pembatubaraan yang tinggi. Namun pada batubara
antrasit, nilai ini turun kembali.
Ada banyak metode untuk menentukan nilai ketergerusan batubara, namun yang
banyak dipakai adalah uji ketergerusan Hardgrove (Hardgrove Grindability Test). Hasil uji
ini berupa suatu nilai yang disebut Hardgrove Grindability Index, atau yang umum
disingkat dengan HGI. Metode ini ditetapkan oleh suatu badan standard Amerika (ASTM).
Secara umum, batubara kokas (coking coal) adalah yang paling mudah digerus,
sedangkan antrasit dan brown coal tergolong susah untuk digerus. Nilai indeks 70 atau
lebih menunjukkan sifat mudah digerus, sedangkan nilai indeks 50 atau kurang memiliki
sifat susah digerus.

7.9. Caking Property


Bila batubara dipanaskan dan dikarbonisasi, maka akan menunjukkan fenomena
fluidisasi dan pemuaian. Setelah batubara meleleh akibat pemanasan, batubara kemudian
akan melekat lagi satu sama lain dan menunjukkan gejala pemuaian. Inilah yang disebut
dengan sifat caking pada batubara. Lemah atau kuatnya sifat ini sangat bergantung kepada
sifat ventilasi (kemampuan untuk meloloskan udara) dari kokas, dan merupakan suatu hal
yang penting dalam pembuatan kokas. Untuk menyatakan tingkat caking property dari
batubara, salah satunya dipakai suatu indeks yang disebut crucible swelling number atau
button number, yang umum disingkat CSN. Biasanya, nilai indeks ini dinyatakan dengan
bilangan dari 0 hingga 9, dengan tingkat kenaikan 1/2.
Sifat caking ini biasanya dimiliki oleh batubara bituminous, dan tidak dimiliki oleh
batubara antrasit maupun brown coal. Secara umum, batubara dengan karbon tetap (fixed
carbon) yang tinggi menunjukkan adanya sifat caking. Caking coal (atau coking coal,
batubara kokas) memiliki nilai indeks 3 atau lebih, batubara boiler (steam coal) memiliki
indeks diatas 1 dan kurang dari 3, sedangkan batubara antrasit memiliki indeks 1 atau
kurang.

7.10. Pelaporan Analisis dan Tabel Hasil Analisis terhadap masing-masing Produk
Hubungan antara kandungan zat-zat dalam batubara dengan basis pengujian pada
analisis batubara ditunjukkan seperti di bawah ini. Nilai pengukuran atau pelaporan
analisis harus pula menyertakan basis pengujiannya (equilibrium moisture basis, dry
basis, dan sebagainya).
Di bawah ini ditunjukkan daftar jenis-jenis analisis batubara.
Daftar Basis Uji pada Analisis Batubara
*) Masing-masing simbol menyatakan berat (weight), dengan catatan s adalah belerang
terbakar (combustible sulfur).

(1) moisture sample moisture M%= m x 100/G1


G1
Total kandungan air%
=( m+w)x100/G1
(2) proximate analysis sample water W%= w x 100/G2
G2
ash A%= a x 100/G2
volatile V% = v x 100/G2
matter
fixed carbon F% = f x 100/G2
fuel ratio F/V

(3) ultimate analysis sample hydrogen H% = h x 100/G3


G2
sulfur S% = s x 100/G3
oxygen O% = o x 100/G3
nitrogen N% = n x 100/G3
carbon C% = c x 100/G3
ash A% = a x 100/G3
(4) calorivic value sample calorivic value = generated heat/G2
measurement G2

Pada halaman berikut ini disertakan lampiran berupa hasil analisis terhadap masing-masing brand
produk dari Tambang Batubara Taiheiyo.
Hasil Analisis masing-masing Brand Produk Batubara Taiheiyo

Equilibrium Moisture basis Dry basis


Product Brand Proximate Analysis % C.V Ultimate Analysis % non-comb.
fuel Total S kcal/kg combustible Sulfur
water ash v.m f.c ratio % ash C H O sulfur N %
Shin Tokuchu 6,1 14,5 42,9 36,5 0,85 0,17 6250 15,45 65,53 5,47 12,49 0,03 1,03 0,15
Nichu 5,5 26,3 38,4 29,8 0,78 0,20 5300 27,82 55,48 4,85 10,91 0,07 0,87 0,14

