Anda di halaman 1dari 9

TINGKAT NYERI PEMASANGAN KATETER

MENGGUNAKAN JELI OLES DAN JELI


YANG DIMASUKKAN URETHRA

Diyah Candra Anita, Kustiningsih


STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: diyah.candra@yahoo.com

Abstract: This research aimed to show the effectiveness of catheters


in men using the included urethral gel with gel applied to the catheter to
the client pain response in adult inpatient ward 3 class in PKU Muham-
madiyah Yogyakarta. The research design used Quasi-eksperiment with
posttest only control group. Mann Whitney statistical test result p = 0.275
thus concluded there were no significant differences in the level of pain
between groups gel smeared with gel group entered the urethra.

Keywords: the level of pain catheter, rab gel, gel included urethra

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas


pemasangan kateter pada pria dengan menggunakan jeli yang dimasukkan
uretra dengan jeli yang dioleskan di kateter terhadap respon nyeri klien
di bangsal rawat inap dewasa kelas 3 RS PKU Muhammadiyah Yogya-
karta. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment,
dengan pendekatan posttest only control group design. Uji statistik Mann
Whitney diperoleh hasil p = 0,275 sehingga disimpulkan terdapat
perbedaan tidak bermakna terhadap tingkat nyeri antara kelompok jeli
yang dioleskan dengan kelompok jeli yang dimasukkan urethra.

Kata Kunci: tingkat nyeri pemasangan kateter, jeli oles, jeli dimasukkan
urethra
Diyah Candra Anita, Kustiningsih, Tingkat Nyeri Pemasangan... 169

PENDAHULUAN sepanjang 12-17 cm telah telumuri jeli


Kateterisasi urin merupakan salah satu sebelum kateter dimasukkan. Sehingga
tindakan untuk membantu eliminasi urin mau- meminimalkan terjadinya pergesekan antara
pun ketidakmampuan melakukan urinasi. dinding uretra dengan kateter yang akan
Banyak klien merasakan cemas, takut akan meminimalkan efek nyeri. Selain itu jumlah
rasa nyeri dan ketidaknyamanan dalam jeli yang masuk dalam uretra juga terukur
menghadapi kateterisasi urin. Mereka terlihat untuk semua responden. Sedangkan bila
emosional menghadapi tindakan-tindakan menggunakan jeli yang dilumurkan pada
pengobatan maupun perawatan, terlebih kateter yang akan dipasang, kemungkinan
yang berhubungan dengan daerah urogenital jumlah jeli yang digunakan dan panjang ka-
yaitu saat kateter menembus masuk ke da- teter yang dilumuri jeli antar sesama perawat
lam tubuh (Ellis, cit Riyadi, 2006). yang akan memasang kateter relative tidak
Nyeri merupakan pengalaman sensori sama, hal ini akan mengakibatkan respon
dan emosional yang tidak menyenangkan nyeri klien yang berbeda-beda (Wahyuni,
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual 2003).
dan potensial (Smeltzer, 2002). Nyeri secara Penelitian ini bertujuan untuk menge-
serius dapat menyebabkan ketidakmam- tahui efektifitas pemasangan kateter pada
puan dan immobilisasi pada individu, sehing- pria dengan menggunakan jeli yang dima-
ga kondisi ini akan merusak kemampuan sukkan uretra dengan jeli yang dioleskan di
individu untuk melakukan aktivitas perawat- kateter terhadap respon nyeri klien di bang-
an diri. Nyeri juga menyebabkan isolasi so- sal rawat inap dewasa kelas 3 RS PKU
sial, depresi dan perubahan konsep diri. Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010.
Sebagai perawat harus membantu klien dan
anggota keluarga dalam menemukan cara METODE PENELITIAN
untuk mengatasi nyeri dan mempertahankan Desain penelitian ini adalah quasi eks-
gaya hidup yang fungsional (Potter&Perry, perimen dengan bentuk pendekatan post
2005). test only control group design. Rancangan
Pemasangan selang kateter pada pria penelitian ini bertujuan untuk memban-
jauh terasa lebih sakit dibandingkan pada dingkan hasil intervensi dari suatu program
wanita. Karena panjang selang kateter yang di suatu kontrol yang serupa.
dimasukkan ke urethra jauh lebih panjang, Definisi operasional
yaitu sekitar 17-22 cm (5-6 kali lebih pan- Pemasangan kateter adalah tindakan
jang dibandingkan selang yang harus masuk yang bertujuan mengeluarkan dan mengo-
ke urethra wanita). Nyeri saat dimasukkan songkan urine dari kandung kemih dengan
kateter akan bisa ditoleransi oleh klien, jika memasukkan selang kateter ke urethra klien.
jalan masuknya selang kateter ke urethra li- Kateter dimasukkan ke urethra klien dengan
cin. Salah satunya adalah dengan menggu- menggunakan jeli sebagai pelumas. Cara
nakan jeli/pelumas. Namun, terkadang saat pemberian pelumas tersebut ada 2, yaitu
selang kateter dimasukkan, banyak jeli yang pertama, jeli dimasukkan ke urethra terlebih
tertinggal atau bahkan keluar sebelum selang dahulu sebanyak 3-3,5 cc dengan menggu-
kateter tersebut tuntas dimasukkan (Wah- nakan spuit 20 cc, setelah itu kateter folley
yuni, 2003). dimasukkan ke dalam urethra sepanjang 17-
Upaya memasukkan jeli 3-3,5 cc 22 cm (pada pria), setelah urine keluar,
terlebih dahulu ke dalam uretra diasumsikan masukkan lagi selang kateter sepanjang 5
bahwa seluruh dinding uretra pada pria cc dan kemudian dikunci. Cara yang kedua
170 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 168-176

