Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Kasih Karunia Tuhan Yesus, sehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan
tugas ini. Tugas ini dibuat dan di susun untuk diajukan sebagai tugas mata pelajaran agama
dengan judul “KELUARGA”. Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pendidikan pada umumnya dan Pendidikan Agama Kristen pada khususnya.

Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas ini, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan sebagai umpan balik yang positif
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan agama.

Jakarta, 14 Januari 2019

Penyusun,

Venycia Julisca

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………………2

Bab 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………….3

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………….3

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………………………….4

Bab 2

2.1 Definisi Keluarga……………………………………………………………………………………………………….5

2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga………………………………………………………………………………………..6

2.3 Peranan Keluarga………………………………………………………………………………………………………7

2.4 Tugas Keluarga………………………………………………………………………………………………………….7

2.5 Struktur Keluarga………………………………………………………………………………………………………8

2.6 Fungsi Keluarga…………………………………………………………………………………………………………8

2.7 Mempersiapkan Diri Sebelum Memasuki Gerbang Pernikahan…………………………………8

2.8 Komunikasi Antara Orang Tua-Anak dan Kebahagiaan……………………………………………..10

Bab 3

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………….13

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………13

Daftar Pusaka……………………………………………………………………………………………………………….…14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana individu
itu berada. Tanpa sosialisasi suatu masyarakat tidak dapat berlanjut pada generasi berikutnya.
Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan
keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa. Keluarga merupakan cikal bakal wajah
peradaban.Baik buruknya masyarakat bisa dinilai dari profil-profil keluarga didalamnya.
Belakangan ini kita dapat mengamati apa yang membuat sebuah keluarga itu retak. Jika kita
pikirkan, keluarga merupakan ikatan yang sangat kuat. Orang-orang didalamnya telah
dipertemukan oleh Tuhan bukan tanpa sebab, sudah ada pertimbangan menurut ukuran-Nya.
Komposisinya tidak bisa digantikan oleh yang lain. Pernikahan yang menjadi awal sebuah
keluarga pun selalu direalisasikan dalam perhelatan yang agung nan meriah. Akan tetapi, saat
ini banyak sekali terdengar cerita perceraian atau keluarga yang ‘berantakan’ tapi belum masuk
tahap perpisahan. Hal ini disebabkan karena banyak manusia yang tidak memahami arti sebuah
keluarga. Padahal arti sebuah keluarga adalah saling memiliki, saling percaya, saling
menghormati, saling melindungi dan saling berbagi rasa, saling menjaga kehormatan serta
saling menjaga rahasia diantara anggota keluarga. Maka dari itu, karena pentingnya sebuah
keluarga, di dalam makalah ini penulis akan menyajikan materi yang berkaitan dengan keluarga,
dimulai dari konsep dasar, cara mempersiapkan diri untuk pernikahan, cara menanggapi
dinamika masalah keluarga, cara mengelola dan manajemen keuangan hingga cara mencapai
keluarga yang sehat dan bahagia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar keluarga?

2. Bagaimana cara mempersiapkan diri menuju pernikahan?

3. Bagaiman dinamika dan masalah dalam rumah tangga?

4. Bagaimana cara mencapai keluarga bahagia?

3
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahi konsep dasar keluarga.

2. Mengetahui cara mempersiapkan diri menuju pernikahan.

3. Mengetahui dinamika dan masalah dalam rumah tangga.

4. Memenuhi cara mencapai keluarga bahagia.

5. Membantu dalam tugas belajar mengajar.

6. Menyelesaikan tugas agama.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan
kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat
dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk
dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya. Banyak ahli menguraikan
pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi
keluarga menurut beberapa ahli:

1) Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.
2) Duval

Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

3) Spradley and Allender


Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
4) Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah sebagai
berikut:

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.

5
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial yaitu suami, istri, anak, kakak dan adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga

Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian tipe keluarga
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengelompokkan secara Tradisional

Secara tradisional, tipe keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
2. Pengelompokkan secara Modern

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, maka tipe keluarga modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, diantaranya :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu
rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana
salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple, adalah suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan
istri di rmah atau kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karier.
c. Dyadic Nuclear, adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
d. Single Parent, adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau
di luar rumah.
e. Dual Carrier, adalah keluarga dengan suami–istri yang kedua-duanya orang karier dan
tanpa memiliki anak.
f. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal
dalam satu rumah.

6
g. Comunal, adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suami-istri
atau lebih yang monogami berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
h. Cohibing Couple/ Keluarga Kabitas /Cahabitation, adalah keluarga dengan dua orang
atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.
i. Composite/ Keluarga Berkomposisi, adalah sebuah keluarga dengan perkawinan
poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
j. Gay and Lesbian Family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

2.3 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.4 Tugas Keluarga

Pada dasarnya ada tujuh tugas pokok keluarga, yaitu sebagai berikut:

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

7
2.5 Struktur Keluarga

Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu
melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam Struktur Keluarga
diantaranya adalah :

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

2.6 Fungsi Keluarga

Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang
lain.
2. Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

2.7 Mempersiapkan Diri Sebelum Memasuki Gerbang Pernikahan

Pada umumnya, setiap individu yang ingin membangun rumah tangga melalui ikatan
pernikahan yang sakral, bertujuan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Namun, untuk
mencapai kebahagiaan dalam hidup pernikahan ternyata tidaklah mudah karena banyak
masalah yang harus dihadapi. Untuk itu, sebelum memasuki pernikahan perlu adanya hal-hal

8
penting untuk mencapai kebahagiaan tersebut, dengan kata lain adanya penyesuaian terhadap
pasangan hidup.