62 Fun 6,1 12,7 43,1 38,1 0,88 0,22 6380 13,49 67,43 5,46 12,49 0,10 1,03 0,13
Senpun 5,8 16,9 41,6 35,7 0,86 0,23 6080 17,94 63,58 5,26 12,14 0,09 0,99 0,15
Nifun 5,7 34,0 32,8 27,5 0,84 0,25 4550 36,06 48,70 4,17 10,17 0,12 0,78 0,14

Karakteristik Abu
Product Brand Ketahanan Api Kandungan % HGI
T.Lunak T.Leleh T.Cair SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 P2O5 MnO TiO2 Na2O K2O
Shin Tokuchu 1240 1330 1370 51,06 25,85 4,52 8,76 2,08 2,42 0,63 0,09 1,31 1,23 0,91 37
Nichu 1250 1450 1470 58,42 24,60 2,83 6,10 0,89 1,26 0,71 0,05 1,46 1,06 1,30 38

62 Fun 1210 1280 1300 49,02 22,51 5,63 10,86 2,55 2,43 1,13 0,13 1,18 1,67 1,05 38
Senpun 1240 1380 1410 52,64 26,07 4,27 7,60 1,78 2,14 0,68 0,08 1,44 1,20 1,00 38
Nifun 1260 1500 1500 60,39 24,61 2,59 4,35 0,89 1,00 0,34 0,04 1,20 1,09 1,58 39
8. Pengendalian Mutu
8.1. Apa yang dimaksud Pengendalian Mutu Batubara
Pengendalian mutu berarti kita sebagai produsen batubara harus mampu menghasilkan
produk dengan kualitas yang yang sesuai dengan tuntutan konsumen secara ekonomis dan
dapat mensuplai produk tersebut secara stabil. Untuk dapat melakukan hal ini, kita harus
melakukan survei dengan sungguh-sungguh terhadap keinginan dan tuntutan konsumen,
dan hasil survei tersebut benar-benar kita jadikan prioritas utama dalam kegiatan produksi.
Selain itu, tentunya kita harus juga membangun suatu sistem dan proses produksi yang
efisien. Pengendalian mutu tidak cukup hanya berlaku di lokasi penambangan dimana
batubara dihasilkan, namun harus pula mencakup keseluruhan aspek, berupa transportasi,
penyimpanan di stockyard, dan lain-lain. Dan agar hasil dari pengendalian mutu benar-
benar bisa dirasakan, maka sangat diperlukan adanya kesadaran yang tinggi dari segenap
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Tanpa itu, mustahil berharap adanya kesuksesan.

8.2. Pengendalian Mutu di Unit Preparasi Batubara


Tujuan dari preparasi batubara adalah mengolah batubara mentah hasil penambangan
menjadii batubara bersih dengan spesifikasi sesuai tuntutan dan permintaan konsumen.
Biasanya, konsumen menuntut adanya keseragaman pada nilai-nilai karakteristik batubara
bersih, yang meliputi nilai kalori, kandungan abu, kandungan belerang dan lain-lain,
disamping nilai kandungan air dan keseragaman ukuran butir. Untuk memenuhi tuntutan
ini, di unit preparasi dilakukan segenap proses yang diperlukan, mulai dari blending,
penyeragaman ukuran (peremukan dan pengayakan), pemisahan, pengeringan (dewatering)
dan lain-lain hingga ke penanganan terhadap batu dan air buangan yang timbul sebagai
akibat dari proses produksi tersebut.
Untuk Tambang Batubara Taiheiyo, sebagian besar batubara yang dihasilkan dijual
untuk keperluan pembangkit listrik. Karena itu, pengendalian mutu yang dilakukan juga
berdasarkan isi kontrak penjualan dengan pihak perusahaan pembangkit listrik.
Dalam kontrak penjualan dengan pihak perusahaan pembangkit listrik, biasanya
dicantumkan persyaratan berupa nilai kalori, kandungan abu, kandungan air (moisture),
kandungan belerang, dan kandungan nitrogen. Terhadap persyaratan-persyaratan inilah
dilakukan upaya pengendalian mutu, terutama pada fasilitas preparasi batubara.
Desliming & Dewatering Screen