dengan mengoleskan jeli kepermukaan kateter Alat, Metode Pengumpulan Data dan
folley sepanjang 10-12 cm, setelah itu baru Analisa Data
selang kateter tersebut dimasukkan ke urethra Alat atau instrumen yang digunakan
sepanjang 17-22 cm (pada pria), setelah urine untuk pengumpulan data yaitu kateter folley,
keluar, masukkan lagi selang kateter sepanjang jeli, kuesioner, rekam medik, metode pe-
5cc dan kemudian dikunci. ngumpulan data. Metode pengambilan data
Nyeri akibat pemasangan kateter dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
adalah perbedaan skala nyeri yang dirasakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti
klien karena dipasangnya kateter pada ure- terlebih dahulu membagikan informed con-
thra. Data ini diukur dengan menggunakan sent kepada klien yang hendak dijadikan
skala ordinal, dengan interpretasi nyeri skala responden penelitian. Setelah itu, peneliti
nomor (NRS). melakukan treatment pada kelompok
Populasi dan Sampel eksperimen, berupa pemberian jeli terlebih
Populasi dalam penelitian ini adalah dahulu kedalam urethra sebanyak 3-3,5 cc
klien pria yang dirawat di bangsal rawat inap sebelum dipasang kateter dan tidak mela-
kelas 3 RS PKU Muhammadiyah Yogya- kukan treatmen pada kelompok kontrol.
karta dan memiliki indikasi untuk dipasang Setelah pemasangan kateter selesai
kateter. Sampel dalam penelitian ini ada 2 dilakukan, peneliti membagikan kuesioner
kelompok, yaitu sampel kelompok eksperi- untuk menanyakan respon nyeri yang dialami
men merupakan sampel yang diberikan klien. Data yang diperoleh kemudian diana-
perlakuan berupa pemberian klien yang lisis dengan menggunakan program kom-
dipasang kateter dengan cara jeli dimasukkan puter SPSS, kemudian hasilnya diban-
terlebih dahulu pada urethra dan sampel dingkan antara dua kelompok.
kelompok kontrol, yang merupakan sampel Guna mengetahui perbedaan efektifitas
yang tidak diberikan perlakuan apa-apa, cara pemasangan kateter tersebut, maka per-
yaitu klien yang dipasang kateter dengan lu dilihat nilai postest dari kedua kelompok
cara jeli dioleskan terlebih dahulu ke selang tersebut.Sebelum dilakukan uji statistik
kateter baru dimasukkan ke urethra. terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
pengambilan sampel dilakukan secara untuk mengetahui normal atau tidaknya data
non probability sampling dengan menggu- tersebut, yaitu dengan menggunakan rumus
nakan metode purposive sampling. Kri- uji Kolmogorov Smirnov. Bila data tidak
teria inklusinya adalah klien pria berusia di terdistribusi normal, dilakukan analisis
atas 19 tahun dan kurang dari 60 tahun statistik non parametrik dengan uji Mann
(Friedman, 1998), klien yang memiliki Whitney U Test.
indikasi akan dipasang kateter, klien dalam
keadaan sadar, klien dapat diajak berkomu- HASIL DAN PEMBAHASAN
nikasi, klien bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilakukan di RS PKU
Adapun kriteria eksklusinya adalah klien Muhammadiyah Yogyakarta, sejak minggu
bedah mayor saluran kencing, klien yang ke-3 bulan Juli sampai dengan minggu ke-3
memiliki riwayat striktur urethra, dan klien bulan Oktober 2010 (3 bulan pelaksanaan).
yang tidak bersedia menjadi responden. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah terletak di lokasi yang strategis, yaitu di pusat
20 orang. 10 orang sebagai kelompok kota, tepatnya di Jalan Kyai Ahmad Dahlan.
eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok Lokasi yang strategis ini sangat memudah-
kontrol. kan akses informasi maupun kendaraan,
Diyah Candra Anita, Kustiningsih, Tingkat Nyeri Pemasangan... 171

