Anda di halaman 1dari 17

C.

Kehidupan Masyarakat pada Masa Islam


1. Masuknya Islam Ke Indonesia
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan waktu masuknya Islam dan tempat
asalnya, antara lain :

a. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada adab ke-7
M. Buya Hamka (Haji Abdul malik Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal
dari tanah kelahirammya, yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad
pertama Hijriah atau 7 M. Hal ini berdasarkan bukti bahwa Bangsa Indonesia sejak
awal telah menganut mazhab Syafi’i yang sama dengan mazhab yang dianut di
Mekkah. Selain itu, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah
dikemukakan oleh Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh
para musafir (kaum pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Bukti lain
masuknya Islam pada abad ke-7 Masehi adalah catatan dari dinasti Tang yang
berjudul Hsin-tangshu menyebutkan bahwa pada 674 M telah ada pemukiman
pedagang Arab di Polu-shih ( Barus, Pantai Barat Sumatra).

b. Pendapat kedua dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan


bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Pendapatnya didasarkan
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan
Indonesia, seperti perayaan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah
atas kematian Husein Bin Ali, berkembang dalam tradisi Tabot di Pariaman, Sumatra
Barat dan Bengkulu.

c. Pendapat ketiga dikemukakan oleh Snouck Hurgronje bahwa para penyebar Islam
di Indonesia berasal dari Gujarat, India. Sedangkan menurut Mouquette menytakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad 13-14 M, berdasarkan tulisan pada
batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 698 H atau 1297 M dan adanya
kesamaan batu nisan milik Malik al-Saleh dengan batu nisan yang ada di Cambay,
Gujarat. Bukti lain adalah catatan Marcopolo (pedagang Venesia) yang singgah di
Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292. Di sana
disebutkan bahwa Perlak merupakan kota Islam.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam datang pada abad ke-7 M berasal
dari Arab, sedangkan Islam yang datang pada abad ke-13 M berasal dari Gujarat. Atau, Islam
masuk ke Indonesia secara perlahan-lahan dimulai abad ke-7 M dan mendapatkan
bentuknya secara politik pada abad ke-13 M.
2. PERSEBARAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI
BEBERAPA CARA YAITU:
A. PERDAGANGAN :
Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan
membuat wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan
para pedagang tidak hanya masyarakat local, tetapi juga bangsa -
bangsa lain. Mereka berdagang juga menyebarkan agama islam

Para pedagang biasanya bermukim sementara di daerah -


daerah sekitar pelabuhan karena mereka harus menunggu
perubahan angin pada bulan - bulan tertentu yang memungkinkan
mereka kembali ke daerah asalnya.

B. PERNIKAHAN :
Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan
banyak yang melakukan pernikahan dengan penduduk setempat.
Dari pernikahan ini terbentuklah ikatan kekerabatan yang besar
antara pihak laki-laki dan keluarga wanita.

Dalam abad dan hakikatnya, ditemukan cerita mengenai


pernikahan antara seorang pedagang atau golongan islam lainnya
dengan anak bangsawan pribumi. Contohnya pernikahan puteri
Campa dengan raja Brawijaya dan melahirkan seorang putra yang
kelak menjadi raja Demak yang bernama Raden Patah. Demikian
pula seorang ulama terkenal bernama Maulana Ishak dengan putri
Blambangan dan melahirkan putra bernama Raden Paku yang
kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri.
c. PENDIDIKAN :
Para ulama dan guru-guru islam mendirikan Lembaga-lembaga
Pendidikan islam. Lembaga Pendidikan islam yang dikenal pada
waktu itu adalah Surau, Dayah, dan Pesantren. Di tempat - tempat
inilah para ulama mendidik para santri tentang agama islam. Bila
telah selesai, para santri pulang ke kampung halamanya untuk
berdakwah menyebarkan agama islam kepada masyarakat
di sekelilingnya. Contoh pesantren pada masa dahulu pesantren yang
dibangun oleh Sunan Ampel dekat Gresik, dan pesantren yang
dibangun oleh Sunan Giri di Gresik.