8.3. Metode Pengendalian Mutu


(1) Nilai Kalori dan Kandungan Abu
Nilai kalori dan kandungan abu memiliki korelasi yang sangat erat, disamping
korelasi antara keduanya dengan berat jenis pemisahan. Karena itu, upaya pengendalian
mutu yang dijalankan berupa tindakan pemeliharaan terhadap mesin-mesin pengolah/
pemisah agar selalu dalam kondisi normal.
Dalam kegiatan sehari-hari, pemeriksaan kandungan abu untuk melihat kondisi
pengoperasian dilakukan dengan mengambil dan memeriksa sampel. Selain itu, masih
dilakukan pula upaya pengawasan dengan ash monitor yang bekerja dengan
menggunakan sinar gamma untuk pemantauan secara online.
Disamping itu, secara periodik/berkala diambil sampel menyeluruh mulai dari
batubara mentah hingga menjadi batubara produk, untuk kemudian dilakukan uji
apung-endap (float and sink test) dan uji ukuran butir (size analysis). Berdasarkan hasil
uji yang didapat, diperoleh informasi mengenai kondisi pengoperasian dari tiap-tiap
peralatan pengolahan/pemisahan, serta informasi tentang kualitas produk dan tingkat
kestabilan kinerja peralatan.
Pengukuran Kandungan Abu Gambar Prinsip Dasar Ash-Monitor
(2) Kandungan Air (Moisture)
Proses preparasi batubara yang dilakukan, secara keseluruhan dikerjakan dalam
kondisi basah dan berair. Untuk batubara produk berupa bongkah (butir kasar), luas
permukaan yang terjadi relatif lebih kecil sehingga jumlah air yang menempel sedikit
dan tidak menimbulkan masalah. Namun untuk batubara butir kecil dan halus, luas
permukaannya relatif menjadi lebih besar sehingga jumlah air yang menempel juga
lebih banyak. Dengan alasan inilah dipakai dewatering screen dan pengering sentrifugal
untuk melakukan proses penurunan kadar air secara mekanis.
Dalam kegiatan sehari-hari, upaya pengawasan dilakukan oleh operator dengan
melihat secara visual kondisi batubara bersih yang dihasilkan dan kondisi screen yang
digunakan.

(3) Ukuran Butir


Dari aspek ukuran butir, pengelolaan pemeliharaan (maintenance) terhadap
peralatan menjadi sangat penting, terutama terhadap peremuk (crusher) dan
ayakan/saringan (screen).
Sebagai nilai batasan untuk ukuran butir, diberikan syarat bahwa 100% harus lolos
ayakan 40 mm, dan kurang dari 30% yang lolos ayakan 2 mm. Dalam kegiatan sehari-
hari, pengecekan secara visual terhadap produk hasil dan kondisi peralatan harus selalu
dijalankan. Secara berkala, dilakukan uji ukuran butir terhadap sampel dari masing-
masing produk untuk mengetahui lebih dalam lagi kondisi dari masing-masing
peralatan, terutama screen dan crusher.

