a. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada adab ke-7
M. Buya Hamka (Haji Abdul malik Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal
dari tanah kelahirammya, yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad
pertama Hijriah atau 7 M. Hal ini berdasarkan bukti bahwa Bangsa Indonesia sejak
awal telah menganut mazhab Syafi’i yang sama dengan mazhab yang dianut di
Mekkah. Selain itu, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah
dikemukakan oleh Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh
para musafir (kaum pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Bukti lain
masuknya Islam pada abad ke-7 Masehi adalah catatan dari dinasti Tang yang
berjudul Hsin-tangshu menyebutkan bahwa pada 674 M telah ada pemukiman
pedagang Arab di Polu-shih ( Barus, Pantai Barat Sumatra).
c. Pendapat ketiga dikemukakan oleh Snouck Hurgronje bahwa para penyebar Islam
di Indonesia berasal dari Gujarat, India. Sedangkan menurut Mouquette menytakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad 13-14 M, berdasarkan tulisan pada
batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 698 H atau 1297 M dan adanya
kesamaan batu nisan milik Malik al-Saleh dengan batu nisan yang ada di Cambay,
Gujarat. Bukti lain adalah catatan Marcopolo (pedagang Venesia) yang singgah di
Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292. Di sana
disebutkan bahwa Perlak merupakan kota Islam.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam datang pada abad ke-7 M berasal
dari Arab, sedangkan Islam yang datang pada abad ke-13 M berasal dari Gujarat. Atau, Islam
masuk ke Indonesia secara perlahan-lahan dimulai abad ke-7 M dan mendapatkan
bentuknya secara politik pada abad ke-13 M.
2. PERSEBARAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI
BEBERAPA CARA YAITU:
A. PERDAGANGAN :
Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan
membuat wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan
para pedagang tidak hanya masyarakat local, tetapi juga bangsa -
bangsa lain. Mereka berdagang juga menyebarkan agama islam
B. PERNIKAHAN :
Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan
banyak yang melakukan pernikahan dengan penduduk setempat.
Dari pernikahan ini terbentuklah ikatan kekerabatan yang besar
antara pihak laki-laki dan keluarga wanita.
D. KESENIAN :
Penyebaran islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni,
seperti pertunjukan wayang kulit. Disebutkan dalam cerita tutur
bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang sangat mahir dan
sangat disukai masyarakat. Beliau secara perlahan-lahan memasukan
unsur – unsur agama islam dalam cerita dan pertunjukan wayang
sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama islam.
3. PENGARUH ISLAM TERHADAP MASYARAKAT DI
INDONESIA.
A. BIDANG POLITIK.
Sebelum islam masuk Indonesia sudah berkembang kerajaan -
kerajaan Hindhu - Buddha. Kerajaan - kerajaan tersebut kemudian
mengalami kemunduran dan digantikan peranannya oleh kerajaan -
kerajaan islam. Pada masa islam, konsep kerajaan berubah menjadi
kesultanan. Dalam system kesultanan nilai - nilai islam menjadi dasar
dalam pengendalian kekuasaan.
B. BIDANG SOSIAL.
Pada masa Hindhu-Buddha terjadi pembedaan antar kelompok
masyarakat, pembeda ini disebut system kasta. Sistem ini
membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria,
Waisya dan Sudra. Setelah masuknya islam, system kasta menjadi
pudar karena ajaran islam tidak menerapkan system kasta. Meskipun
demekian, pada masa islam masih terdapat penggolongan kelompok
masyarakat. Di jawa misalnya, seorang ulama diberi gelar kyai,
sebuah gelar yang menunjukan ketinggian derajat pada struktur
social di masyakarat. Begitu pula dengan penyebar agama islam yang
diberi gelar Sunan, gelar ini menunjukan status social yang tinggi.
C. BIDANG AGAMA.
Pada masa islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia
menganut agama islam. Namun, masih terdapat masyarakat yang
menganut agama hindhu, budhha, atau menganut kepercayaan
kepada roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat
di Indonesia menganut agama islam.
D. BIDANG KEBUDAYAAN.
1. Seni Bangunan.
Bentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan
kebudayaan Hindhu - Budhha. Kemiripan ini terlihat pada hal - hal
berikut :
a) Atap Tumpang .
Atap tumpeng merupakan atap yang bersusun semakin ke atas
semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Contoh
masjid yang menggunakan atap tumpeng adalah masjid demak dan
masjid banten.
b) Menara
2. Seni Ukir
Seni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi
dari masa sebelumnya. Dalam ajaran Islam, ada larangan untuk
membuat patung dan melukis makhluk hidup apalagi dalam bentuk
manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang dengan
menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan,
bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang , pemandangan, dan
garis-garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan
ragam hias huruf arab (kaligrafi) yang kerap kali digunakan untuk
menyamarkan lukisan makhluk hidup.
4. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam dikenal dengan sebutan kesultanan dan rajanya disebut sultan.
Kesultanan Islam mulai lahir sejak abad ke-13 M. Kesultanan Islam yang ada di Indonesia,
antara lain :
Sumber sejarah Kesultanan Samudera Pasai diperoleh dari batu nisan Sultan Malik
as-Saleh yang berangka tahun 696 H atau 1297 M, catatan Marcopolo yang singgah di
Perlak tahun 1292 M, dan catatan Ibnu Batutah (seorang penjelajah dari Maroko) yang
pernah singgah di Samudera Pasai tahun 1345 dan 1346 M.
Tahun 1521 M, Kesultanan Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis, kemudian tahun
1524 M dikuasai oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh Darussalam. Sejak
itu, Samudera Pasai dibawahi oleh kekuasaaan Kesultanan Aceh Darussalam.
b. Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh didirikan pada tahun 1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Kesultanan Aceh Darussalam dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah berhasil
memasukkan kerajaan Daya dalam kekuasaan Aceh Darussalam pada tahun 1520 M.
Kemudian Pedir dan Samudera Pasai ditaklukan pada 1524 M. Lalu menyerang kapal
Portugis di bawah pimpinan komando Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh. Tahun
1529 M Kerajaan Aceh mengadakan persiapan untuk menyerang Portugis di Malaka,
tetapi tidak jadi karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada tahun 1530 M.
Sejak Malaka dikuasai Portugis, para pedagang Muslim menghindari Selat Malaka
dan beralih menyusuri pesisir barat Sumatra, ke Selat Sunda, ke timur Indonesia atau ke
Cina. Hal ini mendorong perekonomian masyarakat Aceh dan menjadikan Aceh sebagai
bandar transit lada dari Sumatra dan rempah-rempah dari Maluku. Aceh juga
membangun armada laut kuat dan menjalin hubungan dengan kesultanan Islam di Timur
Tengah seperti Turki Utsmani, Abessinia, dan Mesir.
Sultan Iskandar digantikan oleh Sultan Iskandar Thani yang memerintah tahun 1636-
1641 M dan berhasil meningkatkan kejayaan Kesultanan Aceh. Pada masa ini, bidang
keagamaan berkembang didukung oleh kehadiran seorang ulama besar, Nuruddin ar-
Raniri. Sepeninggalan Sultan Iskandar Thani, Aceh mengalami kemunduran dan hanya
bertahan hingga awal abad ke-20 M.
c. Kesultanan Demak
Kesultanan Demak yang didirikan pada abad ke-15 M oleh Raden Patah yang
merupakan keturunan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit merupakan kesultanan Islam
pertama di Pulau Jawa. Awalnya Demak merupakan wilayah dari kerajaan Majapahit.
Ketika Majapahit mengalami kemunduran, Demak menjadi kawasan mandiri yang
kemudian menjadi kesultanan. Wilayah penganut Islam karena pengaruh Kesultanan
Demak adalah pantai utara Jawa, Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi.
Tahun 1526 M, Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari
kerajaan Sunda yang disebabkan adanya kerjasama politik dan ekonomi antara kerajaan
Sunda dan Portugis, ini dianggap membahayakan Kesultanan Demak setelah kegagalan
Adipati Yunus mengusir Portugis dari Malaka.
Tahun 1660 m, terjadi perang Makassar yang disebabkan oleh persaingan antara
kesultanan Makassar dan kerajaan Bone yang mendapat dukungan dari VOC Belanda
juga orang Belanda yang menghalangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari
Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Kesultanan Makassar kalah dan
terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya.
f. Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1575 M sekaligus menjadi
sultan yang pertama dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Sutawijaya digantikan oleh putranya, Mas Jolang yang memerintah tahun 1601-1613 M.
Mas Jolang digantikan oleh putranya, Mas Rangsang atau yang lebih dikenal dengan
nama Sultan Agung yang memerintah tahun 1613-1645 M.
Tahun 1645 Sultan Agung wafat dan dimakamkan di situs pemakaman di puncak
bukit tertinggi di Imogiri, yang ia buat sebelumnya. Sultan Agung kemudian digantikan
oleh putranya, Amangkurat I (1647-1677). Pada masa pemerintahannya, Matarm
menglamai kemunduran karena masuknya pengaruh Belanda. Belanda berhasil
memecah belah Mataram, hingga pada tahun 1755 M dilakukan Perjanjian Giyanti yang
membagi kesultanan Mataram menjadi 2 bagian, yaitu Daerah Kesultanan Yogyakarta
dan Daerah Kasunanan Surakarta.
g. Kesultanan Ternate dan Tidore
Pada abad ke-15 M, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam di Maluku, hingga akhirnya muncul 4 kesultanan, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan
Bacan. Ketika 4 kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar
hingga ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti pala dan cengkeh dan
menjadi pusat perdagangan. Di antara kesultanan yang ada, Ternate yang paling maju.
Namun, kemajuan itu menyebabkan persaingan antar kesultanana di Maluku yang
akhirnya membentuk 2 persekutuan yang bersaing, yaitu Uli Lima yang dipimpin oleh
Ternate dan terdiri atas 5 daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Dan
satu lagi adalah Uli siwa yang dipimpin oleh Tidore dan beranggotakan 9 daerah, yaitu
Tidore, Jailolo, Makyan, soe-siu, dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat
Papua.
Tahun 1605 M, VOC Belanda mendududki Ambon dan berusaha menguasai Maluku.
Belanda mendapat perlawanan dari rakyat Maluku, salah satunya dipimpin oleh Sultan
Nuku dari Tidore.
h. Kesultanan Banjar
Awal abad ke-16 M di kalimantan Selatan terdapat 3 kerajaan, yaitu Nagara Dipa,
Nagara Daha, dan Banjar dengan raja bernama Raden Samudra. Ketika Nagara Daha me
nyerang kerajaan Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer kepada Kesultanan
Demak dan berjanji jika Kesultanan Demak membantu berperang melawan Negara
Daha, ia bersama seluruh rakyatnya akan masuk Islam.
Demak memenuhi permintaan itu. Dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar menang
dan seluruh rakyatnya masuk Islam. Raden Samudra pun dinobatkan oleh Sunan Kudus
menjadi Sultan Banjar dengan yang pertama gelar Sultan Suryanullah atau Sultan
Suryansyah yang memerintah tahun 1526-1545 M
Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaannya pada awal abad ke-17 M. Hal ini
terbukti dari kesultanan Banjar berhasil menghimpun kekuatan militer yang kuat hingga
mampu membendung pengarug politik dari Tuban, Arosbaya (Madura), dan Mataram,
perdagangan kesultanan Banjar menjadi maju dengan lada sebagai komoditas utama
dan memperoleh penghasilan dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis
untuk jalur perdagangan, terakhir lahirnya seorang ulama besar bernama Muhammad
Arsyad ibn Abdullah Al Banjari di martapura tahun 1710 M dan pergi ke Mekkah
menuntut ilmu, lalu mengajarkan ilmu agama Islam dengan kitabnya yang terkenal Sabil
al-Muhtadin.
a) Masjid
a) Keraton
Keraton adalah tempat kediaman raja atau istana raja.
b) Makam
makam kuno terdiri atas jirat yang berarti bangunan yang terbuat dari batu yang
berbentuk persegi panjang, nisan yang berarti tonggak pendek yang terbuat dari
batu yang ditanam diatas gundukan tanah sebagai tanda kuburan, dan yang
terakhir cungkup yang berarti bangunan mirip rumah yang berada diatas jirat.
c) Kaligrafi
Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan
menggunakan huruf arab yang diambil dari ayat suci al-quran.