Anda di halaman 1dari 17

1.1.

Definisi
Temperatur atau suhu adalah ukuran kuantitatif tingkat kepanasan atau kedinginan tubuh.
Alat ukur untuk menentukan tinggi atau rendahnya temperatur yaitu menggunakan termometer.
Suhu benda yang tinggi mengindikasikan bahwa benda tersebut mengandung panas cukup besar
dan bisa dikatakan benda tersebut panas, sedangkan suhu benda yang rendah mengindikasikan
bahwa benda tersebut mempunyai kandungan panas yang rendah atau dikatakan dingin.
Dalam dunia kesehatan termperatur atau suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah
panas yang diproduksi oleh tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Pemeriksaan suhu tubuh merupakan tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasin dan
diagnosa. Kemampuan pengukuran suhu tubuh merupakan hal penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun.

1.2. Epidemiologi
Menurut data yang dikumpulkan oleh Spanish Labor Administration’s Spanish National
System, terdapat penelitian yng mengidentifikasikan 16 juta kecelakaan kerja diseluruh negeri
yang setidaknya membutuhkan satu hari libur kerja tahun 1994-2013. Terdapat suatu penelitian
yang menunjukkan bahwa 2,7% dari cedera diakibatkan karena suhu ekstrem. Suhu panas
ekstrem dapat meningkatkan risiko sebesar 9 persen dan menyebabkan 383.629 cedera total,
sedangkan suhu dingin ekstrem dapat meningkatkan risiko sebesar 4 persen dan menyebabkan
50.932 cedera.
Suatu penemuan lain menyebutkan bahwa cedera paling sering terjadi pada pekerja yang
berusia diantara 35-54 tahun (42,4%). Dari pekerja yang mengalami cedera (77,7%) adalah laki-
laki. Wanita memiliki risiko lebih tinggi pada temperatur dingin, sedangkan risiko pria lebih
tinggi pada temperatur panas. Fraktur tulang sebesar (62,9%) terkena cedera. Pekerja pabrik
(25,2%) dan pekerja kontruksi (22,2%) memiliki persentase tinggi terhadap kecelakaan kerja
akibat perubahan temperatur.
Dampak kesehatan dari temperatur telah dipelajari secara luas khususnya terhadap
mortalitas dan morbiditas. Sebuah studi yang dilakukan di 13 negara memperkirakan (7,29%)
jumlah kematian disebabkan oleh temperatur dingin dan temperatur panas (0,42%). Lingkungan
panas ekstrem memiliki konsekuensi penting terhadap sektor pekerjaan. Beberapa studi
melaporkan terdapat kerugian penting dalam kapasitas kerja dan produktivitas terkait dengan
kerusakan iklim misalnya terjadi peningkatan risiko cedera dalam pekerjaan.

Peningkatan panas di tempat kerja secara signifikan akan mempengaruhi pekerja di luar
ruangan atau didalam ruangan tanpa kontrol atau kurang terkontrolnya ambien temperatur.
Terutama pada sektor ekonomi yaitu pertanian yang berdampak buruk. Hal tersebut akan
menjadi tantangan bagi sektor konstruksi dan industri.pekerjaan yang melibatkan tinggi tingkat
aktivitas akan menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah dan metabolisme panas kurang
efektif. 3
1.3. Klasifikasi Temperatur di Tempat Kerja
Pada manusia, suhu tubuh terdiri atas dua jenis suhu inti yatu Core Temperature (TC)
yang menggambarkan suhu dari jaringan tubuh dalam, dan suhu kulit yaitu Skin
Temperature.
Tabel 1. Klasifikasi Temperatur
Klasifikasi Core Temperature Skin Temperature

Sumber Panas Jaringan paling aktif (hati, Otot, tangan, kaki, lemak
kelenjar sekresi, dan otot) kulit, kulit, dan lingkungan.