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Eksperimen
Seluruh Kelompok Kontrol
Rentang (Kateter dengan jeli
Responden (Kateter dengan jeli oles)
Usia dimasukkan)
F % F % F %
18-35 2 8.00 1 7.14 1 9.09
36-50 10 40.00 6 42.86 4 36.36
51-60 13 52.00 7 50.00 6 54.55
Total 25 100.0 14 100.00 11 100.00

sehingga sangat tidak mengherankan jika RS


PKU setiap harinya dibanjiri oleh pasien.
Penelitian ini dilakukan di bangsal kelas
3 rawat inap RS PKU Muhammadiyah,
yaitu bangsal Arofah dan Marwah. Kedua
bangsal ini merupakan bangsal rawat inap
bagi pasien-pasien dewasa dengan kasus Gambar 1. Proporsi Responden Berda-
bedah atau penyakit dalam. Bangsal Arofah sarkan Perlakuan
adalah bangsal rawat inap khusus laki-laki
dengan kapasitas bed 24 pasien, sedangkan Tabel 1 menampilkan data bahwa
bangsal Marwah adalah bangsal campuran, sebagian besar responden memiliki usia pada
untuk laki-laki dan perempuan dengan rentang 51-60 tahun dan hanya sebagian ke-
kapasitas bed 37 pasien. Kedua bangsal ini cil memiliki usia 18-35 tahun. Hal ini sesuai
hampir tidak pernah kosong. Pasien yang dengan teori bahwa masa dewasa muda
dirawat inap di kedua bangsal ini sebagian (18-35 tahun) merupakan masa-masa pro-
besar adalah pasien dengan ekonomi mene- duktif, yaitu saat hormon, enzim serta akti-
ngah kebawah atau dengan jaminan Asu- vitas masih berjalan dengan seimbang (ba-
ransi Kesehatan Miskin (Askeskin). lance). Metabolisme tubuh pun akan ber-
Penelitian ini cukup lama dilakukan, langsung optimal sejalan dengan asupan
karena sulitnya mencari responden yang se- nutrisi yang masuk serta aktivitas yang dilak-
suai dengan kriteria peneliti, seperti mencari sanakan (Sherwood, 2002). Oleh karena
pasien yang benar-benar belum pernah dipa- itu,sangatlah wajar jika angka manusia sakit
sang kateter serta yang tidak mengalami akan sangat kecil pada usia-usia tersebut.
gangguan uretra. Namun, pada pelaksana- Penurunan fungsi tubuh akan mulai
annya kerja sama dengan perawat di ruang- dirasakan oleh tubuh pada usia menjelang
an sangat membantu tercapainya target dewasa tua, atau bisa dikatakan pada usia
penelitian yang diinginkan. dewasa tua yaitu sekitar 51-60 tahun. Se-
Gambar 1 memeperlihatkan bahwa 14 hingga lazim bagi usia dewasa tua, mulai di-
orang merupakan kelompok eksperimen rasakan banyak keluhan klinis yang menyer-
dan 11 orang merupakan kelompok kontrol. tai. Menurut Guyton and Hall (2006), kelu-
Hal ini melebihi dari target penelitian yang han-keluhan tersebut dirasakan sejalan
sebelumnya, yang semula ditargetkan 10 dengan mulai melambatnya metabolisme
orang untuk masing-masing kelompok kon- tubuh serta penurunan fungsi akibat proses
trol maupun eksperimen. penuaan.
172 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 168-176