D. KESENIAN :
Penyebaran islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni,
seperti pertunjukan wayang kulit. Disebutkan dalam cerita tutur
bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang sangat mahir dan
sangat disukai masyarakat. Beliau secara perlahan-lahan memasukan
unsur – unsur agama islam dalam cerita dan pertunjukan wayang
sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama islam.
3. PENGARUH ISLAM TERHADAP MASYARAKAT DI
INDONESIA.
A. BIDANG POLITIK.
Sebelum islam masuk Indonesia sudah berkembang kerajaan -
kerajaan Hindhu - Buddha. Kerajaan - kerajaan tersebut kemudian
mengalami kemunduran dan digantikan peranannya oleh kerajaan -
kerajaan islam. Pada masa islam, konsep kerajaan berubah menjadi
kesultanan. Dalam system kesultanan nilai - nilai islam menjadi dasar
dalam pengendalian kekuasaan.

B. BIDANG SOSIAL.
Pada masa Hindhu-Buddha terjadi pembedaan antar kelompok
masyarakat, pembeda ini disebut system kasta. Sistem ini
membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria,
Waisya dan Sudra. Setelah masuknya islam, system kasta menjadi
pudar karena ajaran islam tidak menerapkan system kasta. Meskipun
demekian, pada masa islam masih terdapat penggolongan kelompok
masyarakat. Di jawa misalnya, seorang ulama diberi gelar kyai,
sebuah gelar yang menunjukan ketinggian derajat pada struktur
social di masyakarat. Begitu pula dengan penyebar agama islam yang
diberi gelar Sunan, gelar ini menunjukan status social yang tinggi.

C. BIDANG AGAMA.
Pada masa islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia
menganut agama islam. Namun, masih terdapat masyarakat yang
menganut agama hindhu, budhha, atau menganut kepercayaan
kepada roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat
di Indonesia menganut agama islam.

D. BIDANG KEBUDAYAAN.

Berkembangnya kebudayaan islam di kepulauan Indonesia


tidak serta merta menggantikan atau memusnahkan kebudayaan
yang sudah ada. Kebudayaan islam mengakomodasi kebudayaan
yang sudah ada, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar
tetap sesuai dengan ajaran islam. Hal ini menyebabkan terjadinya
akulturasi antara kebudayaan islam dengan kebudayaan yang sudah
ada. Hasil akulturasi tersebut antara lain sebagai berikut

1. Seni Bangunan.
Bentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan
kebudayaan Hindhu - Budhha. Kemiripan ini terlihat pada hal - hal
berikut :

a) Atap Tumpang .
Atap tumpeng merupakan atap yang bersusun semakin ke atas
semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Contoh
masjid yang menggunakan atap tumpeng adalah masjid demak dan
masjid banten.
b) Menara

Menara merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk


mengumandangkan adzan ketika waktu solat telah tiba. Pada
masjid kudus bentuk Menara mirip sekali dengan bentuk bangunan
candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya
da diberi atap tumpeng.
c) Makam
Pembangunan makam bagi sebagian umat islam di Indonesia
dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah
meninggal. Di Indonesia banyak ditemukan makam yang terletak di
bukit atau dataran tinggi. Misalnya makam Sunan Gunung Jati di
gunung sembung atau kompleks pemakaman raja-raja mataram di
imogiri.

2. Seni Ukir
Seni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi
dari masa sebelumnya. Dalam ajaran Islam, ada larangan untuk
membuat patung dan melukis makhluk hidup apalagi dalam bentuk
manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang dengan
menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan,
bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang , pemandangan, dan
garis-garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan
ragam hias huruf arab (kaligrafi) yang kerap kali digunakan untuk
menyamarkan lukisan makhluk hidup.
4. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam dikenal dengan sebutan kesultanan dan rajanya disebut sultan.
Kesultanan Islam mulai lahir sejak abad ke-13 M. Kesultanan Islam yang ada di Indonesia,
antara lain :

a. Kesultanan Samudera Pasai


Kesultanan Samudera Pasai yang terletak di sebelah utara Perlak di daerah
Lhokseumawe (sekarang pantai timur Aceh) dan berbatasan langsung dengan Selat
Malaka ini berdiri antara tahun 1270-1275 M. Sultan yang pernah memerintah adalah
Sultan Malik as-Shaleh, Sultan Malik at-Thahir, dan Sultan Mahmud Malik az-Zahir.

Sumber sejarah Kesultanan Samudera Pasai diperoleh dari batu nisan Sultan Malik
as-Saleh yang berangka tahun 696 H atau 1297 M, catatan Marcopolo yang singgah di
Perlak tahun 1292 M, dan catatan Ibnu Batutah (seorang penjelajah dari Maroko) yang
pernah singgah di Samudera Pasai tahun 1345 dan 1346 M.

Perekonomian masyarakat Samudera Pasai tergantung dari perdagangan. Letaknya


yang berdekatan dengan Selat Malaka dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi. Barang
yang diperdagangkan adalah lada, sutra, dan kapur barus. Dalam bidang keagamaan,
Ibnu Batutah menyebutkan bahwa Samudera Pasai dikunjungi oleh ulama dari Persia,
Syiria, dan Isfahan dan sultan Samudera Pasai sangat taat beragama dan menganut
mazhab Syafi’i. Marcopolo menyebutkan bahwa masyarakat di daerah Perlak sebagian
besar telah beragama Islam. Peran penting penyebaran Islam oleh Samudera Pasai
tampak dari upaya penyebarannya hingga ke Malaka dan Patani.

Tahun 1521 M, Kesultanan Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis, kemudian tahun
1524 M dikuasai oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh Darussalam. Sejak
itu, Samudera Pasai dibawahi oleh kekuasaaan Kesultanan Aceh Darussalam.
b. Kesultanan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh didirikan pada tahun 1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Kesultanan Aceh Darussalam dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah berhasil
memasukkan kerajaan Daya dalam kekuasaan Aceh Darussalam pada tahun 1520 M.
Kemudian Pedir dan Samudera Pasai ditaklukan pada 1524 M. Lalu menyerang kapal
Portugis di bawah pimpinan komando Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh. Tahun
1529 M Kerajaan Aceh mengadakan persiapan untuk menyerang Portugis di Malaka,
tetapi tidak jadi karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada tahun 1530 M.

Sejak Malaka dikuasai Portugis, para pedagang Muslim menghindari Selat Malaka
dan beralih menyusuri pesisir barat Sumatra, ke Selat Sunda, ke timur Indonesia atau ke
Cina. Hal ini mendorong perekonomian masyarakat Aceh dan menjadikan Aceh sebagai
bandar transit lada dari Sumatra dan rempah-rempah dari Maluku. Aceh juga
membangun armada laut kuat dan menjalin hubungan dengan kesultanan Islam di Timur
Tengah seperti Turki Utsmani, Abessinia, dan Mesir.

Kesultanan Aceh mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan


Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636 M dan berhasil menguasai daerah-
daerah di pesisir timur dan barat Sumatra, serta pesisir barat semenanjung Melayu,
seperti Johor dan Pahang. Tahun 1629 M, Sultan Iskandar Muda berupaya merebut
Malaka dari Portugis, namun gagal.

Sultan Iskandar digantikan oleh Sultan Iskandar Thani yang memerintah tahun 1636-
1641 M dan berhasil meningkatkan kejayaan Kesultanan Aceh. Pada masa ini, bidang
keagamaan berkembang didukung oleh kehadiran seorang ulama besar, Nuruddin ar-
Raniri. Sepeninggalan Sultan Iskandar Thani, Aceh mengalami kemunduran dan hanya
bertahan hingga awal abad ke-20 M.
c. Kesultanan Demak

Kesultanan Demak yang didirikan pada abad ke-15 M oleh Raden Patah yang
merupakan keturunan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit merupakan kesultanan Islam
pertama di Pulau Jawa. Awalnya Demak merupakan wilayah dari kerajaan Majapahit.
Ketika Majapahit mengalami kemunduran, Demak menjadi kawasan mandiri yang
kemudian menjadi kesultanan. Wilayah penganut Islam karena pengaruh Kesultanan
Demak adalah pantai utara Jawa, Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi.

Kehidupan ekonomi masyarakat Demak bersumber dari pertanian, perdagangan, dan


pelayaran. Pengalihan jalur perdagangan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis,
membuat wilayah di daerah Kesultanan Demak berkembang menjadi pelabuhan transito
dengan daerah penghasil rempah-rempah. Tahun 1512 M dan 1513 M, Demak mengirim
pasukan dibawah pimpinan Adipati Unus untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan
Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka, namun gagal.

Dalam bidang keagamaan, Kesultanan Demak menyebarkan agama Islam dengan


bantuan walisongo. Walisongo yang berasal dari Demak adalah Sunan Kalijaga, Sunan
Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan muria yang menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri.
Sedangkan di Kalimantan, dilakukan oleh seorang penghulu bernama Tunggang
Pararangan.