Pengukuran Suhu Diukur serentak di mulut, Suhu tubuh akan lebih tinggi
ketiak, dan pelepasan rektum. dari suhu lingkungan.
Biasanya terdapat selisih tidak Sehingga akan terjadi
lebih dari 1oC. kehilangan panas lewat kulit
dan dapat mencapai 17oC pada
suhu cukup dingin.

Pencapaian Suhu Paling tinggi saat sore hari Tergantung oleh lingkungan
Paling rendah saat dini hari dingin.

Aktivitas Fisik Melakukan aktivitas fisik akan Otot 36,2oC, lemak kulit
meningkatkan produksi panas 33,6oC, kulit 33,0oC pada suhu
dan kenaikan suhu1-2oC 18,5oC akan tetapi, hasil
sehingga dapat mencapai pengukuran suhu kulit ini
suhuh 39oC. tidak selalu sama kaarena
adanya vodilatasi maupun
aktivitas mempengaruhi
lainnya.
Respon Fisiologis Manusia saat Perubahan Temperatur Kerja

Tabel 2. Kondisi Panas


37oC (98.6oF) Suhu tubuh normal (36-37.5oC/96.8-99.5OC).

38oC (100.4oF) Berkeringat, sangat tidak nyaman, dan sedikit Lapar.

39oC (102.2oF) Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung berdenyut kencang,
kelelahan, dan merangsang kambuhnya epilepsi.

40oC (104oF) Pingsan, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, berkeringat.

41oC (105.8oF) Keadaan gawat. Pingsan, pening, bingung, sakit kepala, halusinasi, sesak
napas, mengantuk, mata kabur, jantung berdebar.

42oC (107.6oF) Pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap, muntah, terjadi gangguan
hebat, tekanan darah menjadi tinggi atau rendah, dan detak jantung cepat.

44oC(111.2oF) Hampir dipastikan meninggal namun ada beberapa pasien mampu bertahan
atau lebih pada kondisi diatas 46oC.

Tabel 3. Kondisi Dingin


37oC (98.6oF) Suhu tubuh normal (36-37.5oC/96.8-99.5OC).

36oC (96.8oF) Menggigil ringan hingga sedang.

35oC (95.0oF) Hipotermia suhu kurang dari 35oC, menggigil keras, dan kulit menjadi
biru/keabuan, dan jantung menjadi berdegup.

33oC (91.4oF) Bingung sedang hingga parah, mengantuk, depresi, berhenti menggigil,
denyut jantung lemah, napas pendek, dan tidak mampu merespon rangsangan.

32oC (89.6oF) Keadaan gawat halusinasi, gangguan hebat, sangat bingung, tidur yang dalam
dan menuju koma, detak jantung melemah dan tidak menggigil.

31oC (87.8oF) Comatose, tidak sadar, tidak ada reflex jantung, detak jantung semakin
lambat, dan terjadi gangguan irama jantung.

28oC (82.4oF) atau Jantung berhenti mendadak pasien menuju kematian.


lebih
24-26oC Terjadi kematian namun beberapa pasien ada yang mampu bertahan hidup
(75.2-78.8oF) dibawah suhu 24-26oC.
1.4. Sumber Pajanan Temperatur di Tempat Kerja
Temperatur Dingin
Ada 4 faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya cold stress, yaitu temperatur dingin,
kedinginan angin, kelembaman, dan kedinginnan air. Faktor ini baik secara sendiri maupun
bersama dapat menyebabkan panas keluar dari tubuh. Faktor kedinginan angin (wind chill) dapat
meningkatkan efek dari cold stress. Kedinginan angin (wind chill) adalah perpaduan dari
temperatur (suhu) dan kecepatan yakni merupakan faktor yang sangat penting menentukan
risiko dari cold injury.
Temperatur panas
Suhu tubuh manusia terjaga 37oC untuk mengurangi risiko kesehatan yang serius. Saat
terjadi perubahan temperatur eksternal melebihi 37oC maka tubuh akan membuat suhu menjadi
terjaga melalui hilangya panas melalui keringat dan penguapan. Terdapat faktor yang
berkontribusi terhadap peningkatan panas eksternal yaitu: suhu, kelembaman, pergerakan udara
(kecepatan angin), dan radiasi panas (terutama di luar ruangan terutama dari radiasi sinar
matahari).