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Respon Nyeri

Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Tingkat Seluruh Responden (Kateter dengan jeli
(Kateter dengan jeli oles)
Nyeri dimasukkan)
F % F % F %
Ringan 9 36.00 4 28.57 5 45.45
Sedang 13 52.00 7 50.00 6 54.55
Berat 3 12.00 3 21.43 0 0.00
Total 25 100.00 14 100.00 11 100.00

Pada tabel 2, didapatkan hasil bahwa sebelumnya dan dukungan keluarga (Gil,
sebagian besar responden mengalami tingkat 1990). Guna menghilangkan bias yang
nyeri sedang (52%) dan hanya sebagian ke- terjadi pada hasil penelitian ini, peneliti telah
cil mengalami tingkat nyeri berat (12%). memilih responden yang benar-benar “ba-
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan ru”, artinya belum pernah mempunyai pe-
skala nyeri numerik yang memiliki rentang ngalaman dipasang kateter sebelumnya dan
dari 0-10. Seorang individu dikatakan me- responden yang memperoleh dukungan ke-
miliki nyeri sedang, jika individu tersebut me- luarga. Pada hasil penelitian sebagian besar
nunjuk tingkat nyeri yang dirasakannya pada mengalami reaksi nyeri sedang, dikarenakan
angka 5-7, dan mengalami nyeri berat jika responden dalam penelitian ini belum pernah
nilai nyeri yang dirasakan individu tersebut sama sekali memperoleh pengalaman dipa-
terletak pada angka 8-10. sang kateter sebelumnya, sehingga belum
Perasaan nyeri merupakan pengalaman terjadi respon adaptif terhadap nyeri pada
emosional yang tidak menyenangkan yang tindakan tersebut. Oleh karena itu, hasil yang
dirasakan tubuh sebagai respon sakit diperoleh sangat wajar jika responden yang
(Clancy&Mc.Vicar, 1992). Jenis nyeri mempersepsikan nyeri sedang lebih banyak
dalam penelitian ini adalah perasaan nyeri dibandingkan tingkat nyeri pada rentang
akut, atau rasa sakit yang dirasakan tiba- yang lain.
tiba dengan awitan antara beberapa detik Pengendalian faktor dukungan keluar-
sampai dengan 6 bulan (Mahon, 1994). ga, dapat dilihat dari partisipasi anggota
Perasaan sakit ini muncul ketika dilakukan keluarga saat menunggui klien tersebut di
prosedur invasif yaitu memasukkan kateter rumah sakit ataupun keterlibatannya secara
pada saluran urethra pada klien pria guna aktif dalam penanganan kesehatan klien di
mengeluarkan urine dari kandung kemih. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Perasaan nyeri sangat tergantung oleh per- Taylor &Amp, Le Mone menyatakan bah-
sepsi individu terhadap prosedur tindakan wa klien yang ditunggui keluarga saat dira-
tersebut. Pada dasarnya jika individu merasa wat di rumah sakit, akan lebih mampu
bahwa tindakan tersebut akan memberikan mentoleransi rasa nyeri yang dirasakannya,
kesan mengancam, kehilangan ataupun meskipun klien berada di lingkungan pela-
menantang, maka rasa sakit yang dirasakan yanan kesehatan yang asing. Selain itu,
akan semakin menghebat (Gil, 1990). hanya 3 orang responden (12,00%) yang
Ada banyak faktor yang mempe- menyatakan mengalami tingkat nyeri berat
ngaruhi nyeri, antara lain usia, pengalaman adalah responden yang berusia 51-60 tahun,
Diyah Candra Anita, Kustiningsih, Tingkat Nyeri Pemasangan... 173