1. Masa Persiapan Individu

Pada umumnya pasangan yang akan menikah selalu sibuk dengan hal-hal yang berhubungan
dengan prosesi pernikahan. Padahal, masih ada hal-hal yang pokok dan jauh lebih penting
sebelum seseorang memasuki kehidupan pernikahan, yaitu sebagai berikut:

a. Persiapan mental, merupakan kematangan secara psikologis untuk memasuki hidup


pernikahan, seperti dapat menerima pasangan apa adanya dan dapat menerima
perbedaan satu sama lain.
b. Persiapan keilmuan, Individu tidak dapat selalu mengandalkan dengan cara learning
by doing. Carilah informasi sebanyak mungkin tentang kehidupan rumah tangga.
c. Persiapan fisik, Hal ini berkaitan dengan kesiapan fisik untuk memiliki anak sebagai
penerus keturunan, agar anak yang dihasilkan dari pernikahan dapat lahir sehat dan
baik.
d. Persiapan finansial, Pasangan yang akan menikah lupa bahwa perhitungan aspek
finansial pascapernikahan jauh lebih penting dari acara pernikahan.
2. Persiapan Pasangan
a. Visi dan Misi Keluarga Visi adalah dream, di mana pasangan memiliki keinginan
mencapai suatu bentuk keluarga yang mereka idam-idamkan sebelumnya. Misi
merupakan tugas dan kewajiban pasangan sebagai implementasi visi tersebut yang
sekaligus merupakan tujuan setiap keluarga.
b. Konsep Keluarga, Untuk membentuk sebuah konsep keluarga dalam kehidupan
pernikahan tidaklah mudah. Meskipun hanya dilakukan oleh dua individu, namun
tentunya masing-masing mempunyai prinsip dasar yang berbeda-beda. Sebelum
penyatuan prinsip dasar, hendaknya pasangan membicarakan prinsip masing-
masing, melihat dan mengakui kelebihan dan kekurangan prinsip dasar tersebut.
Kemudian, secara saksama pasangan mengakui dan menerima kelebihan dan
kekurangan prinsip masing-masing, serta bersama-sama mulai merangkainya untuk
menjadi suatu prinsip dasar suami-istri dalam membentuk keluarga.
c. Konsep Peran, Konsep peran dalam keluarga harus jelas agar tidak menimbulkan
konflik bagi pasangan. Menurut Pawoko (2008), faktor yang paling penting dalam
peran adalah faktor fleksibilitas. Misalnya istri diperbolehkan menanggung beban
keuangan keluarga dan suami dapat membantu kegiatan rumah tangga. Semakin
fleksibel, dalam arti tidak terpaku pada suatu peran dan disertai dengan pembagian
peran yang seimbang antara kedua pasangan, maka akan makin baik penyesuaian di
antara keduanya. Pembagian peran ini harus jelas siapa melakukan apa, sehingga

9
tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi peran tersebut berjalan sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat bersama.
d. Konsep Hubungan dengan Keluarga Besar (Orangtua Suami/Istri), Pernikahan
merupakan dua individu yang dipersatukan menjadi satu dan juga mempersiapkan
dua keluarga besar. Penyatuan dua kelurga yang mempunyai budaya berbeda
merupakan suatu hal yang tidak mudah dalam pengaplikasiannya. Perlu ada
penataan yang jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak (pasangan suami-istri)
untuk terciptanya hubungan yang harmonis.
3. Membuat Kesepakatan Kesepakatan dibuat bersama-sama dalam situasi yang benar-
benar disadari oleh kedua belah pihak (suami-istri) untuk menjalankan dengan penuh
komitmen. Dalam membuat kesepakatan, suami-istri sama-sama mempunyai hak untuk
mengajukan keinginannya dengan alasan yang jelas dan dapat diterima oleh kedua
belah pihak. Ini kesepakatan pun harus disepakati bersama, apa saja yang dianggap
prinsip dan penting, seperti mengasuh dan mendidik anak, hubungan dengan orangtua
dan keluarga besar dan lain sebagainya. Kesepakatan dibuat bukan untuk mencari
keuntungan pribadi, melainkan demi keutuhan dan keberhasilan tim. Dalam hal ini,
pernikahan dengan kondisi kedudukan suami dan istri setara untuk mengarungi perjalan
hidup yang panjang.
2.8 Komunikasi Antara Orang Tua-Anak dan Kebahagiaan

Menurut Theodorson (1969), komunikasi adalah proses penyebaran informasi, ide-ide, sikap-
sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada orang lain (ayau lain-lainnya) terutama
melalui simbol-simbol. Komunikasi adalah hal paling penting dalam sebuah keluarga, karena
komunikasi yang baik akan menjadi indikator dari sebuah keluarga yang bahagia.