1.5. Jalur Pajanan Temperatur Dingin atau Panas ke Manusia


Panas hilang dapat terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi (misalnya percepatan
kecepatan angin), respirasi dan evaporasi. Radiasi akan menyumbangkan 65% hilangnya panas,
dengan nilai konduksi lebih dari 15% (panas hilang 25 kali lebih cepat didalam air). hilangnya
panas karena respiratori dan evaporasi bergantung pada kelembaan relatif dan suhu udara
ambien. Berikut ini mekanisme kehilangan panas dari tubuh ke Lingkungan;

Gambar 1. Mekanisme kehilangan panas dari tubuh


1. Konduksi
Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui
mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari
tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat menambah panas
kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

2. Konveksi
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan lingkungan melalui kontak udara
dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui
kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.
Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran
dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi
atau menambah panas kepada tubuh.

3. Radiasi
Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas. Tergantung
dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme
radiasi.

4. Evaporasi
Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 kalori (kilokalori) hilang
untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahkan bila seseorang
tidaberkeringat, air masih berevaporasi secara tidak kelihatandari kulit dan paru-paru
engan kecepatan sekitar 450 sampai 600ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas
terus menerus dengan kecepatan 12 sampai 16 kalori per jam. Selain itu evaporasi juga
sebagai mekanisme pendingin yang penting pada suhu udara sangat tinggi.

1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan atau Peningkatan Temperatur


Suhu tubuh atau temperatur dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain;
1. Kecepatan Metabolisme Basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini dapat memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh berbeda-beda pula. Kecepatan metabolisme
basal berkaitan erat dengan laju metabolisme.

2. Rangsangan Saraf Simpatif


Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Rangsangan saraf simpatis ini dapat mencegah lemak adipose coklat (brown
adipose) yang tertimbun dalam jaringan untuk di metabolisme. Hampir seluruh
metabolisme lemak adipose coklat adalah hasil produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormon Pertumbuhan (growth hormone)


Hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar
15-20%, akibatnya instagramproduksi panas tubuh meningkat.

4. Hormon Tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia didalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.

5. Hormon Kelamin
Hormon kelamin pada pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormon progesteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3- 0,6oC
diatas suhu basal.

6. Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganansan pada area hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi juga dapat merangsang peningkatan suhu
tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga menyebabkan
mekanismes pengaturan suhu tubuh terganggu.