hal ini sesuai dengan teori yang dikemu- membran mukosa yang melapisi dinding
kakan Zatzick & Dimsdale (1990) bahwa uretra memang sangat mudah rusak oleh
dewasa tua akan memiliki intensitas nyeri pergesekan akibat dimasukkannya selang
lebih rendah dibandingkan dengan usia kateter juga lumen uretra yang lebih panjang
sebelumnya. Hal ini terjadi karena dewasa (Wolff, Weitzel, dan Fuerst, 1984).
memiliki pengalaman lebih banyak terhadap Cara memasukkan jeli langsung ke
berbagai rasa nyeri yang pernah dialaminya, dalam uretra dapat mempengaruhi kece-
selain itu dewasa tua sudah lebih baik dalam patan pemasangan kateter sehingga mengu-
mengungkapkan perasaan nyeri yang diala- rangi tingkat iritasi pada dinding uretra akibat
minya secara verbal. pergesekan dengan kateter bila dibanding-
Menurut Smeltzer & Amp, Bare cara kan dengan cara pelumasan dengan melu-
dewasa tua bereaksi terhadap nyeri berbeda muri jeli pada ujung kateter (Ferdinan, Pah-
dengan cara bereaksi orang yang lebih mu- ria, 2003). Iritasi jaringan atau nekrosis
da. Dewasa tua juga memiliki metabolisme dapat juga diakibatkan oleh pemakaian
yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh kateter yang ukurannya tidak sesuai besar-
terhadap massa otot lebih besar dibanding nya orifisium uretra, kurangnya pemakaian
individu yang berusia lebih muda, oleh karena jeli, penekanan yang berlebihan, misalnya
itu analgesik dalam jumlah kecil mungkin memfiksasi terlalu erat dan penggunaan
sudah cukup untuk menghilangkan nyeri kateter intermiten yang terlalu sering dapat
pada dewasa tua. Persepsi nyeri pada de- merusak jaringan kulit.
wasa tua mungkin berkurang sebagai akibat Dampak nyeri sebagai akibat spasme
dari perubahan patologis yang berkaitan otot spingter karena kateterisasi akan terjadi
dengan beberapa penyakitnya. Diperkirakan perdarahan dan kerusakan uretra yang da-
lebih dari 85% usia dewasa tua mempunyai pat menyebabkan striktur uretra yang bersi-
sedikitnya satu masalah kesehatan kronis fat permanen hal ini akan memperberat pe-
yang dapat menyebabkan nyeri. Dewasa tua nyakit serta memperpanjang hari perawatan
cenderung mengabaikan lama sebelum me- pasien. Bila hal tersebut tidak segera men-
laporkannya atau mencari perawatan kese- dapat perhatian, maka kejadian berbagai
hatan karena sebagian dari mereka meng- komplikasi dengan mekanisme yang belum
anggap nyeri menjadi bagian dari penuaan diketahui berpeluang sangat besar.
normal. Pada pelaksanaan tindakan katete-
Tindakan kateterisasi urine merupakan risasi urin, perawat biasanya melakukan
tindakan invasif dan dapat menimbulkan rasa pemilihan ukuran dengan cermat, sesuai
nyeri, sehingga jika dikerjakan dengan cara dengan besar kecilnya diameter meatus
yang keliru akan menimbulkan kerusakan urinarius. Meatus urinarius ini merupakan
uretra yang permanen (Kozier, Erb, dan bagian yang paling luar dari uretra, yang
Oliveri, 1991). Nyeri merupakan keluhan paling tidak mengambarkan besar kecilnya
utama yang sering dialami oleh pasien de- lumen uretra. Selain itu untuk mengurangi
ngan kateterisasi urine karena tindakan me- pergesekan pada dinding uretra yang nanti-
masukkan selang kateter dalam kandung nya akan menyebabkan iritasi, perawat juga
kemih mempunyai resiko terjadinya infeksi biasanya melumuri ujung kateter sepanjang
atau trauma pada uretra. Resiko trauma be- 15-18 cm dengan cairan kental berbentuk
rupa iritasi pada dinding uretra lebih sering gel yang biasa disebut jeli. Jeli ini bermacam-
terjadi pada pria karena keadaan uretranya macam umumnya yang digunakan adalah
yang lebih panjang daripada wanita dan K.Y. Jeli. Jeli ini berfungsi sebagai pelumas
174 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 168-176

Tabel 3. Hasil Uji Analisis Normalitas Data dan Uji Beda

Hasil Uji Analisis Hasil Sig. (2-Taield)