(4) Pengambilan Benda Asing


Pada prinsipnya, yang dibeli dan dibayar oleh konsumen adalah batubara, dan bukan
benda-benda asing yang tercampur dalam tumpukan batubara. Karena itu, walaupun
dalam kontrak dengan pihak perusahaan batubara tidak diatur mengenai jumlah benda
asing yang boleh tercampur, namun berlaku asumsi umum bahwa pada dasarnya tidak
akan ada campuran benda asing. Karena itu, pihak produsen dan pemasok batubara
berkewajiban untuk melakukan kontrol terhadap adanya benda asing dalam batubara
yang dijual.
Umumnya, benda asing yang tercampur dalam batubara berupa serpihan kayu dan
logam. Selain itu, sebagian bisa berupa potongan karet dari belt conveyor. Dalam
proses pengangkutan batubara dari permukaan kerja hingga ke poket batubara mentah
yang ada di unit preparasi batubara, benda-benda asing yang ikut tercampur dalam
batubara bisa saja menjadi penyebab kerusakan pada belt, penyumbatan pada chute dan
sebagainya, sehingga dapat mengganggu proses produksi.
Selain itu, benda asing yang tercampur dalam batubara mentah akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap proses yang akan dilalui selanjutnya, yaitu proses
preparasi. Dari segi ekonomis, hal tersebut akan menyebabkan penambahan pada
fasilitas dan jumlah pekerja, sehingga beban perusahaan akan bertambah. Tambahan
lagi, bila seandainya benda asing tersebut tidak diambil (atau terambil), sehingga
tercampur ke dalam batubara bersih yang dikirimkan ke konsumen, hal itu akan dapat
menghilangkan kepercayaan dari konsumen, dan mungkin saja akan menjadi penyebab
dari buruknya angka penjualan.
Di unit preparasi batubara, pengambilan benda asing dilakukan di beberapa tempat.
Pengambilan potongan-potongan kayu dilakukan dengan alat pengambil potongan kayu
(skimmer) dan 2 buah screen penyaring benda asing. Pengambilan serpihan logam
dilakukan dengan magnet catcher, atau bahkan dengan tenaga manusia tergantung pada
kondisi yang ada.
Dalam kegiatan sehari-hari, pengendalian terhadap benda asing dilakukan dengan
pengecekan visual terhadap batubara bersih dan kondisi peralatan. Selain itu,
perusahaan juga menganut falsafah bahwa faktor 5K (kebersihan, kerapihan,
keteraturan, kelestarian, kedisiplinan) ikut menjadi dasar dari sistem pengendalian
mutu, sehingga pendidikan terhadap petugas lapangan juga ditekankan.

Magnet Catcher Screen Pengambilan Benda Asing


(5) Kandungan Belerang dan Nitrogen
Di Tambang Batubara Taiheiyo, batubara yang dihasilkan memiliki kandungan
belerang dan kandungan nitrogen yang relatif sedikit, sehingga tidak diberlakukan
metode pengendalian mutu yang khusus. Hanya setiap kali lokasi penambangan
berpindah, dilakukan sampling dan analisis terhadap kandungan belerang serta nitrogen
dalam batubara.

8.4. Sistem Pengendalian Mutu di Unit Preparasi Batubara


Sistem pengoperasian di unit preparasi batubara adalah 24 jam terus menerus yang
terbagi ke dalam 3 shift kerja. Pengecekan kondisi mutu sehari-hari, pada dasarnya
dilakukan dengan memberikan tanggung jawab langsung kepada petugas lapangan, yaitu
kepala pengawas pengoperasian dan operator. Berdasarkan laporan pengukuran kandungan
abu dari bagian analisis, para petugas ini dapat melakukan tindakan berupa perubahan
dalam pengoperasian dan lain-lain.
Sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator, kemudian dilaporkan kepada
kepala pengawas pengoperasian, yang selanjutnya melaporkan hal tersebut kepada kepala
sektor atau kepala sub-seksi sebagai pengawas lapangan. Bila dilakukan perubahan yang
cukup besar dalam pengoperasian, maka perubahan tersebut harus dilaprkan ke tingkat
yang lebih tinggi, yaitu kepala seksi. Pada tiap tahapan yang dilalui, diberikan pula
instruksi bilamana perlu. Hal ini pada akhirnya tercermin dari sistem pengoperasian yang
dijalankan oleh para operator.
Pada sistem pengelolaan yang hanya bersifat top-down, adakalanya penanganan
terhadap perubahan/fluktuasi kualitas di lapangan akan menjadi lamban bila harus
menunggu instruksi dari atas terlebih dahulu. Karena itu, diterapkan pula sistem yang
memungkinkan perubahan pengoperasian untuk mengantisipasi kondisi di lapangan.
Selain itu, dari hasil uji ukuran butir dan uji apung-endap yang dilakukan secara
berkala, serta dengan melihat perubahan kondisi penambangan, maka perubahan
pengoperasian dapat dilakukan dengan instruksi dari kepala seksi atau sub-seksi kepada
operator melalui kepala sektor dan kepala pengawas pengoperasian.
Tanggung jawab sebagai operator tidak hanya menjaga kualitas melalui pengoperasian
mesin dan peralatan saja, namun juga dalam hal perawatan (maintenance) terhadap mesin
dan peralatan yang ada. Bila operator mengetahui seluk-beluk peralatan yang berperan
penting dalam pengendalian mutu, seperti misalnya separator, crusher, dan screen, maka
upaya pengelolaan dan pengawasan mutu dapat dilakukan dengan lebih baik lagi
Crusher (Peremuk)

Berikut ini diberikan bagan yang menunjukkan sistem pengendalian mutu yang berlaku
sekarang.
Sistem Pengendalian Mutu
Perubahan Operasi

Monitoring dan Pengecekan Peralatan

Batubara bersih
Batubara Mentah
hasil penambangan
Separator Kepala seksi

Laporan Instruksi

Sampling Kepala pengawas operasi

Laporan Instruksi

Analisis Kepala sektor lapangan

Laporan Laporan
Pengukuran Abu di berbagai titik (Harian)
Uji Apung-Endap (Berkala) Instruksi
Laporan
Kepala sub-seksi lapangan
Uji Ukuran Butir (Berkala) Kepala Laboratorium Analisis

Pengukuran kandungan air (Berkala)


Laporan Instruksi
t
Kepala seksi
8.5. Pokok-pokok Pengendalian Mutu pada Peralatan dan Mesin
Pokok-pokok pengendalian mutu dan kondisi pengendalian menurut mesin dan peralatan

Nama Alat Prinsip Dasar dan Aplikasi Pengawasan


Nilai Kalori Drewboy Heavy Pemisahan apung-endap Harian 1.Analisis Abu
dan Kandungan Medium Separator menggunakan media berat  Cek hasil
Abu berupa suspensi magnetite. operasi
Vari-Wave Jig Pemisahan berdasarkan beda  Penilaian
Separator

kecepatan naik-turun akibat operasi


denyut gelombang air dalam 2.Pengukur Abu
tangki. Otomatis
Spiral Concentrator Pemisahan berdasarkan gaya  Cek kondisi
sentrifugal saat mengalir pemisahan
menuruni spiral.
Pengukur Abu Pengukuran secara kontinu 1.Uji Apung-Endap
menggunakan sinar gamma. Berkala  Cek
Pengawasan

Otomatis kondisi
pemisahan
 Penilaian
metode operasi
Kandungan Air Dewatering Screen Ayakan berlubang untuk Harian 1. Cek Visual
meloloskan air berupa table  Ada-tidak
screen. kelainan pada
Pengering

peralatan

Pengering Sentrifugal Pengeringan memanfaatkan 1.Pengukuran


gaya sentrifugal melaui Berkala kadar air
putaran tinggi dengan basket  Cek kadar air
centrifuge. batubara bersih
Ukuran Butir Peremuk (Crusher) Meremuk partikel kasar Harian 1.Cek Visual
menjadi ukuran butir  Cek alat dan
tertentu. produk
Screen Pemisah Partikel Pengambilan batubara halus
Halus dari produk hasil Berkala 1.Uji Ukuran Butir
peremukan.  Cek ukuran
butir produk
Pengambilan Pengambil Serpih Kayu Pengambilan serpih kayu Harian 1.Cek Visual
Benda Asing hasil pemisahan apung-  Cek peralatan
endap dalam tangki air.  Cek kondisi
Magnet Catcher Menggunakan bercampurnya
elektromagnet atau magnet benda asing
permanen untuk mengambil
serpih logam.
8.6. Pengendalian Mutu pada Pengangkutan Batubara Bersih
Setelah melalui proses preparasi, batubara disimpan dalam poket batubara bersih yang ada
di dalam lingkungan unit preparasi batubara, sebelum akhirnya dikirim ke tempat
penyimpanan batubatubara (coal stockyard) yang ada di pelabuhan dengan menggunakan
kereta pengangkut. Coal stockyard ini berjarak sekitar 4 km dari unit preparasi batubara,
dan memiliki kapasitas penyimpanan 230 ribu ton. Kapasitas pengangkutan kereta api
dalam satu rangkaian yang terdiri dari 24 gerbong adalah 720 ton, dan pengangkutan
batubara bersih dilakukan dalam selang tiap jam sekali, disesuaikan dengan jumlah yang
harus dikirim ke konsumen.