7. Lingkungan Tempat Kerja


Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Perpindahan suhu antara
manusia dan liingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas
melalui kulit dimungkinkan karena panas disalurkan melalui pembuluh darah dan suplai
langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteiovenosa yang cukup tinggi
(30% dari total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit
menjadi efisien. Dengan demikian, kulit merupakan indikator panas efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh. Suhu tubuh harus dijaga agar seluruh organ didalam tubuh
dapat bekerja normal. Jika terjadi perubahan core temperatur tubuh maka beberapa fungsi
organ tubuh dapat terganggu.
1.7. Jenis Pekerjaan Terkait dengan Temperatur Ekstrim
Terdapat beberapa jenis pekerjaan atau kondisi yang memungkinkan terpapar
temperatur ekstrim, misalnya
1. Pekerjaan diluar ruangan (outdoor worker’s)
Pekerja kontruksi dan bangunan, tukang kebun, dan lain-lain yang khususnya terpapar
cuaca yang panas.
2. Pekerjaan yang berhubungan dengan pabrik atau proses yang menghasilkan radiasi
Pekerja di toko roti, dapur, laundri, pengecoran, ruangan menghasilkan uap, pabrik
baja, dan proses produksi dari pabrik lainnya. Pekerja di industri-industri ini menjadi
beraptasi terhadap temperatur sampai batas-batas tertentu.
3. Kondisi lingkungan atau bangunan yang panas, tidak ada udara yang masuk atau
ventilasi yang buruk.
4. Pekerjaan di bidang transportasi.
5. Pekerja di bidang pertanian
Pertanian merupakan satu dari industri yang memiliki risiko tinggi temperatur panas
berhubungan dengan kesakitan dan kecelakaan. Petani yang sering terpapar diluar
ruangan pada temperatur ekstrem dalam periode lama dan seringkali buruk dalam hal
kesehatan kerja dan keamanan. Terdapat suatu penelitian yang menyebutkan bahwa
94% dari petani bekerja di temperatur panas ekstrem dan sebanyak 40% mengalami
gejala heat stress.
6. Pekerja di bidang konstruksi
Terdapat berbabagai faktor berkontribusi meningkatkan risiko penyakit dan cedera
akibat panas. Penggunaan mesin dan alat dengan tenaga konstan, bekerja pada
permukaan tinggi, dan beban kerja berat, dan paparan sinar matahari secara langsung
dan konstan.
7. Penambang
Pekerjaan dengan kondisi panas di tambang sangat umum dan bervariasi sesuai dengan
jenis penambangan. Paparan pans mirip dengan tempat kerja diluar rungan. Semakin
dalam penambangan dari bawah tanah akan meningkatkan o6C suhu kering per 1.000 m
kedalaman vertikal tanah.
8. Pemadam kebakaran
Pemadam kebakaran diwajibkan untuk menggunakan pakaian pelindung pemadam
kebakaran dan alat bantu pernapasan mandiri. Penggunaan alat pelindung bertujuan
untuk mengurangi efek panas dan meningkatkan efek heat stress.
1.8. Penilian Temperatur di Tempat Kerja

Teknik penilaian dapat digunakan sebagai alai untuk menilai hazard, memantau
kesehatan pekerja dari meminimalisasi bahaya, dan mengevaluasi efektivitas pengendalian.
Tabel . Metode Penilaian Heat Stress dan Heat Strain dan Persyaratan Kompertensi yang
Dilakukan
Penilaian Heat Stress Penilaian Heat Strain

Wet Bulb Globe Temperature Index Mengobservasi para pekerja


Required Sweat Rate Index Penilaian medis
Pemantauan suhu tubuh inti
Pemantauan Denyut Jantung

Catatan: Penilaian ini harus dilakukan oleh Catatan: semua orang yang mengawasi
seseorang yang memiliki pengetahuan pekerjaan , atau bekera di lingkungan yang
mengenai: panas sebagai hazard, instrumen panas harus dilatih untuk menilai semua gejala
yang dibutuhkan untuk pengukuran, dan hasil yang terlihat dari heat strain. Penilaian ini
interpretasi. Ini dapat dilakukan oleh ahli harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kesehatan kerja atau orang yang terlatih. pengetahuan mengenai: panas sebagai hazard,
instrumen yang dibutuhkan untuk pengukuran,
dan hasil interpretasi. Ini dapat dilakukan oleh
dokter, perawat yang terdaftar atau orang yang
terlatih lainnya.

Wet Bulb Globe Temperature (WGBT)