Kolmogorov Smirnov 0.183 0.030
Mann Whitney Test 57.500 0.275
Wilcoxon 123.500
Z -1.091

Tabel 4. Distribusi Data Silang dengan Menggunakan Chi Square

Ringan Sedang Berat


Kelompok Total
F % F % F %
Kontrol 4 28.60 7 50.00 3 21.40 14
(Kateter dengan
jeli oles)
Eksperimen 5 45.50 6 54.50 0 0.00 11
(Kateter dengan
jeli dimasukkan)
Total 9 36.00 13 52.00 3 12.00 25

yaitu untuk melicinkan kateter agar mudah penyulit berupa infeksi atau cedera uretra
dimasukkan ke dalam kandung kemih me- (Basuki, B Purnomo, 2003).
lalui uretra. Sebagian besar teknik pemasangan
Penggunaan jeli dimaksudkan untuk kateter hanya menggunakan jeli yang dilu-
mencegah spasme otot meatus uretra eks- muri diujung kateter sedangkan faktor utama
terna sehingga dapat mengurangi iritasi pada yang memudahkan terjadinya rasa nyeri dan
dinding uretra. Teknik pemberian jeli sendiri iritasi mukosa uretra adalah karena teknik
dapat memperbaiki kualitas pelumasan de- pemberian jeli yang kurang tepat. Dengan
ngan demikian sensasi nyeri yang timbul ka- teknik dan prosedur kateterisasi yang baik
rena iritasi juga dapat dikurangi (Malcolm diharapkan dapat mengurangi sensasi nyeri
R. Colmer, 1986). terutama penggunaaan jeli, jenis maupun
Setiap prosedur pemasangan kateter jumlah jeli yang digunakan.
harus diperhatikan prinsip-prinsip yang tidak Pada tabel 3, didapatkan hasil tingkat
boleh ditinggalkan yaitu, pemasangan kateter signifikansi (P) dengan menggunakan uji
dilakukan secara aseptik dengan melakukan Mann Whitney adalah P = 0,275. Oleh
disinfeksi secukupnya memakai bahan yang karena P > 0,05 maka Ha ditolak, yang ber-
tidak menimbulkan iritasi pada kulit genitalia arti tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri
dan jika perlu diberikan antibiotik seper- antara kelompok kontrol dan kelompok
lunya, diusahakan tidak menimbulkan rasa eksperimen.
sakit pada pasien. Kateter menetap diperta- Berdasarkan tabel distribusi silang
hankan sesingkat mungkin sampai dilakukan (tabel 4) terlihat bahwa dari 14 responden
tindakan definitif terhadap penyebab retensi kelompok eksperimen, 3 orang (21,4%)
urin, perlu diingat makin lama kateter dipa- mengalami nyeri berat, sedangkan 7 orang
sang makin besar kemungkinan terjadi (50,0%) mengalami nyeri sedang. Hal ini
Diyah Candra Anita, Kustiningsih, Tingkat Nyeri Pemasangan... 175