Transportasi dengan kereta Coal Stockyard di pelabuhan Shirito


Petugas operator loading pada kereta, harus selalu bertukar informasi dengan petugas
di unit preparasi, serta harus pula melakukan pengawasan terhadap ada tidaknya benda
asing yang tercampur saat pemuatan (loading) ke atas kereta.
Di coal stockyard yang ada di sisi pelabuhan, batubara bersih diambil dengan belt
conveyor, lalu dinaikkan ke atas kapal dengan menggunakan 2 unit ship loader
berkapasitas 800 t/h. Semua aliran proses ini, dijalankan dan di kontrol dari sebuah ruang
pusat kendali. Nilai kalori dari batubara bersih, diukur dan dimonitor melalui ash monitor
yang memanfaatkan sinar gamma. Untuk benda asing, karena di coal stockyard digunakan
alat berat, sehingga kemungkinan tercampurnya benda-benda logam masih ada, maka pada
belt conveyor sebelum masuk ke ship loader dipasang detektor logam. Saat terdeteksi
adanya logam, maka magnet catcher akan secara otomatis bekerja, dan mengambil benda
logam tersebut.
Ash Monitor Detektor Logam
8.7. Hasil Analisis dari masing-masing Produk Batubara
Hasil Analisis masing-masing Brand Produk Batubara Taiheiyo

Equilibrium Moisture basis Dry basis


Product Brand Proximate Analysis % C.V Ultimate Analysis % non-comb.
fuel Total S kcal/kg combustible Sulfur
water ash v.m f.c ratio % ash C H O sulfur N %
Shin Tokuchu 6,1 14,5 42,9 36,5 0,85 0,17 6250 15,45 65,53 5,47 12,49 0,03 1,03 0,15
Nichu 5,5 26,3 38,4 29,8 0,78 0,20 5300 27,82 55,48 4,85 10,91 0,07 0,87 0,14

62 Fun 6,1 12,7 43,1 38,1 0,88 0,22 6380 13,49 67,43 5,46 12,49 0,10 1,03 0,13
Senpun 5,8 16,9 41,6 35,7 0,86 0,23 6080 17,94 63,58 5,26 12,14 0,09 0,99 0,15
Nifun 5,7 34,0 32,8 27,5 0,84 0,25 4550 36,06 48,70 4,17 10,17 0,12 0,78 0,14
Karakteristik Abu
Product Brand Ketahanan Api Kandungan % HGI
T.Lunak T.Leleh T.Cair SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 P 2 O5 MnO TiO2 Na2O K2O
Shin Tokuchu 1240 1330 1370 51,06 25,85 4,52 8,76 2,08 2,42 0,63 0,09 1,31 1,23 0,91 37
Nichu 1250 1450 1470 58,42 24,60 2,83 6,10 0,89 1,26 0,71 0,05 1,46 1,06 1,30 38

62 Fun 1210 1280 1300 49,02 22,51 5,63 10,86 2,55 2,43 1,13 0,13 1,18 1,67 1,05 38
Senpun 1240 1380 1410 52,64 26,07 4,27 7,60 1,78 2,14 0,68 0,08 1,44 1,20 1,00 38
Nifun 1260 1500 1500 60,39 24,61 2,59 4,35 0,89 1,00 0,34 0,04 1,20 1,09 1,58 39
8.8. Jenis-jenis Uji
(1) Uji Ukuran Butir (Size Analysis)
1. Persiapan Uji
Sampel diayak dengan ayakan yang telah ditentukan, lalu bagian yang tertinggal di
atas masing-masing ayakan serta bagian yang lolos lubang ayakan terkecil ditimbang.
Uji ukuran butir ini, selain dilakukan secara berkala, juga dilakukan bilamana
dianggap perlu.
(waktu pengujian berkala: April, Juli, Oktober, Januari)

2. Persiapan Sampling
Pada uji ukuran butir berkala, jumlah produksi selama 3 hari ditetapkan sebagai 1 lot.
Selain itu, metode sampling yang dipakai adalah sampling sistematis (systematic
sampling), dengan jumlah sampel dan lain-lain mengikuti standard pengendalian
mutu.

3. Lubang Ayakan (mm)


Batubara bongkah ukuran sedang: 70, 60, 50, 35, 30, 25, 22, 20, 15, 10, 5.0, 2.0
Batubara butir kecil: 30, 25, 22, 20, 15, 10, 5.0, 2.0, 1.0, 0.5, 0.25
Batubara halus: 2.0, 1.0, 0.5, 0.25, 0.15, 0.075, 0.045

4. Pembagian dan Pengeringan Sampel


Untuk batubara bongkah ukuran sedang, pada prinsipnya tidak perlu dilakukan
pembagian, sehingga keseluruhan jumlah sampel diayak. Untuk pengeringan sampel,
dilakukan dengan membiarkannya di udara terbuka (air dried) atau dengan
menggunakan pemanas uap air (steam heating).

5. Jumlah Penambahan Sampel dalam Pengayakan


Jumlah sampel yang boleh dimasukkan atau ditambahkan dalam satu kali pengayakan
ditentukan dengan persyaratan berikut. Bila proses pengayakan telah selesai, maka
penambahan sampel dilakukan dengan jumlah maksimal kira-kira sama dengan bila
semua partikel menempel langsung di permukaan ayakan.

6. Metode Pengayakan
1. 70 mm atau lebih: Bila ukuran partikel dari satu sisi lebih besar dari lubang
ayakan, namun sisi yang lain lebih kecil (misal bentuk lonjong dan sebagainya),
maka gerakkan ayakan sehingga partikel tersebut dapat lolos. Intinya, semua
partikel yang dapat lolos diusahakan untuk lolos.
2. 70-20 mm: Ayakan digerakkan dengan kecepatan yang cukup untuk membuat
partikel yang ada di atasnya membuat gerakan berputar (rotary motion), yaitu
pada jarak 20 cm ayakan diguncang secara horisontal 10 kali.
3. 15 mm atau kurang: Dilakukan guncangan pada arah horisontal berulang-ulang
dengan perlahan, sampai tidak terlihat lagi partikel yang dapat menembus
ayakan.
4. 2 mm atau kurang: Digunakan Ro-Tap Sieve Shaker (pengguncang ayakan Ro-
Tap).

(2) Uji Apung-Endap (Float Sink Test)


1. Standard Uji Apung-Endap
Sampel secara bergantian dimasukkan ke dalam beberapa cairan berat jenis tertentu,
sehingga didapatkan partikel yang terapung dan partikel yang tenggelam. Setelah
dikeringkan, masing-masing ditimbang beratnya dan dipergunakan sebagai sampel
pada pengukuran kandungan abu. Jumlah sampel minimum yang diperlukan untuk
keperluan pengujian tercantum di bawah ini.

Jumlah Sampel untuk Uji Apung-Endap


Ukuran Butir mm 60 ~ 25 25 ~ 0,5 - 0,5
Jumlah Sampel kg 50 10 0,5

Untuk partikel halus –0.5 mm, terlebih dahulu sampel diayak. Setelah itu, barulah
jumlahnya dipakai untuk pengukuran kandungan abu.

2. Cairan Berat Jenis


Sebagai cairan berat jenis dipakai gasolin, perkloroetilen, dan etanobromida. Dari
cairan ini, kemudian dibuat larutan campuran sehingga pada kondisi temperatur
ruangan, memiliki berat jenis sebagai berikut:
Berat jenis cairan: 1.30, 1.40, 1.50, 1.60, 1.70, 1.80, 1.90, 2.0
Tergantung kepada materi pengujian, adakalanya ditambahkan berat jenis 1.25, 1.35,
dan 1.45 pada deret di atas.

3. Metode Pengujian
1. Sampel dikeringkan pada suhu kurang dari 35°C, cukup sampai tidak terasa
lembab atau basah.
2. Pertama-tama sampel dimasukkan ke dalam cairan dengan berat jenis yang
paling rendah, kemudian selama kurang lebih 2 menit diaduk perlahan. Setelah
itu, didiamkan sekurang-kurangnya selama 2 menit.
3. Setelah didapatkan adanya bagian yang terapung dan bagian yang tenggelam,
partikel yang terapung lalu diambil dan dibersihkan dari sisa-sisa cairan berat
jenis yang masih menempel. Setelah itu, sampel batubara dikeringkan pada suhu
kurang dari 40°C, kemudian dilakukan penimbangan berat dan pengukuran
kandungan abu.
4. Bagian yang tenggelam, lalu dimasukkan bergantian ke dalam cairan dengan
berat jenis yang semakin tinggi. Proses lain sama dengan atas, yaitu bagian yang
terapung diambil, dicuci, dikeringkan, lalu ditimbang beratnya dan diukur
kandungan abunya.
8.9. Daftar Peralatan Analisis