Merupakan model untuk menilai tekanan panas pada seseorang di lingkungan yang panas. Hal
ini memperhitungkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi seseorang terhadap lingkungan
panas yaitu dengan membaca temperatur udara dan radiasi panas, dengan cara tidak langsung
mengukur kelembaman dan kecepatan udara. Pembacaan WBGT menggunakan termometer
globe, sebuah termometer bola basah da n termometer bola kering. Indeks WBGT dapat
digunakan dengan cara berikut;
 Sebagai penilian awal atau rinci tentang lingkungan panas
 Untuk menentukan apakah lingkungan panas “hazard yang signifikan”
 Memberikan patokan untuk mengendalikan lingkungan panas
Kerugian Indeks WBGT
Terdapat beberapa lingkungan panas yang mana pembacaan WBGT tidak bisa
memprediksi kemungkinan dampak panas yang terjadi pada pekerja, termasuk;
1. Temperatur WBGT yang diukur lebih panas dari indeks yang diizinkan, dan dimana
tidak mungkin untuk menghilangkan atau secara signifikan mengurangi panas yang
terpapar.
2. Pekerja yang terpapar temperatur yang panas dalam periode waktu yang singkat
3. Pakaian pelindung harus digunakan dan itu tidak dapat dtentukan apa efeknya pada
seseorang.
4. Alat pendingin seperti rompi udara sedang dipakai, dan tidak dapat ditentukan apa
efeknya terhadap seseorang.

Required Sweat Rate (ISO)


Standar ini dirancang untuk digunakan dimana suhu bola basah yang diukur melebihi suhu
WBGT. Keuntungan menggunakan standar ini adalah dapat memberikan panduan dalam
pengelolaan pekerjaan di suhu yang sangat tinggi. Kerugiannya adalah sangat kompleks,
membutuhkan komputer untuk menghitung waktu paparan yang disarankan untuk pekerja, dan
tidak berlaku untuk paparan kurang dari 30 menit.
Gambar 2. Bagan penilian untuk mengontrol pekerja di lingkungan panas menurut OSH

1.9. Pengukuran Temperatur


Pengukuran temperatur lingkungan kerja maupun pengukuran pajanan panas
personal dilakukan dengan memperhatikan alasan berikut ini
a. Assesment secara kualitatif terhadap pajanan panas di tempat kerja mengindikasikan
adanya kemungkinan terjadinya tekanan panas
b. Apabila terdapat informasi atau laporan tentang ketidaknyamanan berkaitan dengan
tekanan panas di tempat kerja.
c. Penilian secara profesional dapat mengindikasikan adanya kondisi terjadinya tekanan
panas.
Pengukuran temperatur lingkungan dilakukan dengan mengukur komponen
temperatur yang tediri atas suhu kering, suhu basah alami dan suhu radiant. Selain
itu, diperlukan pengukuran terhadap kelembaban udara relatif dan kecepatan angin.
Temperatur lingkungan umumnya dinyatakan dengan Indeks Wet Bulb Globe
Temperature (WBGT) atau yang dikenal dengan Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB). Tujuan pengukuran temperatur ini antara lain;
1. Mengetahui besaran temperatur lingkungan, umumnya dalam satuan derajat
celcius (oC).
2. Mengetahui sumber panas dan area kerja yang berisiko terdahap pajanan panas.
3. Mengetahui pekerjaan yang berisiko terhadap pajanan panas.

a. Jenis dan Alat Ukur


Alat yag digunakan dalam pengukuran temperatur di are kerja dan pajanan panas
personal bersifat langsung baca (direct reading instrument).
Pengukuran Temperatur Lingkungan
Pengukuran dalam setiap komponen temperaturlingkungan dilakukan menggunakan
alat yaitu:
1. Suhu Kering (dry bulb/air temperature)
Pengukuran suhu kering ini dilakukan menggunakan termometer yang terdiri dari
termometer berisi cairan (liquid in glass thermometer), thermocouples, termometer
resisten (resisten thermometer). Terdapat perbandingan antara ketiga jenis
termometer kering tersebut yaitu;

Liquid in glass thermometer Thermocouples Resisten Thermometer)

Keuntungan 1. Termometer sederhana untuk 1. Kemampuan beradaptasi 1. Mudah untuk


digunakan untuk perekaman jarak digunakan dengan
2. Paling banyak tersedia dalam jauh atau terus menerus latihan yang minimum
berbagai rentang suhu dengan 2. Keseimbangawaktu 2. Signal output dapat
berbagai tingkat akurasi. hampir direkam
3. Harga yang paling murah dari
instrument suhu lainnya.
4. kompak, mandiri, dan alat
yang dapat langsung membaca
Kerugian dan 1. Gampang pecah 1. M e m b u t u h k a n a l a t 1. Biaya mahal dan sulit
Keterbatasan 2. Dipengaruhi oleh radiasi pengukur yang mahal diperbaiki
3. Waktu stabilisasi yang 2. Beberap a jen is dapat 2. Membutuhkan
panjang (setidaknya 5 menit) mengalami oksidasi kalibrasi
4. Tidak cocok untuk jarak yang
jauh
Bidang 1. Rentang pengukuran dari -200 1. Rentang pengukuran dari 1. Rentang pengukuran
aplikasi sampai 540 oC - 1 9 0 - 1 6 5 0 o C dari -240 - 980oC
2. Jenis industri tersedia untuk 2. U n t u k p e n g u k u r a n 2. Pengukuran dan
instalasi permanen temperatur tinggi perekaman jaraj jauh
3. Penilaian temperatur as dan 3. Sering dijumpai pada
cairan melalui kontak suhu atau sistem
4. Termometer imersi parsial kontrol yang
digunakan untuk WBGT dipasanag permanen

2. Suhu Basah Alami dan Bola (Natural wet bulb temperature)


Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan termometer yang
dilengkapi oleh kain katun yang basah. Untuk mendapatkan pengukuran yang
akurat, sebaiknya menggunakan kain katun yang bersih serta air yang telah
disuling.

3. Suhu radian (radiant/globe temperature)

Suhu radian diukur dengan menggunakan black globe thermometer. Termometer


dilengkapi dengan bola tembaga diameter 15 cm yang dicat berwarna hitam untuk
menyerap radiasi infra merah. Jenis termometer untuk mengukur suhu radian yang
paling sering digunakan adalah Vernon Globe Thermometer yang mendapat
rekomendasi dari NIOSH. Dalam pengukuran diperlukan waktu untuk adaptasi
bergantung pada ukuran bola tembaga yang digunakan. Untuk termometer yang
menggunakan bola tembaga dengan ukuran 15 cm diperlukan waktu adaptasi
selama 15 – 20 menit. Sedangkan untuk alat ukur yang banyak menggunakan
ukuran bola tembaga sebesar 4,2 cm diperlukan waktu adaptasi selama 5 menit.

4. Kelembaban Relatif (Relative Humidity)

Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan salah satu


faktor kunci dari iklim yang mempengaruhi proses perpindahan panas dari tubuh
dengan lingkungan melalui evaporasi. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan
evaporasi menjadi rendah. Alat yang umum digunakan untuk mengukur
kelembaban udara adalah hygrometer ataupsychrometeryang bersifat direct reading.
Alat ini mempunyai sensitivitas yang rendah khususnya pada suhu diatas 50oC dan
kelembaban relatif di bawah 20%.

5. Kecepatan Angin
Kecepatan angin sangat penting perannya dalam proses pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan khususnya melalui proses konveksi dan evaporasi.
Kecepatan angin umumnya dinyatakan dalam feet per minute (fpm) atau meter per
second (m/sec). Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer.
Terdapat dua jenis anemometer yaitu: a) vane anemometer dan b)
thermoanemometer.

b. Pengukuran Pajananan Panas Personal

Pengukuran pajanan panas personal penting dilakukan untuk mengetahui tingkat


pajanan panas pada individu. Pengukuran pajanan personal perlu dilakukan apabila
pekerja yang berisiko terpajan panas bekerja berpindah-pindah atau pola pajanan
yang bersifat terputus-putus atau intermitten. Pengukuran pajanan panas personal
lebih memperlihatkan apakah perubahan suhu tubuh dan denyut nadi pekerja yang
terpajan panas. Alat ukur pajanan panas personal biasanya dilengkapi dengan sensor
untuk mendeteksi perubahan suhu tubuh dan denyut nadi yang dipasang di tubuh
pekerja seperti di telinga atau di badan

C. Metode Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran temperatr lingkungan dan pajanan panas personal
ditempat kerja harus diperhatikan beberapa metodel berikut yaitu;
1. Penentuan Sampel
2. Langkah Pengukuran
3. Kalkulasi Hasil Pengukuran

D. Pengukuran Temperatur Lingkungan


1. Penentuan Titik Pengukuran

Untuk menentukan apakah suatu area atau lokasi kerja merupakan titik pengukuran
temperatur lingkungan, maka beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

•Pada area yang dijadikan titik sampling diduga secara kualitatif atau penilaian secara
profesional (professional judgment) mengindikasikan adanya kemungkinan
terjadinya tekanan panas karena adanya sumber panas atau terpajan panas.

•Adanya keluhan subyektif yang terkait dengan kondisi panas di tempat kerja.

•Pada area tersebut terdapat pekerja yang melaksanakan pekerjaan dan

berpotensi mengalami tekanan panas

Ketiga hal diatas, adanya pekerja yang melakuka pekerjaan dan berpotensi
mengalami tekanan panas merupakan hal yang penting untuk mengkategorikan suatu
wilayah atau area tersebut dijadikan titik pengukuran. Suatu lingkungan kerja yang
mempunyai sumber panas atauterpajan panas bukan prioritas untuk diukur apabila di
area tersebut tidak ada pekerja yang bekerja atau potensi mengalami tekanan panas.
Secara umum jumlah titik pengukuran dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan
luas area terpajan panas yang mana terdapat aktivitas pekerja di area.

2. Lama Pengukuran
Menurut SNI-16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja (panas) dengan
parameter indeks suhu basah dan bola, bahwa pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali selama 8 jam kerja yaitu, pada awal shift, tengah shift, dan diakhir shift. Menurut
OSHA Technical Manual, lama pengukuran indeks WBGT dapat dilakukan secara
terus-menerus selama 8 jam kerja atau hanya pada saat paparan tertentu saja.
Pengukuran sebaiknya dialkukan dengan periode waktu minimal 60 menit, sedangkan
untuk paparan yang terputus-putus minimal selama 120 menit.

3. Langkah Pengukuran

A. Tahap Persiapan (Contoh pengukuran dengan menggunakan Questempo34)

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:

•Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain: Questempo34, Tripod kamera,


aquadest, kain katun, dan baterai yang sesuai.

•Pastikan alat dalam kondisi baik dan berfungsi dengan benar serta masih dalam masa
kalibrasi, terutama Questempo34.

•Periksa apakah daya baterai pada alat masih memadai. Lihat petunjuk pada buku
manual alat tentang minimal daya baterai yang diperkenankan.

•Lakukan kalibrasi internal dengan alat kalibrasi yang tersedia. Pastikan bahwa
perbedaan pembacaan dengan ukuran pada kalibrasi tidak lebih dari 0,5.

•Kemudian lakukan pengaturan pada alat dengan mengikuti petunjuk pada buku
manual. Beberapa aspek yang diatur adalah: tanggal, waktu, bahasa, satuan
pengukuran, logging rate, heat index. Pastikan bahwa semua pengaturan sesuai
dengan ketentuan.

•Pasang alat pada tripod kamera dan bawa alat ke lokasi atau titik pengukuran.
B. Tahap Pengukuran

•Letakkan alat pada titik pengukuran dan sesuaikan ketinggian sensor dengan kondisi
pekerja. Lihat buku manual.

•Buka tutup termometer suhu basah alami dan tutup ujung termometer dengan kain katun
yang sudah disediakan. Basahi kain katun dengan aquadest secukupnya sampai pada wadah
tersedia cukup aquadest untuk menjamin agar termometer tetap basah selama pengukuran.

•Nyalakan alat dan biarkan alat selama beberapa menit untuk proses adaptasi dengan kondisi
titik pengukuran. Waktu untuk adaptasi terdapat pada manual.