1. Pentingnya Komunikasi Dalam Keluarga


Komunikasi orang tua dan anak merupakan bagian dari komunikasi keluarga, alasan-
alasan komunikasi itu penting dalam keluarga adalah:
a. Pertama, komunikasi keluarga adalah mekanisme bagi hampir semua
pengalaman sosialisasi yang pertama.
b. Kedua, komunikasi merupakan sarana bagi anggota keluarga untuk membangun,
memelihara, dan bahkan menghancurkan hubungan dalam keluarga. Orang
membentuk keluarga mereka melalui interaksi sosial. Hubungan keluarga juga
diakhiri dengan menggunakan komunikasi.
2. Komunikasi Orangtua Dengan Anak Remaja
Komunikasi antara orangtua dengan anak pada masa remaja merupakan tantangan bagi
orang tua maupun anak. Kesenjangan antara orang tua-anak yang sering disebut gap
antar-generasi, sebetulnya merupakan produk dari tidak efektifnya komunikasi. Hal ini
terjadi karena adanya ketidaksamaan persepsi dan harapan antara orang tua dan anak

10
akibat tidak efektifnya komunikasi. Dan tidak memiliki pandangan yang sama dengan
hubungan mereka yang dapat menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh, orang tua
merasa anak mulai menjauh dari pengawasan orang tua, sementara disisi lain anak
merasa orang tua terlalu mengekang (Laursen & Collins, 2003).
3. Komunikasi Yang Baik dalam Keluarga
Menurut Olson (2003), baik buruknya komunikasi dalam keluarga tergantung dari
adanya keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, membuka diri, kejelasan
dalam komunikasi, jalur komunikasi, dan rasa hormat serta penghargaan.
Keterampilan mendengarkan, fokusnya adalah pada empati dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
a. Keterampilan berbicara mecakup berbicara untuk diri sendiri dan bukan
berbicara untuk orang lain.
b. Membuka diri berkaitan dengan berbagi perasaan tentang diri sendiri dan
tentang hubungan antar anggota keluarga.
c. Kejelasan dalam komunikasi berarti isi dari topik pembicaraan dapat dengan
mudah dipahami.
d. Jalur komunikasi yang baik adalah tetap mempertahankan topik ketika berbicara
dengan lawan bicara, artinya tidak mengalihkan topik pembicaraan ketika lawan
bicara belum selesai bicara tentang suatu topik.
e. Rasa hormat dan penghargaan berkaitan dengan aspek afektif dari komunikasi.
4. Meningkatkan Komunikasi di dalam Keluarga

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan komunikasi di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:

a. Mendengarkan
Mendengarkan harus dilakukan, meskipun penerima pesan tidak setuju dengan apa
yang disampaikan pengirim pesan. Sebelum penerima pesan menyampaikan sudut
pandangnya, atau bahkan ketidaksetujuan, ia harus mendengarkan penyampai pesan.
b. Bahasa tubuh yang penuh perhatian
Kita sadari ataupun tidak, tubuh kita mengomunikasikan diri kita.jika kita tidak suka
pada seseorang tanpa perlu mengatakannya. Bahasa tubuh kita sudah
menyampaikannya. Bahasa tubuh kita sangat penting dalam berkomunikasi. Bahasa
tubuh kita secara otomatis akan menyampaikan perasaan hati kita.
c. Empati
Empati berarti memahami seperti yang dipahami orang lain dan merasa seperti yang
dirasakan orang lain.
d. Mempertahankan jalur komunikasi
Mempertahankan jalur komunikasi sama dengan mempertahankan topic pembicaraan.

11
e. Mengekspresikan Apresiasi
Rivers (2005) mengungkapkan bahwa untuk membangun hubungan yang lebih
memuaskan, masing-masing pihak perlu mengungkapkan lebih banyak apresiasi, hal-hal
yang menyenangkan, afirmasi, dukungan, dan ucapan terima kasih.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran keluarga dalam membangun masyarakat yang berkompeten sangatlah penting


karena di keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik
diciptakan, budaya dan perilaku sehat ditanamkan. Selain itu, pentingnya peran setiap
anggota keluarga dalam menerapkan setiap perannya secara optimal agar mencapai
kehidupan masyarakat yang harmonis.

3.2 Saran

Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu mencapai kehidupan masyarakat
yang harmonis dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan
baik, setiap pembaca yang merupakan sebuah keluarga yang merupakan kelompok
terkecil dalam masyarakat di harapkan bisa menerapkan perilaku yang baik dalam setiap
fungsi yang harus di terapkan dalam masyarakat dan tidak menyimpang dari fungsi-
fungsi tersebut.

13
DAFTAR PUSAKA

http://www.academia.edu/31213359/MAKALAH_KELUARGA_FAMILY_.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai