Surya
Atmadja
Department
of
Forensic
and
Medico-‐legal
Faculty
of
Medicine
University
of
Indonesia
Jl.
Salemba
raya
no.
6,
Jakarta
10430
e-‐mail:
atmadjads@yahoo.com
Pendahuluan
Pasien
datang
berobat
ke
RS:
melakukan
2
jenis
hubungan
perdata
Kontrak
keperawatan
antara
pasien
dan
RS:
mengenai
pemanfaatan
fasilitas,
perawatan
dan
ruangan
di
RS
Kontrak
terapeutik
antara
pasien
dan
dokter
mengenai
pengobatan
penyakit
pasien
Prinsip
perjanjian
perdata
Para
pihak
adalah
sama
di
mata
hukum
Prinsip
kebebasan
berkontrak
(pasal
1338
KUHPer):
Para
pihak
bebas
mengadakan
perjanjian
apapun
(asalkan
halal),
sekali
perjanjian
disepakati
maka
isi
perjanjian
mengikat
para
pihak
seperti
UU
Perikatan
Perjanjian
menghasilkan
perikatan
Setiap
perikatan
menimbulkan
hak
dan
kewajiban
para
pihak
Para
pihak
wajib
melaksanakan
kewajibannya
dan
menghormati
hak
pihak
lainnya
Pelayanan
di
IGD
Pasal
29
UU
No.
44/2009:
Setiap
RS
punya
kewajiban
memberikan
pelayanan
gawat
darurat
kepada
pasien
sesuai
dengan
kemampuan
pelayanannya
Pasien
IGD
umumnya
gawat
dan
darurat
Banyak
dijumpai
keadaan
yang
tidak
ideal
untuk
dilakukannya
tindakan
medis
à
banyak
pengecualian
peraturan
Kondisi
di
IGD
menekan
karena
Hilangnya
waktu
selama
di
perjalanan
ke
RS
Jumlah
pasien
banyak
Jumlah
dokter
terbatas
Banyak
situasi
sulit:
pasien
tak
sadar,
tak
ada
keluarga
atau,
pasien
amnesia,
pasien
tak
bawa
uang,
keluarga
emosi
Dasar
hukum
UU
No.
36/2009
tentang
Kesehatan
UU
No.
29/2004
tentang
Praktik
Kedokteran
UU
No.
44/2009
tentang
Rumah
Sakit
Permenkes
290/2008tentang
Persetujuan
Tindakan
Medis
Permenkes
269/2008
tentang
Rekam
Medis
Instalasi
Gawat
Darurat
Bersama
dengan
Instalasi
Laboratorium
dan
Instalasi
Radiologi,
IGD
melekat
pada
RS
à
secara
hukum
RS
bertanggung
jawab
penuh
atas
ketiga
Instalasi
tersebut
Kewajiban
RS
Pasal
29
UU
No.
44/2009:
Setiap
RS
punya
kewajiban
memberikan
pelayanan
gawat
darurat
kepada
pasien
sesuai
dengan
kemampuan
pelayanannya
Pasal
32
(1)
UU
No.
36/2009:
Dalam
keadaan
darurat
fasilitas
pelayana
kesehatan,
baik
pemerintah
maupun
swasta,
wajib
memberikan
pelayanan
kesehatan
bagi
penyelamatan
nyawa
pasien
dan
pencegahan
dan
pencegahan
kecacatan
terlebih
dahulu
Larangan
menolak
pasien
GD
Pasal
32
(2)
UU
No.
36/2009
Dalam
keadaan
darurat,
fasilitas
pelayanan
kesehatan,
baik
pemerintah
maupun
swasta,
dilarang
menolak
pasien
dan/atau
meminta
uang
muka
Apa
yang
dimaksud
Emergency
Emergency
=
serious
happening
or
situation
needing
prompt
action
(Hornby)
Emergency
=
any
injury
or
acute
medical
condition
liable
to
cause
death,
disability,
or
serious
illness
if
not
immediately
attended
to
(GJ
Annas)
Emergency
menurut
AHA
An
emergency
is
any
condition
that
in
the
opinion
of
the
patient,
his
family,
or
whoever
assumes
the
responsibility
of
bringing
the
patient
to
the
hospital-‐
requires
immediate
medical
attention.
This
condition
continues
until
a
determination
has
been
made
by
a
health
care
professional
that
the
patient’s
life
or
well-‐being
is
not
threatened
GD
versi
pasien
vs
dokter
Adanya
rasa
sakit
semata
tidak
cukup
memenuhi
syarat
emergensi,
selama:
Tidak
ada
ancaman
kesehatan
atau
nyawa
pasien
Pasien
masih
sadar
dan
masih
bisa
memberikan
keputusan
à
Keputusan
gawat
darurat
atau
bukan
pada
dasarnya
merupakan
KEPUTUSAN
MEDIS,
dan
bukan
keputusan
pasien
Miskomunikasi
Keadaan
tidak
emergensi,
keluarga
panik
(mis
anak
demam)
à
dokter
harus
menenangkan
Keadaan
emergency,
keluarga
menganggap
ringan
(mis
nyeri
dada
pada
MCI)
à
dokter
harus
menerangkan
gawatnya
keadaan
Miskomunikasi
tentang
kegawatan
bisa
memicu
gugatan
pasien
Emergency
pra
RS
Keadaan
gawat
darurat
sebelum
sampai
ke
RS
Situasi
menekan
karena
keluarga
panik,
peralatan
dan
sarana
terbatas
Yang
menolong
awam
atau
tenaga
medis
dari
RS
(pelayanan
panggilan
rumah)
Kecepatan
dan
ketepatan
tindakan
sangat
mempengaruhi
survivabilitas
pasien
Prinsip
Good
Samaritan
Law
Good
Samaritan
Law
Doktrin
ini
diturunkan
dari
kisah
tentang
orang
Samaria
yang
baik
hati,
menolong
seorang
Yahudi
yang
dirampok,
dianiaya,
lalu
ditinggal
begitu
saja
di
jalanan
(Lukas
10:
30-‐35)
Dokter
harus
menolong
pasien,
tanpa
pandang
bulu
terhadap
siapapun
yang
memerlukannya
Tenaga
medis
di
IGD
Pelayanan
sesuai
bidang
keahlian
yang
dimiliki
(pasal
23
ayat
2
UU
No.
36/2009):
ATLS,
ACLS,
EKG,
dsb
Wajib
memiliki
izin
dari
pemerintah
(pasal
23
ayat
3
UU
No.
36/2009):
STR
dan
SIP
Dokter
IGD
harus
punya
STR
dan
SIP.
Pelanggaran
dapat
dipidana
penjara
maksimal
3
tahun
atau
denda
Rp.
100
juta
(ps.
75
dan
76
UU
No.
29/2005
Pasien
tak
mampu
Setiap
RS
wajib
memberikan
pertolongan
GD
pada
setiap
pasien
yang
datang
Setelah
pertolongan
emergensi
selesai,
dan
ternyata
pasien
tak
mampu
membayar
uang
muka
à
RS
tidak
dapat
dipersalahkan
jika
merujuk
pasien
ke
RS
yang
lebih
mampu
Dilarang
mengutamakan
kepentingan
yang
bernilai
materi
(pasal
23
ayat
4
UU
No.
36/2009
Pimpinan
RS
Pimpinan
sarana
kesehatan
yang
mempekerjakan
dokter
atau
dokter
gigi
tanpa
SIP
dapat
dikenakan
sanksi
pidana
penjara
maksimal
10
tahun
penjara
atau
denda
300
juta
rupiah.
Terhadap
RSnya
dapat
ditambahkan
dendanya
sepertiga
dan
dilakukan
pencabutan
izin.
(ps
80
UU
No.
29/2004)
Triage
Untuk
memilah
kasus
apakah
benar-‐benar
kasus
gawat
darurat
(true
emergency)
atau
bukan,
sebelum
masuk
IGD
pasien
diperiksa
oleh
Triage
Idealnya
petugas
triage
adalah
dokter,
atau
perawat
melalui
standing
order
yang
diberikan
oleh
dokter
Skrining
untuk
calon
pasien
bermasalah
Keadaan
khusus
IGD
Banyak
kejadian
tak
terduga
Menuntut
penanganan
langsung
dan
segera
Untuk
menyelamatkan
jiwa
atau
kerusakan
permanen
anggota
tubuh
Semua
petugas
IGD
wajib
memberikan
pertolongan
emergensi
sesegera
mungkin,
meskipun
tanpa
PTM
dan
pasien
belum
bisa
membayar
uang
muka
Doktrin
Fiksi
Ilmiah
(Leenen)
Dokter
melakukan
tindakan
medis
tanpa
PTM
pada
keadaan
pasien
tak
sadar,
tanpa
keluarga/wali
dan
keadaan
memerlukan
tindakan
medis
segera
karena
gawat
darurat
Dasar:
dokter
mengandaikan
bahwa
pasien
pasti
akan
menyetujui
tindakan
yang
akan
dilakukan,
jika
pasien
sadar,
dan
telah
diberikan
informasi
mengenai
tindakan
tsb
Doktrin
van
der
Mijn
Pada
keadaan
GD,
pasien
tidak
sadar
dan
tak
ada
keluarga/wali,
dokter
mengambil
alih
tanggung
jawab
pasien
dan
melakukan
pertolongan.