berbeda dengan kelompok control. Dari 11 orang kelompok control, tidak seorangpun
orang kelompok control, tidak seorangpun yang mengalami nyeri berat dan 6 orang
yang mengalami nyeri berat dan 6 orang (54,5 (54,5 %) mengalami nyeri sedang. Dengan
%) mengalami nyeri sedang. Hal ini meng- demikian, dapat disimpulkan bahwa kelom-
indikasikan bahwa kelompok kontrol justru pok kontrol justru lebih baik untuk mengu-
lebih baik untuk mengurangi rasa nyeri. rangi rasa nyeri.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan Disarakan untuk penelitian selanjutnya,
teori pada umumnya. Hal ini bisa disebabkan sebaiknya lebih teliti dalam memasukkan jeli
oleh beberapa sebab. Kemungkinan per- yang dimasukkan terlebih dahulu ke urethra.
tama, produk jeli yang biasa digunakan Akan lebih baik dosis pemberian jeli ditam-
untuk pemasangan kateter adalah jeli yang bahkan 0,5-1 cc lebih banyak dari seha-
telah mengandung anestesi lokal yaitu lido- rusnya guna mengantisipasi jeli yang keluar
kain. Sementara pada penelitian ini, peneliti karena gerakan reflek pasien secara tiba-
menggunakan produk jeli yang benar-benar tiba.
hanya berfungsi sebagai pelumas dan tidak
mengandung anestesi apapun.
Kemungkinan kedua, adalah pada DAFTAR PUSTAKA
penelitian ini, peneliti mengoleskan jeli pada Basuki, B Purnomo. 2003. (Online), (http:/
kateter sepanjang 15-18 cm. Jeli yang dio- /blogtentangilmukeperawatan.
leskan lebih banyak dibandingkan dengan blogspot.com), diakses 15 Agustus
jumlah jeli yang dimasukkan terlebih dahulu 2010.
kedalam urethra, yaitu sebanyak 3-3,5 cc. Clancy J & Mc. Vicar A. 1992. Subjectivity
Faktor inilah yang akan mengurangi iritasi of Pain. Br J Nursing I (1).
pada kulit genitalia, sehingga mampu mengu-
rangi rasa nyeri. Kemungkinan ketiga, ada- Ferdinan. 2003. Perbedaan Intensitas
lah pemasangan kateter pada kelompok Nyeri Klien yang Menjalani Kate-
eksperimen, ada beberapa cc jeli yang ke- terisasi Urin dengan 2 Cara Pelu-
luar dari ujung urethra dikarenakan pasien masan. Karya Tulis Ilmiah. Tidak
bergerak karena respon reflek. Hal ini Dipublikasikan.
menyebabkan jumlah jeli yang masuk pada Friedman, M.M. 1998. Keperawatan
kelompok eksperimen tidak pada dosis yang Keluarga Teori dan Praktik. EGC:
diharapkan. Jakarta.
Guyton & Hall. 2001. Textbook of Medical
SIMPULAN DAN SARAN Physiology. Health Science Book:
Berdasarkan uji Mann Whitney dipe- Amazon.
roleh hasil P = 0,275. Oleh karena P > 0,05 Gil K. 1990. Physicologic Aspect of Acute
maka Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat Pain. Anesthasiol.
perbedaan tingkat nyeri antara kelompok Kozier, Erb, dan Oliveri. 1991. Fundamen-
control dan kelompok eksperimen. Distri- tal of nursing: concept, process
busi silang dengan menggunakan chi square and practice. E-book.
menunjukkan bahwa dari 14 responden
kelompok eksperimen, 3 orang (21,4%) Mahon, SM. 1994. Concept Analysis of
mengalami nyeri berat, sedangkan 7 orang Pain: Implication Related to Nur-
(50,0%) mengalami nyeri sedang. Hal ini sing Diagnoses. Nursing Diag-
berbeda dengan kelompok control, dari 11 noses.
176 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 168-176

Malcolm R. Colmer, 1986. (Online), (http:// Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Kepera-
blogtentangilmukeperawatan. watan Medikal Bedah Brunner
blogspot.com), diakses15Agustus2010. and Suddarth, Volume 2 Edisi 8.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Funda- EGC: Jakarta.
mental Keperawatan, Konsep Taylor &Amp, Le Mone. (Online), (http://
Proses dan Praktek, Edisi 4. EGC: ulanksitra.multiply.com), diakses 15
Jakarta. Agustus 2010.
Riyadi, M.E. 2006. Hubungan Antara La- Wahyuni, Tatik. 2003. Buku Panduan
ma Waktu Terpasang Kateter de- Praktikum Keperawatan Medi-
ngan Kecemasan pada Klien yang kal Bedah 2: Irigasi Kateter.
Terpasang Kateter Urethra di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta:
Bangsal Rawat Inap Dewasa Kelas Yogyakarta.
III RS PKU Muhammadiyah Wolff, Weitzel, dan Fuerst. 1984. (online),
Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak (http://blogtentangilmukeperawatan.
Dipublikasikan. UMY: Yogyakarta. blogspot.com) , diakses 15 Agustus
Sherwood, Lauralee. 2008. Fisiologi Ma- 2010.
nusia. EGC: Jakarta. Zatzick D.F & Dimslade J.E. 1990. Cul-
Smeltzer & Amp, Bare. (Online), (http:// tural Variation in Respon Painful
ulanksitra.multiply.com), diakses 15 Stimulli. Psychosom Med.
Agustus 2010.

Anda mungkin juga menyukai