Kesultanan Demak mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan


Trenggana. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan demak meliputi sebagian Jawa
Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Penaklukan pesisir utara Jawa
Barat dilakukan oleh Fatahillah.

Setelah Sultan Trenggana wafat, Kesultanan Demak mengalami kemunduran. Salah


satu penyebabnya adalah konflik dalam keluarga kesultanan yang memperebutkan tahta
Demak dan akhirnya berakhir setelah Jaka Tingkir meredam pemberontakan Aria
Panangsang yang menginginkan tahta Demak. Jaka Tingkir kemudian memindahkan
pusat pemerintahan demak ke daerah Pajang.
d. Kesultanan Banten

Tahun 1526 M, Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari
kerajaan Sunda yang disebabkan adanya kerjasama politik dan ekonomi antara kerajaan
Sunda dan Portugis, ini dianggap membahayakan Kesultanan Demak setelah kegagalan
Adipati Yunus mengusir Portugis dari Malaka.

Kemudian Fatahillah mendirikan benteng pertahanan bernama Surosowan yang


kelak menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Banten, mengembangkan Banten
menjadi kota perdagangan, dan menyebarkan agama Islam. Ketika Kesultanan Demak
mengalami kemunduran, banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan
Demak.

Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan


Ageng Tirtayasa tahun 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, perekonomian Banten
semakin berkembang. Untuk mempertahankan banten sebagai pusat perdagangan,
Sultan Ageng Tirtayasa menolak bekerjasama dengan VOC Belanda yang ingin
menerapkan monopoli perdagangan. Berbeda dengan putranya, Sultan Abu Nasr Abdul
Kahar atau Sultan Haji yang mau berkompromi dengan VOC. Perbedaan pendapat ini
berujung hinbgga terjadinya perang saudara. Sultan Haji dengan bantuan VOC dapat
mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Akibatnya, Banten berada di bawah kekuasaan
VOC.
e. Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)

Kesultanan Makassar terletak di Sulawesi Selatan. Kesultanan Makassar berasal dari


kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo yang kemudian digabung menjadi satu di bawah
pimpinan raja Gowa. Sedangkan raja Tallo menjadi mangkubumi.

Kesultanan Makassar berkembang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian


Timur, disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung
antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Kesultanan Makassar mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin tahun 1653-1669 M.

Tahun 1660 m, terjadi perang Makassar yang disebabkan oleh persaingan antara
kesultanan Makassar dan kerajaan Bone yang mendapat dukungan dari VOC Belanda
juga orang Belanda yang menghalangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari
Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Kesultanan Makassar kalah dan
terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya.
f. Kesultanan Mataram

Kesultanan Mataram didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1575 M sekaligus menjadi
sultan yang pertama dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Sutawijaya digantikan oleh putranya, Mas Jolang yang memerintah tahun 1601-1613 M.
Mas Jolang digantikan oleh putranya, Mas Rangsang atau yang lebih dikenal dengan
nama Sultan Agung yang memerintah tahun 1613-1645 M.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung, kesultanan Mataram mencapai puncak


kejayaan. Hal itu terbukti dari Mataram yang berhasil memperluas kekuasaan hingga ke
berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat termasuk Banten,
mengembangkan Mataram menjadi negara agraris , mengembangkan seni bangunan,
ukir, dan lukis, juga kebudayaan yang terbentuk dari perpaduan unsur budaya Islam
dengan budaya Hindu-Jawa, seperti perayaan Sekaten dan upacara Grebeg.

Tahun 1645 Sultan Agung wafat dan dimakamkan di situs pemakaman di puncak
bukit tertinggi di Imogiri, yang ia buat sebelumnya. Sultan Agung kemudian digantikan
oleh putranya, Amangkurat I (1647-1677). Pada masa pemerintahannya, Matarm
menglamai kemunduran karena masuknya pengaruh Belanda. Belanda berhasil
memecah belah Mataram, hingga pada tahun 1755 M dilakukan Perjanjian Giyanti yang
membagi kesultanan Mataram menjadi 2 bagian, yaitu Daerah Kesultanan Yogyakarta
dan Daerah Kasunanan Surakarta.
g. Kesultanan Ternate dan Tidore

Pada abad ke-15 M, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam di Maluku, hingga akhirnya muncul 4 kesultanan, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan
Bacan. Ketika 4 kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar
hingga ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.

Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti pala dan cengkeh dan
menjadi pusat perdagangan. Di antara kesultanan yang ada, Ternate yang paling maju.
Namun, kemajuan itu menyebabkan persaingan antar kesultanana di Maluku yang
akhirnya membentuk 2 persekutuan yang bersaing, yaitu Uli Lima yang dipimpin oleh
Ternate dan terdiri atas 5 daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Dan
satu lagi adalah Uli siwa yang dipimpin oleh Tidore dan beranggotakan 9 daerah, yaitu
Tidore, Jailolo, Makyan, soe-siu, dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat
Papua.

Tahun 1521 M, Portugis memasuki maluku dan bekerjasama dengan ternate.


Sedangkan Spanyol, bekerjasama dengan Tidore. Kedatangan mereka, menyebabkan
perseteruan 4 pihak, yaitu Ternate-Portugis dengan Tidore-Spanyol dan dapat
diselesaikan melalui Perjanjian saragosa yang berisikan bahwa Spanyol harus
meninggalkan Maluku.

Setelah Spanyol pergi, portugis berupaya menguasai Maluku. Upaya tersebut


mendapat perlawanan dari rakyat Maluku seperti Sultan Khairun dari Ternate yang
berusaha mengusir Portugis, namun gagal. Perjuangan dilanjutkan oleh Sultan Baabullah
pada tahun 1575 M, yaitu merebut benteng Portugis di Ternate dan usahanya berhasil.

Tahun 1605 M, VOC Belanda mendududki Ambon dan berusaha menguasai Maluku.
Belanda mendapat perlawanan dari rakyat Maluku, salah satunya dipimpin oleh Sultan
Nuku dari Tidore.
h. Kesultanan Banjar

Awal abad ke-16 M di kalimantan Selatan terdapat 3 kerajaan, yaitu Nagara Dipa,
Nagara Daha, dan Banjar dengan raja bernama Raden Samudra. Ketika Nagara Daha me
nyerang kerajaan Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer kepada Kesultanan
Demak dan berjanji jika Kesultanan Demak membantu berperang melawan Negara
Daha, ia bersama seluruh rakyatnya akan masuk Islam.

Demak memenuhi permintaan itu. Dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar menang
dan seluruh rakyatnya masuk Islam. Raden Samudra pun dinobatkan oleh Sunan Kudus
menjadi Sultan Banjar dengan yang pertama gelar Sultan Suryanullah atau Sultan
Suryansyah yang memerintah tahun 1526-1545 M

Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaannya pada awal abad ke-17 M. Hal ini
terbukti dari kesultanan Banjar berhasil menghimpun kekuatan militer yang kuat hingga
mampu membendung pengarug politik dari Tuban, Arosbaya (Madura), dan Mataram,
perdagangan kesultanan Banjar menjadi maju dengan lada sebagai komoditas utama
dan memperoleh penghasilan dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis
untuk jalur perdagangan, terakhir lahirnya seorang ulama besar bernama Muhammad
Arsyad ibn Abdullah Al Banjari di martapura tahun 1710 M dan pergi ke Mekkah
menuntut ilmu, lalu mengajarkan ilmu agama Islam dengan kitabnya yang terkenal Sabil
al-Muhtadin.

Kesultanan banjar mengalami kemunduran setelah masa pemerintahan Sultan Adam


Al Wasik billah tahun 1857 M karena campur tangan Belanda dalam pergantian sultan-
sultan Banjar.
5. Peninggalan sejarah Masa Islam di Indonesia

a) Masjid

masjid merupakan tempat ibadah orang-orang islam.

a) Keraton
Keraton adalah tempat kediaman raja atau istana raja.
b) Makam

makam kuno terdiri atas jirat yang berarti bangunan yang terbuat dari batu yang
berbentuk persegi panjang, nisan yang berarti tonggak pendek yang terbuat dari
batu yang ditanam diatas gundukan tanah sebagai tanda kuburan, dan yang
terakhir cungkup yang berarti bangunan mirip rumah yang berada diatas jirat.

c) Kaligrafi
Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan
menggunakan huruf arab yang diambil dari ayat suci al-quran.

Anda mungkin juga menyukai