•Setelah melewati masa adaptasi, aktifkan tombol untuk logging

atau proses penyimpanan data dan data temperatur lingkungan akan disimpan di dalam
memori alat berdasarkan kelipatan waktu yang digunakan (logging rate). Waktu pengukuran
mulai dihitung sejak proses loggingberjalan.

•Biarkan alat di titik pengukuran sesuai dengan waktu pengukuran yang diinginkan.

•Bila telah selesai, non aktifkan fungsi logging dan kemudian alat bisa pindah ke titik
pengukuran yang lainatau data yang ada sudah bisa dipindahkan ke komputer atau di
cetak/print.

•Bila pengukuran dilanjutkan ke titik pengukuran yang lain tanpa harus melakukan
pemindahan data, maka langkah pengukuran diulang dari langkah ketiga.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengukuran di area kerja yaitu
sebagai berikut;

•Peletakan alat harus pada posisi yang aman, waspadai alat jangan sampai bergetar,
bergoyang, atau kondisi lain yang membahayakan.

•Letakkan alat pada titik pengukuran yang tidak mengganggu aktivitas pekerja.

•Operator harus memperhatikan aspek keselamatan diri saat melakukan pengukuran. Bila
diperlukan gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kondisi bahaya di lingkungan
kerja.

•Berkoordinasi dengan pekerja dan penanggung jawab area untuk kelancaran proses
pengukuran.

•Untuk mendapatkan jumlah data yang diinginkan, maka sebaiknya operator melebihkan
waktu pengukuran.
C. Tahap Setelah Pengukuran

Setelah melakukan pengukuran maka data hasil pengukuran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

•Untuk lingkungan kerja yang terpajan oleh cahaya matahari (outdoor)

WBGT = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1


Ta

•Untuk lingkungan kerja yang tidak terpajan cahaya matahari (indoor)

WBGT = 0,7 Tnwb + 0,3 Tg Ta

•Untuk pengukuran yang dilakukan secara intermitten, maka dihitung rata-rata WBGT dengan
menggunakan rumus:

WB1GT1t1+WBGT2t2+..+WBGTntn
WBGT rata-rata =
t1+t2+..+tn

4. Interpretasi Hasil Pengukuran


Setelah mendapatkan hasil pengukuran temperatur lingkungan selanjutnya dilakukan
analisis untuk membandingkan hasil pengukuran standar dan peraturan berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

1. Solanas EM, Ruiz ML, Wellenius GA, Gasparrini A.Evaluation of The Impact of Ambient
Temperatures on Occupational Injuries in Spain. Environmental Health Perspective
Research. 2018.

2. International Labour Organization (ILO). Climate Change and Labour : Impacts of Heat in
The Workplace. 2016.

3. Guyton, Hall. Suhu tubuh, Pengaturan suhu dan demam, mekanisme penyakit. Fisiologi
Kedokteran. EGC. 1988. Hal 120-130.

4. Amalia. Lingkungan Fisik Tempat Kerja. Repository Udinus. 2017.

5. Nugroho, Sigit. Gambaran Pajanan Suhu Dingin Tempat Kerja. Repositori Universitas
Indonesia. 2009.

6. Xiang J, Peng B, Pisaniello D, Hansen. Health Impact of Workplace Heat Exposure: An


Epidemiologi Review. Industrial Health. 2013.

7. Donoghue AM (2004) Heat illness in the U.S. mining industry. Am J Ind Med 45, 351–6.

8. Bates GP, Schneider J (2008) Hydration status and physiological workload of UAE
construction workers: a prospective longitudinal observational study. J Occup Med Toxicol
3, 21–30

9. Occupational Safety a Health Service (OSH). Guidlines For The Management of Work In
Extremes of Temperature.1997.

10. American Conference of Government Industrial Hygienists (ACGIH)). Cold Stress and Heat
Stress. Threshold Limit Values for Chemical Substances and Physical Agents, Biological
Exposure Indices, 1996.

Anda mungkin juga menyukai