Tanggungjawab
dikembalikan
kepada
pasien
setelah
pasien
sadar
kembali
Dasar:
Zaakwarneming,
pasal
1354
KUHPer
Syarat
zaakwarneming
Yang
diurus
adalah
urusan
orang
lain
Yang
melakukan
pengurusan
melakukannya
secara
sukarela
Yang
melakukan
harus
tahu
dan
ingin
melakukan
tindakan
tersebut
Dipenuhi
keadaan:
orang
tak
sadar,
keadaan
gawat
darurat,
wali/keluarga
tak
ada
(J
Guwandi)
Doktrin
life
saving
Dalam
rangka
menyelamatkan
nyawa,
dokter
dapat
melakukan
tindakan
medis
apapun,
meski
pun
tak
ada
PTM
Dokter
tak
dapat
digugat
atau
dituntut
oleh
pasien
atas
dilakukannya
tindakan
medis
yang
dilakukannya
tersebut
Tindakan
saat
gawat
darurat:
Dalam
keadaan
gawat
darurat
dimana
harus
dilakukan
tindakan
medis
pada
pasien
yang
tidak
sadar
dan
tidak
didampingi
keluarga,
tidak
perlu
persetujuan
dari
siapapun
Valid
consent:
tidak
ada
waktu
untuk
memberikan
informasi
detil
dalam
keadaan
emergency
Kasus
Yehovah
Witnesses
Dokter
jaga
on
call
Pada
umumnya
yang
jaga
di
IGD
adalah
dr.
umum,
sedang
dr
Sp
hanya
jaga
on
call
Dokter
jaga
on
call
WAJIB
datang,
jika
ada
pasien
GD
dikonsultasikan
kepadanya
karena
ia
harus
datang
dan
memeriksa
pasien
secara
langsung
à
SOP
hrs
jelas
Kewajiban
merujuk
pasien
Jika
diperlukan
harus
dilakukan
rujukan
ke
RS
atau
dokter
lain
Tak
boleh
merujuk
kalau
RS
mampu
dan
peralatan
cukup.
Sebaliknya,
tanpa
ada
alasan
yang
kuat
menunda
pertolongan
untuk
merujuk
pasien
ke
dokter
lain.
Pasien
dirujuk
setelah
kegawatan
tertanggulangi.
Pasien
dimonitor
selama
pemindahan
Ketersediaan
peralatan
RS
wajib
menyediakan,
menjamin
keamanan
serta
ketersediaan
setiap
saat
peralatan
untuk
keadaan
gawat
darurat
dan
yankes
lain
sesuai
kategori
RS
RS
lalai
jika
tidak
menyediakan
peralatan
darurat:
infus,
katetar,
EKG,
endotracheal
tube
Masalah
rahasia
kedokteran
Hak
pasien
atas
rahasia
medis
(pasal
32
UU
No.
44/2009)
Setiap
dokter
dan
tenaga
medis
lainnya
wajib
menyimpan
rahasia
pasien
Pembukaan
rahasia
kedokteran
dengan
sengaja
diancam
hukuman
pidana
9
bulan
penjara
(ps.
322
KUHP)
Pembukaan
rahasia
kedokteran
Rahasia
kedokteran
hanya
dapat
dibuka
tanpa
adanya
sanksi
hukum,
jika:
Untuk
kepentingan
kesehatan
pasien
Permintaan
penegak
hukum
Permintaan
pasien
sendiri
Ketentuan
perundang-‐undangan
Masalah
Rekam
Medis
Setiap
tenaga
kesehatan
wajib
membuat
RM
RM
harus
segera
dibuat,
diberi
nama,
waktu
dan
ditandatangani
Tidak
membuat
RM
dikenakan
sanksi
pidana
maksimal
1
tahun
atau
denda
Rp.
50
juta
(ps.
79
UU
No.
29/2004)
Sanksi
pidana
Tak
sengaja
tidak
memberikan
pertolongan
pertama
terhadap
pasien
GD:
pidana
penjara
maks
2
tahun
dan
denda
mak
200
juta
(pasal
190
ayat
1
UU
No.
36/2009)
Jika
tindakan
tersebut
sampai
menimbulkan
kecacatan
atau
kematian
pasien,
pimpinan
yankes
dipidana
maks
10
tahun
dan
denda
maks
1
milyar
(
pasal
190
ayat
2
UU
No.
36/2009)
Tanggungjawab
RS
Pasal
45
UU
No.
44/2009:
RS
tidak
dapat
dituntut
dalam
melaksanakan
tugas
dalam
rangka
menyelamatkan
nyawa
manusia
Pasal
46
UU
No.
44/2009:
RS
bertanggung
jawab
penuh
atas
segala
kejadian
di
RS
Pasal
1367
KUHPer:
sebagai
atasan
RS
dapat
ikut
digugat
atas
segala
kesalahan
yang
dilakukan
oleh
bawahannya
Penutup
Pelayanan
pada
kasus
emergensi
harus
memperhatikan
aspek
medikolegal
Pada
kasus
emergensi
terdapat
beberapa
keadaan
khusus,
sehingga
diberlakukan
pengaturan
pelayanan
yang
berbeda
dalam
UU
Pembuatan
sistim
pelayanan
emergensi
yang
aman
dan
bermutu
merupakan
cara
termudah
mencegah
sengketa
medis
à
harus
dibuat
SOP
pelayanan
emergensi
yang
sebaik
mungkin
Terima
kasih
Seminar
6th
EIDCP
Jakarta
17
Mei
2014