Item Nama Alat Tipe & Spesifikasi Jumlah


Pengambilan Unit Sampler BB bongkah-sedang
Sampel BB butir kecil
BB halus: sampling scoop no.1
Auto Sampler cutter sampler (raw coal small/fine, rewash raw 4
coal, rewash 2nd tank, 62 fun)
Peremukan Mesin Blake jaw crusher, cap. 25mm 500kg/h, 2,21kW 1
Peremuk/Penggerus double roll crusher, cap. 3mm, 30kg/h, 3,7kW 1
hard disk brown, cap. –0,25mm, 10kg/h, 1.5 kW 2
vibrating sample mill, cap. 0.25mm, 10g/s, 0,2kW 1
Pembagi (Divider) Riffle Sampler No.30 (30±1mm), no.10 (10±0.5mm), no.6 (6mm) 1 each
Pengeringan Steam Dryer buatan sendiri W 2500mm, H 1800mm, L 600mm 1
Kandungan Air Inkubator setting temp.10~50°C, pada setting 25°C 1
kelembaban 70~80%
Electric Dryer Setting temp. 40~250°C, 0.9kW 1
Wadah Air Bahan gelas, diameter 40mm, tinggi 20mm
Kandungan Abu Electric Muffle Heat generating chrome wire, 150100300mm, 1
Furnace 4kW dg. program pengatur temperatur (outside)
Heat generating cantal wire, 200150300mm, 2
2kW, dg. program pengatur temperatur (built in)
Magnetic Boat 17mm  80mm  13mm
Nilai Kalori Kalorimeter Tabung Kalorimeter Shimadzu Nenken CA-4P, 1,5 1
kW
Zat Terbang (volatile Electric Crucible Cantal wire 0,6kW, temperatur pemakaian 1000ºC 1
matter) Furnace max 1100ºC
Platinum Crucible Diameter atas 25mm, tinggi 30mm, diameter 1
bawah 18mm, volume 10cc, berat 18g
Kandungan Electric Pipe Merk Toyo Kagaku CT-4S, diameter 30mm  1
Belerang Furnace 300mm, 1400°C, 3,6kW
Timbangan Electronic Scale Merk Metlar AG-245, up to 160g ketelitian 0,1mg; 1
up to 30g ketelitian 0,01mg
Merk Metlar AG-204, up to 210g ketelitian 0,1mg 1
Even Balance (tipe Merk A&D HF800, up to 8000g, ketelitian 0,1g 1
dg. anak timbangan)
Timbangan Lantai Merk Teraoka, up to 15kg ketelitian 5g; up to 5kg 1
ketelitian 2g
Merk Teraoka, up to 60kg ketelitian 20g 1
Uji Ukuran Butir Sieve Shaker Merk Mitamura Riken, Electromagnetic Shaker 1
MRK-RETAC3,2kW
Ayakan standard Diameter 200mm, 5,08~0,044mm 8 buah
Ayakan plat/papan L914mm  W520mm, lubang 100mm~2,0mm 11 buah
Uji Apung-Endap Densimeter (float) Standard densimeter 0,700~2,000 8 buah
Alat Bantu Hitung Komputer Merk NEC, untuk pemrosesan data analisis 2
Analisis Kualitas Air pH meter Merk Toa Denpa HM16S, metode kutub listrik 1
gelas
Aspirator Merk Yamato WP15, volume 10lt., volume 1
exhaust gas 11~13lt/min, 3kW
Manifold Merk Shibata tipe berangkai 3, volume 250? 1
Auto Still Merk Yamato WS-33, volume 20 lt., 1,5kW 1
Automatic Buret Merk Shibata 50ml 1
Lee Buret Merk Shibata 20ml, volume? lt. 1
Hand Piston Buret Merk Shibata 10ml 1
Pipet Merk Shibata 1, 2, 5, 10ml
Micro Pipet Merk Shibata 10ml 1

Anda mungkin juga menyukai